You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,

segala

pujibagi

Allah

SWT.Tuhan

semestaalam

yang

telah

memberikanrahmat, karunia, danhidayahnyakepada kami sehingga kami dapat mengerjakan


laporanpraktikum Mikrobiologi Dasar yang berjudul Uji Resistensi Bakteri dengan baik dan
lancar.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih pada Dosen pembimbing matakuliah
Mikrobiologi Dasar yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyelesaian laporan
ini dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan milik kami. Maka
apabila ada kesalahan baik dalam penulisan, kata-kata, dan isi kami selaku selaku penyusun
mohon maaf dan dijadikan maklum.
Sekian dari kami.Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan menambah wawasan. Amin.

Surabaya, 19 April 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

ii

Daftarisi

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang

1.2 Rumusanmasalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 JenisPenelitian

3.2 AlatdanBahan
3.2.1 Alat

3.2.2 Bahan

3.3 LangkahKerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6
8

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan

15

5.2 Saran

15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

16
17

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mikroorganisme telah menjadi bagian dari lingkungan manusia. Mikroorganisme
tersebar luas baik pada lingkungan bersuhu tinggi dan rendah, pada sebagian
besar makanan dan minuman, maupun ada di dalam dan permukaan tubuh manusia
(Chambers,2004). Mikroorganisme ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan (mikroorganisme patoge), mikroorganisme yang bersifat patogen
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan sangat merugikan, baik bagi
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Usaha manusia dalam mengatasi berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen salah satunya
adalah dengan mengembangkan senyawa antibiotik.
Antibiotik merupakan suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh
berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain. Sensitifitas bakteri terhadap antibiotika adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerentanan bakteri pada antibiotik. Uji
kerentanan antibiotik biasanya dilakukan untuk menentukan antibiotik yang mampu
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pengujian untuk sensitifitas antibiotik
sering dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-Bauer yaitu paper dish yang
mengandung antibiotik ditempatkan kepiringan media agar dimana bakteri tumbuh. Jika
sensitif terhadap antibiotik maka akan terbentuk lingkaran (berbentuk cincin) yang jelas
atau disebut dengan zona inhibisi yang terlihat disekitar paper dish yang menunjukkan
bakteri tidak dapat tumbuh disekitar antibiotik yang sensitif bagi bakteri tersebut.
(Syahrurrahman, 1994).
Salah satu antibiotik yang dapat digunakan dalam uji resistensi bakteri adalah
antibiotik

Chloramphenicol.

Chloramphenicol

adalah

bakteriostatik

antimicrobial.

Chloramphenicol efektif terhadap berbagai bakteri gram-positif dan gram negatif,


termasuk sebagai organisme anaerobik. Chloramphenicol adalah inhibitor sintesis
protein, yang menghambat aktivitas transferase peptida dari ribosom bakteri, mengikat
A2A52 dan residu A2451 di 235 rRNA dari sub unit ribosom 50S, mencegah
pembentukan ikatan peptide. (Jawet, 1998).
iv

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah praktikum uji resistensi


bakteri untuk mengetahui resistensi bakteri biakan dari sampel jus jambu biji busuk
terhadap antibiotik Chloramphenicol.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh beberapa rumusan
masalah diantaranya :
1. Bagaimana cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu ?
2. Bagaimana efektivitas antibiotik Chlorampenicol terhadap biakan murni bakteri
sampel jus jambu busuk ?

1.3

Tujuan
Adapaun tujuan dilakukannya praktikum uju resistensi bakteri diantaranya :
1. Mengetahui cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu.
2. Mengetahui efektivitas antibiotik Chlorampenicol terhadap biakan murni bakteri
sampel jus jambu busuk.

1.4

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum uji resistensi bakteri ini adalah :
1. Dapat memberikan pengetahuan cara menguji resistensi suatu bakteri.
2. Dapat memberikan pengetahuan mengenai sifat antibiotik yang memiliki efektivitas
berbeda-beda terhadap suatu jenis bakteri.
Dapat memberikan pengetahuan bahwa konsentrasi antibiotik mempengaruhi besar
kecilnya zona hambat yang dihasilkan.

