You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS

INTOKSIKASI ALKOHOL + ULKUS PEPTIKUM

Disusun Oleh :
Dian Sulistya Ekaputri

Pembimbing :
dr. Luh Putu Sudiati
dr. Ketut Sukadani
dr. , Sp.PD.

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSIP


DI RS TRIJATA POLDA BALI
DENPASAR
2014-2015
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh
yang

dapat

mengakibatkan

gangguan

kesehatan

bahkan

dapat

menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan


dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan
memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat
karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya
akan memperparah keracunan yang dialami penderita.2
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang
digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu
yang mendasari (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis
kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.3
Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum
untuk senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom
hidrogen atau atom karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai
etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol
minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH 3-CH2-OH. Dari semua
jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu kimia, etanol merupakan satusatunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh manusia untuk berbagai
maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu toksik untuk
diminum).1,4,5
Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala :6

ataksia dan bicara cadel/tak jelas

emosi labil dan disinhibisi

napas berbau alkohol


2

mood yang bervariasi

Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :6

paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran


pernapasan

obstructive sleep apnoea

aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4
mg/ml

Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat


meliputi:6

penurunan kesadaran, stupor atau koma

perubahan status mental

kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu
alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk
Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung
alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51%
dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol
saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol
yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang
dewasa.1,5,7
2.3 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung
alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan
berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk
metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai
logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif
yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol,

perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan


efek etanol itu sendiri.1
a) Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung,
dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah
dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung
apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan
absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga
merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat
menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling
cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol.
Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam
lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut
akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus
kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam
lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali
menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung
proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek
intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah
tinggi.1
b) Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati,
sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan
oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh.
Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan
rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya.1

Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol


dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi
konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik.
Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi
asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( Antabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait
alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki
ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan
wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah
minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang
memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi
intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1

c) Efek pada otak


Biokimiawi
Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol
terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol
akan

menimbulkan

efek

karena

ikatannya

dengan

membran

yang

menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka


pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa
membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat
berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran
lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin
nikotinik, serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A
(GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang
berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi
(voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi.1
d) Efek prilaku

Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi


depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol
prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang
biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,40,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di
otak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan
terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1
e) Efek fisiologis lain
Hati
Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan
hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat
menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan
perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
pembesaran hati.1
Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan
menjadi

varises

esofagus

dapat

menyertai

pada

seseorang

dengan

penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan


suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan
kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis,
insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak
dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal.
Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi
tidak adekuat.1

Sistem tubuh lain


6

Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya


tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus,
lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan
hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian
mendadak pada orang yang terintoksikasi.1
Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80%
dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira
60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat
oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase
(AST),

dan

glutamatpiruvat

transaminase

(SGPT)

atau

alanin

aminotransferase (ALT).1

2.4 GANGGUAN-GANGGUAN
Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf
Pusat.6
KONSENTRASI (g/dl)

PEMINUM

PEMINUM KRONIK

0,050-0,075 (taraf pesta)

SPORADIK
Euforia, Suka

-Tak tampak gejala

berkumpul

-Sering masih terlihat

(gregarious), suka

segar

mengomel
0,100

(garroulous)
(intoksikasi Tidak terkoordinasi

Gejala minimal

secara
hukum*)
0,125-0,150

Perilaku tak

Menyenangkan, mulai

Terkontrol

euforia, kurang
koordinasi
8

0,200-0,250

Hilang

Membutuhkan

kewaspadaan,

usaha

lethargy

pertahankan

untuk

mem-

emosi/kontrol motorik
Stupor sampai koma
Mengantuk, lamban
Fatal, mungkin mem- Koma

0,300-0,350
Lebih dari 0,500

butuhkan
Hemodialysis
*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum
kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.
2.5 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis:
Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:1
a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum
b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang
berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia
temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu
c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk
sekurangnya dua hari)
d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau
ekuivalennya pada bir atau anggur)
e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi
(blackout)
f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah
diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk
komersial yang mengandung alkohol
Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan
penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan

karena

penggunaan

alkohol,

seperti

kekerasan

saat

terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan pekerjaan, masalah hukum


(contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau kecelakaan lalu lintas
saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan keluarga atau
teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1
9

