You are on page 1of 48

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT BERBEDA


JATIKERTO, MALANG DAN CANGAR

Disusun oleh:
Kelompok: O (AC) 1
Kelas: O (AC)
Asisten: Anella R.Kumala.S

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN


STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAAN
CANGAR
Disusun oleh :
Nur Fitriana Edi Putri
Masriyani Siregar
Vinalisa Damara
Fathir Muhammad Tarigan
Atanasius Ragilia Fendhi Dhulkamay
Rachmat Tri Darmawan
Rohyatul Miskah
Kusdiah Ayu Safitri Mahanani
Tahan Silangit
Masnidar Tarihoran
Abdul Aziz Alghofar
Adetya Yudi Lesmana
Sihar Pangarapan. A. Harianja
Azka Ilafi Pasaribu
Syarifudin Ikhsan
Arisani Putri Utami
Sitharizma Aviota
Mukhammad Hazmi Muzakki
Ahmad Idhan Rifaldi
Dessy Maulida Hrp
Bernaldus Victoria Manurung
Kartika
Isnaini

135040201111327
135040201111328
135040201111329
135040201111330
135040201111331
135040201111332
135040201111333
135040201111334
135040201111335
135040201111336
135040201111337
135040201111338
135040201111339
135040201111340
135040201111341
135040201111342
135040201111343
135040201111344
135040201111345
135040201111346
135040201111347
1350402011113
1350402011113

LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan

Asisten,

CO Asisten

Anella Retna Kumala S

Dwi Firmansyah Putra

NIM. 115040207111018

NIM. 116040217011012

Tanggal Pengesahan :

RINGKASAN
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.Vegetasi tanah dan
iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena

berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang
dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan.Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan
(vegetasi) disebut juga fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi
yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif . Karena ada hubungan yang khas antara
lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan bersifat spesifik.
Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu.
Seringkali sustu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain.
Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik disuatu
habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Komunitas
mempunyai beberapa kekhususan yaitu :
1. Komunitas biotic sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar
di suatu habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan
adanya hubungan interaksi antara komponen biotic dan abiotic.
2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar
variasinya maka tumbuhan yang ada menunjukan kesenangan/perilaku yang
khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi
merupakan pencerminan iklim dan secara umum keadaan iklim menampakkan
pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi indikator.
3. Komunitas sebagai suatu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu
kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan
yang khas, atau suatu komunitasyang dapat mengkarakteristikakan suatu unit

lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Kumpulan


dari beberapa jenis organisme dinamakan komunitas.
Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari
stratafikasinya lapisan (dari atas kebawah) secara horizontal bentuk pertumbuhannya,
sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomassa (analisis
kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies. Untuk mempelajari
suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling
baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Jalur-jalur
contoh dibuat memotong garis gasris topografi, misalnya dari tepi laut kepedalaman
memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng pegunungan.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan akhir
praktikum ekologi pertanian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan
akhir praktikum ekologi pertanian ini kami membahas mengenai analisis vegetasi,
faktor abiotik, dan faktor biotik di daerah Jatikerto, Cangar, dan Malang.

laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini dibuat dengan berbagai observasi
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir praktikum
ekologi pertanian ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
akhir praktikum ekologi pertanian ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan akhir selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Malang,
Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang
menempati suatu ekosistem. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di
definisikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang berhubungan dengan tumbuh-

tumbuhan atau tanam-tanaman. Istilah vegetasi dalam ekologi adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam suatu
ekosistem.
Vegetasi dapat juga di definisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan
bumi. Vegetasi seperti ini dapat berbeda berdasarkan lokasi dan waktu serta
bergantung pada komposisi penyusunnya. Vegetasi yang ada di suatu tempat akan
berubah seiring dengan perubahan iklim. Berdasarkan lokasi dan keluasannya
vegetasi dapat di bedakan kedalam banyak formasi. Masing-masing formasi vegetasi
di beri nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan Contohnya
formasi vegetasi taiga, savana, tundra, dll.
Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia. Seperti vegetasi yang pernah ada
di hutan Afrika dahulu kala. Afrika di kenal dengan hutan hujan tropisnya. Namun
karena aktivitas penebangan hutan yang tidak mengindahkan kelestarian alam,
perlahan namun pasti, hutan hujan tropis yang dahulu merupakan paru-paru dunia
berubah menjadi gurun pasir yang tandus dan gersang. Vegetasi lama telah punah di
gantikan vegetasi jenis baru yang sesuai dengan kondisi iklim dan keadaan ekosistem
yang sekarang.
Vegetasi yang terbentuk dari kumpulan tumbuh-tumbuhan di suatu tempat
dapat di analisa komposisinya. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dalam suatu ekosistem. Analisa
vegetasi berfungsi untuk mengukur dan menentukan komposisi jenis tumbuhan,
dominansi spesies, kerapatan tumbuhan maupun keadaan penutupan tajuknya.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kondisi lingkungan pada lahan percobaan cangar dilihat dari
faktor biotik dan abiotik?
2) Bagaimana penyebaran populasi vegetasi pada lahan percobaan cangar?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah:
1) Untuk mengetahui kondisi yang diamati pada area pengamatan.

2) Untuk mengetahui penyebaran tanaman yang diamati pada area


pengamatan.
3) Untuk dapat merekapitulasi data analisis vegetasi dengan perhitungan
yang tepat.
1.4 Manfaat
1) Dapat mengetahui kondisi yang diamati pada area pengamatan.
2) Untuk mengetahui penyebaran tanaman yang diamati pada area
pengamatan
3) Untuk dapat merekapitulasi data analisis vegetasi dengan perhitungan
yang tepat.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Analisis vegetasi dan faktor abiotik
2.1.1 Analisa vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis )
dan bentuk ( struktur ) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Peranan
vegetasi dalam ekosistem tidak saja berkaitan dengan nilai ekologis kawasan
namun juga sangat berhubungan dengan nilai social maupun nilai ekonomi
masyarakat yang mendiami kawasan tersebut. Oleh karena itu, pengambilan
data vegetasi kawasan ekosistem harus memperhatikan factor ekonomi, social,
dan ekologinya termasuk teknologi yang menunjang budidayanya.

(Hairiah, dkk, 2013)


2.2. Faktor Abiotik Tanah
2.2.1. Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas
adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara, tanah, dan
air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh
makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu
tertentu.

Suhu

juga

mempengaruhi

perkembangbiakan

makhluk

hidup.

