Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
3. KEHAMILAN EKTOPIK
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. Di Susun Oleh :
13. Saftian Rosy Anggara
14. Novian Virmansyah
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22. PRODI S1 KEPERAWATAN
23. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
24. UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
25. 2014-2015
26.
27. BAB I
28. PENDAHULUAN
29. A. Latar belakang
30.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang
gawat.Keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
31.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi
dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak
dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba
dan kehamilan pada serviks uteri.
32.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi oleh
stiap dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopikterganggu
itu.Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau
dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu diketahui setiap setiap dokter klinikkehamilan optic
terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap wanita
dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri
perut bagian bawa, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.
33. B. Tujuan
34.
Tujuan umum :
35.
Menjelaskan pengertian dari kehamilan etopik serta menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik
36.
Tujuan khusus :
37.
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini :
38. 1.
Mahasiswa memahami anatomi fisiologi dari kehamilan ektpik
39. 2.
Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian kehamilan ektopik
40. 3.
Mahasiswa mampu memahami tentng klasifikasi dari kehamilan ektopik
41. 4.
Mahasiswa mampu memahami tentang manifestasi klinis dari kehamilan ektopik
42. 5.
Mahasiswa mampu memahami tentang tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
43. 6.
Mahasiswa mampu memahami tentang komplikasi kehamilan ektopik
44. 7.
Mahasiswa memahami tentang patofisiologi dari kehamilan ektopik
45. 8.
Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan dari kehamilan ektopik
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53. BAB II
54. TINJAUAN TEORITIS
55.
56. A.
Definisi
57.
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi(Murria,2002).
58.
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud
dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
59.
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi
dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak
dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba
dan kehamilan pada serviks uteri.
60.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri(kapita selekta,2001)
61.
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba.Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimeter,
dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat
kehamilan pars intersialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba,
dan kehamilan infundibulum tuba.
62. B. Klasifikasi
63.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi
dalam beberapa golongan :
64.
1. Tuba Fallopii
65.
a) Pars-interstisialis
66.
b) Isthmus
67.
c) Ampula
68.
d) Infundibulum
69.
e) Fimbrae
70.
2. Uterus
71.
a) Kanalis servikalis
72.
b) Divertikulum
73.
c) Kornua
74.
d) Tanduk rudimenter
75.
3. Ovarium
76.
4. Intraligamenter
77.
5. Abdominal
78.
a) Primer
79.
b) Sekunder
80.
vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium
secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
116.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan
ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.
117.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin
janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi
adalah
118. Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
119.
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan
ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya
tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
120.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
121.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
122.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut,
kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
123. Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada
yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur
selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan
kemudian diresorbsi.
124. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan,
karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan
antara
6
sampai10minggu.
1.Ha
sil konsepsi mati dini dan diresorbsi
125. Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya
ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
126.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
127. Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran
tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di
kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.
128.
3. Ruptur dinding tuba
129. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
130.
131.
F. WOC
132.
2. Dugaan Klinis Kehamilan
133.
134.
Ektopik
6. Ukuran BhCG
135.
136.
137.
5. Nega
tif
138.
4. Positi
f
139.
3. Tidak
tersedi
a
7. Lapara
skopi
Lapara
8. Ultra
senggr
140.
141.
142.
143.
144.
9. Kanton
g
Keha-
14.Kanton
g
Keha-
13.merag
ukan
145.
18.Keham
146.
ilan
147.
ektopi
k dpt
148.
149.
150.
151.
152.
153.
11.Lapara
tomi
dan
16.
17.Lapara
skopi
154.
155.
156.
157.
158.
G. Komplikasi
159. Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau
abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara
mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars
ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi
peradangan lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan
dengan bekuan darah yang berkumpul.
160.
161.
H. Penatalaksanaan
162.
a)Medis (operasi)
163.
1.
Tubektomi
164.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang
menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup
dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah
dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini
menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan
dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu
berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan
berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi
tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba
falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang
lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan
sayatan yang lebih besar.
165.
2.
Laparatomi
166.
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi)
atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
167.
3.
Laparoskopi
168.
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
169.
4.
Tanfusi darah
170.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika terjadi
pendarahan yang berlebihan.
171.
5.
Pemeriksaan laboratorium
172.
173.
6.
Dilatasi kuretase
174.
7.
Kuldosintesi
175.
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum
douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi :
176.
a.
177.
b.
178.
c.
Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan
traksi ke depan sehinggah forniks posterior tampak.
