You are on page 1of 23

Step 2

1. Mnegapa timbul hepatosplenomegali,nyeri tekan dan konjungtiva anemis

Serkaria jika jumlah serkaria menembus kulit cukup banyak maka dpt
terjadi dermatitis (cercarial dermatitis) yg akan sembuh sendiri slm 5
hr. Selanjtnya gambaran klinis toksemia berat disertai demam tinggi
dpt terjadi untuk infeksi yg berulang, keluhan juga berupa lemah,
malese, anureksia, mual dan muntah, sefalgia, mialgia dan atralgia.
Diare akibat adanya keadaan hipersensitif thd cacing. Gejala toksemia
dpt berlangsung sampai 3 bln. Hepatosplenomegali disertai nyeri tekan
dpt juga ditemukan.
IPD jilid III ed. V
Pada daerah-daerah tertentu anemia gizi diperberat keadaannya
oleh investasi cacing. terutama oleh cacing tambang. Cacing tambang
menempel pada dinding usus dan memakan darah. Akibat gigitan sebagian
darah hilang dan dikeluarkan dari dalam badan bersama tinja. Jumlah
cacing yang sedikit belum menunjukkan gejala klinis tetapi bila dalam
jumlah yang banyak yaitu lebih dari 1000 ekor maka. orang yang
bersangkutan dapat menjadi anemia (7).
Perdarahan itu terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing
dan juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Cacing
berpindah tempat menghisap setiap 6 jam perdarahan ditempat yang
ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali denqan cepat
karena turn over sel epithel usus sangat cepat (10).
Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat
disebabkan oleh adanya lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh
karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri . walaupun ini masih belum
terjawab dengan jelas termasuk berapa besar jumlah darah yang hilang
dengan infeksi cacing ini (10.7).
Untuk mengetahui banyaknya cacing tambang didalam usus dapat
dilakukan dengan menghitung banyaknya telur dalam tinja. Bila didalam
tinja terdapat sekitar 2000 telur/ gram tinja. berarti ada kira-kira 80 ekor
cacing tambang didalam perut dan dapat menyebabkan darah yang hilang
kira-kira sebanyak 2 ml per hari. Dengan jumlah 5000 telur/gram tinja
adalah berbahaya untuk kesehatan orang dewasa. Bila terdapat 20.000
telur/gram tinja berarti ada kurang lebih 1000 ekor cacing tambang dalam
perut yang dapat menyebabkan anemia berat (7,10).
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3676/1/fkm-rasmaliah8.pdf

http://web.stanford.edu/

2. Apa parasit penyebabnya (karnaditemukan eusinofilia),bagaimana


morfologinya?
3. Mengapa nafsu makan menurun,mual, muntah serta diare

Diare

Cacing pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju tempat
terakhir di dalam pembuluh darah kecil di kandung kemih atau usus,
dimana mereka tinggal untuk beberapa tahun. Cacing pita dewasa
tersebut meletakkan telur-telur dalam jumlah besar pada dinding kandung
kemih atau usus. Telur-telur tersebut menyebabkan jaringan setempat
rusak dan meradang, yang menyebabkan borok, pendarahan, dan
pembentukan jaringan luka parut. Beberapa telur masuk ke dalam
kotoran(tinja)atau kemih.
P. RICHARD D. SCHISTOSOMIASIS.MERCK MANUAL HANDBOOK. 2007
-

Nafsu makan menurun


Nafsu makan pasien berkurang, karena salah satu mediator inflamasi,
yaitu serotonin, yang dilepaskan pada proses radang, yaitu iritasi mukosa,
mempunyai mekanisme menekan nafsu makan dengan menekan pusat
pengatur rasa kenyang dan rasa lapar di hipotalamus.
Penurunan nafsu makan merupakan akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF-.
Keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa.
Peningkatan leptin dalam sirkulasi menyebabkan negatif feedback ke
hipothalamus ventromedial yang berakibat pada penurunan intake
makanan (Luheshi et al., 2000).

