You are on page 1of 8

TAKIKARDI SUPRAVENTRIKULAR

A. DEFINISI
Takikardi supraventrikular (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan
perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150
kali/menit sampai 250 kali/menit.Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi
dan terjadi di bagian atas bundel HIS.Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS
normal.

SVT

sering

juga

disebut

Paroxysmal

Supraventrikular

Takikardi

(PSVT).Paroksismal disini artinya adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang
menjadi cepat.
B. EPIDEMIOLOGI
Kejadian di Amerika Serikat
Insiden paroksismal SVT adalah sekitar 1-3 kasus per 1000 orang, dengan prevalensi
0,2%. Fibrilasi atrium adalah penyebab yang paling umum, mempengaruhi 3 juta orang di
Amerika Serikat, dengan prevalensi 0,4-1%. Diperkirakan bahwa fibrilasi atrial akan
mempengaruhi lebih dari 7,5 juta orang pada tahun 2050.
Kira-kira pada 1/3 kasus SVT tidak dijumpai kelainan kardiovaskular. Pada bayi dan anak
kelainan ini paling sering disebabkan oleh reentri pada sindrom WPW ( 35-69%), kemudian
reentry nodus AV (23%), SVT ektopik automatik (20%) dan reentry nodus SA (15%). SVT
dapat terjadi pada penyakit jantung kongenital, yang lebih sering dengan anomali ebstein
katup trikuspidalis dan transposisi benar ( corrected ) pembuluh-pembuluh darah besar. Pada
anak-anak SVT dapat dipercepat dengan pemajanan pada amin simpatomimetik yang
biasanya terdapat pada dekongestan yang dijual bebas.
C. ETIOLOGI
1. Idiopatik, ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini biasanya
terjadi lebih sering pada bayi daripada anak.
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20% kasus dan terjadi hanya
setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan
interval PR yang pendek daninterval QRS yang lebar; yang disebabkan oleh
hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras tambahan.
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebsteins, single ventricle, L-TGA)

D. KLASIFIKASI
Terdapat 3 jenis TSV yang sering ditemukan pada bayi dan anak, yaitu:

Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)


Terdapat sekitar 10% dari semua kasus TSV, namun TSV ini sukar diobati. Takikardi
ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya biasanya karena pemeriksaan rutin
atau karena ada gagal jantung akibat aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer,
tampak adanya gelombang p yang agak berbeda dengan gelombang p pada waktu
irama

sinus,

tanpa

disertai

pemanjangan

interval

PR.

Pada

pemeriksaan

elektrofisiologi intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal (jaras tambahan).

Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)


Pada AVRT pada sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW) jenis orthodromic, konduksi
antegrad terjadi pada jaras his-purkinye (slow conduction) sedangkan konduksi
retrograd terjadi pada jaras tambahan (fast conduction). Kelainan yang tampak pada
EKG adalah takikardi dengan kompleks QRS yang sempit dengan gelombang p yang
timbul segera setelah kompleks QRS dan terbalik. Pada jenis yang antidromic,
konduksi antegrad terjadi pada jaras tambahan sedangkan konduksi retrograd terjadi
pada jaras his-purkinye. Kelainan pada EKG yang tampak adalah takikardi dengan
kompleks QRS yang lebar dengan gelombang p yang terbalik dan timbul pada jarak
yang jauh setelah kompleks QRS.

Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT)


Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV, dan jenis ini merupakan
mekanisme yang paling sering menimbulkan TSV pada bayi dan anak. Sirkuit tertutup
pada jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi
lambat (slow limb) dan konduksi retrograd terjadi pada sisi cepat (fast limb), jenis ini
disebut juga jenis typical (slow-fast) atau orthodromic. Kelainan pada EKG yang
tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS sempit dengan gelombang p yang
timbul segera setelah kompleks QRS tersebut dan terbalik atau kadang-kadang tidak
tampak karena gelombang p tersebut terbenam di dalam kompleks QRS. Jika
konduksi antegrad terjadi pada sisi cepat dan konduksi retrograd terjadi pada sisi
lambat, jenis ini disebut jenis atypical (fast-slow) atau antidromic. Kelainan yang
tampak pada EKG adalah takikardi dengan kompleks QRS sempit dan gelombang p
terbalik dan timbul pada jarak yang cukup jauh setelah komplek QRS.