179.
d.
Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan penghisapan
dengan semprit 10 ml.
180.
e.
Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat
sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda
hematokel retrouterina.
181.
8.
182.
183.
Ultrasonografi
Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .
b) Keperawatan
184.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan
185.
menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan
kecemasan.
186.
Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
209.
A.
Pengkajian
210.
Anamnesa :
211.
1.
Menstruasi terakhir.
212.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran
persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk
menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
213.
2.
Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
214.
3.
Nyeri abdomen: kejang, tumpul.
215.
4.
Jenis kontrasepsi.
216.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu, atau
keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat kunjungan
pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang
tidak dikatahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual janin.
217.
5.
Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
218.
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat
infeksi, prosedur operasi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
219.
6.
Tanda-tanda vital.
220.Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik
yang dapat dipengaruhi kehamilan.
221.
a. Tanda-tanda vital
222.
1.
Tekanan darah
223. Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi
duduk dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan
tekanan darah yang didapatkan.
224.
2.
Nadi
225.
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada
keadaan cemas, hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk
dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan
masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
226.
3.
Pernapasan
227.
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per
menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara
napas harus sama bilateral, ekspansi paru simetris dan lapangan paru bebas dari suara
napas abdominal.
228.
4.
Suhu
229.
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawat medis.
230.b.
Sistem Kardiovaskular
231.
1.
Bendungan vena
232.
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan
vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada
tungkai, vulva dan rectum.
233.
2.
Edema pada ekstremitas
234.
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah oada ekstermitas
akibat perpindahan cairan intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan penekanan
dengan jari atau jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut
pitting edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena
merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
235.c.
Sistem musculoskeletal
236.
1.
Postur tubuh
237.
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan
ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
238.
2.
Tinggi badan dan berat
239.
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat
menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi
kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan
prematurdan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg
dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan
seksio caesarea, dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan selama
kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh.
240.
3.
Pengukuran pelviks
241.
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya
yang berguna untuk persalinan per vaginaan.
242.
4.
Abdomen
243.
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika
fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan
sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menentukan keakuratannya.Pengukuran
metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring.
244.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok.
Intensitas nyeri berkisar antar 9-10 nyeri hebat
245.d.
Sistem neurologi
246.
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki
tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo
sebaiknya dilakukan karena hiperfleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
247.
248.e.
Sistem integumen
249.
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan ganguan pada hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma
gravidarum, sreta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat.
Penempangan kuku berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler dengan
baik.
250.
f.
Sistem endokrin
251.
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
252.
g.
Sistem gastrointestinal
253.
1. Mulut
254. Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari ulserasi,
gusiberwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan
hiperplasia.Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara teratur karena
penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan
prematur.Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.
255.
2. Usus
256.
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu
hamil.Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga
menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.
257.
258.h.
Sistem urinarius
259.
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah.
Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam
urine yang menandakan suatu masalah.
260.
1.
Protein
261.
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini
menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada
kehamilan,
262.
2.
Glukosa
263.
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu
hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
264.
3.
Keton
265.
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau
pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat
266.
4.
Bakteri
267.
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang
bisanya terjadi pada ibu hamil
268.
i.
Sistem reproduksi
269.
1.
Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan pengeluaran kolostrum
perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
270.
2.
Organ reproduksi eksternal
271.
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa dari
eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan jarinagn parut pada perineum
272.
3.
Organ reproduksi internal
273.
a)
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah
kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
274.
b)
Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen
sehingga tampak makin merah dab kebiru biruan.
275.
c)
Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
276.
277.
7.
Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun
278.
a.
Urine :
279.
1.
Protein: Hasil negative menunjukkan keadaan yang normal
280.
2.
Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus dianggap sebagai gejala
DM, kecuali dapat membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya
281.
3.
Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan pada ginjal
282.
b.
Darah:
283.
1.
HB: 5 gr %
284.
2.
Eritrosit: 3,5 juta/mm3
285.
3. Leukosit: 8000-10.000 mm3
286.c.
HCG :
287.
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh tropulus
ketika ovum yang dibuahi terbenam dalam endemetrium.
288.
d.
Pemeriksaan USG:
289.
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih detail dan tidak ada
kontraindikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan
290. e.
Non-Stres Test (NST):
291.
Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya :
292.a.
TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk kehamilan adalah 150 cm dan
kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada trimester I
kenaikannya kurang lebih 1 kg, trimester II kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih
5,5 kg.
293.b.
Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena
posisi akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur
pada posisi duduk dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat
posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
294.c.
