Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
: An. NK
Umur
: 2 tahun 5 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 04 Februari 2015
No.CM
: 073857-2015
DPJP
Keluhan Tambahan
: Muntah, demam
besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam tidak
disertai dengan menggigil.
Pada rabu pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien langsung membawa pasien pada siangnya ke
RSUD Ambarawa. Riwayat mencret apabila memakan makanan tertentu atau
minum susu disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
ANC : Ibu pasien rutin memeriksa kehamilan di bidan, kaki bengkak (-),
muntah-muntah berlebihan (-), trauma (-), anemia (-), perdarahan (-)
Riwayat kelahiran : Pasien anak pertama, lahir lebih bulan 40 minggu lebih 1
minggu, BBL 2600 gram, lahir langsung menangis dengan Ibu KPD.
Riwayat Nutrisi
Pasien diberi ASI hanya sampai usia 1 minggu setelah itu dilanjutkan dengan susu
formula. Pada usia 6 bulan baru diberikan MPASI.
Riwayat Imunisasi
Usia
0
1
2
3
4
9
Vaksin
Hb 1
BCG, Polio 1
DPT/Hb Kombo 1, Polio 2
DPT/Hb Kombo 2, Polio 3
DPT/Hb Kombo 3, Polio 4
Campak
6 bulan duduk
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
BB : 13 Kg
TB : 78 cm
Status gizi :
BB/U : 0 < SD < 2
TB/U : -3 < SD
BB/TB : 2 < SD 3
Status Generalis
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: sianosis (-), lidah kotor (-), bibir dan lidah terlihat agak
kering
Leher
Cor
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, suara tambahan (-), bising (-)
Pulmo
-Inspeksi
-Perkusi
-Auskultasi
Abdomen
-Inspeksi
: pembesaran (-)
-Auskultasi
-Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba. nyeri tekan (-)
-Perkusi
: timpani (+)
Hasil
Darah Rutin
Hemoglobin
13.1
12.5
Leukosit
Eritrosit
7.5
4.74
gr/dL
5 11 ribu
4 5.4 juta
Hematokrit
Trombosit
36.9
273
37 45%
150 440
MCV
MCH
77.8
27.6
ribu/mm3
77 91 fl
24 30 pg
MCHC
Hitung Jenis Leukosit
Limfosit
Monosit
Granulosit
Feses Rutin
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Lendir
Darah
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Amoeba
Telur cacing
Sisa makanan
Lain-lain
35.5
32-36 g/dL
2.0
0.4
5.2
22 40%
4 8%
2-4
Kuning
Lembek
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
Nilai rujukan
15,5
0-1
-
1.7. Diagnosis
GEA dehidrasi ringan-sedang
1.8. Resume
Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak HMRS
yaitu tepatnya pada saat pagi hari. BAB cair timbul dengan tiba-tiba dan sudah
berlangsung 5x saat itu. Tinja berbentuk cair, jumlah tinja setiap kali BAB tidak
begitu banyak dengan ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada
darah, berbau amis, tidak seperti minyak, dan tidak seperti air cucian beras. Selain
itu, juga disertai muntah sejak 1 hari SMRS yaitu pada selasa malam, sebanyak 4
kali sehari, muntah berisi makanan yang dimakan dan tidak ada darah. Selama
BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat lemas dan lebih
rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih haus dari
biasanya.
Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam
sejak HMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya buang air
besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Demam tidak
disertai dengan menggigil.
Pada rabu pagi, pasien sempat dibawa ke bidan dan diberikan obat untuk
buang air besar (BAB) cair, muntah dan demamnya namun keluhan tidak
membaik sehingga orang tua pasien langsung membawa pasien pada siangnya ke
RSUD Ambarawa.