Contohnya, beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju ke daerah


yang suhunya sesuai untuk berkembang biak.
2.2.2. Cahaya
Sinar matahari menyediakan energi cahaya yang digunakan tumbuhan dalam
fotosintesa, tetapi juga menghangatkan lingkungan hidup dan menaikkan suhu air.
Selanjutnya akan terjadi penguapan, dan setelah terjadi proses kondensasi dapat
turun ke bumi dalam bentuk hujan dan salju. Cahaya matahari terdiri dari
beberapa macam panjang gelombang. Panjang gelombang, intensitas cahaya, dan
lama penyinaran cahaya matahari berperan dalam kehidupan makhluk hidup.
Misalnya tumbuhan memerlukan cahaya matahari dengan panjang gelombang
tertentu untuk proses fotosintesis.
2.2.3. Air
Air merupakan pelarut mineral-mineral tanah sangat penting bagi tumbuhan
dan keperluan dalam tubuh hewan, serta sebagai medium bagi makhluk hidup
hidup. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di alam, air dapat berbentuk
padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta berbentuk gas berupa uap air.
Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian
besar tubuhnya mengandung air.

2.2.4. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban
di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk
hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang
diperlukan setiap maklhuk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh, cendawan dan
cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
2.2.5. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, diantaranya nitrogen (78.09%),
oksigen (20.93%), karbon dioksida (0.03%), dan gas-gas lain. Nitrogen
diperlukan makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan
makhluk hidup untuk bernafas, sedangkan karbondioksida diperlukan tumbuhan
untuk fotosintesis.
2.2.2. Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam
air. Tingkat salinitas di dalam tanah akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan, produktivitas tanaman serta fungsi-fungsi fisiologi tanaman seperti
menghambat pembesara dan pembelahan sel, produksi protein dan penambahan
biomasa tanaman
(Soemarno MS.2010)

2.3. Antrophoda
Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, kaki seribu dan hewan sejenis lainnya. Artropoda
adalah nama lain hewan berbuku-buku. Artropoda biasa ditemukan di laut, air
tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan
parasit.

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, arthos yang artinya segmen/ruas dan poda
yang artinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis
hewan yang termasuk filum arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang berruasruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya.
Filum Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba, udang, kaki seribu dan hewan mirip lainnya.
Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku.
Empat dari lima bagian dari spesies hewan adalah Arthropoda, dengan jumlah di
atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal
Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan
udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Hamper 90% dari
seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda. Arthropoda
dianggap berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di
Afrika Selatan.
(Program Nasional PHT.1991)

2.4. Pengaruh faktor lingkungan pada pertumbuhan tanaman


Pengaruh faktor lingkungan pada tumbuhnan adalah apabila lingkungan
tempat tumbuh tanaman sangat bagus atau dikatan tanah dan pasokan unsur hara
bagi tanaman terpenuhi maka tanaman akan tumbuh dengan subur namun
seblaiknya apabila tanaman kekurangan salah satu faktor- faktor yang
mempengaruhi lingkungan seperti kekurangan asupan cahaya matahari maka
tanaman tidak tumbuh subur seperti semestinya.
Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
sebagai berikut :
1. Pengaruh CO
2. Pengaruh O
3. Pengaruh Tanah

4. Unsur Hara
5. Air
6. Cahaya
7. Pengaruh Suhu
8. Kelembaban
9. PH Tanah
10. Angin

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan beserta Fungsinya

Alat:
Alat tulis

: mencatat hasil pengamatan

Cetok

: menggali tanah

Tali rafia 50m

: membagi atau membatasi lahan

Sweepnet

: menangkap hama

Meteran/penggaris

: mengukur lahan

Kantong plastic

: menaruh serangga

Alcohol 70%

: membius serangga

Kapas

: membius serangga dalam plastik

Gunting

: memotong tali raffia

Buku flora

: menentukan jenis-jenis tanaman yang ada

Bahan:
Vegetasi

:sebagai objek pengamatan

Kepik

:sebagai objek pengamatan

Ulet

:sebagai objek pengamatan

Laba-laba

:sebagai objek pengamatan

Kutu daun

:sebagai objek pengamatan

Belalang

:sebagai objek pengamatan

Lalat

:sebagai objek pengamatan

3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari)
Tali raffia (4 meter)

: untuk membatasi petak

Bambu

: sebagai patok tempat diikatnya tali

Luks meter

: untuk mengetahui intersepsi radiasai


matahari

Termometer hygrometer

: mengukur suhu pada plot

Blanko

: sebagai tempat pengisian data

Alat tulis

: untuk mencatat

3.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)


Tali raffia

: untuk membuat plot

Alat tuis

: untuk mencatat

Blanko

: untuk pengamatan

3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)

Swept net

: untuk sebagai jarring penangkap arthropoda

Plastic ukuran 1kg

untuk

memasukkan

serangga

yang

terperangkap pada swept net


3.1.4 Pengaruh factor lingkungan terhadap tanaman (polybag)
Alat
Sekop
Polybag
Bahan
Tanah
Jagung

: untuk mengambil tanah


: tempat menanam bibit
: untuk media tanam
: sebagai bibit yg di tanam

3.2 Langkah Kerja di Lapang (Teknis Lapang)


1.1.1

Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari)


Buat plot dengan luasan 5x5

Bagi plot tersebut menjadi lima sub plot. Batasi pembagian plot dengan tali rafia dan
kayu penahan disetiap pojokan
Identifikasi & Inventarisasi vegetasi yang masuk dalam plot
pengamatan
Amati vegetasi di dalam plot pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu,
mengukur diameter terpanjang suatu spesies (d1) dan diameter spesies yang tegak
lurus dengan d1 (d2)
Ambil sampel dari spesies yang belum diketahui jenisnya. Sampel digunakan untuk
membandingkan dengan sumber informasi lain seperti buku identifikasi flora, website
internet dan sumber lainnya

Hitung besarnya kerapatan (individu/ha), frekuensi dan dominasi (m2/ha), indeks nilai
penting (INP), dan Summed Dominance Ratio (SDR) dari masing-masing data vegetasi
yang sudah diambil

Buat laporan ringkas hasil praktikum lapang


1.1.2

Faktor Abiotik (Tanah)

Buat galian tanah dengan luas 20x20 cm dan kedalaman 10 cm


Padatkan seresah yang ada, tancapkan ujung penggaris hingga menyentuh permukaan
tanah

Catatlah ketebalan seresah, dan karakteristik seresahnya


Ukur Ph dan Suhu tanahnya
1.1.3

Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)

Pitfall traps yang telah dipasang satu hari sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada
masing-masing lahanlah yang diamati

