You are on page 1of 28

PRESENTASI KASUS

PASIEN PEREMPUAN 60 TAHUN DENGAN MELENA ET CAUSA


GASTRITIS EROSIF ET CAUSA AINS, ANEMIA BERAT
NORMOKROMIK NORMOSITIK, HIPOALBUMINEMIA, DM TIPE II
TERKONTROL BAIK, SPONDILOSIS LUMBALIS, DAN
OSTEOARTRITIS GENU BILATERAL

Oleh:
Fitria Yulistiawati
G 0003099
Pembimbing:
Dr. dr. Noer Rachma, SpRM

KEPANITERAAN KLINIK SMF REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2009

STATUS PASIEN
ANAMNESA
Identitas Pasien
Nama

: Ny. Marto Sarijem

Umur

: 60 tahun

Jenias Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Alamat

: Polokarto RT 2/4, Polokarto, Sukoharjo

Status

: Kawin

Tanggal Masuk

: 30 Oktober 2009

Tanggal Periksa

: 11 November 2009

No CM

: 978765

Keluhan Utama
Nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri perut hilang timbul di ulu hati sejak 2 hari SMRS.
Nyeri perut disertai mual dan muntah. Muntah berisi makanan yang dimakan,
tidak ditemukan darah. Berjumlah sekitar sampai gelas belimbing. Karena
sakit ini kemudian pasien dirawat di puskesmas Polokarto. Pasien mengeluh BAB
berwarna hitam seperti petis, lembek, lengket, dan berbau busuk. Pasien BAB 2
sampai 3 kali dalam sehari.
Empat hari SMRS pasien mengeluh kepala terasa sakit, berdenyut-denyut,
terus-menerus. Badan pasien juga terasa pegal-pegal. Pasien juga merasa
pinggang bagian belakangnya sering sakit hilang timbul sejak kurang lebih 10
tahun yang lalu. Kedua lutut pasien juga sering sakit bila dipakai jalan jauh.
Kedua kaki pasien sering kesemutan. Sakit pinggangnya terasa berkurang sampai

hilang bila pasien meminum obat flu yang pasien beli di warung. Jadi, sudah dari
sekitar 10 tahun yang lalu pasien mulai meminum obat warung tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya

: disangkal

Riwayat Darah tinggi

: sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan

: disangkal

Riwayat Mondok

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Darah tinggi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Kebiasaan dan Gizi


Pasien makan tiga kali sehari dengan sepiring nasi dan lauk pauk berupa tempe,
tahu, telur dan kadang kadang daging, jarang makan sayur. Minum kira-kira 5
gelas air sehari kadang air putih atau teh.
Riwayat minum jamu-jamuan

: disangkal

Riwayat Olahraga

: jarang

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama anak laki-laki pertamanya yang sudah berkeluarga. Seharihari pasien tidak bekerja, hanya membantu mengurus 2 orang cucu dari anak lakilakinya tersebut. Anak laki-laki pasien bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, compos mentis GCS E4V5M6, gizi kesan baik
Tanda Vital
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 68x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,7 C

Kulit
Warna kuning, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-),
striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), berkeringat (+).
Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam ,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), pupil
isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-).

Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thorax
Retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus Cordis tidak tampak


: Ictus Cordis tidak kuat angkat
: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, Bising (-)

Paru
Inspeksi

: statis: simetris
dinamis: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: fremitus raba kanan = kiri


: paru kanan = kiri
: suara dasar vasikular(+/+), ronki basah kasar(-/-),
whezzing(-/-)

Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi

: peristaltik (+) normal

Perkusi

: Tympani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ektremitas
Oedem
Akral dingin
-

Status Psikiatri
Deskripsi Umum
Penampilan

: Perempuan, tampak sesuai umur, perawatan diri baik

Kesadaran

: Kuantitatif

: Compos mentis

Kualitatif

: tidak berubah

Perilaku dan Aktivitas Motorik

: Normoaktif

Pembicaraan : normal, menjawab pertanyaan dengan cepat


Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
Afek dan Mood
Afek

: Appropiate

Mood : normal
Gangguan Persepsi
Halusinasi

: (-)

