Professional Documents
Culture Documents
BAB II
KASUS SEMU
BAB III
TINJAUAN TEORI
Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu.
halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengari kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang
tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution,
2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksterna: persepsi palsu halusinasi
adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seseorang
pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak, terjadi.
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indera tanpa stimuli eksterna; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi
adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada,
stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah
kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
Yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu,
individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi)
Yaitu manifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indera yang
memproduksi gambaran sensorik dan area tertentu diotak kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang
Yaitu manifastasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa
Yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya
tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa
Perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak
diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
10. Menarik diri
Yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial
Menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Rentang respon halusinasi (berdasarkan Stuart dan Laria, 2001)
Respon Adaptif _______________________Respon Maladaptif
o Pikiran logis
o Distorsi pikiran.
o Gangguan pikir.
o Persepsi akurat.
o Ilusi.
o Halusinasi.
o Emosi konsisten dengan
o Reaksi emosi
o Sulit berespon emosi.
pengalaman.
o Prilaku sesuai.
o Prilaku disorganisasi.
o Menarik diri.
o Berhubungan sosial.
o Isolasi sosial.
Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
Faktor Predisposisi
1. Biologis
a.
b.
c.
2.
3.
a.
b.
Fase
Fase
Fase
Fase
Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
I
: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.
III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubung dengan
orang lain.
IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.
Jenis-jenis Halusinasi
Struart dan Laria, 1998 membaginya seperti tabel berikut :
Jenis
Prosentase
Karakteristik
Halusinasi
Pendengaran
(auditorik)
70 %
20%
Penghidu
(Olfactory)
Pengecapan
(gustatory)
Perabaan
(tactile)
Cenesthetic
Kinesthetic
BAB IV
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS SEMU
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
4.1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu.
Halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana pasien mendengar suara,
terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
3.1. Etiologi
Pohon Masalah
Akibat
Masalah
Utama
Penyebab
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi
halusinasi sudah sampai pada fase empat, dimana klien mengalami panic dan
perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang menyebabkan
halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibat rendah diri dan
kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan
(Keliat, 2006).
3.2. Manifestasi Klinis
1. Kecemasan, stress.
2. Tampak tremor dan berkeringat.
3. Perilaku panik.
4. Perasaan yang terpisah.
5. Kesepian.
6. Suka menyendiri.
7. Tertawa/tersenyum sendiri.
8. Bicara sendiri/menggerakkan bibir tanpa suara.
9. Tidak dapat mengurus diri sendiri.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Pergerakan mata yang cepat.
12. Ekspresi muka tegang.
13. Menarik diri dari orang lain.
14. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
15. Berusaha untuk menghindari orang lain.
16. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
17. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
18. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
19. Sulit berhubungan dengan orang lain.
20. Bertindak merusak diri, orang lain, dan lingkungan.
21. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal tinggi.
Harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan
koping destruktif.
Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melaluiu kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang ke berapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak
membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila perawat. mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang
diperlukan meliputi :
Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan
suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien,
jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecepan, dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh
jika halusinasi perabaan.
Waktu dan frekuensi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu
muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi
dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.
Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon klien
Untuk menentukan sejauhmana halusinasi telah mempen-garuhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
5. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi. pernafasan dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi :
a. Penampilan : tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
b. Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
c. Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
d. Alami perasaan suasana hati dan emosi.
e. Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, dan ambivlen.
f. Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
g. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan
informasi.
h. Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
dapat mempengaruhi , proses pikir.
i. Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
j. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
k. Memori
1) Memori jangka panjang : mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.
2) Memori jangka pendek : mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat
dikaji.
l. Kemampuan konsentrasi dan berhitung : kemampuan menyelesaikan tugas dan
berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian : apakah terdapat ringan sampai berat.
n. Daya tilik diri : kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri. Kebutuhan
persiapan pulang : yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum,
BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan serta aktifitas dalam dan luar ruangan.
3.3.2. Masalah Keperawatan
Dari pohon masalah didapat masalah keperawatan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.3.3.
1.
Tujuan umum :
Klien tidak melakukan kekerasan.
Tujuan khusus :
Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya
Ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat.
Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Ajak klien membicarakan hal-hal nyata yang ada di
lingkungan.
Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
Adakah kontak sering dan singkat.
Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan
dengan halusinasi.
c. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya, dan
frekuensi timbulnya halusinasi.
a.
b.
c.
d.
2. Gangguan hubungan interpesonal :
menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah.
Data objektif :
1.
Pasien selalu menyendiri duduk di pojok.
a.
Kadang-kadang pasien berjalan mondar-b.
mandir.
c.
Pasien sering berbicara sendiri.
d.
e.
f.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat utuk
mengendalikan halusinasi.
Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai
dengan program dokter.
Observasi tnda dan gejala terkait efek dan efek samping obat.
Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat.
Tujuan :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan keperawatan melalui :
Psikoterapeutik.
Bina hubungan saling percaya.
Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien.
Lakukan kontak yang sering dan singkat.
Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan
perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
Berikan reinforcement positif.
Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang
dirinya.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Batasi klien untuk tidak melamun/menyendiri dengan cara
libatkan klien dala aktivitas rutin di ruangan, misalnya
menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur,
mencuci piring.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat
serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip limabenar.
Dampingi klien saat minum obat.
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement positif, bila klien minum obat dengan
teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi lingkungan
Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali
tiap hari.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
Tujuan :
Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan dirinya.
Rencana tindakan :
Psikoterpeutik
Kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri.
Berikan dukungan yang positif terhadap hal-hal yang dicapai
oleh klien.
Support secara terus menerus agar mempertahankan dan
meningkatkan kebersihan dirinya.
Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah
dilakukan klien.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi,
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang
terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak lanjut
dapat berupa.
a. Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa
ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran
adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Tanda dan gejala halusinasi :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Komunikasi kurang.
c. Tidak ada kontak mata.
d. Berdiam diri ke kamar.
e. Menolak berhubungan dengan orang lain.
f. Tidak/jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Faktor predispitasi terjadinya gangguan halusinasi :
a. Biologis.
b. Stress lingkungan.
c. Sumber koping.
4. Tahap halusinasi
Fase I
: Mengalami perasaan mendalam seperti ansietas.
Fase II
: Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti halusinasi.
5. Jenis halusinasi :
a. Pendengaran (auditorik).
b. Penglihatan (visual).
c. Penghidu (olfactori).
d. Pengecapan (gustatori).
e. Peraba (tactile).
f. Cenesthetic.
g. Kinestheti.
5.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, maka diharapkan :
1. Para pembaca (mahasiswa) mau mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. S.Kp.
Jiwa. Jakarta : EGC.
M.App.Sc.dkk.
1998. Proses
Keperawatan
Kesehatan