2.6 Intoksikasi Alkohol


Diagnosis dan gambaran klinis:
Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan
prilaku maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya
diagnosis atau kondisi lain yang membaur.1
Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan.
Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi
pernapasan dan kematian, baik karena henti pernapasan atau karena
aspirasi muntah. Pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan
pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada
keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa
penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami
peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1
Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar
dengan konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi
alkohol didalam otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka
bicara dan suka berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan
cemberut, yang lainnya menjadi suka berkelahi. Beberapa pasien
menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa dan menangis yang
saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap alkohol
dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjamjam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1
Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena
terjatuh yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda
yang menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah
hematoma wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau
berkelahi saat mabuk.1
Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol
A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood,
10

gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang


berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian alkohol
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.1
2.7 Pengobatan
Penatalaksanaan intoksikasi secara umum2
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa
pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem
sirkulasi darah.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah
kerusakan.
3. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari
pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan
oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari
racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata
yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan

11

aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah
hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik
yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
handuk kering dan lembut.
6. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.
7. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran
racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal
setelah lebih dari 4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada
obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial
sangat sedikit jumlahnya.

Medikasi
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol
Masalah klinis
Gemetaran dan
agitasi ringan
sampai sedang

Obat
chlordiazepoxide

Jalur
Oral

Dosis
25-100 mg tiap 4-6

Keterangan
Dosis awal dapat

jam

diulangi tiap 2 jam


sampai pasien tenang;
12

dosis selanjutnya harus


ditentukan secara
Halusinosis

Diazepam

Oral

5-20 mg tiap 4-6

individual dan dititrasi


Berikan sampai pasien

Agitasi parah

Lorazepam

Oral

jam

tenang; dosis

chlordiazepoxide

Intravena

2-10 mg tiap 4-6

selanjutnya harus

jam

ditentukan secara

0,5 mg/kg pada 12,5


Kejang putus

Diazepam

Intravena

mg/mnt
0,15 mg/kg pada 2,5

Delirium

Lorazepam

Intravena

mg/mnt
0,1 mg/kg pada 2,0

tremens

indivisual dan dititrasi

mg/mnt

Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:6

Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%

Bila keadaan Koma :


Posisi face down untuk cegah aspirasi
Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai
terbalik)

Problem Perilaku (gaduh/gelisah):


Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa
terancam
Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol

mg oral, bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m)


Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus
spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,
hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi
13

tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1
Medikasi
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam
kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1
Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg
setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,
anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual
juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,
pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis
lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1
Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan
pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.
Terapi Prilaku
Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan
alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,
latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk
menguasai lingkungan. Sejumlah

program pembiasaan

prilaku (operant

conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk


memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan
berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap
yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1
14

15

BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: MPDS

Jeniskelamin

: Laki-laki

Umur

: 28 tahun

Pendidikan

: Tamat SLTA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Agama

: Hindu

Suku

: Bali

Kebangsaan

: Indonesia

Alamat

: Jalan Bhayangkara Jagapati

Tanggal MRS

: 19 November 2014

Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2014

B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS dengan keluarga pasien)


Keluhan Utama

: Penurunan Kesadaran

Keluhan Tambahan

: Muntah-muntah dengan cairan berwarna kehitaman dan berbuih.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSTrijata Polda Bali dengan penurunan kesadaran sejak kurang lebih 30
menit SMRS. Nafas pasien berbau alkohol. Sebelumnya (kurang lebih 1 jam SMRS) pasien
bersama dengan kakak dan saudara lainnya mengkonsumsi alkohol di rumahnya. Kemudian
pasien mendadak muntah-muntah. Muntahan berwarna merah gelap dan bercampur buih. Pasien
muntah sebanyak kurang lebih 3 kali dengan volume kurang lebih 300 cc.
Pasien sebelumnya juga sempat memegangi bagian perutnya dan mengatakan nyeri ulu hati.
Pasien tidak sempat mendeskripsikan nyeri nya kemudian pasien tidak sadarkan diri dan segera
16