Ilusi

: (-)

Proses Pikir
Bentuk : realistik
Isi

: waham (-)

Arus

: koheren

Sensorium dan Kognitif


Daya konsentrasi

: baik

Orientasi

: orang

: baik

Waktu

: baik

Tempat

: baik

Daya Ingat

: Jangka pendek

: baik

Jangka pendek

: baik

Daya Nilai

: Daya nilai realitas dan sosial baik

Insight

: baik

Status Neurologis
Kesadaran

: GCS E4V5M6

Fungsi Luhur

: normal

Fungsi Vegetatif

: terpasang iv line

Fungsi Sensorik
- Rasa Eksteroseptik

Lengan

Tungkai

Suhu

(+/+)

(n / n )

Nyeri

(+/+)

(n / n )

Raba

(+/+)

n / n)

- Rasa Propioseptik

Lengan

Tungkai

Rasa getar

(+/+)

(n / n)

Rasa Posisi

(+/+)

(n / n)

Rasa Nyeri Tekan

(+/+)

(n / n)

Rasa Nyeri Tusukan

(+/+)

(n / n)

Rasa Nyeri Tusukan

(+/+)

(n / n)

- Rasa Kortikal
Stereognosis

: normal

Barognosis

: normal

Pengenalan 2 titik

: normal

Fungsi Motorik dan Reflek

Atas

TengahBawah

ka/ki

ka/ki

ka/ki

Lengan
Pertumbuhan

n/n

n/n

n/n

Tonus

n/n

n/n

n/n

Reflek Fisiologis
Reflek Biseps

+2/+2

Reflek Triseps

+2/+2

Reflek Patologis
Reflek Hoffman

-/-

Reflek Tromner

-/-

Atas

TengahBawah
ka/ki

ka/ki

ka/ki

Tungkai
Pertumbuhan

n/n

n/n

n /n

Tonus

n/n

n/ n

n /n

Klonus
Lutut

-/-

Kaki

-/-

Reflek Fisiologis
Reflek Patella

+2/+2

Reflek Achilles

+2/+2

Reflek Patologis
Reflek Babinsky

-/-

Reflek Chaddock

-/-

Reflek Oppenheim

-/-

Reflek Schaeffer

-/-

Reflek Rosolimo

-/-

Nervus Cranialis
Nervus I XI : dalam batas normal
Nervus XII

Kanan

Kiri

Atrofi lidah

(-)

(-)

Kekuatan

dbn

dbn

Posisi diam

di tengah

Posisi dijulurkan

di tengah

Foto Lumbosacral AP/Lateral


Kesan:
- Spondilosis lumbalis
- Coxitis sinistra
Foto genu dextra et sinistra Ap/Lateral
Kesan:
Menyokong gambaran osteoartritis grade I II
Foto thorax AP
Kesan:
Menyokong gambaran suspek kardiomegali
USG abdomen
Kesan:
Hepatomegali (causa ignota)
ASSESMENT
1. Melena et causa gastritis erosifa et causa AINS dd variceal bleeding
2. Anemia berat normokromik normositik et causa perdarahan dd penyakit
kronis
3. Hipoalbumin
4. DM tipe II terkontrol baik
5. Spondylosis lumbalis
6. Osteoartritis genu bilateral tipe I II
DAFTAR MASALAH

Problem Medis

1. Melena et causa gastritis erosif et causa AINS dd variceal bleeding


2. Anemia berat normokromik normositik et causa perdarahan dd penyakit
kronis
3. Hipoalbumin
4. DM tipe II terkontrol baik
5. Spondylosis lumbalis
6. Osteoartritis genu bilateral tipe I II
Problem Rehabilitasi Medik :
1.

Fisioterapi

: - Low Back Pain


- Kedua lutut sering sakit bila dipakai berjalan lama
- Kedua tungka sering kesemutan

2.

Speech Terapi : Tidak ada

3.

Okupasi Terapi

: Sering merasa tidak nyaman ketika berjalan

4.

Sosiomedik

Tidak ada

5.