Pitfall traps yang telah dipasang satu hari sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada
masing-masing lahanlah yang diamati

Pemasangan dilakukan dengan metode pengambilan contoh secara sistematis pada


garis diagonal

Hunting serangga dengan swept net dengan ayunan ganda

Ambil Serangga yang terperangkap pada pitfall dan masukan pada fial film kemudian
diberi alkohol 70%. Sedangkan serangga yang terperangkap swept net dimasukan pada
plastik dan diberi alkohol 70%
1.1.4

Pengaruh factor lingkungan terhadap tanaman (polybag)


Masukan tanah ke dalam polybag sampai setengah

Lubangi tanah di polybag tadi dengan kedalaman kurang lebih sedalam 2/3 jari tangan

Masukan benih jagung, kemudian siram dengan air

Beri identitas pada polybag

BAB IV

Hasil Dan Pembahasan


4.1. Perhitungan dan Tabel Pengamatan
4.1.1. Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik

Tabel pengamatan Vegetasi


1) Cangar

1.
2.
3.

Kubis
Brokoli
Gulma Ageratum

Rata- Rata
D1
D2
59
62.8
47.7
60.4
74.3
42.8

4.

conyzoides L
Gulma Croton hirtus

61.6

NO

SPECIES

2) Jatikerto

23.8

1
22
6
4
2

Jumlah Tanaman /Plot


2
3
4
3
3
5
4
4
8
36
2
61

5
2
20
1

No Spesies
1.
2.
3.
4.

Tebu
Singkong
Kacang Tanah
Rumput Berbulu

D1

D2

(cm)
30
5
5,4
0,25

(cm)
150
10
20
50

Petak contoh ke1


2
3
2
2
3
2
1
30
23
41

4
2
39

5
1
27

Tabel Pengamatan Faktor Abiotik


1) Cangar

NO
1.

LOKASI
Petak Percobaan cangar

Suhu

RH (%)

RM (Lux)

Udara (C)
22.2

10

588

Suhu (C)

RH (%)

RM (Lux)

2) Jatikerto
No
1.

Lokasi
Lahan Tebu

29,43

39,6

Klasifikasi Vegetasi
1) Cangar

Brokoli :
Regnum

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Sub Kelas

: Dialypetalae

Bangsa

: Rhoeadales/Brassicales

Famili

: Cruciferae/Brassicaceae

Genus

: Brassica

Kubis
Kerajaan

: Plantae

85,54

Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Magnoliophyta
Magnoliopsida
Brassicales
Brassicaceae
Brassica
B. oleracea

Gulma Ageratum conyzoides L (bebandotan )


Divisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

:
:
:
:
:
:

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Asterales
: Asteraceae
: Ageratum
: Ageratum houstonianum

Gulma Croton hirtus L. Heril


Divisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Croton
: Croton hirtus L. Heril.

2) Jatikerto

Tebu
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas
: CommelinidaeOrdo : Poales
Famili
: Graminae atau Poaceae (suku rumputrumputan)
Genus
Spesies

: Saccharum
: Saccharum officinarum L

2). Singkong (Manihot utilissima)


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot utilissima
3). Kacang tanah
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Klas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae atau tumbuh-tumbuhan


: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
: Angiospermae atau berbiji tertutup
: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
: Leguminales
: Papilionaceae
: Arachis
: Arachis hypogeae L.

4). Nilam
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi

: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi
Kelas

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Asteridae
: Lamiales
: Lamiaceae
: Pogostemon
: Pogostemon hortensis Benth

Identifikasi Tumbuhan

1) Cangar
Pada lokasi pengamatan petak percobaan cangar ditemukan beberapa
spesies yaitu :
Kubis ungu
Brokoli
Gulma Ageratum conyzoides L
Gulma Croton hirtus
2) Jatikerto
Pada lokasi pengamatan yaitu lahan tebu, ditemukan beberapa tumbuhan
yaitu :
Tebu
Singkong
Kacang Tanah
Rumput berbulu

Analisa Vegetasi
1) Cangar

Ageratum conyzoides L

(bebandotan )

Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma


pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari
Amerika tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan
meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau
babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoatweed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris,
tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya
menyerupai bau kambing.

Croton hirtus L. Heril

Tegak, lebih bayak tahunan, umumnya 60 cm. tinggi atau


kurang, sederhana atau bercabang biasanya, batang dan tangkai
kuning-hispid dengan rambut kaku panjang, daun membranaceous,
lama-petiolate, belah ketupat-ovate, sering secara luas sehingga, 3-7
cm. panjang, tumpul atau akut, bulat atau tumpul di dasar, crenate
kasar, 3-5-nerved dari dasar, dengan 2 kelenjar panjang stipitate di
dasar, stellata-hirsutisme atau usia glabrate, stipula linear, 3-5 mm .
panjang, racemes 1-beberapa di ujung cabang, 1,5-3 cm. panjang,
bunga subsessile, bracts linear, dengan kelenjar stipitate mencolok,
sepal jantan berbentuk bulat panjang, akut, stellata-hispidulous,
kelopak sedikit lebih panjang, benang sari sekitar 10; sepal betina
yang tidak sama, lanset atau spatulate, 3-4 kali lebih lama sebagai
kapsul , hirsutisme ovarium, kapsul 3-4 mm. panjang, bulat, berbulu,
biji 2,5-3 mm. panjang, dengan karunkula kecil "(Standley &
Steyermark, 1949;. p 73).

Kubis
Kubis banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat
di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari,
Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang,
Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur,
Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat
ditanam di dataran rendah. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu
udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 0 C. Untuk waktu
singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 0 C),
tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil
(<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air
tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol
memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).

Brokoli
Brokoli

(Brassica oleracea var. Botrytis

forma

cymosa)

termasuk dalam family brassicaceae. Pada kubis jenis ini, bakal


bunganya mengembang menyerupai telur yang berbentuk lonjong dan
berwarna hijau. Krop brokoli tersusun dari kuntum-kuntum bunga
dengan tangkai yang tebal.
Brokoli pada umumnya ditanam di daerah yang berawa sejuk ,
di dataran tinggi 1000-2000 m dpl dan bertipe iklim basah. Brokoli
akan mencapai pertumbuhan optimum pada tanah yang banyak
mengandung humus, gembur, porus dengan pH tanah antar 6-7. Waktu
tanam yang baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim
hujan atau musim kemarau. Namun demikian brokoli dapat ditanam
sepanjang tahun.
2) Jatikerto

Tebu
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L)merupakan tanaman
perkebunan semusim,yang mempunyai sifattersendiri,sebab didalam
batangnya terdapat zat gula. Tebu termasukkeluarga rumput-rumputan

(graminae) seperti halnya padi,glagah,jagung,bambu dan lain-lain.


