Professional Documents
Culture Documents
HERPES SIMPLEKS
Abbas Merdjani, Zarkasih Anwar.
PENDAHULUAN
Virus herpes pada manusia meliputi virus herpes simplex, virus
cytomegalo, virus varicella-zoster dan virus Epstein Barr. Virus ini selain
menyebabkan infeksi yang aktif, dapat juga menetap hidup dalam sel
pejamu, menghasilkan infeksi yang laten yang pada suatu saat dapat
mengalami reaktivasi. Telah diketahui bahwa sebagian besar manusia
pernah mengalami infeksi oleh virus herpes selama hidupnya. Virus
herpes simplex diketahui paling sering menyebabkan infeksi pada mulut
dan alat kelamin. Virus ini merupakan virus yang paling banyak
dipelajari dibandingkan virus herpes lainnya.
Virus herpes simplex penyebabkan infeksi pada kulit dan mukosa
adalah virus herpes simplex tipe-1 yang masuk melalui mulut dan virus
herpes simplex tipe-2 yang masuk melalui alat kelamin. Virus varicellazoster
menyebabkan
penyakit
varisela
dan
herpes
zoster.
Virus
serius.
Virus
Epstein-Barr
dikenal
sebagai
penyebab
dalam inti sel; kemudian tumbuh dan terbungkus dalam bagian inti dan
membran sitoplasma. Kita tidak dapat membedakan dengan cepat
antara masing-masing anggota virus herpes dengan mikroskop elektron,
karena virus tersebut terlihat sangat mirip. Walaupun demikian, mereka
dapat dibedakan dengan pemeriksaan serologik dan hibridisasi DNA.
Sebagian besar antigen
dengan lainnya, kecuali antigen kedua virus herpes simpleks, tipe-1 dan
2, yang mirip satu sama lainnya. Antibodi terhadap protein tipe-1
bereaksi dengan protein tipe-2, tetapi protein yang secara keseluruhan
bersifat unik terhadap masing-masing tipe telah dapat diidentifikasi
akhir-akhir ini. DNA dari satu tipe herpes simpleks dapat berhibridisasi
terhadap DNA tipe lainnya kira-kira separuh kemampuan berhibridisasi
terhadap diri sendiri.
Genom dari kelima herpes virus yang menyebabkan infeksi pada
manusia
Genom
virus
tersusun
HSV 1
HSV 2
VZV
4. Cytomegalovirus
CMV
5. Epstein-Barr virus
EBV
HHV 6
HHV 7
TRANSMISI
Infeksi dengan satu atau lebih virus herpes mungkin terjadi
dengan segera atau di kemudian hari dari kehidupan manusia. Virus
herpes simpleks tipe-1 pada awal kehidupan menyebar melalui ciuman
atau melalui saliva. Pada periode berikutnya sebagian besar penularan
terjadi karena aktifitas seksual baik melalui kontak oral-oral atau oralgenital. Dua pertiga sampai orang dewasa memiliki antibodi terhadap
virus herpes simpleks tipe-1, hal ini menunjukkan adanya infeksi
sebelumnya. Virus herpes simpleks tipe-2 terutama menyebar melalui
kontak genital-genital. Prevalensi infeksi virus herpes simplex jarang
terjadi sebelum pubertas, tetapi meningkat cepat dengan adanya
aktifitas seksual. Kira-kira 1/6 1/4
yang
lapisan tanduk
virus.
Membran mukosa tidak memiliki barier yang seperti itu sehingga mudah
terinfeksi.
Tabel 2. Transmisi Virus Herpes pada Manusia
Viru
Transmisi
Portal of entry
s
HSV
Kontak
Mukosa, kulit
Epitel
1
HSV
langsung
Kontak
Mukosa, kulit
Epitel
langsung
VZV
Inhalasi, kontak
Sal.
napas, Epitel
CMV
Langsung
mukosa
Aliran
EBV
Saliva,
mukosa
darah? Mukosa,
urin?
darah
lain
aliran Limfosit
B,
kelenjar
ludah
Semen
Saliva, darah
Sumber: Starus 1993: 504 - 514
Kelompok virus herpes lainnya seperti virus sitomegalo dan virus
Epstein-Barr dapat ditularkan melalui leukosit yang terinfeksi selama
transfusi darah, melalui saliva, dan melalui semen. Saliva dipercaya
sebagai perantara penularan virus Epstein-Barr, sehingga penyakit
utama yang berhubungan virus ini, yaitu mononuleosis infeksiosa sering
disebut
sebagai
kissing
disease.
Inhalasi
virus
melalui
udara
EPIDEMIOLOGI
Insiden antibodi virus herpes simpleks yang tinggi ditemukan pada
masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah, yang hidup dengan
lingkungan yang berdesakan. Pengkajian serologik virus herpes simpleks
telah
dilakukan
pada
masyarakat
berpenghasilan
rendah.
Pada
terjadi pada tempat masuk, biasanya pada kulit atau membran mukosa.