BAB II
KAJIAN TEORI

Istilah antibiotk untuk pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari
suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap
mikroorganisme. Istilah antibiotik berarti melawan hidup dengan kata lain maksud dari
antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat
mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakannya (Irianto, 2006).
Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh
jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan &
manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari
mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara
teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut
dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika.
Antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan
juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).
Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927
menemukan antibiotika yang pertama yaitu penicillin. Setelah mulai digunakan secara umum
pada tahun 1940, maka antibiotika bisa dibilang merubah dunia pengobatan serta mengurangi
angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Vorber,
2010).
Antibiotik adalah suatu substansi zat-zat kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan
dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya
penghambat kegiatan mikroorganisme lain. Antibiotik tersebar di alam, dan memegang peranan
penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotik
berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Antibiotik yang kini banyak digunakan
kebanyakan dari genus Bacillus, Penicilium, dan Streptomisin. Antibiotik yang pertama dikenal
adalah penicillin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Penicilium. Penicilin ditemukan oleh
Alexander Fleming pada tahun 1929, namun baru tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan
sebagai pembunuh bakteri. Salama perang dunia II dan sesudahnya bermacam-macam
antibiotik ditemukan, dan sekarang jumlahnya ratusan. Tetapi ada juga antibiotik yang tidak
dihasilkan golongan jamur, melainkan golongan bakteri, misal Tirotrisin oleh bakteri Bacillus
breurs, Basitrasin oleh Bacillus subtilis, Polimiksin oleh Bacillus polimyxa (Waluyo, 2005).
vi

Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi dengan ukuran
besar sebagai contoh penicillin chfysogentum ditumbuhkan dalam 100.000 liter farmentor
selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora R. chrysogenum ditumbuhkan dalam
media yang bernutrisi kultur dan dimana disimpan pada temperatur 240C dan selanjutnya
ditransfer ketangki monokulum. Tangki monokulum digojlok teratur untuk fermentasi yang
disimpan hingga sampai 2 hari (Pratiwi, 2008).
Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk
menahan efek antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dapat merubah diri
sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektivitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat
lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi.
Akibatnya bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi sehingga makin
membahayakan. Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis
antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisten
terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam
tubuh tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Aryulina,
2006).
Istilah resistensi itu menunjukan bahwa suatu mikroorganisme, sudah tidak peka
terhadap suatu zat atau sediaan antimikroba atau antibiotik, sehingga akan membawa masalah
dalam terapi dan bahkan akan menggagalkan terapi dengan suatu antibiotik terhadap agen
penyebab infeksi. Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap antimikroba
atau antibiotik tertentu (Zaraswati, 2008).
Resistensi sel bakteri ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh
antimikroba. Secara umum resistensi dibagi dalam 3 kelompok:
1. Resistensi genetik
2. Resistensi non genetik
3. Resistensi silang
Penyebab mikroorganisme resistensi terhadap antibiotik:
1. Pemakaian antibiotik yang tidak tepat.
2. Pengobatan yang tidak tuntas atau penghentian antibiotik sebelum bakteri benar-benar
mati.
3. Pemakaian dosis obat antibiotik dibawah dosis terapi.
4. Bakteri bersifat resisten karena mutasi.
Resistensi bakteri terhadap obat terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
vii