Ortesa-protesa :

Memerlukan korset untuk stabilisasi

6.

Psikologi

Tidak ada

:
:

PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP lunak 1700 kal
3. Infus Nacl 0,9% 20 tpm
4. Inj. Ceftriakson 2 gram/24 jam
5. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
6. Sucraflat 2 x 500 mg
7. Omeprazole 1 x 20 mg
8. Metformin 3 x tab (850 mg)
9. Asam folat 3 x I
10. B complex 3 x I

Rehabilitasi Medik
Fisioterapi :
1. Immobilisasi
2. Metode untuk mengurangi beban sendi, meliputi :
3. Perbaikan abnormalitas postural
4. Terapi panas

: Micro Wave Diathermi

5. Elektroterapi

: TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Strimulation)

Speech Terapi

: tidak dilakukan

Okupasi Terapi

: tidak dilakukan

Sosiomedik

: tidak dilakukan

Ortesa-protesa

1. korset lumbosacral yang rigid


2. sepatu beralas seperti sepatu untuk lari
3. penggunaan tongkat atau alat bantu jalan lainnya

Psikologi

tidak dilakukan

PLANNING
Planning Edukasi

1. Penjelasan tentang penyakit dan komplikasi yang terjadi


2. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang sedang dilakukan terhadap pasien
3. Penjelasan home exercise dan kepatuhan pelaksanaan terapi
Planning Monitoring:
1. Evaluasi hasil terapi medikamentosa dan rehabilitasi medik
2. Monitoring tekanan darah

TUJUAN
1. Mengurangi pegal dan nyeri
2. Memelihara dan menjaga luas gerak sendi
3. Memelihara kekuatan otot
4. Memperbaiki organ dan mengurangi kelemahan, ketidakmampuan, dan
rintangan yang dialami
5. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
penderita /komplikasi
6. Pasien dapat menerima dan beradaptasi secara fisik, psikologi, dan fungsional
terhadap penyakit yang dideritanya.
PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia

Ad fungsionam

: dubia

TINJAUAN PUSTAKA
Anemia
Menurut definisi anemia adalah pengurangan sel darah merah, kuantitas dan
volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian
anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis yang diuraikan oleh anamnese dan pemerikasaan fisik yang teliti
serta didukung dengan pemeriksaan laboratorium. (7)
Pada anemia karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas. Manifestasi ini tergantung pada (1) kecepatan
timbulnya anemia, (2) umur individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat
aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang mendasari, (6) parahnya anemia tersebut.
Anemia dapat diklasifikasikan menurut (1) morfologi sel darah merah dan indeksindeksnya, (2) etiologi.
Klasifikasi anemia menurut morfologi
Mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik
menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar :
Anemia normositik normokromik
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan MCHC normal atau normal
rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebabnya adalah kehilangan darah
yang skut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin,
gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang.
Anemia makrositik normokromik
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi

normokrom karena konsentrasi hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV


meningkat, MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atu terhentinya
sintesa asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan/atau
asam folat. Ini juga dapat terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang
digunakan mengganggu metabolisme sel.
Anemia mikrositik hipokromik
Mikrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih kecil dari normal,
hipormokrom karena konsentrasi hemoglobin dalam jumlah kurang dari normal
(MCV kurang, MCHC kurang). Hal ini menggambarkan insufisiensi sintesis hem
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan
darah kronik, atau gangguan sintesa globin, seperti pada thalasemia.
Klasifikasi menurut etiologi
Penyebab utama yang dipikirkan adalah (1) meningkatnya kehilangan sel darah
merah dan (2) penurunan atau gangguan pembentukan sel.
Meningkatnya kehilangan sel darah merah
Dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat
disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat perdarahan kronik. Penghancuran
sel darah merah dalam sirkulasi dikenal dengan hemolisis, terjadi bila gangguan
pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena
perubahan lingkungan yang menyebabkan penghancuran sel darah merah.
Keadaan dimana sel darah merah itu terganggu adalah (1) hemoglobinopati, yaitu
hemoglobin abnormal yang diturunkan, misalnya anemia sel sabit, (2) gangguan
sintesa globin, seperti pada thalasemia, (3) gangguan membran sel darah merah,
misalnya sferositosis herediter, (4) defisiensi enzim, misalnya defisiensi G6PD.
Hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah,
yang sering kali memerlukan respon imun. Malaria dapat menimbulkan anemia
hemoliti berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh Plasmodium, pada keadaan
ini terjadi kerusakan permukaan sel darah merah, dimana permukaan sel darah