Sel yang terinfeksi akan membengkak berupa edema intraseluler
disertai dengan
gambaran
dendrit
yang
dapat
berkembang
menjadi ulserasi, jaringan parut dan kebutaan yang nyata. Virus herpes
memiliki predileksi untuk sel yang berasal dari ektoderm, tidak
mengherankan bahwa virus tersebut akan menyerang susunan saraf
pusat. Ensefalitis dapat menyertai atau mengikuti infeksi HSV, tetapi
dapat juga timbul saat terjadinya reaktivasi.
Mengikuti infeksi primer herpes simpleks, diduga bahwa virus
tersebut tetap laten dan dapat mengalami reaktivasi dalam keadaan
tertentu. Walaupun demikian, tampaknya virus ini tidak tetap laten pada
sel
epidermis
seperti
infeksi
primer.
Teori
terbaru,
berdasarkan
mungkin
MANIFESTASI KLINIS.
1.
Herpes neonatus
Herpes neonatus didapat melalui infeksi intrauterin, perinatal
atau postnatal. Infeksi HSV intrauterin berbeda dengan infeksi HSV
perinatal dan postnatal, biasanya jarang terjadi diperkirakan kira-kira
5 % dari infeksi HSV neonatus. Bayi yang terinfeksi intrauterin
mempunyai ciri-ciri berupa lesi kulit atau jaringan parut, korioretinitis,
mikrosefalus, yang terlihat pada saat lahir. Bayi yang tetap hidup
sering
yang
tidak
stabil,
ikterus,
apnea,
syok,
menyebar
melibatkan
organ-organ.
Manifestasi klinis
2.
mukosa
kulit
tetapi
pada
dasarnya
dapat
terjadi
Eksema herpetikum
Eksema herpetikum merupakan manifestasi paling berat dari
herpes traumatis, biasanya terjadi akibat suatu infeksi primer oleh
virus herpes pada kulit eksematosa yang tersebar luas. Serangan
dapat berat atau ringan. Pada serangan berat yang khas, maka
vesikel berkembang secara mendadak dalam jumlah yang besar di
atas kulit yang eksematosa dan terus berlanjut dan berkelompok
hingga 7 9 hari. Apabila ukuran lesi luas, epidermis terbuka disusul
terbentuknya keropeng dan epitelisasi. Reaksi sistemik yang terjadi
berbeda-beda, tetapi tidak jarang terjadi peningkatan suhu badan
39,4 40,6 C yang berlangsung selama 7 10 hari. Serangan
berulang terjadi pada lesi atopis kronik. Kematian mungkin terjadi
sebagai akibat gangguan fisiologis berat seperti kehilangan cairan,
elektrolit dan protein melalui kulit yang mengalami lesi, akibat
10
5.
11
sifat
menimbulkan
genetik
individu
reaktivasi
tersebut.
adalah
Stimulasi
keadaan
yang
dapat
imunosupresi
atau
Herpes genital
Infeksi genital dengan virus herpes paling sering terjadi pada
masa remaja dan dewasa muda. Infeksi biasanya disebabkan oleh
HSV-2 dan ditularkan melalui hubungan seksual. Lima sampai 10 %
kasus yang ditemukan berhubungan dengan HSV-1. Pada wanita
dewasa, vulva dan vagina dapat turut terlibat dalam proses penyakit,
tetapi servix merupakan tempat infeksi primer. Kekambuhan sering
terjadi pada penyakit ini. Kekambuhan yang hanya melibatkan servix
sering bersifat subklinis, suatu kenyataan yang penting karena
penyakit yang aktif pada servix dengan mudah menimbulkan infeksi
pada bayi ketika bayi tersebut melintasi jalan lahir. Pada pria, vesikel
dan ulkus terdapat pada glans penis, preputium atau batang penis,
sementara
skrotum
jarang
terkena.
Bukti-bukti
yang
ada
12
Lesi mata
Konjungtivitis dan keratokonjungtivitis merupakan manifestasi
infeksi primer maupun kekambuhan dari infeksi virus herpes.
Konjungtiva mengalami kongesti, membengkak disertai sedikit sekret
purulen. Pada infeksi primer, maka kelenjar limfe preaurikuler
membesar dan terasa nyeri. Katarak, uveitis dan korioretinitis telah
ditemukan pada neonatus. Lesi pada kornea bersifat superfisial
dalam bentuk ulkus dendritik atau terletak dalam sebagai keratitis
disiforme. Diagnosis ditegakkan dengan adanya vesikel herpes pada
kelopak mata dan dipastikan dengan isolasi virus.
8.
HSV-2
meningitis
dan
ensefalitis
terjadi
melalui
13
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi HSV ditegakkan berdasarkan pola klinis yang
khas ditunjang pemeriksaan laboratorium. Metode untuk pemeriksaan
laboratorium dari infeksi HSV, disimpulkan pada tabel 3. Isolasi virus
merupakan metode diagnosis yang paling sensitif dan menghasilan
isolasi yang cepat dari tipe virus HSV-1 atau HSV-2.
