Professional Documents
Culture Documents
BRONCHOPNEUMONIA
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
BANGSAL SERUNI RSUD DJOJONEGORO
TEMANGGUNG
Di susun oleh:
AGUS BUDI SETIAWAN
20100320101
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai
peradangan bronkoli yang lebih kecil (Kamus Lengkap Kedokteran 2005 D. Jombatan).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak (Smeltzer,2001).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paruparu dan bronkiolus, yang
disebabkan oleh bakteri ,misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ),
jamur candida albican atau aspirasi karena makanan atau benda asing (Suryanah, 2006)
B. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
C. Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Takipnea
Area sirkumoral
Kuman
berlebih di
bronkus
Proses
peradangan
Akumulasi
sekret di
bronkus
MK :
Bersihan
jalan nafas
tidak
Mukus
bronkus
meningkat
Bau mulut
tidak sedap
Penyempita
n bronkus
Suplai O2
menurun
Metabolisme
anaeraob
meningkat
Anoreksia
Intake kurang
Akumulasi asam
laktat
Dilatasi
pembuluh
darah
Eksudat
plasma
masuk alveoli
Gangguan
difusi dalam
plasma
Fatigue
Retraksi dada /
nafas cuping
hidung
MK :
Intoleransi
aktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
MK :
Gangguan
pola nafas
Edema antara
kaplier dan
alveoli
Peningkatan
metabolisme
Iritasi PMN
eritrosit
pecah
Keb. Nutrisi
Meningkat
Edema paru
MK
:Gangguan
pertukaran
MK :Nutrisi
Kurang Dr
Keb. Tubuh
Dispneu
MK :Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Peningkatan
suhu
bakterimi
a
MK : Resiko
penyebaran
infeksi
Sesak Nafas
MK
:Gngguan
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
d.
Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e.
Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
a. Menjaga kelancaran pernafasan Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan
sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru.
Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk
memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat.
b. Kebutuhan Istirahat Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien harus ditolong di
tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn
agar psien dapat istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami
masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan
masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi
dan kekukrangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas seharihari
H. Intervensi Fokus
1.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau
sianosis
Intervensi :
Mandiri
Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas
tambahan (krakles, mengi)
Kolaborasi
2.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tak ada gejala distress pernafasan
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
Intervensi :
Mandiri
Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan
demam dan menggigil
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif
Kolaborasi
Awasi GDA
3.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
Kolaborasi
4.
Awasi GDA
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
Kriteria Hasil :
Balance cairan seimbang
Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
Intervensi :
Mandiri
Kolaborasi
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Bobok, M Irene. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 6. Jakarta: EGC.
EGC.