Professional Documents
Culture Documents
1. Macam-macam
nyeri !
Jenis-jenis nyeri :
Nyeri (menurut The International Association for the Study of Pain / IASP)
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan,
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan
kerusakan jaringan
Klasifikasi Nyeri
Nyeri
Nyeri Nosiseptif
Nyeri Somatik
Nyeri Viseral
Nyeri Non-Nosiseptif
Nyeri Neuropatik
Nyeri Psikogenik
Nyeri Kronik: nyeri yang tetap berlanjut walaupun di beri pengobatan dan nyeri
tidak memiliki makna biologic. Nyeri kronik merupakan suatu sindrom kompleks
yang memerlukan pendekatan multidisiplin untuk penanganan
Sifat
Nyeri Akut
Nyeri Kronik
Awitan, Durasi
Intensitas
Sedang-parah
Sedang-parah
Kausa
Respon fisiologik
Respon terhadap
analgesik
Proses nyeri terjadi saat simuli nosiseptor oleh stimulus noxious (nyeri) sampai
terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan
kimia. Selama proses tersebut terdapat 4 proses
Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan daerah
epigastrium terutama saat inspirasi dalam
Organ organ yang ada pada perut kanan atas adalah hepar, vesica
fellea, usus besar, usus kecil. Pada skenario didapatkan pula adanya
penjalaran nyeri ke bahu kanan, maka kita curiga adanya gangguan pada
vesica fellea atau kandung empedu yang menyebabkan nyeri tersebut.
Gangguan pada kandung empedu bisa disebabkan oleh karena sumbatan
pada kandung empedu dan juga adanya peradangan akibat sumbatan
tersebut ataupun akibat infeksi bakteri.
Kandung empedu normal mempunyai fungsi menyimpan dan memekatkan
cairan empedu. Cairan empeduberguna dalam penyerapan lemak dan
beberapa vitamin (vit. A,D, E, dan K).
Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein,
garamkalsium,pigmen dan unsure lemak yang disebut kolesterol.
Sebagian cairan empeduyang memasuki usus halus diteruskan dan
dikeluarkan melalui feses.
Jika
konsentrasi
kolesterol
melebihi
kapasitas
solubilitas
empedu
nyeri parietal
Kulitdaerahba
hu,
nervisupraclav
iculares
Guyton,
Arthur
dan
Hall
E.
John.
1997Buku
AjarFisiologiKedokteran (textbook of medical Physiology)
Edisi 9. EGC.Jakarta
Estrogen
endogenmenghambatkonversiensimatikdrkolesterolmjdas.empedusup
ersaturasikolesteroltdkdapatditrasportolehmicellvesikel2kolesterol
tertinggalberagregasimembentukintikristalgangguandifusidaninkorpor
asikolesterolselmukosakandungempedumeningkatdangangguandisfungsi
VFkontraksi VF terganggustasis empedumusinterakumulasi (protein
yang
berperandlmnukleasikolesterol)lamanyacairanempedutertampungdalam
VFmusinsmakinkentalviskositastinggigangguanpengosongan VF
Sumber :ILMU PENYAKIT HATI
Berat
badan
berlebih
sering
dikaitkan
dengan
peningkatan
kadar
maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi
garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung
empedu sehingga mudah menimbulkan sumbatan atau pengendapan.
Sumber : Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.hal: 570-579
Metode
Pasien di periksa dalam posisi supine (berbaring).Ketika pemeriksa
menekan/palpasi regio subcostal kanan (hipokondriaka dextra) pasien, kemudian
pasien diminta untuk menarik nafas panjang yang dapat menyebabkan kandung
empedu turun menuju tangan pemeriksa.Ketika manuver ini menimbulkan
respon sangat nyeri kepada pasien, kemudian tampak pasien menahan
penarikan nafas (inspirasi terhenti), maka hal ini disebut murphys sign
positif.
Hal ini terjadi karena adanya sentuhan antara kandung empedu yang mengalami
inflamasi dengan peritoneum abdomen selama inspirasi dalam yang dapat
menimbulkan reflek menahan nafas karena rasa nyeri.Bernafas dalam
menyebabkan rasa yang sangat nyeri dan berat beberapa kali lipat walaupun
tanpa tekanan/palpasi pada pasien dengan inflamasi akut kandung empedu.