merah menjadi tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan segera
dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa. Hiperslenisme dapat juga
menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah.
Penurunan atau gangguan pembentukan sel (diseritropoeisis)
Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam
kategori ini. Yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) keganasan yang tersebar
seperti kanker payudara, leukimia, dan multiple mieloma, obat dan zat kimia
toksik, dan penyinaran dengan radiasi. (2) penyakit-penyakit menahun yang
melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi endokrin.
Kekurangan vitamin-vitamin penting seperti B12, asam folat, vitamin C dan besi,
dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan
pertimbangan morfologis dan etiologis.

Hipoalbuminemia
Albumin serum
Normal 3,5-5,5 g/dL
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia ( 3,4-4,7
g/dL) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Sekitar 40% dari
albumin terdapat dalam plasma dan 60% lainnya ditemukan dalam ruang
ekstraselular.(5) Hati menghasilkan sekitar 12 gram albumin perhari yang
merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein hepatik dan separuh dari seluruh
protein yang disekresikan organ tersebut. Sintesis albumin mengalami penurunan
yang relatif dini pada keadaan malnutrisi protein. Albumin diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Albumin bekerja secara osmotik untuk
membantu menahan volume intravaskular di dalam ruang vaskular. Penurunan
albumin serum (hipoalbuminemia) dapat menimbulkan terjadinya edema Karena
gerakan air keluar dari ruang vaskular dan masuk ke ruang interstitial. Edema

terlihat pada malnutrisi protein yang terjadi karena penurunan produksi albumin.
Fungsi albumin yang penting lainnya adalah untuk mengikat berbagai macam
ligand seperti asam lemak bebas, kalsium, hormon steroid tertentu, bilirubin, dan
sebagian triptofan plasma. Disamping itu albumin memainkan peranan yang
penting dalam transportasi tembaga di dalam tubuh manusia.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan albumin serum :
penurunan masukan protein : contoh malnutrisi protein
penurunan sintesis hepatik : contoh sirrosis
kehilangan urin abnormal : contoh sindrom nefrotik
Pengurangan konsentrasi albumin didapat pada berkurangnya sintesis
albumin oleh hati dan pada eksresi albumin yang berlebihan oleh ginjal. Hal ini
terjadi jika dinding-dinding kapiler terlalu mudah dapat ditembus oleh albumin
yang beralih ke dalam cairan interstitial. Terjadi jika perombakan metabolik
meningkat dan didapat juga pada kombinasi keadaan-keadaan abnormal yang
rumit. Pada dehidrasi, peningkatan kadar albumin tidak ditemukan.
Spondilosis Lumbalis
Definisi
Spondilosis (spinal osteoarthritis) adalah suatu gangguan degeneratif yang
dapat menyebabkan hilanganya struktur dan fungsi normal tulang belakang.
Meskipun penuaan adalah penyebab utama, lokasi dan tingkat degenerasi
merupakan individual.(12) Proses degeneratif dapat mengenai daerah cervical,
thoracal, dan/atau

lumbal

dari tulang belakang, mempengaruhi diskus

intervertebralis dan facet joints. Degenerative joint disease pada lumbal


menyebabkan kekakuan dan nyeri, kadang-kadang dapat terjadi rasa pegal pada
pinggang.
Daerah yang biasanya terkena di antaranya adalah :
1. Diskus intervertebralis
Ketika orang menua perubahan biokimiawi tertentu terjadi dan
mempengaruhi jaringan di seluruh tubuh. Pada tulang belakang, struktur dari

