Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
dengan segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa, berarti kita melakukan suatu
perbuatan tak bermoral dan asosial. Tidak semestinya kita membiarkan penghentian nyawa
hidup siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi tidak berharga lagi.. Sekarang ini
praktek aborsi semakin merajalela, bukan hanya para kalangan mahasiswa saja yang
melakukan praktek ini tetapi banyak juga pelajar yang melakukan praktek ini. Dalam
permasalahan ini saya akan mengambil topik tentang aborsi. Dimana peran seorang wanita
yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku (bidan) diperlukan dalam praktek ini dan bagaimana praktek ini dijalankan
secara legal dan ilegal.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum
Dalam
diberi
dunia
kesempatan
kedokteran
dikenal
untuk
3
macam
bertumbuh.
aborsi,
yaitu:
baiknya
kualitas
sel
telur
dan
sel
sperma,
sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi
(dalam
hal
ini
dokter,
bidan
atau
dukun
beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.
Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat, karena
aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi,
sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit.Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN,
ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada
2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu. Jumlah
kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun. Secara keseluruhan, di seluruh
dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun
penyakit jantung.
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasanalasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung
jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di negara lain. Akan tetapi
gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam
buku Facts of Life oleh Brian Clowes, Phd:
Para wanita pelaku aborsi adalah:
1. Wanita Muda.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun.
Usia Jumlah % Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%, 15-17 tahun 154.500 9.9%, 18-19 tahun
224.000 14.4%, 20-24 tahun 527.700 33.9%, 25-29 tahun 334.900 21.5%, 30-34 tahun
188.500
12.1%,
35-39
tahun
90.400
5.8%,
40 tahun
keatas
23.800
1.5%.
lahirkannya.
Kenekatan X di duga karena merasa malu mengingat bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu
merupakan hasil hubungan gelap dengan F yang tak lain kakak iparnya sendiri.
karena
Selain,
Instalasi
setiap
perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan, sedangkan infanticide (yang dikenal di
negara-negara
merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu
Kematian
bayi
yang
terjadi
di
Indonesia
kandungnya sendiri.
b i s a dimasukan kedalam
d i l a k u k a n d e n g a n r e n c a n a dan
dilakukan lebih dari 24 jam setelah bayi lahir maka disebut pembunuhan bayi biasa
sedangkan pembunuhan tanpa rencana yang dilakukan kurangdari 24 jam setelah bayi lahir
maka disebutdengan infanticide.
Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang hukumannya lebih ringan
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan
dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang akibat gangguan keseimbangan hormon.
Disamping alasan tersebut ada motivasi untuk melakukan kejahatan adalah karena si
ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak, oleh karena anak tersebut adalah anak
sebagai hasil hubungan gelap atau anak yang tidak diinginkan. Selain alasan itu adalah saat
dilakukan tindakan menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum ada tanda-tanda
perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya, atau diberi pakaian. Saat dilakukannya
kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa
malu, takut, benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatan
itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta perhitungan
yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus pembunuhan
bayi/anak lebih ringan dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
A.2.1. Definisi Abortus
2.1.1
Berakhir
nya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn
Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2.1.2
Pengelua
ran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari
ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and
Moore, 2001).
A.2.2.
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Serviks tertutup.
b. Abortus
incipiens
(keguguran
berlangsung)
adalah
Abortus
sudah
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang
dianggap sebagai corpus allienum.
Serviks menutup.
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
macerasi janin.
Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partus prematurus.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d. Gizi ibu yang kurang baik.
e. Kelainan alat kandungan:
Hypoplasia uteri.
- Tumor uterus
- Kelainan endometrium
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta
faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan
produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
2.3.4 Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia,
memperbesar peluang terjadinya abortus.
A.2.4. Web Of Caution (WOC)
Etiologi:
Faktor kelainan telur.
Faktor penyakit pada ibu
Faktor suami
Faktor lingkungan /eksogen
Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram
Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram Janin gugur
Kontraksi uterus
Kecemasan
Defisit knowledge
Prostaglandin
Dilatasi serviks
Resiko defisit volume cairan
Nyeri
Kelemahan
Resiko gawat janin
Resiko terjadi infeksi
A.2.5.
2.5.1
Penatalaksanaan Abortus
Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
Abortus incompletus
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
2.5.4
Abortus febrilis
Missed abortion
b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan
kemandulan.
c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.
d. Shock bakteri karen atoxin.
e. Perforasi saat curetage
A.2.7. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan Abortus
2.7.1
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.
2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan
atau abnormal (perdarahan).
3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan
energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan;
perubahan kimia tubuh; perdarahan.
4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan
nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan
separasi plasenta.