TFU
295.
Leopold I
: menentukan usia kehamilan dan tinggi fundus uteri dalam
cm
296.
Leopold II
: menentukan bagian janin, punggung kiri & punggung
kanan
297.
Leopold III : menentukan bagian terendah janin, apakah kepala atau
bokong
298.
Kepala : bundar, keras dan melenting
299.
Bokong : tidak bundar, keras dan melenting
300.
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di PAP (pintu atas
panggul)
301.
302.d.
TT: pemberian imunisasi selama kehamilan dilakukan sebnyak 4 kali. Pada trimester
I satu kali, trimester II satu kali dan trimester III dua kali
303.e.
Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak 90 tablet fungsinya yaitu
untuk membantu pertumbuhan tulang janin, waktu meminumnya 1x1 setiap malam sebelum
tidur.
304.f.
Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan health education pada ibu hamil
dan memberikan penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-keluhan selama
kahamilan
305.g.
Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang gunanya untuk mengetahui
apakah ibu hamil terinfeksi bakteri toksoplasma
306.h.
Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
307.i.
Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
308.j.
Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
309.
310.
B. Diagnosis Keperawatan
311.
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut.
312.1.
Devisit volume yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
313.2.
Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
314.3.
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
315.4.
Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari
kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur.
316.
C. Intervensi keprawatan
317.
Diagnosis 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture lokasi
implantasi sebagai efek dari tindakan pembedahan.
318.
Kriteria hasil:
319.
Ibu menunjukan kestabilan /perbaikan keseimbangan cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta
frekuensi serta berat jenis urine adekuat.
320. .
321.
Rencana Intervensi
323.
Mandiri
324. 325.
Monitor
1.
tanda vital
Rasional
tanda-
326.
Monitor tanda-tanda vital akan
mengetahui keadaan dan perkembangan
327. 328.
Kaji pendarahan
2.
(jumlah
,warna,
gumpalan)
329.
Mengkaji
pendarahan
,jumlah,warna,gumpalan
akan
mengetahui gejala-gejala syok
330. 334.
Cek hemolobin.
335.
336.
331. 337.
Berikan
tranfusi
332.
darah
333.
4.
338.
Cek
hemoglobin
akan
mengetahui keaadan hb klien
339.
340.
Memberikan tranfusi darah akan
menggantikan banyaknya darah yang
keluar.
341.
Kolaborasi:
342. 343.
Lakukan
4.
pemeriksaan
golongan darah.
349.
350.
351.
322.
rhesus
344.
Pemeriksaan
tersebut
memudahkan melakukan tranfusi
345.
346.
Diagnosis 2 : Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan
intraperitoneal.
347.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan selama....x24 jam nyeri berkurang.
348.
Dengan kriteria hasil :
a.
Nyeri yang di rasakan berkurang
b.
Skala nyeri : 3
c.
Klien tampak rileks
352.
353.
Rencana intervesi
355. 356.
Kaji
1.
nyeri
tingkat
354.
skala
357. 358.
Untuk mengetahui keadaan
1.
klien dalam menghadapi nyeri
359. 360.
Anjurkan klien untuk
2.
melakukan teknik relaksasi (tarik
nafas dalam )
361.
362. 363.
Dengan melakukan teknik
2.
relaksasi rasa nyeri yang di
rasakan menjadi berkurang.
364. 365.
Ajarkan
klien
untuk
3.
melakukan teknik distraksi
366. 367.
Dengan teknik distraksi itu
3.
untuk melancarkan peredaran
darah merenggangkan otot-otot
yang kaku.
368. 369.
371. 372.
Kolaborasi :
dan
Rasional
4.
370.
Berikan
terapi
obat
analgetik sesuai dengan indikasi.
4.
373.
374.
D. Implementasi Keperawatan
375.
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
376.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
377.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
378.D.
Evaluasi Keperawatan
379.Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.
380.
381.
.
382.
383.
384.
386.
392.
402.
403.
407.
414.
417.
418.
BAB III
TINJAUAN KASUS
385.
I.
PENGKAJIAN
387.
Tanggal / jam
: 29 Mei 2006 / 12.30 WIB
388.
Tempat
: Paviliun F2 RUMKITAL Dr. RAMELAN
389.
RM
: 00.20.22.24
390.
391.
A. Data Subyektif
1.
Identitas
393.
Nama istri
: Ny. M
Nama suami
: Tn. S
394.
Umur
: 28 th
Umur
: 31 th
395.
Agama
: Islam
Agama
: Islam
396.
