You are on page 1of 20

REFERAT ILMU BEDAH

HIDROKEL

Pembimbing : dr. Beren Sembiring. Sp. B

Disusun oleh :
Ali Jahidin

Bagian Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Kabanjahe
2015
0

BAB I
PENDAHULUAN
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,
yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum
sehingga skrotum membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel
dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun
dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang
dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang
yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis).
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika
vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis
terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor
testis. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel
terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam
funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi.
Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan
tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan
rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek
yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah
hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali.
1

Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; kantong hernia ini tidak dapat
dimasuki usus atau omentum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan
parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan

testis

dapat

digerakan

mendekati

rongga

abdomen

untuk

mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.


Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leyding.

Sel-sel

spermatogenia

pada

proses

spermatogenesis

menjadi

sel

spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,


sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli
seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu
setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
serta cairan prostat menbentuk cairan semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri

kremasterika

yang

merupakan

cabang

arteri

epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus


Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis


HIDROCELE
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan
lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan
hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates,
80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan
berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm.

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan
menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.
Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat
karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel
dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang
tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam
lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1.
Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
2.

berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.


Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan

walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang


menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak
menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen
Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan
peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.
Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut
tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan
di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan
Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
6

testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar
testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal
sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi
dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap
sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis.
Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen.
Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk
ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup,
dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel


Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot
7

polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat
patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar
terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian
terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus
vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan
yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen.
Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang
dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel

Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang
sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus,
8

dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan
metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)


Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan


rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi


Pemeriksaan penunjang
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya
10

diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,


hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel .
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

Diferential Diagnosis
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama
dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis
banding hidrokel adalah :
Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah
testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul,
sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes
transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia
inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan
dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang
dapat terjadi.
Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)

11

Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung,
yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak
hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.
Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan
vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah dari
pada testis.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus
terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal
jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex
kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha
bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan
mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah
atas minimal 0.5 cm.

Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan blue dot
sign.

Prehns sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan


pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi
CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.

12

Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
-Transiluminasi (-)
Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan Fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri;
tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk
dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan
spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan
direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi
umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
o Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
o Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
o Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
o Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

13

Gambar 7. Hidrokel testis


Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman
atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lords
procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini
mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel
dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian
rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom. Pada hidrokel
funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.

Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel


Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat.
Terapi yang diberikan antara lain :

Analgetik
Bayi Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap 6-8
jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko apneu
Anak yang lebih besar Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap
6-8 jam

Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus


dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari scrotum,
dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism
sekunder.
14

Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6
minggu.

Karena kebanyakan operasi hidrokel dilakuakn pada dasar pasien rawat jalan
(outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat kenyamanan
memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi).

Teknik Operasi Hidrokel (High Ligation)


o

Memeriksa anak untuk mengkonfirmasi adanya testis.

Membuat incisi inguinal kecil

Masuk ke canalis inguinalis dan diseksi PV, yang merupakan kantung hidrokel,
harus bebas dari vas deferens dan pembuluh darah.

Keluarkan isi kantung hidrokel (cairan) ke dalam abdomen

Ligasi kantung pada atau di atas annulus inguinalis interna

Inspeksi annulus inguinalis interna untuk memastikan seluruh isi kantung telah
dikeluarkan seluruhnya.

Jahit lapisan fascia dan kulit..

15

A.

Incisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 2-4cm, ke arah


lateral dari titik tepat di atas spina pubic.

B.

Fascia superfisialis telah diincisi. Musculus obliqus externus


terlihat.
16

C.

Musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung


hidrokel dan cord.

D.

Fascia oblique externus dijepit, memperlihatkan musculus


cremaster dan fascia spermaticus interna melapisi kantung dan cord.

E.

Kantung yang melalui canalis inguinalis dan annulus inguinalis


externa dipisahkan dari cord di bawahnya. Ujung distal telah dibuka sebagian.
Ujung proximal akan dilakukan high ligation pada leher kantung.

F.

Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad yang


selalu ada dan merupakan indikasi titik untuk high ligation. Jahitan dilakukan
pada leher kantung. Setelah dijahit, jahitan kedua dilakukan pada distal dari
jahitan pertama untuk memastikan ligasi yang permanen.

G.

Musculus oblique externus dijahit.

H.

Menjahit jaringan subcuticular.

Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
Penyulit
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
Prognosis
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.

17

BAB III
KESIMPULAN
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Hidrokel yang terjadi pada
bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus
vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2)
belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokel.
Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang
tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Jika dibiarkan, hidrokel yang
cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan
pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

18

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book
Medical Publishers, Inc. USA. p. 580-582
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta,
EGC, 1997
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
6. http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adultsurgery.htm#ixzz12zjIvvR5
7. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
8. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
9. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview

19

You might also like