5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status
kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari
keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat;
kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi;
keterbatasan kognitif.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat
perdarahan; prosedur invasif.
B. INFANTICIDE
B.2.1. Pengertian Infanticide
Infanticide memiliki beberapa pengertian. pengertian infanticide secara umum
adalah tindakan membunuh bayi yang baru saja dilahirkan oleh ibu kandungnya
sendiri untuk menutupi kehamilan atau kelahirannya.
Berdasarkan undang-undang di Indonesia, pengertiannya adalah pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa
lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
B.2.2. Pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur mengenai infanticide
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum didalam bab kejahatan
terhadap nyawa orang.
Pasal 341 KUHP : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342 KUHP : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut ketauan bahwa ia melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya sendiri diancam karena membunuh anak
sendiri dengan rencana dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343 KUHP : kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang
bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Dari undang-undang diatas maka terdapat 3 faktor penting :
a. Ibu
Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan dia kawin atau tidak.
b. Waktu
Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hany
dinyatakan pada saat dilahirkan atau beberapa saat kemudian atau sebelum
diketahui oleh orang lain.
c. Psikis
Ibu membunuh anaknya karena terdorong rasa malu akan diketahui oleh orang
telah melahirkan anak itu. Biasanya anak yang dibunuh tersebut didapat dari
hubungan yang tidak sah.
B.2.3. Perbedaan kinderdoodslag dan kindermoord
Pasal 341 KUHP, kinderdoodslag adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan
tanpa rencana.
Pasal 342 KUHP, kindermoord adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan
dengan rencana.
Sehingga hukuman kindermoord lebih berat dibanding kinderdoodslag.
B.2.4. Kriteria yang harus dipenuhi untuk digolongkan sebagai infanticide
Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kasuh pembunuhan digolongkan
sebagai infanticide, yaitu :
a. Pelaku harus ibu kandung.
b. Korban harus bayi anak kandung sendiri.
c. Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian.
d. Motif pembunuhan karena takut akan ketahuan telah melahirkan anak dan tidak
ingin menanggung malu.
Bila kriteria diatas tidak dipenuhi, maka tindakan pembunuhan dikategorikan
sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang bersifat umum yang diuraikan dalam
pasal 338 dan 340 KUHP dengan hukuman yang jauh lebih berat.
pemeriksaan ronsenologik.
b. Tidak mempunyai cacat berat, seperti misalnya anencephalus ( lack of brain ).
B.2.7. Lahir hidup atau mati
Mempersoalkan lahir hidup atau mati atas jenazah bayi yang diduga meninggal
karena dibunuh menjadi sangat penting sebab kalau ternyata bukti medik
menunjukkan bahwa bayi lahir mati berarti dugaan adanya tindak pidana perampasan
nyawa menjadi tidak relevan.
a. Tanda-tanda bayi lahir hidup antara lain :
Adanya pernapasan.
Adanya denyut jantung.
Adanya denyut tali pusat.
Adanya gerakan otot seran lintang ( sistem neurologi ).
Tanda-tanda tersebut dapat ditanyakan langsung kepada sang ibu, namun tidak
semua ibu yang melakukan pembunuhan mau mengakui sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan oleh dokter terhadap :
Sistem pernafasan.
Pada sistem pernapasan jika sistem pernapasan pernah berfungsi akan
ditemukan tanda :
Dada sudah mengembang.
Tulang iga akan terlihat lebih mendatar.
Sela iga melebar.
Paru-paru :
Memenuhi rongga dada
Tepi tumpul
Warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak
belas.
Sistem kardiovaskuler.
Pada bayi yang baru lahir akan terjadi perubahan aliran darah
didalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan jantung
sebelah kiri meningkat sehingga menyebabkan foramen ovale
menutup. Arteria dan vena umbilikalis tidak lagi berfungsi dan
kemudian menjadi obliterasi, sayangnya hal ini baru terlihat
sesudah beberapa minggu, padahal infanticide biasanya tidak
alveoli.
Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi
Pemukulan kepala.
Pencekikan.
Penjeratan.
Penusukan.
Menggorok leher.
Menenggelamkan bayi.
Cara yang jarang :
Membakar.
Meracun.
Mengubur bayi hidup-hidup.
Kecelakaan :
Jatuh dari gendongan.
Jatuh saat dimandikan.
