Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dian Sulistya Ekaputri
Pembimbing :
dr. Luh Putu Sudiati
dr. Ketut Sukadani
dr. , Sp.PD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh
yang
dapat
mengakibatkan
gangguan
kesehatan
bahkan
dapat
aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4
mg/ml
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu
alkohol dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk
Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung
alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51%
dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol
saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4 juta orang pecandu alkohol
yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir 8% orang
dewasa.1,5,7
2.3 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung
alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan
berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk
metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai
logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif
yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol,
menimbulkan
efek
karena
ikatannya
dengan
membran
yang
varises
esofagus
dapat
menyertai
pada
seseorang
dengan
dan
glutamatpiruvat
transaminase
(SGPT)
atau
alanin
aminotransferase (ALT).1
2.4 GANGGUAN-GANGGUAN
Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf
Pusat.6
KONSENTRASI (g/dl)
PEMINUM
PEMINUM KRONIK
SPORADIK
Euforia, Suka
berkumpul
(gregarious), suka
segar
mengomel
0,100
(garroulous)
(intoksikasi Tidak terkoordinasi
Gejala minimal
secara
hukum*)
0,125-0,150
Perilaku tak
Menyenangkan, mulai
Terkontrol
euforia, kurang
koordinasi
8
0,200-0,250
Hilang
Membutuhkan
kewaspadaan,
usaha
lethargy
pertahankan
untuk
mem-
emosi/kontrol motorik
Stupor sampai koma
Mengantuk, lamban
Fatal, mungkin mem- Koma
0,300-0,350
Lebih dari 0,500
butuhkan
Hemodialysis
*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum
kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.
2.5 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis:
Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:1
a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum
b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang
berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia
temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu
c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk
sekurangnya dua hari)
d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau
ekuivalennya pada bir atau anggur)
e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi
(blackout)
f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah
diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk
komersial yang mengandung alkohol
Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan
penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan
karena
penggunaan
alkohol,
seperti
kekerasan
saat
11
aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah
hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik
yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
handuk kering dan lembut.
6. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.
7. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran
racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal
setelah lebih dari 4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada
obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial
sangat sedikit jumlahnya.
Medikasi
Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol
Masalah klinis
Gemetaran dan
agitasi ringan
sampai sedang
Obat
chlordiazepoxide
Jalur
Oral
Dosis
25-100 mg tiap 4-6
Keterangan
Dosis awal dapat
jam
Diazepam
Oral
Agitasi parah
Lorazepam
Oral
jam
tenang; dosis
chlordiazepoxide
Intravena
selanjutnya harus
jam
ditentukan secara
Diazepam
Intravena
mg/mnt
0,15 mg/kg pada 2,5
Delirium
Lorazepam
Intravena
mg/mnt
0,1 mg/kg pada 2,0
tremens
mg/mnt
tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1
Medikasi
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam
kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1
Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg
setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,
anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual
juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,
pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis
lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1
Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan
pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.
Terapi Prilaku
Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan
alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,
latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk
menguasai lingkungan. Sejumlah
program pembiasaan
prilaku (operant
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: MPDS
Jeniskelamin
: Laki-laki
Umur
: 28 tahun
Pendidikan
: Tamat SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Agama
: Hindu
Suku
: Bali
Kebangsaan
: Indonesia
Alamat
Tanggal MRS
: 19 November 2014
: Penurunan Kesadaran
Keluhan Tambahan
dibawa ke rumah sakit. Alkohol yang dikonsumsi dikatakan jenis Red Label dengan volume
kurang lebih 600 cc. Dikatakan bahwa alkohol ini tidak dicampur dengan minuman apapun.
Riwayat Pengobatan:
Pasien dikatakan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya untuk meringankan gejala
yang dialaminya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Lemah, Agitasi
Kesadaran
: Somnolen
Tanda vital :
TD
: 100/60mmHg
Nadi
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Saturasi
: 90%
STATUS GENERAL:
Mata
: anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor, oedema palpebrae (-/-)
17
THT
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Lidah
Kelenjar parotis
:
:
:
:
:
Mukosa bibir
Leher
JVP
Kelenjar getah bening
: PR + 0 cmH2O
: tidak ditemukan pembesaran
: Simetris
: iktus kordis tidak terlihat
: iktus cordis tidak teraba
: batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra, batas kanan jantung
parasternal line dekstra, batas kiri jantung midclavicular line sinistra ICS V
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Extremitas
(-/-)
DIAGNOSIS KERJA
Intoksikasi Alkohol + Hematemesis e.c. suspek Ulkus Peptikum dd/ Ulkus Duodenum
PENATALAKSANAAN DAN FOLLOW UP
Rencana Terapi
Medikamentosa
-
MRS
Infus Ringer Laktat 20 tpm
Inj. Ondansetron 3x8 mg
Ottozol 2x1 IV
Mucin 3xCI
Non-Medikamentosa
-
Rencana Diagnosis
Endoskopi
Rencana Monitoring
Vital sign
Keluhan
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
19/11/
2014
Anamnesis
OS masih tampak
tidak sadar dan
gelisah. Muntah
Pemeriksaan fisik
KU: lemah
TD: 100/60
N: 88
Assesment
Terapi
(+) kehitaman.