14
Spesimen
Keuntunga
Kerugian
Keteranga
Isolasi virus
Darah,
lesi
kulit, orofaring,
urin,
LCS,
sekret vagina
ibu,
jaringan
biopsi
Metode paling
sensitif, dapat
mengetahui
tipe virus
Kadangkala
spesimen
perlu diambil
selama 5 hari
untuk
mendapatkan
hasil positif
Waktu
observasi
untuk
CPE
tergantung
pada
konsentrasi
virus di dalam
spesimen (18
jam 5 hari)
Deteksi
langsung, DFA,
atau
imunoperoksid
ase
Lesi
kerokan
atau
biopsi,
LCS
tidak
dapat dipakai,
sekret genital,
aspirasi
trakea, BAL
Cepat
(jam)
sensitivitas 78
88%
Hasil
negatif
dapat
dipercaya
kecuali
sel
yang
intak
ditransfer
ke
gelas obyek
Pengumpulan
spesimen
diambil
dari
dasar
lesi,
angkat
sel
mempergunak
an
ujung
aplikator
katun.
Patahkan
sampel
ke
dalam tabung
Pewarnaan,
papanicolou,
Uji Tzanck
Seperti DFA
Murah
Tidak spesifik
untuk
HSV,
sensistivitas
rendah
Seperti DFA
PCR
Serum,
LCS,
lesi
mukokutaneus
, biopsi
Cepat (jam)
Tidak
untuk
komersial
ELISA
Serum
Sensitif untuk
pasca infeksi
HSV
Uji
komersial
tidak
dapat
membedakan
antara HSV-1
dan HSV-2
Western Blot
Serum
Sensitif untuk
pasca infeksi
dapat
membedakan
HSV-1 dengan
HSV-2
Tidak
untuk
komersial
Dapat
membedakan
antara HSV-1
dan
HSV-2
tetapi
tidak
untuk
komersial
15
BAL- bronchoalveolar lavage; CPE- cytopathic effect; DFA- direct flourecent antibody;
ELISA- enzyme linked immunosorbent assay; HSV- herpes simplex virus; HVS-1
herpes simplex virus type 1; HSV-2 herpes simplex virus type 2; PCR
polymerase chain reaction.
sisa.
Ensefalitis
infeksi
HSV
dapat
sangat
serius,
dapat
menunjukkan
bahwa
infeksi
servix
uteri
dengan
HSV-2
16
Pengobatan
oral
dengan
levamisol
atau
lisin
tidak
jumlah
dan
kecepatan
terjadinya
kekambuhan.
pemberiannya.
Asiklovir
diberikan
intravena
pada
herpes
17
18
Usia
Kehamilan
30-34
minggu
Trimester I &
II
Lihat berat
penyakit,
Obati dengan
asiklovir iv / oral
selama 10 14
Bila mungkin
lakukan
pemeriksaan
serologi
Apakah benar
episode infeksi
primer
YA
YA
Rekurens pada a
term
YA
Obati
sebagai
Mulai 34
minggu
TIDAK
Tangani
sebagai HG
Partus cara
bedah
caesar
Partus
pervaginam
TIDAK
Partus dengan
bedah Caesar +
asiklovir supresif
TIDAK
Partus
pervaginam
hindari partus
dengan alat.
Cantumkan
riwayat VHS
pada status.
Didik orang tua
tentang herpes
neonatal
Obati ibu
dengan
asiklovir / oral
melihat
beratnya
Tergantung
beratnya
penyakit, obati
ibu dengan
asiklovir / oral
Partus
pervaginam +
asiklovir supresif
untuk ibu
Buat kultur dari ibu
dan bayi dalam 24
jam
Observasi
bayi
Bila timbul
gejala, buat
kultur dari bayi
mulai asiklovir
Pertimbangkan
asiklovir
antisipasi pada
bayi/ observasi
dan mulai
asiklovir empiris
bila timbul
gejala
Didik orang tua
tentang herpes
neonatal
Pertimbangkan
mulai asiklovir
antisipasi pada
bayi
YA
Obati 10 hari
pada peny. KMM
21 hari pada
herpes neonatal
SSP/ deseminata
Apakah hasil
kultur pada bayi
positif
TIDAK
Stop
asiklovir
bila bayi
sehat
19
Tandai riwayat
penyakit VHS
pada status ibu
dan bayi
Beri pendidikan pada
orang tua tentang
penyakit VHS
neonatus
Adakah lesi herpes
pada saat partus
YA
Partus pervaginam
+ asiklovir supresif
Hindari
penggunaan
instrumen
TIDAK
ATAU
Partus pervaginam
Hindari
penggunaan
instrumen
Partus cara
bedah
caesar
Lakukan
biakan dari
bayi dalam
24 jam
Awasi bayi
dengan ketat
(resiko transmisi
sangat rendah)
Bila timbul
herpes neonatal,
lakukan biakan
dan mulai terapi
asiklovir secara
Anwar
ATAU
Pertimbangkan
pemakaian
asiklovir lebih
dulu pada bayi
20
DAFTAR RUJUKAN
1.
2.
Golden
SE.
Neonatal
herpes
simpleks
viremia.
The
4.
5.
6.
7.
8.
simples
mococutaneus
virus
lesion
isolates
after
from
neonatal
infants
infections.
with
recurrent
The
Pediatrics
10.
21