diskus intervertebralis (anulus fibrosus, lamela, nukleus pulposus) mungkin dapat


mengkompensasikannya. Anulus fibrosus tersusun atas 60 atau lebih pita yang
konsentris dari serabut kolagen yang dinamakan lamela. Nukleus pulposus adalah
suatu bahan seperti gel didalam discus intervertebralis yang dibungkus oleh
anulus fibrosus. Serabut kolagen membentuk nukleus bersama dengan air, dan
proteoglikan. Efek degeneratif dari penuaan dapat melemahkan struktur dari
anulus fibrosus menyebabkan 'bantalan' melebar atau robek. Isi cairan didalam
nukleus menurun sesuai dengan usia dan mempengaruhi kemampuannya untuk
melawan efek kompresi (kualitas peredam getaran). Perubahan struktural karena
degenerasi dapat mengurangi ketinggian diskus dan meningkatkan resiko herniasi
diskus.
2. Facet Joints (Zygapophyseal Joints)
Sendi facet disebut juga dengan zygapophyseal joints. Masing-masing
korpus vertebra memiliki empat sendi yang bekerja seperti engsel. Ini adalah
persendian tulang belakang yang dapat menyebabkan ekstensi, fleksi, dan rotasi.
Seperti sendi lainnya, permukaan sendi dari tulang memiliki lapisan yang tersusun
dari kartilago. Kartilago adalah jenis jaringan konektif tertentu yang menyediakan
permukaan geseran rendah gesekan yang dilubrikasi sendiri. Degenerasi Facet
joint menyebabkan hilangnya kartilago dan pembentukan osteofit. Perubahan ini
dapat menyebabkan hipertrofi atau osteoarthritis, dikenal juga sebagai
degenerative joint disease.
3. Tulang dan Ligamen
Osteofit dapat terbentuk berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang,
yang dapat mengurangi aliran darah ke vertebra. Lebih jauh lagi, akhir lempeng
dapat

kaku-kaku;

suatu

penebalan/pengerasan

tulang

dibawah

lempeng

pertumbuhan. Ligamen adalah pita dari jaringan ikat yang menghubungkan


struktur tulang belakang (vertebra) dan melindungi terhadap hiperekstensi.
Namun demikian, perubahan degeneratif dapat menyebabkan ligamen kehilangan
kekuatannya.
4. Vertebra lumbalis
Spondilosis seringkali mempengaruhi vertebra lumbalis pada orang di atas

usia 40 tahun. Nyeri dan kekakuan badan merupakan keluhan utama. Biasanya
mengenai lebih dari 1 vertebra. Vertebra lumbalis menopang sebagian besar berat
badan. Gerakan merangsang serabut nyeri pada anulus fibrosus dan facet joints.
Pergerakan berulang seperti mengangkat dan membungkuk (termasuk persalinan)
dapat meningkatkan nyeri.
Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan banyak tentang kesehatan
dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan termasuk ulasan terhadap riwayat medis
dan keluarga pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain:
a) Palpasi untuk menentukan kelainan tulang belakang : adanya daerah yang
nyeri tekan dan spasme otot.
b) Range of Motion : mengukur sampai sejauh mana pasien dapat melakukan
gerakan fleksi, ekstensi, miring ke lateral, dan rotasi tulang belakang.
c) Pemeriksaan neurologis
Dengan memeriksa gejala-gejala termasuk nyeri, kebas, parestesi, sensasi,
dan motoris, spasme otot, kelemahan, dan gangguan perut dan kandung kemih.
Perhatian khusus terutama pada ekstremitas. Pemeriksaan CT Scan atau MRI
mungkin diperlukan jika terdapat bukti disfungsi neurologis.
2. Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap dan urinalisis seringkali dilakukan.
3. Pencitraan
Radiografi (x-rays) menunjukkan berkurangnya tebal diskus vertebralis
dan adanya osteofit, namun tidak sejelas CT Scan atau MRI. CT Scan dapat
digunakan untuk mengungkap adanya perubahan tulang yang berhubungan
dengan spondilosis. Pada MRI dapat terlihat adanya kelainan diskus, ligamen, dan
nervus.
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif telah berhasil dilakukan pada 75% kasus.