dibawa ke rumah sakit. Alkohol yang dikonsumsi dikatakan jenis Red Label dengan volume
kurang lebih 600 cc. Dikatakan bahwa alkohol ini tidak dicampur dengan minuman apapun.
Riwayat Pengobatan:
Pasien dikatakan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya untuk meringankan gejala
yang dialaminya.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Keluhan muntah darah ini menurut keluarga pasien merupakan kejadian pertama yang dialami
pasien. Keluhan nyeri ulu hati memang sering dialami pasien sejak kurang lebih 3 bulan yang
lalu dan hilang timbul. Riwayat penyakit jantung, ginjal, asma, hipertensi dan diabetes
mellitus disangkal pasien. Riwayat alergi juga disangkal pasien. Pasien dikatakan memang
sering mengkonsumsi alkohol sejak usia belasan tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat
penyakit jantung, ginjal, asma, hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Lemah, Agitasi

Kesadaran

: Somnolen

Tanda vital :

TD

: 100/60mmHg

Nadi

: 90 x/menit, regular, isi cukup

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,7 C

Saturasi

: 90%

STATUS GENERAL:
Mata

: anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor, oedema palpebrae (-/-)
17

THT
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Lidah
Kelenjar parotis

:
:
:
:
:

Mukosa bibir

: basah, stomatitis angularis (-)

sekret tidak ada, pendengaran menurun tidak ada


sekret tidak ada
tonsil T1/T1, hiperemis (-), pharing hiperemis (-)
ulkus (-), papil lidah atropi (-)
tidak ditemukan pembesaran

Leher
JVP
Kelenjar getah bening

: PR + 0 cmH2O
: tidak ditemukan pembesaran

Kelenjar parotis dan tiroid : tidak ditemukan pembesaran


Thoraks
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Simetris
: iktus kordis tidak terlihat
: iktus cordis tidak teraba
: batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra, batas kanan jantung
parasternal line dekstra, batas kiri jantung midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi

: S1S2tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

: simetris saat statis.


: vocal fremitus tidak dapat dievaluasi
: sonor (+/+)
(+/+)
(+/+)
: vesikuler
(+/+), ronchi (-/-), wheezing(-/-)
(+/+)
(-/-)
(-/-)
(+/+)
(-/-)
(-/-)
: distensi (-)
: bising usus (+) normal
: ascites (-), nyeri tekan tidak dapat dievaluasi, massa (-), hepar dan lien
tidak teraba, ginjal tidak teraba,

Perkusi
Extremitas

: timpani di semua regio


: hangat (+/+), edema (-/-)
(+/+)

(-/-)

Genitalia Eksterna : tidak di evaluasi


18

DIAGNOSIS KERJA
Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum
PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP
Rencana Terapi
Medikamentosa
-

MRS
Infus Ringer Laktat 20 tpm
Inj. Ondansetron 3x8 mg
Ottozol 2x1 IV
Mucin 3xCI

Non-Medikamentosa
-

Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan keluhan.


Diet lunak dengan pola makan teratur 3 kali makan dan 2 kali cemilan.

Menghindari faktor pencetus seperti menghentikan atau mengurangi konsumsi


obat-obat NSAID, mengurangi mengkonsumsi makanan pedas, asam, rokok,
kafein, ataupun minuman beralkohol.

Rencana Diagnosis
Endoskopi
Rencana Monitoring
Vital sign
Keluhan
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
19/11/
2014

Anamnesis
OS masih tampak
tidak sadar dan
gelisah. Muntah

Pemeriksaan fisik
KU: lemah
TD: 100/60
N: 88

Assesment

Terapi

Intoksikasi - Infus RL 20 tpm


Alkohol +
- Pasang NGT
Hematemesis - Gastric Cooling
19

(+) kehitaman.
Riwayat: Minum
alkohol (+),
Perokok (+) DM
(-), sakit jantung
(-) HT (-), Asma
(-), alergi (-)

R: 18
T: 36,8
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).

e.c. suspek
dengan NACL
Ulkus
1500 cc
Peptikum dd/ - Ottozol 2x40 mg
Ulkus
- Ondansetron 2x8
Duodenum
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet lunak
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI

20/11/
2014

OS sudah mulai
sadarkan diri dan
mengeluh nyeri ulu
hati. Mual (-)
muntah (-) diare
(-).
Riwayat: Minum
alkohol (+),
Perokok (+) DM
(-), sakit jantung
(-) HT (-), Asma
(-), alergi (-)

KU: lemah, CM
TD: 110/60
N: 80
R: 20
T: 36,3
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).