Singkong
Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah
perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae.
Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat
dan daunnya sebagai sayuran. Perdu, bisa mencapai 7 meter tinggi,
dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar
cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat
dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang
50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya
berwarna putih atau kekuning-kuningan.

Kacang Tanah
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polongpolongan atau legume anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan,
serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di
Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh
secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki) dengan
daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini adalah satu di antara
dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor, Voandziea
subterranea

yang

buahnya

mengalami

pemasakan

di bawah

permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan biji terganggu.

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan


ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500 mm/th
dan merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari
75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur
kaya

akan

humus.

Tanaman nilam menjadi salah satu penghasil minyak atsiri, minyak yang
dihasilkan oleh tanaman nilam disebut dengan minyak nilam
(patchouli oil). Minyak ini antara lain digunakan sebagai zat pengikat
(fiksatif) dalam industri parfum, sabun, hair tonic, dan beberapa industri
kosmetika. Minyak tersebut diperoleh dari hasil penyulingan (destilasi)
daun dan tangkai tanaman nilam.

Tabel SDR

1) Cangar

NO
1.
2.

SPECIES
Kubis Ungu
Brokoli

Kerapatan
Mutl Nis
ak

bi

5.6
4.2

(%)
13
9

Frekuensi
Mutl Nisb
ak

0.6
1

(%)
15
26

LB
A

590
478.

Dominisasi
Mutl Nis

IV

SDR

ak

bi

(%)

(%)

23.6
19.12

(%)
24
18

52
73

17.33
24.3

3.

Gulma

17.8

41

26

02
404.

Ageratum

16.2

16

83

27.6

9.32

9.2

60.2

20.06

IV

SDR

(%)

(%)

82

conyzoides
4.

L
Gulma

13.4

30

0.8

21

233.

Croton

03

hirtus
2) Jatikerto
Kerapatan

Frekuensi

Dominansi

Nis
No

1.

2.

Spesies

Tebu

Kacang

Mutla bi
k
(%)

Mutla Nisb
k

i (%)

41,6

0,2

5,7

0,57 0,2

Mutla Nis
k

bi

309,8

19,36

95,6 142,

8,33

0,687

0,042

0,20 9,10

Tanah
3.

LBA

Singkong

0,4

1,15 0,2

8,33

3,14

7
0,196

4.

Rumput-

32

rumputan

92,4 1

41,6
7

10,41

0,650

98
3,03

0,96 10,4
7

47,66

3,48

3,20 137,

45,76

27

Interprestasi Hasil Perhitungan SDR


1) Cangar
Dari hasil SDR yang didapat pada lahan percobaan cangar didapatkan
bahwa 27,6 % dari lahan ditumbuhi oleh gulma dengan jenis
Ageratum conyzoides L yang berarti sebagian besar dari lahan ditutupi
oleh vegetasii sekunder dan yang berikutnya populasi vegetasi yang

terbesar adalah brokoli yang tumbuh 24,3 % dari lahan yang ada, yang
ketiga didominasi oleh gulma yang berjenis corton hirtus

yang

tumbuh 20,06 % dari lahan yang ada dan yang ke empat adalah kubis
yang memiliki 17,33 % dari lahan.
2) Jatikerto
Dari hasil SDR yang didapat pada lahan percobaan jatikero didapatkan
bahwa 47,76 % dari lahan ditumbuhi rumput-rumputan yang berarti
sebagian besar dari lahan ditutupi oleh vegetasi sekunder dan yang
berikutnya populasi vegetasi yang terbesar adalah tebu yang tumbuh
47,66 % dari lahan yang ada, yang ketiga didominasi oleh tanaman
singkong yang tumbuh 3,48 % dari lahan yang ada dan yang ke empat
adalah kacang tanah yang memiliki 3,03 % dari lahan.

4.1.2. Faktor Abiotik

Tebal Seresah

Tebal seresah yang didaptakan dalam masing- masing plot adalah sebagai
berikut :i
1) Cangar
NO
1.
2.
3.
4.
5.

PLOT
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5

Tebal Seresah (cm)


0.9
0.6
1
1
1

2) Jatikerto
No

Lokasi

Tebal Seresah (mm)

Plot 1

0,1

Plot 2

0,5

Plot 3

0,2

Plot 4

0,5

Plot 5

0,2

Keadaan Suhu
Keadaan suhu yang didapat dalam pengamatan dalam plot adalah sebagai

berikut :
1) Cangar
NO
LOKASI
1.
Petak Percobaan cangar
2) Jatikerto

Suhu Udara (C)


22.2

No

Lokasi

Suhu

pH

Lahan Tebu

39,1

7,4

pH
6,8

Keanekaragaman binatang yang ada di atas dan di dalam tanah


1) Cangar
No

Lokasi

Di Dalam Tanah

Di Atas Tanah

Titik 1

Cacing tanah

Lalat

Kaki seribu

Jangkrik
Laba laba
Ulat kubis
Kepik
Kutu daun
Belalang

2) Jatikerto
No

Lokasi

Di Dalam Tanah

Di Atas Tanah

Titik 1

Belalang (1)

Titik 2

Kumbang (6)

Belalang (1)
Semut (1)

Titik 3

Belalang(1)
Laba-laba(1)
Semut (1)

Titik 4

Cacing,

semut, Belalang (1)

laba-laba
5

Titik 5

Ulat putih

Kutu daun (2)

4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)

Gambar Literatur Arthropoda yang didapat


1) Cangar

Kepik Hijau

Lalat Buah

Ulat Daun

Cacing

Jangrik

Kutu Daun

Belalang

Laba - Laba

Kaki Seribu

Gb 1. Gambar literatur antrophoda yang didapat


2) Jatikerto

Ulat Tanah

Semut

Laba - Laba

Cacing Tanah

Belalang

Kumbang

Kutu Daun

Klasifikasi
1) Cangar

Lalat Buah

Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Drosophilidae

Genus

: Drosophila

Spesies

: Drosophila melanogaster

Jangkrik
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Famili

: Grylludae

Genus

: Gryllus

Spesies

: Gryllus assimilis

Laba Laba
Nama Ilmiah : Araneus diadematus
Kingdom : Animalia
Ordo : Araneae
Divisi : Arthropoda
Spesies : Hesperus
Genus : Latrodectus
Class : Arachnida