Husadha, Yast. 1996. Buku ajar ilmu penyakit dalam: fisiologi dan pemeriksaan
biokimiawi hati. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
1 DEFINISI
b Batu
batu
empedu
yang
kadar
Saturasi bilirubin
Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahan
eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit
Sicklecell.Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi
konjugasi bilirubin menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi
karena adanya enzim b glukuronidase yang dihasilkan oleh E. Coli. Pada
keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton yang
menghambat kerja glukuronidase.5
Patofisiologi
Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu.
Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak
terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari
bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut
dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang
terjadi.
Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu
Presipitasi / pengendapan
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh
dalam pembentukan empedu.Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan
kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati
Batu empedu
Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Hall,J.Emungkinand A.C.Guyton.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Jakarta :
EGC
3 EPIDEMIOLOGI
4 FAKTOR RISIKO
Jenis Kelamin
Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia> 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia yang lebih
muda.
Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur
kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
5 DIAGNOSIS
a Anamnesis
Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan.Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu
empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan
pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya.Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi
oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun
serum diatas 2mg/dl, obstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada
keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.
Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi
kandung empedu.1,10
Batu kandung empedu non opaque misalnya batu kolesterol yang
besar tidak dapat terdiagnosa dengan sinar x biasa maka akan
membutuhkan zat kontras di dalam pemeriksaan dengan cara di minum di
sore hari sebelum pemeriksaan. Pasien tetap melakukan diet bebas lemak
sampai dilakukan pemeriksaan sinar x kira-kira 16 jam kemudian setelah
minum kontras. Pada tingkat ini kandung empedu biasanya terisi dengan
baik dengan zat kontras. Pada pemeriksaan ini akan menimbulkan
bayangan filling defect yang radiolusen.
batu kandung empedu dengan gangguan fungsi hati yang tidak dapat
dideteksi dengan ultrasonografi dan kolesistografi oral, misalnya karena
batu kecil.Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara
langsung yang hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini
meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus
hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan
ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan
kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi
percabangan bilier.1,10
t to remove during ERCP because the valve spirals. Stones in the common bile duct are quite removable by ERCP, but s
6 KOMPLIKASI
a Kolesistitis Akut
Hampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus
oleh batu yang terjebak dalam kantong Hartmann. Komplikasi ini terdapat
pada lima persen penderita kolesistitis. Kolesistitis akut tanpa batu empedu
disebut kolesistitis akalkulosa, dapat ditemukan pasca bedah.
Kolangitis Akut
Kolangitis akut dapat terjadi pada pasien dengan batu saluran empedu
karena adanya obstruksi dan invasi bakteri empedu. Gambaran klinis
kolangitis akut yang klasik adalah trias charcot yang meliputi nyeri abdomen
kuadran kanan atas, ikterus dan demam yang didapatkan pad 50% kasus.
Kolangitis akut supuratif adalah trias charcot yang disertai hipotensi, oliguria,
dan gangguan kesadaran.
Spektrum dari kolangitis akut mulai dari yang ringan, yang akan
membaik sendiri, sampai denan keadaan yang membahayakan jiwa di mana
dibutuhkan drainase darurat. Penatalaksanaan kolangitis akut ditujukan
untuk: a) Memperbaiki keadaan umum pasien dengan pemberian cairan dan
elektrolit serta koreksi gangguan elektrolit, b) Terapi antibiotic parenteral, dan
c) Drainase empedu yang tersumbat. Beberapa studi acak tersamar
memperlihatkan keunggulan drainase endoskopik dengan ngka kematian
yang jauh lebih rendah dan bersihan saluran empedu yang lebih baik
dibandingkan operasi terbuka. Studi dengan control memperkuat kesimpulan
Gambar 13. Gambaran Komplikasi pada Batu Empedu dan Saluran Empedu 1
7 PENATALAKSANAAN
a Tindakan Operatif
1 Kolesistektomi
Terapi terbanyak pada penderita batu kandung empedu adalah
dengan operasi.Kolesistektomi dengan atau tanpa eksplorasi duktus
komunis tetap merupakan tindakan pengobatan untuk penderita dengan
batu empedu simptomatik.