Intoksikasi
Alkohol +
Hematemesis
e.c. suspek
Ulkus
Peptikum dd/
Ulkus
Duodenum

- Infus RL 20 tpm
- Ottozol 2x40 mg
- Ondansetron 2x8
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet lunak
- Aff NGT
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI

21/11/
2014

OS sadar baik.
Nyeri ulu hati (+)
Mual (-) muntah
(-) diare (-).

KU: baik, CM
TD: 110/70
N: 78
R: 22
T: 36,5
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,

Intoksikasi
Alkohol +
Hematemesis
e.c. suspek
Ulkus
Peptikum dd/
Ulkus
Duodenum

- Infus RL 20 tpm
- Ottozol 2x40 mg
- Ondansetron 2x8
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet TKTP lunak
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI

Nafsu makan baik,


BAB (+) baik,
BAK (+) baik

20

udem tungkai (-/-).


22/11/
2014

OS sadar baik.
Nyeri ulu hati (+)
Mual (-) muntah
(-) diare (-).
Nafsu makan baik,
BAB (+) baik,
BAK (+) baik

F.

KU: baik, CM
TD: 110/70
N: 78
R: 22
T: 36,5
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).
HASIL ENDOSKOPI :
Reallus Ulcer
Gastritis
Superficialis Fundus
Stress Related
Mucosal Procase

GSF &
Mallory
Weiss
Syndrome e.c Alcohol
Induce
-

Infus RL 20 tpm
Omeprazol 2x20
mg
Ondansetron 2x8
mg
Mucin syrup 3x1
CI
- Diet TKTP lunak

Prognosis
- Ad vitam

: dubia ad bonam

- Ad fungsionam

: dubia ad bonam

21

BAB III
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien intoksikasi alkohol dengan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Hasil anamnesis menunjukan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran setelah
mengkonsumsi alkohol jenis Red Label. Red Label merupakan minuman yang mengandung
alkohol dengan konsentrasi 40%. Pasien dikatakan mengkonsumsi minuman tersebut kurang
lebih sebanyak 600 cc. Selain itu pasien juga diketahui muntah-muntah cairan berwarna merah
kehitaman dan berbuih. Dari riwayat sosial memang diketahui bahwa paasien selalu
mengkonsumsi alkohol dan juga merupakan seorang perokok.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien lemah dan agitasi,
kesadaran somnolen, Tanda vital tekanan darah 100/60mmHg, Nadi 90 x/menit , Respirasi 20
x/menit , Suhu 36,7 C
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Intoksikasi Alkohol
dengan kriteria berdasarkan dari DSM-IV yaitu pasien baru saja menggunakan alkohol. Adapun
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melakukan penegakan diagnosis ulkus peptikum
adalah dengan endoskopi. Dari hasil endoskopi didapatkan gambaran: Reallus Ulcer, Gastritis
Superficialis Fundus Stress Related, dan Mucosal Procase
Penatalaksanaan yang diberikan untuk keadaan pasien tersebut diantaranya :
-

Infus Ringer Laktat 20 tpm


Inj. Ondansetron 3x8 mg
Ottozol 2x1 IV
Mucin 3xCI
Bilas Lambung dengan NaCl 1500 cc.

Bilas lambung dilakukan pada pasien tersebut untuk mengurangi konsentrasi toksik dari
alkohol dan melindungi mucosa lambung akibat paparan alkohol yang dapat menggerus lambung
sekaligus sembagai terapi untuk menghentikan perdarahan. Berkurangnya konsentrasi alkohol
yang masuk kedalam tubuh dan beredar pada sirkulasi tubuh, dapat membantu menurunkan efek
toksik alkohol yang semakin memburuk bila konsentrasi pada peredaran darah semakin tinggi.
Obat-obatan agen anti-anxietas seperti pada golongan benzodiazepine belum perlu
digunakan karena tidak terjadi sampai gejala agitasi berat, halusinasi ataupun kejang pada pasien.
22

DAFTAR PUSTAKA

23

DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American
Psyciatric Association, Washington 1994.1
Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine, 2011.
Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed: 4 th
May 2011.
Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006.
Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page
214-16
Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004.
Page: 369-71
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I, 1999, hal :
434 437.
MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 1514.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.

24

You might also like