Ulat kubis
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthrophoda

Kelas

: Insekta

Ordo

: Lepidopthera

Famili

: Pluetelidae

Genus

: Plutela

Spesies

: Plutela xylostella

Kepik hijau
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

family

: Pentatomidae

Genus

: Nezara

Spesies

: Nezara viridula

Kutu daun
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Homoptera

Suku

: Aphihidae

Genus

: Aphid

Spesies

: Aphid sp

Belalang
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

family

: Acridididae

Genus

: Oxya

Spesies

: Oxya chinensis

Cacing Tanah

Kingdom

:Animalia

Phylum

:Annelida

Class

:Clitellata

Order

:Haplotaxida

Family

:Lumbricidae

Genus

:Lumbricus

Species

: Lumbricus rubellusKaki seribu

Kaki seribu
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthopoda

Klas

: Myriopoda

Ordo

: Dilopoda

Family

: Lulusdae

Genus

: Lulus

Spesies

: Julus sp.

2) Jatikerto

Belalang
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Subordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Artropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Caelifera
: Acrididae
: Dissosteira
: Dissosteira Carolina

Laba-laba (Araneus diadematus)


Kerajaan

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Arachnida

Ordo

: Araneae

Family

Genus

: Araneus

Spesies

: Araneus diadematus

Kumbang
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Family

: Scarabaeidae

Genus

: Oryctes

Species

: Oryctes rhinoceros L.

Kutu daun
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
: Hemiptera
: Aphididae
: Aphis
: Aphid sp

Semut
Kingdom

: Animalia

Pillum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Subordo

: Apokrita

Superfamil

: Vespoidea

Famili

: Formicidae

Genus

: Formica

Spesies

: Formica yessensis

Ulat putih

Kingdom
Filum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Lasiocampidae
: Macrothylacia
: Macrothylacia rubi

Bioekologi Serangga

Cangar

1) Lalat Buah
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup
yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan
telur kedalam kulit buah atau di dalam luka atau cacat buah secara
berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. . Larva lalat
buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari.
Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak. .
Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain
bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah.
buah akan jatuh ke tanah, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa.
Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan.
Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari.
Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama
pada saat buah menjelang masak.
2) Jangkrik
Jangkrik menjalani metamorfosis tidak sempurna. Perjalanan
hidupnya sejak menetas berupa anak jangkrik (nimfa) sampai tumbuh
dewasa mengalami pergantian kulit sebanyak 7-8 kali. Siklus hidup
jangkrik jangkrik didaerah tropis sangat berbeda jika dibandingkan
dengan

daerah

yang

mengalami

empat

pergantian

musim. Jangkrik akan mati setelah meninggalkan telur didalam tanah


yang

jumlahnya

cukup

banyak

sebgai

pengganti

generasi

berikutnya.Siklus hidup jangkrik dapat dilihat pada tabel dibawah ini


Jangkrik Bertelur 1 3 hari, Telur Jangkrik Menetas 13 14 hari,
Anakan Jangkrik 1 20 hari, Jangkrik Muda 21 40 hari, Jangkrik
Dewasa 41 60 hari, Jangkrik Dewasa Birahi 61 80 hari, Jangkrik
Bertelur 81 83 hari
3) Laba-laba
Setelah

fertilisasi

(pembuahan),

labah-labah

betina

menghasilkan kantung telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda


tergantung spesies. Beberapa spesies meninggalkan kantung ini di
dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur menetas di dalam kantung,
dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum muncul. Labahlabah muda ini disebut nimfa, dan sudah mencari makanan sendiri.
Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah Daur hidup pada labahlabah penggali tanah berekembang lebih lama dan tampaknya
mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).
Laba-laba

mengalami

sangat

sedikit

metamorfosis

selama

perkembangan mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti


dewasa-dewasa yang kecil. Bila tungkai-tungkai hilang selama
perkembangan, mereka biasanya dapat beregenerasi. Laba-laba
biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama pertumbuhan
mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun .
4) Ulat Kubis
Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna
kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun
kubis. mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6
hari.Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila
tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. , perkembangan larva dari

instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat
mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh
mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24
jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi
sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.Kemudian ulat
menetad . Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah
dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan
bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu
mulai dari telur hingga menjadi dewasa.
5) Kepik
Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna
kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun
kubis. ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka
mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6
hari.Yang kemudian nerubah menjadi Larva pertama setelah keluar
dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar
berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat.
Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 37; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan
maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm Ketika
larva (ulat) muda menetas dari telur, maka larva akan mulai untuk
menyerang tanaman dengan cara mengorok daun kubis selama 2-3
hari. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun
atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan
sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk
lubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka
seluruh

daun

dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan .

akan

6) Kutu Daun
kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau kemerahan.
Baik kutu muda (nimfa atau aptera) maupun dewasa (Imago)
mempunyai

antena yang

relatif panjang, kira-kira sepanjang

tubuhnya.Panjang tubuh 2 mm, tubuh lunak seperti buah pir. Kutu


Daun ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Siklus hidup
serangga ini adalah 18 hari. Kutu daun dewasa dapat menghasilkan
keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan. Sifat ini disebut
partenogenesis. Satu ekor dewasa dapat menghasilkan kira-kira 40
ekor nimfa. 7 Selama tidak mengalami gangguan dan makanan cukup
tersedia, kejadian tersebut berlangsung terus menerus sampai populasi
menjadi padat . Nimfa yang dihasilkan ketika usia 7-10 hari akan
menjadi dewasa sehingga dapat menghasilkan keturunan lagi. Lama
stadium tersebut tergantung pada suhu udara, yaitu pada suhu 25C
dan 3 minggu pada suhu 15C .
7) Belalang
Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan
belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa
belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah
terekspos

sinar

matahari,

warna

khas

mereka

akan

segera

muncul.Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami


ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang
dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang
sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk
menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa
2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan
meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas
adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai

belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator.


Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang
singkat akan berulang.
8) Cacing Tanah
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga
menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Cacing tanah akan
membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan
yang tersedia dan ukuran tempat hidup.Cacing tanah adalah hewan
hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu individu).
Cacing tanah dewasa dapat kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan
dari perkawinan itu, dapat menghasilkan satu atau duakepompong.
Satu kepompong dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya
hanya 4 cacing muda yang akan menetas.Telur cacing tanah dapat
menetas setelah 3 minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3
bulan jika cuaca dingin. Saat anak cacing tanah siap keluar,
kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar
biji anggur. Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar
1.2 cm, tanpa organ reproduksi, berwarna keputihan dengan semburat
merah muda yang menunjukkan pembuluh darah mereka.

