You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang

biasanya terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat
sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di
dalamnya1.
Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk
setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya
mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi
intraokuler yang disebut endoftalmitis.2
Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya
ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau
eksudat pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis
penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis.2
Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal,
maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang
endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara
sebagai profilaksis yang terjadinya endoftalmitis.2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Endoftalmitis
Endophthalmitis
intraokular

adalah

kondisi

peradangan

pada

rongga

yaitu pada aquoshumor dan humor vitreous. biasanya

disebabkan oleh infeksi. Tidak menular (steril) endophthalmitis mungkin


akibat dari berbagai penyebab seperti mempertahankan bahan lensa asli
setelah operasi atau dari agen beracun. peradangan lanjut yang mengenai
dinding ketiga bola mata, keadaan ini disebut panoftalmitis Panophthalmitis
adalah peradangan semua mantel mata termasuk struktur intraokular.3
2.2. Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis di Amerika, Endophthalmitis endogen jarang
terjadi, hanya 2-15% dari semua kasus endophthalmitis. Kejadian tahunan
rata-rata sekitar 5 per 10.000 pasien rawat inap. Dalam kasus unilateral, mata
kanan dapat dua kali lebih mungkin untuk terinfeksi dari pada mata kiri,
mungkin karena lokasi yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah
arteri dari arteri innominate kanan ke arteri karotis kanan. Sejak tahun 1980,
infeksi candida dilaporkan pada pengguna narkoba IV telah meningkat.
Jumlah orang yang berisiko dapat meningkat karena penyebaran AIDS, lebih
sering menggunakan agen imunosupresif, dan prosedur yang lebih invasif
(misalnya,

transplantasi

sumsum

tulang).3

Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi


setelah operasi intraokular. endophthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1

minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis postcataract


adalah bentuk paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi memiliki
komplikasi ini, yang telah meningkat selama 3 tahun terakhir.4 Meskipun ini
adalah sebagian kecil, sejumlah besar operasi katarak adalah dilakukan setiap
tahun membuat kemungkinan bahwa dokter mungkin mengalami infeksi ini
lebih tinggi. Endophthalmitis juga dapat terjadi setelah suntikan intravitreal,
meskipun risiko ini dalam analisis lebih dari 10.000 suntikan diperkirakan
0.029% per injeksi.4
Endophthalmitis pasca trauma terjadi pada 4-13% dari semua cedera mata
tembus. Insiden endophthalmitis dengan melubangi cedera di daerah
pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengaturan nonrural.
Keterlambatan dalam perbaikan cedera dunia menembus berkorelasi dengan
peningkatan risiko endophthalmitis. Insiden endophthalmitis dengan saldo
benda asing intraokular adalah 7-31%.3
a. Mortalitas / Morbiditas
Visus menurun dan kehilangan penglihatan secara permanen adalah
komplikasi umum dari endophthalmitis. Pasien mungkin memerlukan
enukleasi untuk membasmi mata dan menyakitkan.3
Kematian adalah terkait dengan komorbiditas pasien dan masalah medis
yang mendasari, terutama ketika mempertimbangkan etiologi penyebaran
hematogen pada infeksi endogen.3

b. Usia

Sebuah asosiasi tampaknya ada antara perkembangan endophthalmitis


dalam operasi katarak dan usia yang lebih besar dari atau sama dengan 85
tahun.3
2.3 Etiologi
`Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis
yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh
imunologis atau autoimun (non infeksi)1,6:
1. Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun
parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen
ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis1,6:
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder /komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka
bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata1. Bakteri
gram positive menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis3.
Beberapa

kuman

penyebabnya

dalah

staphylococcus

epidermidis,

staphylococcus aureus, dan spesies streptococcus. Bakteri gram negatif


seperti pseudomonas, escherichia coli dan enterococcus dapat ditemukan dari
trauma tembus bola mata6.