Pembedahan
untuk
batu
empedu
tanpa
gejala
masih
diperdebatkan, banyak ahli menganjurkan terapi konservatif. Sebagian ahli
lainnya berpendapat lain mengingat silent stone pada akhirnya akan
menimbulkan gejala-gejala bahkan komplikasi, maka mereka sepakat
bahwa pembedahan adalah pengobatan yang paling tepat yaitu
kolesistektomi efektif dan berlaku pada setiap kasus batu kandung
empedu kalau keadaan umum penderita baik. 14
Indikasi kolesistektomi adalah sebagai berikut :
Adanya keluhan bilier yang mengganggu atau semakin sering atau
berat.
- Adanya komplikasi atau pernah ada komplikasi batu kandung
empedu.
- Adanya penyakit lain yang mempermudah timbulnya komplikasi
misalnya Diabetes Mellitus, kandung empedu yang tidak tampak
pada foto kontras dan sebagainya. 14
Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
denga kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang
dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2%
pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang
dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. 12
-
Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa
adanya kolesistitis akut.Karena semakin bertambahnya pengalaman,
banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan
kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus koledokus.Secara
teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional
adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang
dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan
perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah kemanan
dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi seperti
cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.12
Komplikasi kolesistektomi
Saat ini hampir semua melakukan operasi laparoskopi atau
menggunakan key-hole surgery. Dengan menggunakan insisi kecil, batu
empedu dan kantong empedu dibuang. Kantong empedu adalah tempat
penyimpanan empedu, dan organ ini dapat dibuang tanpa berpengaruh
terhadap kesehatan. Setelah pengangkatan kantong empedu, empedu
dapat mengalir langsung dari hati ke usus. 16
Proses pemulihan biasanya berlangsung selama 1 sampai 3 hari di
rumah sakit dan pasien dapat beraktivitas normal kembali setelah 1
minggu. Apabila ada peradangan yang parah, luka atau infeksi kandung
empedu, key-hole surgery mungkin tidak dapat dilakukan sehingga perlu
dilakukan operasi terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan membuat insisi
5-6 inchi pada sisi kanan abdomen dan kantong empedu dapat dibuang.
Proses pemulihannya lebih panjang dibandingkan metode key-hole karena
rasa sakit akibat insisi. Operasi terbuka dilakukan pada 5-8% operasi
kolesistektomi.16
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah cedera duktus
empedu, empedu bocor, pembentukan abses, infeksi pada luka dan
pendarahan.16
2
Kolesistostomi
Beberapa ahli bedah menganjurkan kolesistostomi dan dekompresi
cabang-cabang saluran empedu sebagai tindakan awal pilihan pada
penderita kolesistitis dengan resiko tinggi yang mungkin tidak dapat
diatasi kolesistektomi dini.
Indikasi dari kolesistostomi adalah
Kolesistitis akut berat dengan kandung empedu membesar yang
terancam ruptur
- Keadaan umum sangat buruk misalnya karena sepsis
- Penderita yang berumur lanjut, karena ada penyakit lain yang berat
yang menyertai, kesulitan teknik operasi
- Tersangka adanya pankreatitis
Kerugian dari kolesistostomi mungkin terselipnya batu sehingga
sukar dikeluarkan dan kemungkinan besar terjadinya batu lagi kalau tidak
diikuti dengan kolesistektomi.
-
15
b Tindakan Non-Operatif
1 Terapi Disolusi
Penggunaan garam empedu yaitu asam Chenodeodeoxycholat
(CDCA) yang mampu melarutkan batu kolesterol invitro, secara invivo
telah dimulai sejak 1973 di klinik Mayo, Amerika Serikat juga dapat
berhasil, hanya tidak dijelaskan terjadinya kekambuhan. 5
Pengobatan dengan asam empedu ini dengan sukses melarutkan
sempurna batu pada sekitar 60 % penderita yang diobati dengan CDCA
oral dalam dosis 10 15 mg/kg berat badan per hari selama 6 sampai 24
bulan. Penghentian pengobatan CDCA setelah batu larut sering timbul
rekurensi kolelitiasis.
kolesterol. Kombinasi dari terapi ini agar berhasil baik harus memenuhi
beberapa kriteria mengingat faktor efektifitas dan keamanannya. 5
a
Kriteria Munich :
- Terdapat riwayat akibat batu tersebut (simptomatik).