Beberapa pasien mungkin menyangka karena penyakit tersebut diberi nama


degeneratif mereka akan berakhir di kursi roda suatu waktu nanti. Ini sebetulnya
jarang terjadi. Banyak kasus dimanan nyeri dan gejala lainnya dapat diobati
dengan berhasil tanpa memerlukan pembedahan.
Selama fase akut, obat anti inflamasi, analgesik, dan pelemah otot dapat
diberikan untuk jangka waktu yang pendek. Daerah yang terkena mungkin perlu
diimobilisasi. Penyangga servikal lunak dapat digunakan untuk membatasi
pergerakan dan mengurangi nyeri. Orthose lumbal mungkin mengurangi keluaran
lumbal dengan menstabilisasi vertebra lumbalis. Fisioterapi, terapi panas,
perangsangan listrik, dan modalitas lainnya dapat digabungkan untuk mengatasi
spasme otot dan nyeri.
Pembedahan
Terkadang pembedahan diperlukan dalam pengobatan spondilosis atau
spinal osteoarthritis. Hal ini biasanya dilakukan jika pengobatan konservatif telah
gagal. Jika terdapat defisit neurologis, prosedur pembedahan tertentu dapat
dipertimbangkan. Namun demikian, sebelum merekomendasikan pembedahan,
perlu diperhatikan usia pasien, gaya hidup, pekerjaan, dan jumlah vertebra yang
terlibat.
Pemulihan
Anjuran bagi pasien :
1. Minum obat sesuai resep. Laporkan segera jika terjadi efek samping.
2. Lakukan program latihan di rumah yang biasanya diberikan oleh ahli
fisioterapi.
3. Hindari mengangkat benda yang berat dan segala aktivitas yang memperberat
nyeri atau gejala lainnya.
4. Usahakan berat badan mendekati ideal.
5. Berhenti merokok
Osteoartritis

Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya


tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di sendi manapun di seluruh tubuh.
Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
Seiring waktu kondisi penderita Osteoartritis akan semakin memburuk, sayangnya
hingga kini masih belum ada pengobatan yang mampu menghentikan penurunan
fungsi tulang ini. Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi nyeri yang terjadi
dan menjaga aktivitas penderita saja.
Gejalanya biasanya terjadi perlahan-lahan dan lama-kelamaan akan
memburuk, seperti
a. Nyeri pada sendi dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau
setelah lama tidak bergerak/tidak aktif.
b. Ngilu pada sendil saat mengangkat beban ringan.
c. Kaku pada sendi saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak.
d. Kehilangan fleksibilitas yang membuat sulit menggerakkan sendi.
e. Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan.
Penyebab
Osteoartritis terjadi akibat tulang rawan yang menyambungkan ujung
tulang dengan tulang yang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang
rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar
seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan
gerakanannya menyebabkan nyeri dan ngilu.
Penelitian curiga, osteoartritis disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor,
seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan
gen.
Faktor Resiko
1. Usia.
Osteoartritis biasanya terjadi pada manusia usia lanjut, jarang dijumpai
penderita osteoartritis yang berusia di bawah 40 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar dari
pria, dan belum diketahui mengapa.

3. Cacat tulang.
Pada beberapa kasus, orang yang terlahir dengan kelainan sendi tulang
akan lebih besar kemungkinannya mengalami osteoartritis.
4. Cidera sendi
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olah raga atau kegiatan lain
juga meningkatkan risiko terkena osteoartritis.
5. Obesitas.
Membawa beban lebih berat dari berat tubuh, akan membuat engsel
sambungan tulang bekerja lebih berat dan ditengarai memberi andil terjadinya
osteoartritis.
6. Penyakit lain.
Rematik juga dianggap memberi kontribusi pada timbulnya osteoartritis.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat berupa:
a. Sinar-X.
Gambar sinar X pada sendi akan menunjukkan perubahan yang terjadi
pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
b. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
c. Analisa cairan sendi.
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada sendi untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
d. Pengamatan dengan kamera (artroskopi).
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan sendi
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
Komplikasi
Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita
bahkan mengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita
akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.