Cacing

tanah akan mulai matang secara seksual saat clitellum terbentuk


dengan

sempurna

(usia

10-55

minggu,

tergantung

spesies).

Pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan melambat setelah


melewati tahap ini.Sebagian cacing tanah akan mati pada tahun yang
sama saat mereka dilahirkan. Sementara yang lain dapat hidup hingga
usia 5 tahun atau lebih. Cacing tua ditandai dengan bagian ekor agak
pipih dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila
cacing tanah masih produktif, warna kuning masih ada di ujung ekor.
9) Lipan

Secara umum, kelas Myriapoda yaitu ordo Chilopoda dan


Diplopoda memiliki tipe metamorfosis tidak sempurna. Umumnya
diawali dengan telur berubah menjadi larva, kemudian mengalami
molting (pergantian kulit) beberapa kali. Setelah molting maka jumlah
segmen tubuh dan kaki akan bertambah dan akan menjadi dewasa

Jatikerto

1) Belalang
Siklus hidupnya yaitu dimulai dari Telur larva pupa
imago. Baerperan

sebagian besar perusak tanaan, perusak bahan

simpanan, tetapi ada pula yang sebagai predator. Habitatnya di areal


pertanaman budidaya, ada juga yang lingkungan rumah atau tempat
tinggal. Perilakunya yaitu beberapa jenis jantan pandai menyanyi atau
menghasilkan suara. Tujuannya untuk menarik perhatian lawan jenis.
Induk ada yang meletakkan telur dengan cara menyisipkannya diantara
jaringan tanaman, di dalam tanah, dll.
2) Laba-laba
Siklus hidupnya dimulai dari telur laba-laba berperan
sebagai predator. Habitatnya yaitu hidup di daun-daunan, tapi sebagian
besar merupakan aba-laba pengembara. Suka bersembunyi di bagianbagian tanaman yang hampir sama dengan warna tubuhnya. Dapat
berjalan miring dan mundur
3) Kumbang
Siklus hidup kumbang moncong bervariasi tergantung pada
habitat dan kondisi lingkungannya. Suhu perkembangan larva yang
sesuai adalah 27C-29C dengan kelembaban relatif 85-95%. Satu
siklus hidup hama ini dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan .
Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih. Setelah sekitar 12 hari telur
akan menetas. Periode larva 2.5-6 bulan (tergantung temperatur dan
kelembaban). Pupa memiliki panjang 3-4 cm dan lebar 1,5 cm. Dua

minggu hidup dalam kokon dan bertukar rupa menjadi bentuk dewasa
selama 3 minggu dan masih tinggaldalam kokon. Pada fase imago
Kumbang panjangnya bisa mencapai 3 cm. Kumbang tinggal dalam
terowongan 1 minggu. Bila cukup makanan, jarak terbangnya dekat.
Bila kurang makanan, jarak terbangnya bisa mencapai 10 km
Ukuran kumbang dewasa 3-4 cm. Kumbang dewasa betina dapat
hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan dapat hidup
sampai 192 hari
4) Kutu Daun
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak,
berbentuk seperti buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup
secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada
saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada
suhu 250C dan 3 minggu pada suhu 150C.Secara visual, bentuk dan
ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa.
5) Semut
Siklus hidupnya dimulain dari telur larva pupa
dewasa. Berperan sebagai hama tanaman. Ditemukan hampir disemua
tempat ; di bangkai, pertanaman, rongga/celah-celah di dalam
bangunan atau tanah. Semut merupakan serangga sosial dengan kasta
berbeda; ratu, jantan yang biasanya bersayap dan jantan pekerja tanpa
sayap. Sebagian besar akan menggigit bila diganggu dan beberapa
akan menyengat.
6) Ulat Putih
Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur
seperti kerucut terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya
0,5 mm. Seekor betina dapat meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur.
Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian
merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada puncaknya stadium
telur berlangsung 4 hari. Larva yang baru keluar dari telur berwarna

kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1 - 2


mm. Sehari kemudian larva mulai makan dengan menggigit
permukaan daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar
terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman.

Panjang larva instar

terakhir berkisar antara 25 - 50 mm. Bila larva diganggu akan


melingkarkan tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati. Stadium
larva berlangsung sekitar 36 hari.
4.1.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan

Kondisi secara visual

Dalam hal ini kami tidak melakukan pengamatan pada tanaman tumpang sari
tetapi menurut Prof. Dr. Hasan Basri Jumin, M.Sc Sitem tumpang sari dapat dapat di
atur berdasarkan : Sifat-sifat perakaran dan Waktu penanaman.
Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghidarkan persaingan
unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam dapat di
tumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monocotyl yang
bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar
buku.sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam
karena memiliki akar tunggang. Dalam pengaturan penanaman sistem pertania
tumpang sari dilihat dari sifat-sifat perakarannya dapat di pandang dari perakarannya.
Contoh pada tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk manis, karena jagung
termasuk jenis tanaman yang memiliki perakaran dangkal sedangkan jeruk manis
termasuk tanaman jenis perakaran dalam maka keduanya tidak akan mengalami
gangguan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah.
Perlu diingat bahwa sistem pertanian tumpang sari selalu terdapat persaingan
di atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan cahaya matahari) dan persaingan di
bawah (unsur hara dan air). Sehingga perlu di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu
menggangu perkembangan tanaman yang di kukan tumpang sari.
Tumpang sari juga dapat di lakukan antara tanaman semusim dengan tanaman
semusim lainya, misalnya antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung

menghendaki nitrogen yang tinggi sedangkan kacang-kacangan tidak terlalu


terganggu pertumbuhanya karena sediki terlindung oleh jagung. Kekurangan nintogen
oleh jagung juga dapat terpenuhi oleh kacang-kacangan, karena kacang-kacangan
dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas.
Kekurangan dari sitem penanaman tumpang sari adalah hasil panen yang
dihasilkan tidak maksimal, selain itu lingkungan tidak tertata baik.
Kelebihan dari system penanaman tumpangsari Penggunaan lahan lebih
efisien Distribusi tenaga kerja lebih merata karena waktu pemeliharaan dan panen
tidakbersama. Distribusi pendapatan petani lebih berkesinambungan, serta resiko
gagal panen satu jenis komiditas dapat di perkecil.
Gambar tanaman tumpang sari:

Perbandingan rerata hasil tiap perlakuan

No.