Bab III
Penutup
3.1.
hukuman bilamana terbukti telah membantu praktik aborsi. Beberapa pasal yang
menyebutkan mengenai aborsi dan infantisida, antara lain:
Pasal 229, yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga
3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencaharian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu
Pasal 305, yang berbunyi, Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum
tujuh tahun untuk ditemu, atau meninggalkan anak itu, dengan maksud untuk
melepaskan diri dari padanya diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
Pasal 306, yang berbunyi:
1) Jika salah satu perbuatan tersebut dalam Pasal 304 dan 305 mengakibatkan lukaluka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara tujuh tahun enam bulan
2) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 307, yang berbunyi, Jika yang melakukan kejahatan-kejahatan tersebut Pasal
305 bapak atau ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal 305 dan
306 dapat ditambah dengan sepertiga.
Pasal 308, yang berbunyi, Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang
tentang kelahiran anaknya, tidak lama setelah melahirkan, menempatkan anaknya
untuk ditemu atau meninggalkannya, dengan maksud untuk melepaskan diri dari
padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi
separuh.
Pasal 305 sampai dengan pasal 308 bukan mengenai pembunuhan bayi, tetapi
mengatur mengenai menempatkan anak dan meninggalkan anak. Dalam pasal 308
ancaman dikurangi separuh dengan alasan saat dilakukannya kejahatan tersebut
dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa malu, takut,
benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatannya
itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan
perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada
kasus infantisida lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan
lainnya.
Pasal 341, yang berbunyi, Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan
anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Yang dihukum di sini adalah seorang ibu, baik kawin maupun tidak, yang
dengan sengaja (tidak direncanakan lebih dulu) membunuh anaknya pada waktu
dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan, bahwa ia
sudah melahirkan anak. Kejahatan ini dinamakan maker mati anak atau membunuh
biasa anak (kinderdoodslag).
Syarat terpenting dalam pembunuhan ini adalah dilakukan oleh ibunya dan
harus terdorong akan rasa ketakutan akan diketahui kelahiran anak itu.
Pasal 342, yang berbunyi, Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
Pasal
ini
menunjukkan
pembunuhan
anak
sendiri
dengan
rencana
(kindermoord).
Pasal 343, yang berbunyi, Kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 341 dan 342
dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346, yang berbunyi, Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347, yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun
Pasal 76, yang berbunyi, Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya
dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami; kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77, yang berbunyi, Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 194, yang berbunyi, Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Selain itu, dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 10 disebutkan
bahwa Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani. Hal ini berarti bahwa baik menurut agama dan Undang-undang Negara
maupun menurut Etik Kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan:
a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)
b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak
mungkin akan sembuh lagi (euthanasia)
3.2.
Pemeriksaan ibu
a. Adanya bekas-bekas kehamilan yang ditandai dengan:
Striae gravidarum
Robekan perineum
Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan
c. Pada kasus aborsi, perlu pula dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan,
misalnya tanda kekerasan pada genitalia eksterna/interna, daerah perut bagian
bawah
Pemeriksaan bayi
a. Menentukan bayi viabel atau tidak
Viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan penilaian terhadap tingkat
kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan hidupnya di luar kandungan tanpa
peralatan.
Persyaratannya ialah:
1. Telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu, yang ditandai dengan
(dengan kata lain bayi matang/matur):
Jenis kelamin sudah dapat dibedakan meskipun testis pada bayi laki-laki
belum tentu turun ke dalam skrotum
Bulu badan sudah jarang, alis dan bulu mata sudah tumbuh
Dada:
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4 5
tulang iga terlihat lebih mendatar
sela iga melebar
Paru:
memenuhi rongga dada
tepi tumpul
warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak-bercak merah muda
seperti mosaik (motted pink)
perabaan lembut seperti busa
tes apung paru (tes pulmonal hydrostatic) mengapung
pemeriksaan mikroskopik terlihat edema, alveoli sudah mengmbang dan
diselaputi oleh membrana hialin yang terbentuk akibat kontak dengan
oksigen
beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat semakin padatnya vaskularisasi
paru
2. Sistem pencernaan
3. Sistem kardiovaskuler
Pada bayi yang lahir hidup akan terjadi perubahan arah aliran darah di
dalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan pada jentung sebelah kiri
Tali pusat yang terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan perban
(bisa hilang sebelum diperiksa)
Berpakaian
Umur (bulan)
Klavikula
1,5
Ischium
Pubis
Kalkaneus
56
Manubrium sterni
Talus
Akhir 7
Sternum bawah
Akhir 8
Distal femur
Proksimal tibia
Kuboid
Di duodenum
: > 2 jam
Di usus halus
: 6 12 jam
Di usus besar
: 12 24 jam
: 24 jam
: 36 jam
Kering
: 2 3 hari
Puput/ lepas
Sembuh
: 15 hari
A/ V umbilikalis menutup
: 2 hari
: > 4 minggu
: > 24 jam
Kecelakaan, misalnya:
Jatuh dari gendongan
Jatuh saat dimandikan