- Penderita tidak sedang hamil.
- Batu radiolusen
- Tidak ada obstruksi dari saluran empedu
- Tidak terdapat jaringan paru pada jalur transmisi gelombang kejut
ke arah batu.
b Kriteria Dublin :
- Riwayat keluhan batu empedu
- Batu radiolusen
- Batu radioopak dengan diameter kurang dari 3 cm untuk batu
tunggal atau bila multiple diameter total kurang dari 3 cm dengan
jumlah maksimal 3.
- Fungsi konsentrasi dan kontraksi kandung empedu baik. 5
Terapi ESWL sangatlah menguntungkan bila dipandang dari sudut
penderita karena dapat dilakukan secara rawat jalan, sehingga tidak
mengganggu aktifitas penderita.Demikian juga halnya dengan pembiusan
dan tindakan pembedahan yang umumnya ditakutkan penderita dapat
dihindarkan.Namun tidak semua penderita dapat dilakukan terapi ini
karena hanya dilakukan pada kasus selektif.Di samping itu penderita harus
menjalankan diet ketat, waktu pengobatan lama dan memerlukan biaya
yang tidak sedikit, serta dapat timbul rekurensi setelah pengobatan
dihentikan. Faal hati yang baik juga merupakan salah satu syarat bentuk
terapi gabungan ini , karena gangguan faal hati akan diperberat dengan
pemberian asam empedu dalam jangka panjang.
ESWL dapat dikatakan sangat aman serta selektif dan tidak infasif
namun dalam kenyataannya masih terdapat beberapa komplikasi yang
dapat terjadi misalnya rasa sakit di hipokondrium kanan, kolik bilier,
pankreatitis, ikterus, pendarahan subkapsuler hati, penebalan dinding dan
atropi kandung empedu.7
Dietik
Prinsip perawatan dietetik pada penderita batu kandung empedu
adalah memberi istirahat pada kandung empedu dan mengurangi rasa sakit,
juga untuk memperkecil kemungkinan batu memasuki duktus sistikus.Di
samping itu untuk memberi makanan secukupnya untuk memelihara berat
badan dan keseimbangan cairan tubuh.5
Pembatasan kalori juga perlu dilakukan karena pada umumnya batu
kandung empedu tergolong juga ke dalam penderita obesitas. Bahan
makanan yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan makanan juga
harus dihindarkan.13
Rendah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk jumlah kalori
dikurangi.
Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam lemak.
Tinggi cairan untuk mencegah dehidrasi.
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. 2004. Saluran empedu dan Hati. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 561-79.
KOLESISTITIS
Kolesistitis Akut
Merupakan radang dinding kandung empedu akut yang disertai nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan, dan demam.
Terbagi atas kolesistitis akut kalkulus dan kolesistitis akut akalkulus.
Etiologi dan Patogenesis
Faktor yang berperan adalah adanya stasis cairan empedu, infeksi
kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Adanya stasis akibat batu
yang menyumbat duktus sistikus, mungkin akibat kepekatan cairan empedu,
kolesterol, lisolesitin, prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding
kandung empedu.
Morfologi
Pada kolesistitis akut, kandung empedu biasanya membesar (2-3 x lipat), tegang,
merah terang atau memperlihatkan bercak keunguan-hijau hitam (akibat
perdarahan subserosa), lumen biasanya berisi darah, fibrin (keruh), atau pus. Jika
mengandung pus disebut empiema kandung empedu. Pada kasus yang berat
kandung empedu berubah menjadi organ nekrotik hijau-hitam (kolesistitis
gangrenosa)
Kolesistitis Akut Kalkulus
1.
2.
3.
4.
2.
Kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat
berlangsungsampai 60 menit tanpa reda
3.
4.
5.
6.
7.
Bila nyeri makin berat, suhu tinggi dan menggigil, disertai leukositosis
berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi kandung empedu
Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Tindakan bedah akut pada pasien >75 tahun mempunyai prognosis buruk,
bisa terjadi komplikasi pasca bedah
(Penjelasan berikutnya mengenai Kolesistitis Kronik, pada kasus Nyeri Perut
Kanan Atas yang Menjalar ke Bahu Kanan, buka di halaman Modul
Enterohepatik Kolesistitis Kronik)
Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta :
EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
ii.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding
kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh
peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal
kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG
punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih
jelas daripada dengan palpasi biasa.
iii.
Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal
pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl,
okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras
tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada
penilaian fungsi kandung empedu
10.
Apa etiologi, faktor resiko, patogenesis dan
manifestasi klinis dari DD ? ( di soal DD dan Diagnosis )
11.
Bagaimana penatalaksanaan pada skenario ? ( di soal
DD dan Diagnosis )
12.
Mekanisme pembentukan batu empedu ?
FISIOLOGI
Sekresi Empedu
Empedu
dibentuk
oleh
sel-sel
hati
ditampung
di
dalam
kanalikuli.Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di
dalam septum interlobaris.Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai
duktus hepatikus kanan dan kiri.Kemudian keduanya membentuk duktus
biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat
cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum. 3
Empedu melakukan dua fungsi penting yaitu :
a
Hormonal :
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormon kolesistokinin akan terlepas.
Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung
empedu.
Neurogen :
Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase cephalik dari sekresi
cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan
menyebabkan kontraksi dari kandung empedu.
Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum
dan mengenai sfingter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung
empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.
Secara normal pengosongan kandung empedu secara menyeluruh
berlangsung selama sekitar 1 jam.Pengosongan empedu yang lambat akibat
gangguan neurologis maupun hormonal memegang peran penting dalam
perkembangan inti batu. 4,5
Empedu
Empedu
Hati
Kandung Empedu
97, gr/dl
5
92 gr/dl
1,1 gr/dl
6 gr/dl
0,0 gr/dl
4
0,3 gr/dl
0,1 gr/dl
Asam Lemak
0,1 gr/dl
2
Lecithin
0,0 gr/dl
4
0,3 gr/dl
Garam Empedu
Bilirubin
Kolesterol
Na+
145 mEq/L
130 mEq/L
K+
5 mEq/L
12 mEq/L
Ca+
5 mEq/L
23 mEq/L
100 mEq/L
25 mEq/L
28 mEq/L
10 mEq/L
ClHCO3-
empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada
gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi
maka absorbsi garam empedu akan terganggu.4
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan
globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas.Zat ini di dalam
plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain
(konjugasi) yaitu 80 % oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah
merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk
sangat banyak.4
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. 2004. Saluran empedu dan Hati. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 561-79
Kolesistiti
s
kolesistitis akut
o kolik
perut
kanan atas /
epigastrium
o nyeri tekan
o demam
o rasa
sakit
yang menjalar
sampai
pundak
atau
scapula kanan
yang
berlangsung
kurang lebih 1
jam
tanpa
kolesistitis akut
o intirahat total
o pemberian
nutrisi
parenteral
o diet ringan
o obat
penghilang
rasa
sakit(nyeri)p
etidin
dan
antispasmodik
o pemberian
antibiotik
untuk
reda
kolesistitis kronik
o rasa penuh di
epigastrium
o naussea
Kolelithia
sis
Gejala
kolelitiasis
dapat terjadi akut
atau
kronis
dan
terjadinya gangguan
pada
epigastrium
jika makan makanan
berlemak, seperti:
o rasa
penuh
diperut
o distensi
abdomen
o nyeri
samar
mencegah
komplikasi
peritonitis,
kolangitis dan
septisemia
(golongan
ampisilin,
sefalosporin
dan
metronidazole
)
kolesistektomi
kolesistitis kronik
pada
sebagian
besar
pasien
kolesistitis kronis
dengan
atau
tanpa
batu
kandung empedu
yang
simptomatik,
dianjurkan untuk
kolesistektomi.
Keputusan untuk
kolesistektomi
agak sulit untuk
pasien
dengan
keluhan minima
atau
disertai
penyakit
lain
yang
mempertinggi
risiko operasi.
Pemberian
asam
ursodeoksikolat dan
kenodioksikolat
digunakan
untuk
melarutkan
batu
empedu
terutama
berukuran kecil dan
tersusun
dari
kolesterol.
Zat
pelarut
batu
empedu
hanya
o
o
komposisi
empedu,
statis empedu,
infeksi kandung
empedu.
atau
pada
cholelitisis, baik akut
/kronis yang tidak
sembuh
dengan
tindakan
konservatif
.