Suku/bangsa
: Jawa/Indo
Suku/bangsa
: Jawa/Indo
397.
Pendidikan
: S1
Pendidikan
: SMA
398.
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: TNI - AL
399.
Alamat
: Jl.Tj. Harapan 61 E Pangkat
: Sersan Kepala
400.
Alamat
: Jl. Tj. Harapan 61
E
401.
2.
Status perkawinan
Istri
404.
Perkawinan ke
: I (satu)
405.
Lama perkawinan : 3 tahun
406.
Umur kawin
: 25 tahun
Suami
408.
Perkawinan ke
: I (satu)
409.
Lama perkawinan : 3 tahun
410.
Umur kawin
: 28 tahun
411.
412.
413.
3.
Keluhan utama
415.
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan (flek-flek), kadang keluar
bersamaan dengan kencing.
416.
4.
Riwayat kebidanan
a.
Riwayat Menstruasi
419.
Menarche : 14 th
420.
Siklus
: Teratur, 28 hari
421.
Lamanya
: 6-7 hari
422.
Banyaknya : 2-3 kotex / hari
423.
Warna
: Merah
424.
Bau
: Anyir
425.
Keluhan
: Disminorea (-), flor albus (-)
426.
HPHT
: Px mengatakan lupa.
427.
HPL
: -
428.
429.
b.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
430. 431.
432.
433.
434.
435.
436.
N
T
Usia
Jenis
Temp
Kompl
Peno
ke
pe
at
ika
l
ha
rs
pe
si
o
mi
ali
rs
n
la
na
ali
g
n
n
na
n
439. 440.
441.
442.
443.
444. 445. 446.
U
I
B
447.
P
451. 452.
1
2
453.
2 bln
454.
Abort
us
455.
RS
456.
-
457.
-
463. 464.
2
H
465.
-
466.
-
467.
-
468.
-
469.
-
458.
dokt
e
r
470.
-
437.
438.
N
ifas
ayi
449.
kea
d
a
a
n
461.
-
450.
la
459.
-
448.
kea
d
a
a
n
460.
-
471.
-
472.
-
473.
-
474.
-
475.
476.
c.
Riwayat kehamilan sekarang
477.
Ibu mengatakan ini kehamilan ke 2 usia kehamilan 2 bulan.
478.
Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin di poli hamil RSAL (trimester 1
= 3 kali).
479.
Keluhan selama hamil trimester 1 mual, muntah dan mengeluarkan darah dari
kemaluan (flek - flek).
480.
Ibu belum mendapatkan imunisasi apapun.
481.
Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi tentang ibu hamil.
482.
Tx : zat besi, kalsium dan vitamin.
483.
484.
5.
Riwayat kesehatan yang lalu
485.
Ibu mengatakan hamil yang pertama keguguran dan dikuretasi tahun 2004 di
RSAL dengan Dx : Abortus Imenens. Tidak pernah sakit DM, Jantung, Ashma,
Hipertensi, TBC, dan Hepatitis.
486.
487.
6.
Riwayat kesehatan keluarga
488.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, DM, Ashma,
Hepatitis, Hipertensi, tidak ada keturunan kembar.
489.
490.
7.
Pola kebiasaan sehari-hari
491.
a.
Nutrisi
492.
Selama hamil : Makan
: 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur, buah)
462.
-
496.
501.
505.
509.
493.
Minum : 7 8 gelas / hari (air putih, susu)
494.
Saat MRS
: Makan
: 3 kali / hari (nasi, lauk pauk, sayur) porsi habis
495.
Minum : 2 gelas (air putih, kacang hijau)
b.
Eliminasi
497.
Selama hamil : BAK
: 6 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
498.
BAB
: 1 kali / hari ( lunak, warna kuning, bau khas)
499.
Selama MRS : BAK
: 2 kali / hari (warna kuning jernih, tidak nyeri)
500.
BAB
: Belum
c.
Aktifitas
502.
Sebelum hamil
: Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari
503.
Saat MRS
: Ibu hanya berbaring, miring ke kanan dan kiri
504.
d.
Istirahat
506.
Selama hamil
: Siang
: - 1 jam / hari
507.
Malam
: 6 - 7 jam / hari
508.
Saat MRS
: Ibu tidak bisa tidur.
e.
Personal hygiene
510.
Selama hamil
: Mandi 2 kali / hari, gosok gigi 2 - 3 kali/ hari, ganti baju
dan celana dalam 2 - 3 kali/ hari.
511.