1) Resistensi primer yang merupakan resistensi alamiah terhadap kuman, contohnya bakteri
Staphylococcus yang mengandung enzim penisilinase dapat mengubah penisilin menjadi
asam penisilinoat yang tidak mampu membunuh kuman itu;
2) Resistensi sekunder, yaitu karena adanya muatan-muatan yang berkembang biak menjadi
spesies yang resisten;
3) Resisten episomal atau plasmid yang dapat terjadi karena bakteri mentransfer DNA kepada
bakteri lain melalui kontak antarsel bakteri sejenis dan antarbkateri yang berlainan jenis;
serta
4) Resistensi silang, yaitu resistensi bakteri terhadap suatu antibiotic dengan semua
derivatnya. Sebagai contoh, penisilin dengan ampisilin, rifampisin dengan rifamisin, dan
berbagai jenis sulfonamide. Untuk menghindari resistensi silang, digunakna dosis antibiotik
yang relatif lebih tinggi daripada dosis efektif minimum dalam waktu singkat (Syamsuni,
2005).
Sebab lainnya yang menyebabkan mikroorganisme resistensi terhadap suatu obat ialah:
(Zaraswati. 2004)
1. Meningkatkannya destruksi obat. Ini merupakan mekanisme utama resistensi terhadap
penicillin, aminoglikosida, dan kloramfenikol,
2. Berkurangnya perubahan obat menjadi bentuk aktif
Mekanisme resistensi dapat terjadi secara genetik dan nongenetik. Secara genetik
resistensi dapat terjadi dengan cara konjugasi dan transduksi antar strain yang sama,
sedangkan secara non genetik resistensi dapat terjadi melakukan pemberian antibiotik yang
berlebih, pemberian dosis rendah secara terus menerus atau tidak beraturan (Soeharsono,
2005).
Bakteri yang resistensi dapat mengancam kehidupan manusia atau hewan karena dapat
meningkatkan morbiditas penyakit dan mortalitas akibat kegagalan pengobatan selain itu biaya
pengobatan juga meningkat karena harus menggunakan antibakteri dosis tinggi atau lebih dari
satu macam antibakteri, atau menggunakan antibakteri baru yang harganya mahal (Zaraswati,
2008).
Resistensi tersebut dapat berupa, Resistensi alamiah, resistensi karena adanya mutasi
spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena adanya faktor R pada sitoplasma
(resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi karena terjadinya pemindahan gen yang
resistensi atau faktor R atau plasmid R atau plasmid (resistensi silang) atau dapat dikatakan
bahwa suatu mikroorgananisme dapat resistensi terhadap obat-obat antimikroba, kerena
mekanisme genetik atau non genetik (Zaraswati, 2008).
viii

Resistensi kromosomal merupakan mutasi spontan dari elemen genetik dengan


frekuensi 1:107 sampai 1012 kromosom yang telah termutasi ini dapat dipindahkan sehingga
terjadi populasi yang resistensi, pada mutasi spontan terjadi seleksi oleh antibiotika, dimana
mikroorganisme yang peka akan musna dan mikroorganisme yang resistensi tetap hidup dan
berkembangbiak. Resistensi kromosomal ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu: (Zaraswati, 2008).
1. Resistensi kromosomal primer
2. Resistensi kromosomal sekunder
Antibiotik menghentikan atau mengganggu sejumlah proses seluler sehari-hari yang
mengandalkan bakteri untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, seperti:
1. melumpuhkan produksi dinding sel bakteri yang melindungi sel dari lingkungan

eksternal
2. mengganggu sintesis protein dengan mengikat mesin yang membangun protein, asam

amino dengan asam amino


3. mendatangkan malapetaka dengan proses metabolisme, seperti sintesis asam folat,

sebuah vitamin B yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang


4. memblokir sintesis DNA dan RNA (Aryulina, 2006).

Pada data terdapat antibiotik yang tidak bisa menghambat pertumbuhan bakteri
dikarenakan antibiotik yang digunakan tidak spesifik terhadap bakteri yang ditanam didalam
media, ataupun terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dengan berbagai
mekanisme.
Mekanisme kerja antibiotik antara lain:
1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghambat perkembang biakan
dan menimbulkan lisis. Contoh: penisilin dan sefalosforin.
2. Mengganggu

keutuhan

membran

sel,

mempengaruhi

permeabilitas

sehingga

menimbulkan kebocoran dan kehilangan cairan intraseluler. Contoh : nistatin.


3. Menghambat sintesis protein sel bakteri. Contoh: tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin.
4. Menghambat metabolisme sel bakteri. Contoh: sulfonamide.
5. Menghambat sintesis asam nukleat. Contoh: rifampisin dan golongan kuinolon
(Rostinawati, 2009).
Kloramfenikol adalah zat kimia yang mula-mula dihasilkan oleh biakan Streptomyces
venezuelae tetapi sekarang sudah dapat dihasilkan secara sintetik. Kloramfenikol bersifat
bakteriostatik, pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung lagi setelah penghentian obat
(Mulyaningsih, 2004).

ix

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Praktikum mengenai Uji Resistensi ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
gedung C9 FMIPA UNESA pada hari kamis, tanggal 16 April 2013.

3.2

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
A. Alat
1. Pembakar spiritus,
2. Pinset,
3. Cawan Petri,
4. Inkubator,
5. Spuit berukuran 1 ml dan 5 ml,
6. Penggaris,
7. Tabung reaksi,

B. Bahan
1. Media tauge cair,
2. Media tauge agar,
3. Antibiotik chloramfenikol 500 mg,
4. Aquades Steril,
5. Alkohol 70% dalam botol semprot,
6. Paper disc yang terbuat dari kertas saring.