Data jagung kelas P (Perlakuan Dinaungi)

Nama Tanaman

Jumalah Daun

Tinggi Tanaman

Polybag 1

11

40

Polybag 2

12

39

Polybag 3

16

30

Polybag 4

10

29

Polybag 5

37

Polybag 6

38

Polybag 7

10

52

Polybag 8

30

Polybag 9

10

30

10

Polybag 10

30

8.9

35.5

Rata - Rata

No.

Data jagung kelas O (Perlakuan Tidak Dinaungi)

Nama Tanaman

Jumalah Daun

Tinggi Tanaman

Polybag 1

72

Polybag 3

63

Polybag 4

54

Polybag 6

81

Polybag 7

54

5.4

64.8

Rata -rata

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakuakan,
wilayah Cangar yang merupakan dataran tinggi dan wilayah Jatikerto yang
merupakan dataran rendah mempunyai perbedaan pada komposisi vegetasi. Hal
tersebut dapat dilihat pada data yang menunjukkan bahwa pada wilayah Jatikerto
tingkat atau jenis vegetasinya lebih banyak dibandingka pada wilayah Cangar yaitu 7
jenis pada wilayah Jatikerto dan 4 jenis pada wilayah Cangar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi ketinggian suatu tempat,


suhu semakin rendah dan vegetasi yang tumbuh semakin berkurang ,peristiwa ini
dipertegas dengan adanya teori yang menyatakan bahwa ,pada lapisan troposfer,suhu
akan menurun 0,61C dengan bertambahnya ketinggian 100m. Selain disebabkan
oleh suhu dan ketinggian, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap komposisi
vegetasi dari kedua tipe wilayah ini. Semakin ketinggian tempat suhu semakin turun,
sehingga intensitas cahaya semakin turun. Intensitas cahaya yang turun menyebabkan
fotosintesis tumbuhan turun, sementara respirasi tetap. Oleh karena tu, semakin naik
ketinggian tempat, jumlah jenis vegetasi berkurang.
Disamping jenis vegetasi, jumlah setiap vegetasi dari masing-masing wilayah pun
berbeda. Walaupun, pada wilayah Cangar jenis vegetasinya sedikit dibandingkan
dengan wilayah Jatikerto, akan tetapi jumlah setiap jenis vegetasinya lebih banyak
dibandingkan dengan Jatikerto. Berdasarkan data pada wilayah Cangar jumlah
vegetasi yang mendominasi adalah Rumput Gajah, sedangkan pada wilayah Jatikerto
didominasi oleh spesies C.
Jenis jenis vegetasai yang terdapat pada lahan percobban di cangar anatara lain
adalah kubis, brokoli, gulma Ageratum conyzoides L dan Croton hirtus sedangkan
pada lahan percobaan jatikerto adalah tebu, nilam, kacang tanah, singkong , dan
tanaman rumput rumputan yang biasa disebut dengan gulma. Sedangkan suhu udara
pada lahan percobban cangar adalah 22,2C dan pada lahn jatikerto 29,43C. untuk
kelembapan pada lahan percobaan cangar adalah sebesar 10% RH dan pada lahan
jatkerto sebesar 39,6% RH, pada lahan percobaan cngar juga didapati jumlah radiasi
matahi pada lahan percobaan cangar sebesar 588 LUX sedangkan pada lahan jatikerto
didapati 58,54 LUX.
Perhitungan vegetasi di daerah Cangar, pada spesies kubis ungu diperoleh
KM=5,6 KN=13% FM=0,6 FN=15% LBA=590 DM=23,6 DN=24% IV=52 dan
SDR=17,33. Pada spesies brokoli diperoleh KM=4,2 KN=9% FM=1 FN=26%
LBA=478,02 DM=19,18 DN=18% IV=73 dan SDR=24,3. Pada spesies gulma A
diperoleh KM=17,8 KN=41% FM=1 FN=26% LBA=404,8,2 DM=16,2 DN=16%

IV=83 dan SDR=27,6. Pada spesies gulma B diperoleh KM=13,4 KN=30% FM=0,8
FN=21% LBA=233,03 DM=9,32 DN=9,2% IV=60,2 dan SDR=20,06.
Sementara dari perhitungan vegetasi di daerah Jatikerto, pada spesies Tebu diperoleh
KM=2 KN=5 FM=1 FN=41,67% LBA= 309,83 DM=19,364 DN=95,61 IV=142,98 dan
SDR=47,66. Pada spesies Kacang Tanah diperoleh KM= 0,2 KN=0,57% FM=0,2
FN=8,33% LBA=0,6878 DM=0,042 DN=0,207 IV=9,107 dan SDR=3,035. Pada
spesies tubuhan singkong KM=0,4 KN=1,15% FM=0,2 FN=8,33% LBA= 3,14
DM=0,196 DN=0,967 IV=10,447 dan SDR=3,482. Spesies terakhir yaitu rumput-

rumputan diperoleh KM=32 KN=92,4% FM=1 FN=41,67% LBA=10,41 DM=0,650


DN=3,20% IV=137,27 dan SDR=45,756.
4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)
Hasil pengamatan di Cangar diperoleh data ketebalan seresah yang ada di plot 1
adalah 0,9 cm, plot 2 adalah 0,6 cm, plot 3,4 dan 5 sebesar 1 cm. Suhu udaranya
adalah 22,2 dan pH tanahnya
Dari hasil pengamatan di Jatikerto, diperoleh data ketebalan seresah yang ada di
plot 1 adalah 0,1 cm, di plot 2 sebesar 0,5 cm, plot 3 sebesar 0,2 cm, plot 4 sebesar
0,5 cm dan pada plot 5 sebesar 0,2 cm. Diperoleh juga suhu tanah yaitu 39,1 dan pH
tanah yaitu
Pada hasil pengamatan pada daerah ngijo didapatkan data sabagai berikut rata rata
tinggi jagung 64,8 cm sedangkan rata rata jumlah daun yang ada pada lahan ngijo
adalah 5,4 daun pada keseluruhan tanaman jagung.

4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda pada Agroekosistem)


Hasil pengamatan arthropoda di daerah Cangar, terdapat belalang, laba-laba,
kepik, kutu daun, lalat buah,jangkrik,laba-laba,ulat kubis,cacing dan . Sedangkan
Jatikerto, terdapat belalang, laba-laba, kumbang, kutu daun, semut dan ulat putih..
Masing-masih mempunyai peranan sendiri-sendiri dalam ekosistemnya masingmasing.