2. Endoftalmitis fakoanafilaktik

Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilakteral


ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa
yang mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu
penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan
tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul.
Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen
antibodi yangakan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik1.
2.4 Patofisiologi Endoftalmitis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah
menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli
septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan
oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan
intraokular

dapat

juga

disebabkan

oleh

invasi

langsung

oleh

mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.5


Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa,
iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua
jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola
mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital.
Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endophthalmitis eksogen 5

2.5 Gambaran Klinis


Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,6,7:
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata
disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu
diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai
penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau
tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di
antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat
penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,

infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk


endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat
segala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya.
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola
mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan
fisik yang dapat ditemukan dapat berupa : 6
- Udem Palpebra Superior
- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Udem Kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat
ataupun hilang sama sekali.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca
ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam
badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik. 1

2.6 klasifikasi Endoftalmitis


1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir
selalu disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul
dalam waktu satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam
75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari
bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana
yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus
dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa
ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan
kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.8

Gambar 2.1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak


2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu
hingga enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda
mata merah, penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan
8

tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous
dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan dengan adanya hipopion
dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body.9
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya
plak kapsul putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous
yang lebih rendah dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini
dianggap bahwa penyebab endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya
beberapa bakteri yang memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda
inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi
penyebab dari chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan
Corynebacterium species.10

Gambar 2.2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi
pasca operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus.
Dari total jumlah kasus dengan operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis

terjadi dalam persentase yang sama

seperti di Katarak (0,1%).

Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering,


membentuk

filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah

konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat


peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi,
atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda endoftalmitis
muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan
kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun
berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip
dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di
tempat

akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai

konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis
Streptococcus dan Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus
influenza juga menjadi salah satu penyebabnya. 11
4 Endoftalmitis Pasca Trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi
(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular.
Dengan temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat.
Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya
diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan mata yang rusak. Informasi yang
sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan
pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti

10

oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan


perkotaan. (11%).
Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit,
hiperemi ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam
kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri
dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis posttraumatik, khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting untuk
dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda asing
intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.12
5. Endoftalmitis Endogen
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma
mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui
penurunan mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat
potensial terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah;
adanya septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan catethers dan
Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis
endogen

adalah

Staphylococcus

aureus,

Escherichia

coli

dan

spesies

Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis


endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif
bakteri dalam 5% dari kasus.13

11

Gambar 2.3 Endoftalmitis Endogen


6 Fungal Endoftalmitis
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah
beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior
atau vitreous body, atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia.
Tidak seperti fungal chorioretinitis

yang disebabkan oleh kandidiasis, yang

disertai dengan tanda peradangan minimal pada vitreous body, fungal


endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan karakteristik tanda-tanda
endoftalmitis akut.5

Gambar 2.4 Fungal Endoftalmitis

12

2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis yang dipastikan dengan
melakukan aspirasi korpus vitreum 0,5 1 ml korpus vitreum di bawah
anestesi lokal melalui sklerektomi pars plana dengan menggunakan jarum
berukuran 20 sampai 23. Aspirat harus diperiksa secara mikroskopis.7
2.8 Diagnosa Banding
Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit
untuk dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan
berlebihan tanpa endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit,
uveitis yang sudah ada sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma,
dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga
termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh
pengenalan substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan
oleh instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca
operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. lt ini
penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal (seperti dalam
kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak
perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel
retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan
intraocular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi.
karakteristik yang paling membantu untuk membedakan endophthalmitis
yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain

13

temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini
sebagai suatu proses infeksi.14
2.9. Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat
spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan
waktu 48 jam 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari6,7:
Cairan dari COA dan corpus viterous.Pada endoftalmitis, biasanya terjadi
kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab itu, bila dengan pemeriksaan
oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG
mata.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam
bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah
infeksi telah mencapai retina6.
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang
dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen.
Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa6.
o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.
o Foto rontgen thoraks
o USG jantung
o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

14

2.10 Tatalaksana
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis.
Hasil akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat
waktu. Tujuan dari

terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan

mata,

mengurangi kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan


mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan
adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam kasus
yang parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis.15
A. Non Farmakologi
1.

Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk


yang mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

2.

Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya,

sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda


inflamasi pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam
penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk diperiksakan ke dokter
mata.
3.

Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan

pengontrolan yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini
disebabkan oleh karena kondisi hiperglikemia akan meningkatkan resiko
terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat
berakibat fatal jika menyebar ke otak.
4.

Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang

memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

15

B. Farmakologi
a.Pengobatan endophthalmitis pascaoperasi3
Pars plana vitrectomy atau aspirasi vitreous dapat dilakukan oleh
dokter mata dengan pemberian antibiotik intravitreal (yaitu, vankomisin,
amikasin, ceftazidine). Pertimbangkan pemberian antibiotik sistemik serta
steroid intravitreal.
b .Pengobatan endophthalmitis traumatis 3
Antibiotik sistemik termasuk vankomisin dan aminoglikosida atau
sefalosporin generasi ketiga dapat diberikan.

Antibiotik topikal

Antibiotik intravitreal.

Imunisasi tetanus diperlukan jika catatan imunisasi tidak ada. Tetes


cycloplegic (yaitu, atropin) dapat dipertimbangkan.

c. Pengobatan endogen endophthalmitis bakteri


Antibiotik intravena spektrum luas termasuk vankomisin dan
aminoglikosida atau generasi ketiga cephalosporin.
d. Pengobatan endophthalmitis candida

Flukonazol oral

Amfoterisin B intravena atau intravitreal dapat dipertimbangkan.


serta Tetes cycloplegic (yaitu, atropin) dapat dipertimbangkan.3

C. Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi,

16

dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus
membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu
pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan
bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik
dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.16

Gambar 2.5 Ilustrasi Vitrectomy


2.10 Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi
(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk 16:

Pov. Iodine 5-10%

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / perikoular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus kasus trauma)

17

2.12. Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari
endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi
bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat
dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan
endoftalmi.16

18

BAB III
KESIMPULAN

Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang


diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Tanda dan gejala yang ditunjukan
antara lain adanya penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan,
dan hipopion. Konjungtiva chemosis dan edema kornea. Sedangkan jenis dari
endoftalmitis ini sendiri Endoftalmitis akut pasca bedah katarak, Endoftalmitis
pseudofaki

kronik,

Endoftalmitis

pasca

operasi

filtrasi

anti-Glaukoma,

Endoftalmitis pasca trauma, Endoftalmitis endogen, Endoftalmitis jamur.


Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreous tap untuk mengetahui
organisme penyebab sehingga terapi yang diberikan sesuai. Terapi operatif
(vitrectomy) dilakukan pada endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis
sendiri bergantung durasi dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai
penatalaksanaan, virulensi bakteri dan keparahan dari trauma. Diagnosa yang
tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan
angka kesembuhan endoftalmitis.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit
FKUI, 2006. hal. 175-8..
2. Scheidler

V,

Scott

IU,

Flun

HW.

Culture-proven

endogenous

endophtalmitis: Clinical features and visual acuity outcomes. Am J


Ophtalmol 2004;137:4
3. Egan, J, Daniel., Radin p, Jessica.,
tanggal

22

2013, Endophthalmitis, Diunduh


Februari

2015.

http://www.emedicine.medscape.com/article/799431
4. Taban M, Behrens A, Newcomb RL. Acute endophthalmitis following
cataract surgery: a systematic review of the literature. Arch Ophthalmol.
Diakses

tanggal

22

Februari

2015

http://reference.medscape.com/medline/abstract/15883279
5. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study.
Ophthalmology 2009;116(3):425-30.
6. Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV. Sagung Seto, 2002. hal.
98-101.
7. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika,
2002. hal. 72.

20

8. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control


study of endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and
corneal wounds. Am J Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
9. Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis:
Epidemiology, therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol
Rev 2002;15:1:111-24.
10. Trofa D, Gcser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging
fungal pathogen. Clin Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.
11. Wejde

G,

Montan

Endophthalmitis

P, Lundstrm

following

cataract

M,

Stenevi

surgery in

U,

ThorburnW.

Sweden:

national

prospective survey 1999-2001. Acta Ophthalmol Scand 2005;83(1):7-10.


12. Mistlberger A, Ruckhofer J, Raithel E. Anterior chamber contamination
during cataract surgery with intraocular lens implantation. J Cataract
Refract Surg 1997;23:1064-9.
13. Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery:
a nationwide prospective study avaluating incidence in relation to incision
type and location. Ophthalmology 2007;114: 1004-9.
14. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal
endophthalmitis. Int OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.
15. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are
ophtalmologists the villains,The heroes Am J Ophtalmol 2001; 131:3:3716.
21

16. Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M
et al. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of
postoperative endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes
Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.

22

You might also like