3.3

METODE
Uji resistensi dilakukan dengan tiga langkah utama, yaitu 1) persiapan alat dan
bahan, sesuai yang tertera pada petunjuk praktikum, 2) pembuatan larutan antimikrobia
dari antibiotik chloramfenikol 500 mg, dan 3) pengujian kekuatan antibiotik antimikrobia
dengan menggunakan metode Kirby-Bauer.
Sebelum melakukan uji resistensi, yang dilakukan terlebih dahulu adalah
meremajakan bakteri/sub-culture bakteri yang akan digunakan pada media tauge cair.
x

Setelah bakteri diremajakan, kemudian bakteri di inkubasi pada suhu 28-30oC selama 24
jam. Setelah 24 jam inkubasi bakteri dan seluruh alat dan bahan telah siap, Praktikan
melarutkan antibiotik dengan berbagai konsentrasi, yaitu konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml,
dan 5 mg/ml. Pembuatan larutan antibiotik dengan konsentrasi 50 mg/ml diperoleh
dengan cara mengisi cawan petri yang telah steril dengan akuades steril sebanyak 10 ml
ditambah dengan 500 mg serbuk antibiotik. Pembuatan larutan antibiotik dengan
konsentrasi 25 mg/ml dibuat dengan cara mengambil 5 ml dari antibiotik yang memiliki
konsentrasi 50 mg/ml dengan menggunakan spuit berukuran 5 ml menambahkan 5 ml
akuades steril; dan pembuatan larutan antibiotik dengan konsentrasi 5 mg/ml diperoleh
dari pengambilan antibiotik konsentrasi 25 mg/ml sebanyak 5 ml dengan menggunakan
spuit berukuran 5 ml dan ditambahkan dengan 8 ml akuades steril.
Berikutnya dilakukan uji resistensi pada antibiotik yang telah diencerkan dengan
konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 5 mg/ml dengan menggunakan uji difusi obat
dengan metode Kirby-Bauer. Metode ini diawali dengan menginokulasikan 1 ml kultur
bakteri dari medium tauge cair pada cawan petri berisi medium TA (tauge agar) dengan
menggunakan spuit berukuran 1 ml. Paper disc disiapkan dengan membuat plot lingkaran
pada kertas saring dengan diameter 0,5 cm dan direndam dalam larutan antibiotik
dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Setiap konsentrasi dari larutan antibiotik
diberi sebanyak 2 paper disc dan direndam selama 2 menit, kemudian dikeringanginkan
sejenak. Paper disc kemudian ditempelkan secara tersebar pada masing-masing cawan
petri dengan jarak yang berjauhan dari paper disc lain dan tidak di bagian tepi dasar
cawan dengan teknik aseptis. Proses inokulasi bakteri pada cawan petri dilakukan secara
duplo. Cawan petri yang telah ditanami bakteri dan paper disc yang direndam pada
larutan antibiotik dengan konsentrasi yang berbeda ini kemudian diinkubasi pada
inkubator selama 24 jam. Setelah cawan petri ini diinkubasi selama 24 jam, praktikan
mengamati terbentuknya zona inhibisi atau daerah hambatan. Apabila terbentuk zona
hambatan, maka bakteri yang diujikan bersifat sensitif terhadap antibiotik. Sebaliknya,
apabila tidak terbentuk zona inhibisi, maka bakteri bersifat resisten. Langkah akhir,
apabila dijumpai zona inhibisi, yang perlu dilakukan adalah mengukur diameter
terbentuknya zona hambat pada masing-masing paper disc yang terdapat di masingmasing cawan petri.

xi

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Pengamatan Uji Resistensi Pada Cawan Petri
Identifikasi

Uji Resistensi Cawan A

Uji Resistensi Cawan B

Bakteri jus buah jambu biji busuk

Bakteri jus buah jambu biji busuk

Karakteristik optik: Opaque

Karakteristik optik: Opaque

Bentuk: punctiform

Bentuk: punctiform

Elevasi: raised

Elevasi: raised

Bentuk tepian: entire

Bentuk tepian: entire

Coccus (bulat)

Coccus (bulat)

Monococcus

Monococcus

Negatif (-)

Negatif (-)