Gambar 2. Gambaran EKG pada TSV

E. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, impuls elektrik dihasilkan oleh pacemaker yang disebut SA
node.Impuls elektrik ini akan diteruskan ke ventrikel melalui AV node, dimana pada nodus ini
akan terjadi perlambatan impuls. Selanjutnya impuls ini akan disebarkan ke seluruh ventrikel.
Pada SVT /PSVT, terjadi gangguan konduksi impuls yang menyebabkan atrium dan
kemudian ventrikel berdenyut sangat cepat. Disebut paroksismal karena denyut yang cepat ini
dapat terjadi tiba-tiba.
Pada saat impuls yang dihasilkan oleh SA node dialirkan ke AV node, tiba-tiba terjadi
gangguan konduksi yang biasanya disebabkan oleh atrial premature beat, dimana terjadi
transient blok pada satu sisi dari sistem konduksi (di ibaratkan berbentuk cincin ). Normalnya
impuls yang masuk disebarkan melalui dua arah dari kanan dan kiri. Bila terjadi blok pada
satu sisi, maka impuls akan berjalan melalui sisi satunya lagi. Pada saat blok tersebut
menghilang maka impuls tersebut akan berjalan terus melintasi area tersebut dan terciptalah
suatu sirkuit tertutup yang disebut circus movement. Pada saat ini SA node tidak bertindak
sebagai pacemaker primary namun terdapat jalur aksesori kecil (circus movement) yang
memiliki impuls yang berputar-putar secara terus-menerus dengan cepat. Setiap kali impuls
dari sistem ini sampai ke AV node makan impuls ini akan diteruskan ke ventrikel. Oleh sebab
itu pada gambaran ECG komplek QRS tampak normal. Pada gambaran ECG gelombang P
bisa tampak terbalik (oleh karena lintasan impuls yang terbalik), namun pada kebanyakan
kasus depolarisasi atrium dan ventrikel terjadi hampir bersamaan sehingga gelombang P
menghilang atau superimposed dengan kompleks QRS.

Supraventrikular takikardi ( SVT ) ditandai oleh frekuensi jantung yang cepat ( 150280/menit) dan teratur, yang berasal dari suatu rangkaian 3 atau lebih kontraksi prematur
fokus supraventrikular. SVT mungkin ditemukan pada jantung yang secara anatomi normal
atau dapat disertai dengan saluran pintas pada salah satu sindrom pre-eksitasi ( Wolf
Parkinson White ).
Terdapat 2 mekanisme dasar terjadinya SVT yaitu automatisasi dan reentri.
Automatisasi terjadi karena terdapat fokus ektopik di dalam atrium, AV junction atau sistem
his purkinje yang menimbulkan ritme automatik. Reentri terjadi karena terdapat 3 keadaan
yang memungkinkannya, yaitu terdapat 2 konduksi yang menyatu pada kedua ujungnya,
terdapat blok searah pada salah satu konduksi, dan aliran lambat pada konduksi tanpa blok
memungkinkan terangsangnya konduksi yang lain karena mempunyai masa refrakter dan
konduksi yang berbeda.
F. Manifestasi Klinik
Karena keparahan gejala tergantung pada adanya penyakit jantung struktural dan
cadangan hemodinamik pasien, individu dengan paroxysmal supraventricular tachycardia
(SVT paroxysmal) dapat dengan gejala ringan atau keluhan cardiopulmonary yang parah.
Gejala umum yang sering ditemui :

Palpitasi ( dada berdebar debar) - Lebih dari 96%


Pusing - 75%
Sesak napas - 47%
Sinkop - 20%
Nyeri dada - 35%
Kelelahan - 23%
Diaforesis - 17%
Mual - 13%