Jika sendil sudah parah,terapi pembedahan dapat disarankan. Pada


beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan, akan dilakukan terapi
nyeri/ngilu dan cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah gerakan
sehari-hari.
Pengobatan
Tak ada obat untuk menyembuhkan osteoartritis, yang ada hanyalah terapi
untuk mengurangi nyeri dan ngilu serta menjaga pergerakan dan aktivitas seharihari. Pengangkatan dan penggantian engsel merupakan pilihan terakhir dan akan
dilakukan jika semua cara terapi telah ditempuh.
Pengobatan awal pada osteoartritis ringan dapat berupa:
a. Istirahat.
Jika terjadi nyeri/ngilu pada engsel dianjurkan untuk beristirahat
sekurangnya 12 jam. Bergeraklah secara biasa, tapi hindari menggerakkan engsel
yang sama secara berulang-ulang. Istirahatlah sekitar 10 menit setelah satu jam
bergerak.
b. Olahraga.
Dengan ijin dokter, Anda dapat melakukan olah raga biasa seperti
bersepeda, jalan bahkan berenang. Olah raga ini akan meningkatkan daya tahan
otot sekitar sendi. Jika mulai terasa nyeri/ngilu berhenti atau istirahat.
c. Kompres.
Kompres dengan air hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri/ngilu
yang terjadi. Gunakan kompres hangat sekurangnya 20 menit sehari. Sedang
kompres dingin gunakan es batu.
d. Terapi.
Terapi khusus mungkin diperlukan, agar tulang dapat terpantau secara
khusus sehingga peningkatan kemampuan gerak maju lebih cepat.
e. Kurangi stres sendi
Terapis akan membantu Anda menemukan cara untuk menghindari stres
pada engsel.
f. Obat penghilang nyeri.

Krim dan gel yang dijual dipasaran dapat menghilangkan nyeri sementara.
g. Sepatu penyangga.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu
mengurangi nyeri dan menambah mobilitas.
Osteoartritis Akut
a. Obat penghilang nyeri.
Obat semacam codein dan propoksifen dapat mengurangi nyeri pada osteoartritis
akut. Konsultasi ke dokter akan efek samping yang mungkin akan timbul.
b. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada sendi yang mempu mengurangi
nyeri/ngilu.
c. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri
pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan pada osteoartritis pada lutut.
Operasi
1. Penggantian sendi (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik
atau metal yang disebut prostesis.
2. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan
mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar
sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
Pencegahan
Untuk mencegah osteoartritis, lakukan hal-hal berikut:
- Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
- Minum obat yang direkomendasikan dokter.
- Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk
mengurangi bahaya.
- Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.

- Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan
tulang.
- Pilih sepatu yang tepat.
- Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
- Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.
Diabetes Melitus
Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai oleh
tingginya kadar plasma glukosa (hiperglikemia) yang disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.
DM ada 2 jenis atas dasar waktu dimulainya penyakit, yaitu :
1. Tipe-1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau jenis remaja
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pancreas, sehingga tidak
memproduksi insulin dan akibatnya sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah.
Kadar glukosa darah meningkat sehingga glukosa berlebih dikeluarkan lewat urin.
Tipe ini banyak terjadi pada usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10
13 tahun.
2. Tipe-2, Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau jenis dewasa
Tipe ini tidak tergantung dari insulin, lazimnya terjadi pada usia diatas 40
tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan usia lanjut.
Penyebab
Kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa
sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.
Tipe-1 penyebabnya belum begitu jelas dapat disebabkan oleh infeksi virus yang
menimbulkan reaksi auto-imun berlebih untuk menanggulangi virus, selain itu
faktor keturunan memegang peran.
Tipe-2 disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel beta serta penumpukan amiloid
disekitar sel beta. Insufisiensi fungsi insulin yang disebabkan oleh gangguan atau

defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Gambaran Klinis
a. Penderita sering mengeluh lemah, kadang-kadang terasa kesemutan atau rasa
baal serta gatal yang kronik.
b. Penderita pada umumnya mengalami poliuria (banyak berkemih) polidipsia
(banyak minum) dan polifagia (banyak makan).
c. Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
d. Selain itu penderita akan merasa sangat haus, kehilangan energi, rasa lemas dan
cepat lelah.
e. Pada keadaan lanjut mungkin terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
Diagnosis
Berdasarkan gejala diabetes dengan 3P (polifagia, poliuria, polidipsia). Diagnosis
dapat dipastikan dengan Penentuan Kadar Gula Darah.
a. Bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
b. Glukosa darah puasa 126 mg/dl
c. pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) didapatkan hasil pemeriksaan kadar
gula darah 2 jam 200 mg/dl sesudah pemberian glukosa 75 gram.
Penatalaksanaan
a. Tindakan umum yang dilakukan bagi penderita diabetes antara lain; diet dengan
pembatasan kalori, gerak badan bila terjadi resistensi insulin gerak badan secara
teratur

dapat

menguranginya,

berhenti

merokok

karena

nikotin

dapat

mempengaruhi penyerapan glukosa oleh sel.


b. jika tindakan umum tidak efektif menurunkan glukosa darah pada penderita
diabetes Tipe-2 maka

dapat diberikan antidiabetik oral :

- Klorpropamid mulai dengan 0,1 gr/hari dalam sekali pemberian, maksimal 0,5
mg/hari

- Glibenklamid mulai dengan 5 mg/hari dalam sekali pemberian, maksimal 10


mg/hari
- Metformin mulai dengan 0,5 gr/hari dalam 2 3 kali pemberian, maksimal 2
g/hari.
Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu pengobatan, dosis
dapat ditingkatkan.
c. Pada penderita diabetes Tipe-1 yang diberikan insulin seumur hidup, tidak
dianjurkan minum antidiabetik oral.
Gastritis
Definisi
Nyeri epigastrium yang hilang timbul / menetap dapat disertai dengan mual
/muntah.
Penyebab
Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh makanan yang
merangsang asam lambung, alkohol, obat atau stres. Pada keadaan ini terjadi
gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa.
Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helicobacter pilori juga
berperan dalam penyakit ini.
Gambaran Klinis
- Penderita biasanya mengeluh perih atau tidak enak di ulu hati.
- Gastritis erosif akibat obat sering disertai pendarahan.
- Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.
Diagnosis
Nyeri ulu hati, mual / muntah, kembung dll.
Penatalaksanaan
- Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus

membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makanan yang merangsang.


- Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al. Hidroksida, Mg Hidroksida)
yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara waktu makan.
- Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet metoklopramid 10 mg, 1
jam sebelum makan.
- Bila nyeri hebat dapat dikombinasikan dengan simetidin 200 mg 2 x sehari atau
ranitidin 150 mg 2 x sehari
- Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu
segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada ukak
lambung yang dapat menjadi perforasi.
Sebagian efek samping AINS pada saluran cerna bersifat ringan dan reversible.
Hanya sebagian kesil yang menjadi berat yakni tukak peptic, perdarahan saluran
cerna dan perforasi. Resiko untuk mendapatkan efek samping AINS tidak sama
untuk semua orang. Faktor resiko yang penting adalah: usia lanjut, digunakan
bersama-sama steroid, riwayat pernah mengalami efek samping AINS, dosis
tinggi atau kombinasi lebih dari satu macam AINS.
Efek samping AINS pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. Efek
samping padalambung memang yang paling sering. Kerusakan mukosa secara
topical terjadi karena AINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah
trapping ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik
AINS tampaknya lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi
prostaglandin yang menurun . AINS secara bermakna menekan prostaglandin.
Sedangkan prostaglandin sendiri merupakan substansi sitoprotektif yang amat
penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara
menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat,
dan meningkatkan epithelial defens.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian. 2007. Hal:78
Harison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV. EGC Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta. 2000. 1633 1638
Simadibrata, 1999. Pedoman Diagnostik dan Terapi dibidang Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1999. Hal:45-68.

You might also like