Resisten

Resisten

Gambar

Mikroorganisme
Morfologi

Bentuk sel
Susunan sel
Gram (+) atau
(-)
Diameter zona
hambatan

xii

4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan agar mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas mikrobia terhadap antibiotik tertentu
menggunakan metode Kirby-Bauer, dan menentukan apakah bakteri sampel sensitif atau resisten terhadap antibiotk
yang diujikan.
Pada percobaan ini, konsentrasi antibiotik ditentukan menggunakan metode Kirby-Bauer, yaitu pengukuran
sensitifitas antibiotik menggunakan paper disk yang berisi agen antimikrobia yang akan berdifiusi ke dalam media
agar yang berisi bakteri. Metode Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik pada bakteri.
Daerah / zona bening di sekitar paper disk merupakan daerah hambatan bakteri oleh antibiotik yang terbentuk di
permukaan agar. Sensitifitas bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambatan yang terbentuk.
Semakin besar diameter zona hambat, maka pertumbuhan bakteri semakin terhambat.
Dalam percobaan uji rsistensi ini, antibiotik yag digunakan adalah kloramfeniol (Chloramphenicol) 500 mg, yang
tidak didapatkan zona hambat / zona bening. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri sampel resisten terhadap
antibiotik kloramfenikol 500 mg, ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona hambat / zona bening pada media
agar. Aktivitas antibakteri bkerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan menghambat sintesis protein
dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan
tanpa membunuh bakteri, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid, yang membunuh bakteri. Mekanisme Kerja
Kloramfenikol adalah sebagai berikut.
1. Bekerja menghambat sintesis protein bakteri
2. Obat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi
3. Obat mengikat secara reversible unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam amino yang
mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat berikatannya di ribosom
4. Pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosom
5. Kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria sel mamalia karena ribosom
mitokondria mirip dengan ribosom bakteri
Hasil percobaan menunjukkan, bakteri uji resisten terhadap kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik
yang sensitif terhadap beberapa bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri sampel jus jambu busuk termasuk
dalam beberapa bakteri gram negatif yang resisten terhadap kloramfenikol, sehingga tidak terbentuk zona bening
pada media agar.

xiii

BAB V
PENUTUP

5.1

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dsimpulkan bahwa:
1. Cara menguji tingkat reistensi suatu bakteri uji terhadap antibiotik tertentu dapat
dilakukan dengan menggunakan uji difusi obat metode Kirby-Bauer dengan
menggunakan paper disc yang dicelupkan pada larutan antibiotik dengan
konsentrasi tertentu dan diletakkan pada cawan petri yang berisi medium tauge
agar dan bakteri.
2. Efektivitas suatu antibiotik terhadap bakteri uji dapat diketahui dengan cara
mengukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar paper disc yang tidak
ditumbuhi oleh mikrobia. Bakteri sampel jus jambu biji busuk resisten terhadap
antibiotik Chloramfenikol.

5.2

SARAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada
praktikan berikutnya yaitu:
1. Diharapkan praktikan lebih bekerja secara hati-hati dan lebih aseptis dalam
melakukan praktikum uji resistensi untuk menghindari terjadinya kontaminasi
bakteri.
2. Diharapakan saat meletakkan paper disc yang telah direndam dengan larutan
antibiotik dengan konsentrasi yang berbeda harus dilakukan secara hati-hati dan
terdapat jarak antara paper disc lain yang berbeda konsentrasi. Hal ini bertujuan
agar zona hambat yang terbentuk dapat terlihat jelas dan tidak menumpuk di
daerah paper disc lain sehingga memudahkan praktikan dalam pengukuran
diameternya.

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Cahyano, B. 2005. Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya.
Jawet E. 1998. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi dasar dan
klinik. Jakarta : EGC.
Mulyaningsih, S. 2004. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: FMIPA UII.
Pratiwi,T.Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rostinawati, Tina. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella Terhadap E. Coli,
S.Aureus Dengan Metode Difusi Agar. Bandung: UNPAD.
Syahrurrahman, A.,dkk.,1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
Syamsuni, H., Drs. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit EGC.
Vorber, auf die eingeschr, Hpber- prfg, Staatl, zugel, Fernlehrgang. 2010. Bahaya
Resisitensi Antibiotika. Berlin.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Wasitaningrum, I. D. A. 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia
Coli Dari Isolat Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zaraswati Dwyana 2004. Mikrobiologi Dasar. Universitas Makassar: Hasanuddin.

xv

You might also like