G. Penegakan Diagnosis
Anamnesis :
Terkait dengan keluhan-keluahan pasien
Pemeriksaan Fisik :
Krepitasi pada auskultasi sekunder. Kemungkinan terdengar S3, dan terlihat pulsasi
vena jugularis.
Pemeriksaan Penunjang :

o EKG :

HR: >100 280 bpm


Irama: Reguler
Gel P: biasanya tidak teridentifikasi
Kompleks QRS: Sempit

H. PENATALAKSANAAN
Secara garis besar penatalaksanaan TSV dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Penatalaksanaan segera
b. Penatalaksanaan jangka panjang
a. Penatalaksanaan segera

Algoritma Manajemen Jangka Pendek TSV


b. Penanganan Jangka Panjang

Algoritma Manajemen Jangka Panjang TSV


ABLASI KATETER
Prosedur elektrofisiologi hampir selalu diikuti oleh tindakan kuratif berupa ablasi
kateter. Ablasi kateter pertama sekali diperkenalkan oleh Gallagher dkk tahun 1982.
Sebelum tahun 1989 ablasi kateter dilakukan dengan sumber energi arus langsung
yang tinggi (high energy direct current) berupa DC Shock menggunakan kateter
elektroda multipolar yang diletakkan di jantung. Karena pemberian energi dengan
jumlah tinggi dan tidak terlokalisasi maka banyak timbul komplikasi. Saat ini ablasi
dilakukan dengan energi radiofrekuensi sekitar 50 watt yang diberikan sekiatr 30-60
detik. Energi tersebut diberikan dalam bentuk gelombang sinusoid dengan frekuensi
500.000 siklus per detik (hertz).
PACU JANTUNG DAN TERAPI BEDAH
Alat pacu jantung akan segera berfungsi bila terjadi bradikardi hebat. Alat pacu
jantung untuk bayi dan anak yang dapat diprogram secara automatik (automatic
multiprogrammable overdrive pacemaker) akan sangat memudahkan penggunaannya
pada pasien yang memerlukan. Pacu jantung juga dapat dipasang di ventrikel setelah
pemotongan bundel HIS, yaitu pada pasien dengan TSV automatik yang tidak dapat
diatasi. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir setelah tindakan pembedahan
langsung gagal.
Tindakan pembedahan dilakukan pertama kali pada pasien sindrom WPW.
Angka keberhasilannya mencapai 90%. Karena memberikan hasil yang sangat
memuaskan,

akhir-akhir

ini

cara

ini

lebih

disukai

daripada

pengobatan

medikamentosa. Telah dicoba pula tindakan bedah pada TSV yang disebabkan
mekanisme automatik dengan jalan menghilangkan fokus ektopik secara kriotermik.
Gillete tahun 1983 melaporkan satu kasus dengan fokus ektopik di A-V junctionyang
berhasil diatasi dengan tehnik kriotermi dilanjutkan dengan pemasangann pacu
jantung permanen di ventrikel.

Dengan kemajuan di bidang kateter ablasi, tindakan bedah mulai ditinggalkan.


Akan tetapi di beberapa senter kardiologi, kesulitan melakukan ablasi transkateter
dapat diatasi dengan pendekatan bedah dengan menggunakan tehnik kombinasi insisi
dan cryoablation jaringan. Pada saat yang sama adanya residu kelainan hemodinamik
yang menyebabkan hipertensi atrium dan ventrikel dapat dikoreksi sekaligus.

Source :
Aru W. Sudoyo dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sastroasmoro, S dan Mudiyono, B 1994, Buku Ajar Kardiologi Anak, Jakarta: Binarupa
Aksara
Klein GJ, Sharma AD, Yee R, Guiraudon GM., 1987. Classification of supraventricular
tachycardias. Am J Cardiol.;60(6):27D-31D. [Medline].

You might also like