Riwayat: Minum
alkohol (+),
Perokok (+) DM
(-), sakit jantung
(-) HT (-), Asma
(-), alergi (-)
R: 18
T: 36,8
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).
e.c. suspek
dengan NACL
Ulkus
1500 cc
Peptikum dd/ - Ottozol 2x40 mg
Ulkus
- Ondansetron 2x8
Duodenum
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet lunak
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI
20/11/
2014
OS sudah mulai
sadarkan diri dan
mengeluh nyeri ulu
hati. Mual (-)
muntah (-) diare
(-).
Riwayat: Minum
alkohol (+),
Perokok (+) DM
(-), sakit jantung
(-) HT (-), Asma
(-), alergi (-)
KU: lemah, CM
TD: 110/60
N: 80
R: 20
T: 36,3
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).
Intoksikasi
Alkohol +
Hematemesis
e.c. suspek
Ulkus
Peptikum dd/
Ulkus
Duodenum
- Infus RL 20 tpm
- Ottozol 2x40 mg
- Ondansetron 2x8
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet lunak
- Aff NGT
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI
21/11/
2014
OS sadar baik.
Nyeri ulu hati (+)
Mual (-) muntah
(-) diare (-).
KU: baik, CM
TD: 110/70
N: 78
R: 22
T: 36,5
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
Intoksikasi
Alkohol +
Hematemesis
e.c. suspek
Ulkus
Peptikum dd/
Ulkus
Duodenum
- Infus RL 20 tpm
- Ottozol 2x40 mg
- Ondansetron 2x8
mg
- Mucin syrup 3x1
CI
- Diet TKTP lunak
- Planning Dx.:
ENDOSKOPI
20
OS sadar baik.
Nyeri ulu hati (+)
Mual (-) muntah
(-) diare (-).
Nafsu makan baik,
BAB (+) baik,
BAK (+) baik
F.
KU: baik, CM
TD: 110/70
N: 78
R: 22
T: 36,5
Mata : CA -/-, SI -/Leher : JVP (-)
Thorax: vesikuler +/
+, RBB -/-,
Cor: S1 S2 reguler,
Bising (-)
Abdomen: NT (-),
supel (+), BU (+) N
Ekstremitas: akral
hangat, nadi kuat,
udem tungkai (-/-).
HASIL ENDOSKOPI :
Reallus Ulcer
Gastritis
Superficialis Fundus
Stress Related
Mucosal Procase
GSF &
Mallory
Weiss
Syndrome e.c Alcohol
Induce
-
Infus RL 20 tpm
Omeprazol 2x20
mg
Ondansetron 2x8
mg
Mucin syrup 3x1
CI
- Diet TKTP lunak
Prognosis
- Ad vitam
: dubia ad bonam
- Ad fungsionam
: dubia ad bonam
21
BAB III
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien intoksikasi alkohol dengan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Hasil anamnesis menunjukan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran setelah
mengkonsumsi alkohol jenis Red Label. Red Label merupakan minuman yang mengandung
alkohol dengan konsentrasi 40%. Pasien dikatakan mengkonsumsi minuman tersebut kurang
lebih sebanyak 600 cc. Selain itu pasien juga diketahui muntah-muntah cairan berwarna merah
kehitaman dan berbuih. Dari riwayat sosial memang diketahui bahwa paasien selalu
mengkonsumsi alkohol dan juga merupakan seorang perokok.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien lemah dan agitasi,
kesadaran somnolen, Tanda vital tekanan darah 100/60mmHg, Nadi 90 x/menit , Respirasi 20
x/menit , Suhu 36,7 C
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Intoksikasi Alkohol
dengan kriteria berdasarkan dari DSM-IV yaitu pasien baru saja menggunakan alkohol. Adapun
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melakukan penegakan diagnosis ulkus peptikum
adalah dengan endoskopi. Dari hasil endoskopi didapatkan gambaran: Reallus Ulcer, Gastritis
Superficialis Fundus Stress Related, dan Mucosal Procase
Penatalaksanaan yang diberikan untuk keadaan pasien tersebut diantaranya :
-
Bilas lambung dilakukan pada pasien tersebut untuk mengurangi konsentrasi toksik dari
alkohol dan melindungi mucosa lambung akibat paparan alkohol yang dapat menggerus lambung
sekaligus sembagai terapi untuk menghentikan perdarahan. Berkurangnya konsentrasi alkohol
yang masuk kedalam tubuh dan beredar pada sirkulasi tubuh, dapat membantu menurunkan efek
toksik alkohol yang semakin memburuk bila konsentrasi pada peredaran darah semakin tinggi.
Obat-obatan agen anti-anxietas seperti pada golongan benzodiazepine belum perlu
digunakan karena tidak terjadi sampai gejala agitasi berat, halusinasi ataupun kejang pada pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American
Psyciatric Association, Washington 1994.1
Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine, 2011.
Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed: 4 th
May 2011.
Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006.
Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page
214-16
Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004.
Page: 369-71
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, edisi 3, jilid I, 1999, hal :
434 437.
MM Panggabean, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV, jilid 1, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 2006, hal : 1513 1514.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
24