Keragaman arthropoda di daerah Cangar dan Jatikerto pada intinya sama. Dengan
adanya hewan tersebut yaitu ada predator dan yang dimangsa membuktikan
bahwasanya di kedua daerah tersebut masih memiliki ekosistem yang baik.
Pengaruh suhu dan iklim menjadi penting karena akan berpengaruh terhadap
proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme yang ada. Selain itu pada
tiap keadaan lingkungan dengan suhu dan iklim yang berbeda maka berbeda pula
sumber makanan yang ada dan cara adaptasi yang ada, dalam hal ini ialah keragaman
arthropodanya. Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan
topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma
memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara
lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
4.2.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan
Faktor lingkungan pada pertumbuhan lingkungan yang terjadi pada percobaan
tanamann jagung antara kelas O(AC) dengan kelas P adalah sebagai berikut.
Pertama kita akan membahas tentang perlakuan yang dilakaukan pada kedua
tanaman jagung yang digunkan sebagai tanaman percobaan, pada tanaman jagung
kelas O diberi perlakuan tidak dinaungi dan pada tanaman jagung kelas P mendapat
perlakuan dinaungi dan menghasilkan jumlah tanaman jagung yang tumbuh berbeda.
Karena pada tanaman jagung kelas P yang mendapat perlakuan dinaungi mendapat
intensitas cahaya yang masuk lebih optimal dibandingkan dengan intensitas jagung
kelas O yang mendapat perlakuan tidak dinaungi, selain itu suhu tempat untuk
tanaman yang dinaungi suhunya lebih baik daripada jagung yang tidak dinaungi, dan
juga intensitas penyiraman pada tumbuhan jagung kelas O hanya memiliki intensitas
penyiraman setiap satu kali dalam satu minggu.
Yang kedua dalam hasil percobaan yang terakhir yang didapat jumlah tanaman
yang tumbuh pada tanaman jagung kelas P didapatkan bahwa kesepuluh polybag
yang menjadi tanaman percobaan kesepuluhnya tumbuh dengan baik sedangkan pada
tanaman jagung kelas O dari sepuluh polybag hanya 5 polybag yang tumbuh.

Data perbandingan hasil yang didapat pada pengamatan terakhir yang didapat,
pada tanaman jagung kelas diketahui tanaman yang tumbuh yakni polybag 1 yang
memiliki T(tinggi) = 72, dan D(jumlah daun) = 6, polybag 3 T = 63 dan D = 7,
polybag 4 T = 54 dan D = 5, polybag 6 T= 81 dan D = 6, dan yang terakhir adalah
pada polybag 7 tinngi daun T = 54 dan jumlah daun D = 3. Sedangkan pada tanaman
jagung yang tumbuh di polybag percobaan kelas P adalah sebagai berikut, polybag 1
yang memiliki T(tinggi) = 40, dan D(jumlah daun) = 11, polybag 2 T = 39 dan D =
12, polybag 3 T = 30 dan D = 16, polybag 4 T= 29 dan D = 10, polybag 5 yang
memiliki T(tinggi) = 37, dan D(jumlah daun) = 9, polybag 6 T = 38 dan D = 6,
polybag 7 T = 52 dan D = 10, polybag 8 T= 30 dan D = 8, polybag 9 T= 30 dan D =
7, dan yang terakhir adalah pada polybag 10 tinngi daun T = 30 dan jumlah daun D =
7.
Dari data yang didapat dapat diketahui perbedaan antara jagung percobaan kelas
O memiliki rata-rata tinggi dan jumlah daun lebih tinggi dan banyak dibandingkan
dengan rata-rata jumlah daun pada jagung dan tinggi pada jagung kelas P. Tetapi
apabila dibandingkan dengan jumlah tanaman yang tumbuh pada polybag tanaman
jagung kelas P tumbuh lebih banyak dari kelas O yang dikarenakan jumlah intesitas
cahaya yang didapat oleh tanaman jagung dan intensitas penyiraman yang dilakukan
juga berbeda dalam kata lain memiliki perlakuan yang berbeda walaupun memiliki
perlakuan sama pada tempat yakni dinaungi tetapi memiliki perlakuan berbeda pada
penyiraman dan jenis tanah yang digunakan. Selain perlakuan secara penyiraman
tanaman dan intensitas cahaya juga perlakuan tempat yakni yang dinaungi dan tidak
dinaungi.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di tempat yang berbeda,
jumlah vegetasi yang terdapat di daerah Cangar sama dengan yang terdapat di daerah
Jatikerto yaitu sebanyak 4 vegetasi. Spesies yang berada di daerah Cangar antara lain
kubis ungu, brokoli, gulma Ageratum conyzoides L dan gulma Croton hirtus L.
Heril, sedangkan spesies yang berada di Jatikerto antara lain tebu, singkong, kacang
tanah dan rumput berbulu.
Untuk jumlah SDR tanaman terbanyak yang terdapat di Cangar yaitu gulma A
sebesar 27,6%, disusul dengan jumlah SDR tanaman gulma B sebesar 20,06%,
kemudian jumlah SDR tanaman brokoli sebesar 24,3% dan yang terakhir jumlah SDR
tamanan kubis ungu sebesar 17,33%. Sedangkan untuk jumlah SDR tanaman
terbanyak yang terdapat di Jatikerto yaitu tebu sebesar 47.66%, disusul dengan
jumlah SDR tanaman rumput-rumputan sebesar 45,76%, kemudian jumlah SDR
tanaman singkong sebesar 3,48% dan yang terakhir jumlah SDR tamanan kacang
tanah sebesar 3,03%.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor abiotik maupun faktor biotik.
Beberapa faktor abiotik seperti tebal seresah dan keadaan suhu dapat mempengaruhi
spesies yang hidup pada suatu daerah. Sedangkan faktor biotik seperti keragaman
arthropoda pada agroekosistem juga dapat mempengaruhi spesies yang hidup.
Keragaman arthropoda yang ditemukan di daerah Cangar dan Jatikerto
memiliki keragaman yang relatif sama. Keragaman arthropoda yang ditemukan di
Cangar antara lain lalat buah, jangkrik, laba-laba, ulat kubis, kepik hijau, kutu daun,
belalang, cacing tanah, dan kaki seribu. Sedangkan arhtropoda yang ditemukan di
daerah Jatikerto antara lain belalang, laba-laba, kumbang, kutu daun, semut, dan ulat

putih. Dengan ditemukannya banyak arthropoda pada masing-masing daerah


membuktikan bahwa daerah tersebut masih memiliki ekosistem yang seimbang.

You might also like