Saat MRS
: Mandi 2 kali / hari (diseka dengan air hangat), gosok gigi 2
kali / hari, ganti baju dan celana dalam 3 - 4 kali/ hari.
512.
513.
f.
Seksual
514.
Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena takut keguguran
seperti hamil anak pertama.
515.
516.
8.
Riwayat psikososial
517.
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
518.
519.
9.
Riwayat sosial budaya
520.
Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu, ibu tidak pantang makan, tidak
mengadakan acara tradisi budaya.
521.
522.
B. Data Obyektif
523.
1.
Pemeriksaan fisik umum
524.
a.
Keadaan umum
525.
Kesadaran
: Composmenitis
526.
Postur tubuh
: Lordosis
527.
TB/BB
: 159 cm
528.
BB sbl hamil
: 50 kg
529.
BB slm hamil
: 54 kg
530.
b.
Tanda-tanda vital
531.
Tensi
: 110 / 70 mmHg
532.
Nadi
: 80 kali/menit
533.
Suhu
: 37 C
534.
RR
: 24 kali/menit
535.
536.
2.
Pemeriksaan fisik khusus
Inspeksi
Kepala
: Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka.
Muka
: Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata
: Simetris, sclera tidak icterus, conjungtiva tidak anemis.
Hidung
: Lubang hidung simetris, tidak ada polip dan tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada secret.
Telinga
: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada purulent.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena
jugularis.
Ketiak
: Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe.
Dada
: Mammae simetris, putting susu menonjol, tidak ada retraksi
intercostae, tidak ada benjolan.
537.
Mulut
bibir pucat
538.
Payudara
539.
Abdomen
540.
Genetalia
541.
Ekstremitas :
Palpasi
542.
Abdomen
: uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
543.
dingin
Genetalia
Auskultasi
544.
Abdomen
Perkusi
545.
Ekstremitas : reflek patella + / +
546.
Pemeriksaan fisik umum:
Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
547.
Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin tersa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri
548.
Pemeriksaan Penunjang
549.
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
550.
a.
Laboratorium
Hematokrit
551.
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
552.
553.
559.
Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
2.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3.
Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
4.
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
563.
564.
C. Intervensi keperawatan
A.
Diagnosis 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
565.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang
di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
566.
N
567.
569.
1
Rencana Inervensi
568.
Rasional
570.
Lakukan pendekatan
kepada pasien dan keluarga.
571.
Pasien dan keluarga lebih
kooperatif
572.
2
573.
Memberikan penjelasan
mengenai kondisi pasien saat ini
574.
pasien mengerti tentang keadaan
dirinya dan lebih kooperatif terhadap
tindakan.
575.
3
576.
Observasi TTV dan
observasi tanda akut abdoment.
577.
parameter deteksi dini adanya
komplikasiyang terjadi.
578.
4
579.
Pantau input dan output
cairan
580.
Untuk mengetahui kesaimbangan
cairan dalam tubuh
582.
583.
mengetahui kadar Hb klien
sehubungan dengan perdarahan.
581.
5
Pemeriksa kadar Hb
584.
6
585.
Lakukan kolaborasi
dengan tim medis untuk
penanganan lebih lanjut.
586.
587.
Diagnosia 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
588.
Criteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tandatanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik,
haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
589.
N
590.
Tindakan intervensi
591.
rasional
592.
1
593.
Awasi tanda vital, kaji
pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
594.
Memberikan informasi tentang
derajat/adekuat perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
595.
2
596.
Catat keluhan rasa
dingin, pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
597.
Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi
perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa
hangat harus seimbang dengan kebutuhan
untuk menghindari panas berlebihan.
598.
3
599.
Kolaborasi dengan tim
medis yang lain, awasi
pemeriksaan lab: misalnya:
HB/HT
600.
Mengidentifikasi defisiensi dan
kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.
601.
Diagnosis 3: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitonial.
602.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital
dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang
kesakitan.
603.
n
604.
Rencana Intervensi
605.
606.
607.
Mandiri:
608.
609.
1
610.
Tentukan sifat, lokasi
dan durasi nyeri. Kaji
kontraksi uterus hemoragi
ataunyeri tekan abdomen.
Rasional
611.
Membantu dalam mendiagnosis dan
menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi
spontan dan molahidatiosa karena kontraksi
1.
612.
2
613.
Kaji steres psikologi
ibu/pasangan dan respons
emosional terhadap
kejadian.
614.
Ansietas terhadap situasi darurat dapat
memperberat ketidak nyamanan karena
syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
615.
3
616.