Pasien dilahirkan dari Ibu P1A0, lahir secara spontan, BBL 2600 gram,
hamil lebih bulan (postterm), dengan KPD (+). Pasien mendapatkan ASI hanya
sampai usia 1 minggu kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Setelah usia 6
bulan baru diberikan MPASI. Imunisasi pada pasien sudah semua. Riwayat
tumbuh kembang normal sesuai usia dan tidak ada keterlambatan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang,
lemas dan rewel. Pada pemeriksaan kepala ubun-ubun cekung (-), mata cekung
(-), bibir dan lidah terlihat sedikit kering, turgor sedikit menurun, namun pasien
merasa haus dan masih mau minum banyak.
Pada pemeriksaan laboratorium, dari hasil darah rutin tidak ada hasil yang
bermakna namun ditemukan peningkatan granulosit dan juga dari hasil
pemeriksaan faeces semua masih dalam batas normal.
1.9. Tatalaksana
1. Farmakologi
2. Non-farmakologi
Makanan tetap terus diberikan
Menjaga higienitas
Bedrest
1.10. Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Que ad santionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE (GASTROENTERITIS)
Definisi
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa
lendir dan darah. Diare akut adalaha diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(kurang dari 2 minggu), sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung
lebih dari 14 hari (lebih dari 2 minggu).1, 2, 3, 4
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4
kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis
8
atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3
kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare. 1
Epidemiologi
Secara epidemiologi diare dapat ditemukan di seluruh dunia baik di negara
yang telah maju ataupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang
tinggi tetapi penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan selain karena
morbiditasnya juga karena biaya perawatan kesehatannya yang cukup besar.5
Berdasarkan data dari World Gastroenterology Organisation Practice Guideline di
seluruh dunia terdapat sekitar 1,5 miliar kasus diare pertahun dengan angka
kematian 1,5-2 juta terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun atau mencapai
angka 18% dari seluruh dunia yang berarti lebih dari 5000 anak yang menderita
diare setiap harinya, dari semua kasus yang kematian akibat diare sekitar 78%
terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara dan pada negara berkembang anakanak usia dibawah 3 tahun mengalami diare kurang lebih 3 kali setiap tahunnya. 6,
7
diare menjadi perhatian yang cukup serius demi mancapai target millennium
development goals (MDGS) poin ke empat yaitu menurunkan angka kematian
balita.8
Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :10, 11
1. Lama waktu diare : diare akut dan diare kronik
2. Mekanisme patofisiologis : osmotik, sekretorik, malabsorbsi, inflamasi,
infeksi, dan gangguan peristaltik
3. Berat ringannya diare : berat atau ringan
4. Penyebabnya infeksi atau tidak : diare infektif atau diare non infektif
5. Penyebabnya organik atau tidak : diare organik atau diare fungsional
Cara Penularan
Cara penularan diare pada umumnya secara fekal-oral yang berarti melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
antara tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita diare atau secara tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, flies,
fluid, field).1
Faktor Risiko
1. Sindrom defisiensi kekebalan didapat
2. Tidak memadainya air bersih
3. Tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk 4-6 bulan
4.
5.
6.
7.
Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh banyak penyebab, dimana dapat dikelompokkan
menjadi :10, 11
1. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida
rantai panjang, dan protein seperti beta-laktoglobulin.
10
11
Tabel 1 Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
12
13
Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya dapat terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, keram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1, 2
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi
berat. 1, 2
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen
antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,
meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala
neurologik dari infeksi usus bisa berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot. 1, 2
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta
rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom
14
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Masa Tunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
Panas
++
++
++
Mual, muntah
Sering
Jarang
Sering
Sering
Nyeri perut
Tenesmus
Tenesmus, kramp
Tenesmus,kolik
Tenesmus, kramp
Kramp
Nyeri kepala
lamanya sakit
5-7 hari
>7hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus
Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
menerus
Darah
Kadang
Cair
Bau
Langu
Busuk
Warna
Kuning hijau
Merah-hijau
Kehijauan
Tak berwarna
Merah-hijau
Amis khas
Leukosit
Seperti
Lain-lain
anorexia
Kejang+
Sepsis +
Meteorismus
Infeksi sistemik+
cucuian beras
Gejala klinis :
Sifat tinja:
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan
darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain
15
air
yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,. Tindakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasinya.1,
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya: ubun-ubun besar cekung atau
tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering atau basah. 1
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak, ada bila terdapat
hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary
refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya
atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan
menggunakan criteria WHO atau maurice king. 1
Penilaian
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Kering
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Lihat:
bias minum
Periksa: turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehidrasi berat
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Terapi
Rencana terapi A
16
3. Pemeriksaan laboratrium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh:
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada diare akut 1
darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
urin: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enteroksin virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus
seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides. 1,
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja,
bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak
terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua
berhubungan dengan adanya warna empedu akibat garam empedu yang
dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth.
Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat
menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi
tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas
17
dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
menggambarkan kelainan di kolon, khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja
yang sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri
anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat
dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja
tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena
fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke
usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6
dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa. 1, 3
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder
akibat rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung
enzim lactase. Enzim laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya diserap di
mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan malabsorbsi laktosa
adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.
Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.
Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri
sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).
Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas
tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka
perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru
berarti negatif, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning
dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+
++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram
sehari disebut sebagai steatore. 1, 3
b. Pemeriksaan mikroskopik :
Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah
besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
18
berlendir seujung lidi dan diberi tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan
mikroskop cahaya :1
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
sudan III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran
lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria :1
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai
lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari lapang pandang
(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang
pandang.
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan
memakai batang lidi atau tusuk gigi, tinja diambil sedikit dan diemulsikan
dalam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan
Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak
mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak terdapat gelembung
udara. Sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis) diperiksa dahulu, karena
telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat.
19
Rehidrasi
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
ASI dan makanan tetap diteruskan
Antibiotik selektif
Nasihat kepada orang tua
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini: 1, 12
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan
jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air
matang
jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgbb dan katakan pada ibu
20
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam. Jumlah oralit yang diperlukan 75
ml/kgBB. Kemudian setelah 4 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali
derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan. Setelah rehidrasi kebutuhan cairan yang diperlukan untuk
mencegah dehidrasi 10-20 ml/kgBB. Jika ibu memaksa pulang sebelum
pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa
banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 4 jam
pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6
bungkus lagi sesuai yang dainjurkan. Jika anak menginginkan oralit lebih
banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri
juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah memberi makan
21
segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu
cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari. 1, 12
1 jam*
5 jam
30 menit*
2 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera
setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali
bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian
pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan. 1, 12
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan
untuk memberikan pada penderita: 1, 12
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun
berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun
karena diare. WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai
dan lebih bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih
rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya
22
lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini
juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk
diare akut non kolera pada anak. 1, 12
diare akut dehidrasi ringan-sedang dengan penyulit
4 jam pertama : 50 cc/KgBB
20 jam kedua : 150 cc/KgBB
diare akut dehidrasi berat dengan penyulit
4 jam pertama : 60 cc/KgBB
20 jam kedua : 190 cc/KgBB
Beberapa penyulit diare diantaranya :
KKP
Bronkopneumonia
Ensefalitis
Meningitis
Meteorismus
AKI
Impending decom cordis
PENGOBATAN DIETIK
Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik diapakai
singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding,
Simultaneously with Education. 1, 3
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak
anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya
timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan
menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi
dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan
menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit
23
serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama
dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain
memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 IgA/hari yang berperan
memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.12 Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang bisa diminum paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu
atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk
sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah
hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat
tinja yang asam (pH<6) dan terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%.
Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba
kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3
hari.1, 12
Gejala klinis menghilang
(hari)
Ke 1
150
50
Ke 2
100
100
Ke 3
50
150
Ke 4
200
Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diet
harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau
lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan
tambahan seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak
yang telah disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat
pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi
memperkecil jumlah laktosa pada usus halus per satuan waktu. Pemberian
makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang
sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar,
dapat diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya
24
25
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.1, 12
Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti
antibiotika:antibiotika,
antidiare,
adsorben,
antiemetic,
dan
obat
yang
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera
Ciprofloxacin 15 mg/kgBB
Pivmecillinam 20 mg/kg BB
Shigella Disentri
Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat)
26
Giadiasis
Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis
dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari
obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1, 12
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas
dasar
27
28
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang. Hal-hal
yang mendasari pengambilan diagnosis tersebut diantaranya :
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang :
Seorang anak dikatakan diare akut jika didapatkan buang air besar pada
bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare akut adalah
diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (kurang dari 2 minggu).
Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan yaitu buang air
besar (BAB) cair sejak HMRS yaitu pada pagi hari. BAB cait timbul dengan tibatiba dan berlangsung sudah 5x pada pagi itu. Selain itu, BAB cair ini disertai
dengan muntah 4x sejak 1 hari SMRS (selasa malam), muntah berisi makanan
bercampur dengan air dan tidak ada darah. Pada anamnesis didapatkan
penampilan klinis tinja yaitu berbentuk cair, berwarna kekuningan, tidak ada
29
lendir, tidak ada darah, tidak berbau busuk, tidak seperti minyak dan tidak seperti
air cucian beras. Selain BAB cair dan muntah, pasien juga merasakan demam
yang naik secara perlahan-lahan sejak 1 hari SMRS. Demam tidak disertai dengan
menggigil. Tidak ada riwayat mencret apabila memakan makanan tertentu atau
minum susu disangkal oleh ibu pasien menunjukkan bahwa kemungkinan
penyebab diare adalah infeksi atau dengan kata lain ini merupakan diare infeksi
yang cenderung disebabkan oleh virus.
Selama BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat lebih
haus dari biasanya. Yang penting pada kasus ini adalah menilai apakah dengan
timbulnya diare dan muntah ini sudah sampai menyebabkan dehidrasi bahkan
sampai terjadi syok pada pasien ini karena kehilangan air dan elektrolit dari
diarenya dan diperburuk lagi dengan keluhan muntah pasien. Untuk menentukan
apakah terjadi dehidrasi pada pasien ini maka kita harus terlebih dahulu
melakukan penilaian untuk menentukan terjadinya dehidrasi dan dari penilaian itu
dikelompokkan apakah masuk ke dalam kelompok tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan-sedang dan dehidrasi berat. Beberapa keadaan pada pasien ini termasuk ke
dalam kelompok dehidrasi ringan-sedang karena berdarsarkan panduan untuk
dehidrasi ringan-sedang yaitu keadaan umum yang tampak lemah dari biasanya,
ubun-ubun cekung, mata cekung, air mata tidak ada (kering), bibir dan mulut
kering, anak merasa haus dan ingin banyak minum dan turgor kembali melambat.
Pada pemeriksaan fisik didapatka beberapa tanda yang menguatkan diare karena
infeksi dan menunjukkan adanya dehirasi ringan-sedang
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital:
Nadi
Suhu tubuh
: 37,30C aksila
Ubun-ubun
: tidak cekung
Mata
Mulut
30
Abdomen
Palpasi
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo, B. S. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1,
Edisi 1. Jakarta: IDAI.
2. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan
Victor
perspective.
World
Gastroenterology
Organisation
Global
Guidelines.
6. Farthing, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Lindo, E. S., Ramakrishna,
B. S., et al. 2008. acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation
practice guideline.
7. Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri. sumatera utara: Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara
8. Agtini, M. D., & Soenarto, S. S. 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Kementrian kesehatan RI.
9. Kemenkes, R. 2011. panduan sosialisasi tatalaksana diare balita.
Indonesia : kementrian kesehatan republik indonesia.
10. Setiawan, B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed.). Jakarta:
Interna Publishing.
11. Simadibarata, M., & Daldiyono. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam
(5 ed.). jakarta: interna publishing.
32
33