Berikan lingkungan
yang tenang dan aktivitas
untuk menurunkan rasa
nyeri. Instruksikan klien
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas
dalam, visualisasi distraksi,
dan jelaskan prosedur.
617.
Dapat membantu dalam menurunkan
tingkat asietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan.
618.
619.
620.
621.
1
622.
Berikannarkotik atau
sedative berikut obat-obat
praoperatif bila prosedur
pembedahan diindikasikan.
623.
Meningkatkan kenyamanan,
menurunkan komplikasi pembedahan
624.
5
625.
Siapkan untuk
prosedur bedah bila terdapat
indikasi
626.
Tingkatkan terhadap penyimpangan
dasar akan menghilangkan nyeri.
Kolaborasi:
631.
1
Rencana Intervensi
632.
Menjelaskan tindakan
dan rasional yang ditentukan
untuk kondisi hemoragia.
630.
Rasional
633.
Memberikan informasi, menjelaskan
kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan sters yang berhubungan dengan
prosedur yang diberikan.
634.
2
635.
Berikan kesempatan
bagi ibu untuk mengaji\ukan
pertanyaan dan
mengungkapkan kesalah
konsep
636.
Memberikan klisifikasi dari konsep
yang salah, identifikasi masala-masalah dan
kesempatan untuk memulai mengembangkan
ketrampilan penyesuaian (koping)
637.
3
638.
Diskusikan
kemungkinan implikasi jangka
ependek pada ibu/janin dari
kedaan pendarahan.
639.
Memberikan informasi tentang
kemungkinan komplikasi dan meningkatkan
harapan realita dan kerja sama dengan aturan
tindakan.
640.
4
641.
Tinjau ulang implikasi
jangka panjang terhadap
situasi yang memerlukan
evaluasi dan tindakan
tambahan.
642.
Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
memahami kesulitan mempertahankan setelah
pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.
643.
644.
D. Implementasi
Tanggal
:
645.
Jam
646.
Dx
: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada
lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
647.
648.
Jam
649.
05.
0
0
650.
Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan cara
memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu menanyakan apa yang di keluhkan ibu saat
ini agar pasien dan keluarga lebih kooperatif.
651.
05.05Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini agar pasien
mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
652.
05.10Melakukan observasi TTV sebagai parameter deteksi dini adanya
komplikasi yang terjadi dengan hasil :
653.
KU
: cukup
654.
Kesadaran : composmentis
655.
TD
: 100/70 mmHg
656.
Suhu
: 36,4 C
657.
Nadi
: 88x/menit
658.
RR
: 22x/menit
659.
Melakukan observasi tanda akut abdoment seperti : perut kembung, nyeri
tekan abdoment, nyeri tekan adneksa kanan dan adneksa kiri.
660.
05.30Memantau input yaitu infus RL 21 tetes/menit dan output yaitu DC
100cc untuk Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh05.35Melakukan
pemeriksaan kadar Hb Serial, untuk mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan
perdarahan05.45Melakukan kolaborasi dengan tim medis yaitu dilakukan operasi
untuk penanganan lebih lanjut dan sebagai fungsi independent.
661.
662.
E. Evaluasi
Hari/ tgl
:
663.
Jam
664.
Tempat
665.
666.
O : Keadaan umum
:
:
: Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi dan badan terasa panas.
: Cukup
667.
Kesadaran
: Composmetis
668.
TTV
: TD : 100 / 70 mmHg
669.
: 96x /menit
670.
RR
: 22x / menit
671.
672.
S
A
: 38,7oC
: Masalah teratasi sebagian
673.
: -. Observasi TTV
674.
675.
-. Observasi perdarahan
676.
677.
Methrotexate
678.
679.
680.
681.
682.
683.
BAB IV
684.
PENUTUP
685.
686.
A.
Kesimpulan
687. Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
688. Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud
dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
689. Dan pada asuhan keperwatan untuk kehamilan ektopik di awali dengan
pengkajian sampai dengan evaluasi.
690.
691.
B. Saran
692.
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan
kehamilannya, untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dengan dilakukannya
pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.
693.
694.
695.
696.
697.
698.
699.
700.
701.
702.
703.
704.
705.
706.
707.
708.
709.
710.
711.
712.
713.
714.
DAFTAR PUSTAKA
715.
716.
717.
v Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.
Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005
718.
v Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I.
Media Aesculapius FKUI
719.
v http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005
720.
v http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar
kandungan/page:1-4
721.
v Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi.
Bandung : FK UNPAD
722.
v Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
723.
v Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP
724.