Lemah & lesu


Badan pasien terasa lemas, karena pasien tidak mendapatkan makanan
yang ada sebagai sumber energi akibat kurangnya asupan nutrisi karena
pasien merasa mual dan nafsu makan berkurang.
Sumber : Suhendro. Nainggolan, Leonard. Chen, Khie. Pohan, Herdiman T.
dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K,

Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Mekanisme yang menyebabkan anemia!
Anchiostoma (N. Americanus), schiostoma, askariasis.
Pada daerah-daerah tertentu anemia gizi diperberat keadaannya
oleh investasi cacing. terutama oleh cacing tambang. Cacing tambang
menempel pada dinding usus dan memakan darah. Akibat gigitan sebagian
darah hilang dan dikeluarkan dari dalam badan bersama tinja. Jumlah
cacing yang sedikit belum menunjukkan gejala klinis tetapi bila dalam
jumlah yang banyak yaitu lebih dari 1000 ekor maka. orang yang
bersangkutan dapat menjadi anemia (7).
Perdarahan itu terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing
dan juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Cacing
berpindah tempat menghisap setiap 6 jam perdarahan ditempat yang
ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali denqan cepat
karena turn over sel epithel usus sangat cepat (10).
Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat
disebabkan oleh adanya lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh
karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri . walaupun ini masih belum
terjawab dengan jelas termasuk berapa besar jumlah darah yang hilang
dengan infeksi cacing ini (10.7).
Untuk mengetahui banyaknya cacing tambang didalam usus dapat
dilakukan dengan menghitung banyaknya telur dalam tinja. Bila didalam
tinja terdapat sekitar 2000 telur/ gram tinja. berarti ada kira-kira 80 ekor
cacing tambang didalam perut dan dapat menyebabkan darah yang hilang
kira-kira sebanyak 2 ml per hari. Dengan jumlah 5000 telur/gram tinja
adalah berbahaya untuk kesehatan orang dewasa. Bila terdapat 20.000
telur/gram tinja berarti ada kurang lebih 1000 ekor cacing tambang dalam
perut yang dapat menyebabkan anemia berat (7,10).
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3676/1/fkm-rasmaliah8.pdf
-

Muntah
Antigen yang bermuatan peptida MHC II akan berikatan dengan
CD4+ (TH-1 dan TH-2) dengan perantaraan TCR ( T Cell Receptor )
sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap infeksi tersebut, maka
limfosit T akan mengeluarkan substansi dari TH-1 yang berfungsi sebagai
imuno modulator yaitu IFN gama, Il-2 dan CSF (Colony Stimulating Factor).
(8,9)
Dimana IFN gama akan merangsang makrofag untuk mengeluarkan IL1 dan TNF alpha. IL-1 sebagai mayor imunomodulator yang juga
mempunyai efek pada endothelial sel termasuk didalamnya pembentukan
prostaglandin dan merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule 1
(ICAM 1).
IFN- sebenarnya berfungsi sebagai penginduksi makrofag yang poten,
menghambat replikasi virus, dan menstimulasi sel B untuk memproduksi
antibodi. Namun, bila jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan efek

toksik seperti demam, rasa dingin, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala
berat, muntah, dan somnolen (Soedarmo, 2002).
Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi
Pertama. Jakarta: IDAI, pp: 176-209.
4. Apa kaitannya dia suka MCK disungai dg keluhan pasien

Perilaku pencegahan penyakit merupakan respon untuk melakukan


pencegahan penyakit termasuk dengan perilaku untuk tidak menularkan
penyakit kepada orang lain.14 Sebagaian besar masyarakat di Desa
mekarsari dan Desa Dodolo buang air besar di jamban, mandi dan
mencuci disumur. Sumber air yang digunakan di Desa Mekarsari untuk
keperluan sehari-hari yaitu air sungai yang dialiri dengan menggunakan
sistem perpipaan. Demikian juga halnya di Desa Dodolo sumber air yang
mereka gunakan berasal dari sungai. Daerah disekitar sungai yang
dipergunakanoleh masyarakat sebagai sumber air masih perlu diperiksa
untuk memastikan bahwa air yang dipergunaakan oleh masyarakat
terbebas dari parasit Schistosoma. Penularan schistosomiasis di Dataran
Tinggi Napu berhubungan dengan kebiasaan masyarakat mandi, mencuci
di sungai, bepergian ke daerah fokus, pemanfaatan sumber air, mencuci
kaki dan tangan di sungai dan berenang.12
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/.../3276

Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit, misalnya adanya


faktor-faktor lingkungan kerja yang langsung dapat menimbul-kan kesakitan,
situasi pekerjaan dan lain-lain.14 Penelitian yang dilakukan didaerah tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi schistosomiasis paling banyak ditemukan
pada masyarakat yang bekerja sebagai petani.12 Hal ini disebabkan karena
kemungkinan terjadi kontak dengan tempat-tempat yang mengandung
serkaria sangat besar. Apalagi untuk pergi ke kebun atau sawah mereka
harus melewati daerah fokus. Disamping itu, masyarakat memanfaatkan air
yang berasal dari daerah fokus untuk mengairi sawah.Penularan
schistosomiasis terjadi karena adanya kontak antara manusia dengan
perairan atau memasuki perairan yang terinfeksi parasit Schistosoma
menyebabkan meningkatnya penderita schistosomiasis di dalam
masyarakat.7 Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penularan schistosomiasis adalah menghindari kontak langsung dengan
perairan yang terinfeksi, contohnya menggunakan sepatu boot karet. Masih
adanya perilaku yang berisiko terhadap infeksi schistosoma seperti tidak
menggunakan sepatu boot pada saat bekerja di sawah menyebab-kan
penularan schistosomiasis di daerah tersebut hingga saat ini masih terus
berlangsung.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/.../3276
5. Apa kaitanya penderita dengan tempat tinggal

Faktor yang mempengaruhi :

Kemiskinan

Sanitasi yang jelek

Tempattinggalkumuh

Heterogenitaspopulasicacing, yang 1
lebihinvasifakibatkerentanangenetispejamu

Faktorresikomeningkatpadausia 15-20 tahun, danmenurunpadausia 40


tahun.

Kejadian S. Intestinalislebihsedikit, dan S. Urinariuslebihbanyak

Ada 5 jenisschisotosoma :
1. S. Mansoni :Afrika, Laut Tengah bagiantimur,
KepulauanKaribiadanAmerika Selatan mannusiadanrodensia
2. S. Haematobium :AfrikadanLaut Tengah bagianTimur
3. S. Japonicum :Cinadan Asia Tenggara manusia, babi, anjing, kerbau air
4. S. Mekongi :sungai Mekong Thailand, Kamboja, laos
5. S. Intercalatum :Afrika Tengah.

KlasifikasiSchisostma :

a. Duniabaru : S. Mansonidan S. Japonicummenyerangbagianintestinalis


b. Dunialama : S. Haematobiummenyerangbagianurinarius
Di DataranLindu, O.h. lindoensisditemukan di sekitarsistempengairan
Sungai Gumbasasedangkan di DataranTinggiNapu,
Oncomelaniaditemukan di sekitarsistempengairan Sungai Lariang
(Sudomo& Carney, 1974). Habitat siputinihidup di
daerahsepertibekassawah, saluran air dandaerah yang
alamisepertitempatbecek yang terlindung, di tepidanau,
ditepihutandan di dalamhutan di bawahpohon.
SebagianbesarpopulasiOncomelaniaditemukan di daerahpersawahan
yang tidakdiolahdengankarakteristiktanah yang
berlumpur.Adanyarumput liar yang
tinggidigunakanOncomelaniauntukperlindungan.Padadaerah yang
alami, Oncomelaniaditemukan di
hutan.PadaumumnyaOncomelaniaditemukanberkelompok di
tanahlumpurataumenempelpadasubstrat (Sudomo& Carney, 1974).

6. Siklus hidup dari parasit penyebab

S. Japonicum

2.1.4 Siklus Hidup


Untuk dapat melanjutkan daur hidupnya telur Schistosoma yang keluar
dari tubuh hospes definitif bersama tinja atau urine harus masuk ke dalam air
agar dapat menetas menjadi larva mirasidium. Mirasidium lalu berenang
mencari hospes perantara, yaitu siput yang menjadi tempat mirasidium
berkembang menjadi sporokista, dan akhirnya tumbuh menjadi serkaria yang
infektif.
Manusia terinfeksi cacing ini dengan masuknya serkaria secara aktif
menembus kulit yang tak terlindung. Dengan melalui aliran darah aferen,
serkaria mencapai jantung dan paru, lalu kembali ke jantung kiri, masuk ke
sistem sirkulasi sistemik dan ke cabang-cabang vena porta, akhirnya sampai
di hepar. Parasit tumbuh menjadi cacing dewasa, cacing kembali ke vena
porta, vena usus, atau vena kandung kemih sesuai dengan tempat hidup
masing-masing spesies cacing.
Masa prepaten dalam pertumbuhan cacing Schistosoma berbeda
waktunya. Periode prepaten pada Schistosoma haematobium
adalah

10-12

minggu,

Schistosoma

mansoni

Schistosoma japonicum adalah 5-6 minggu.

7-8

minggu,

lamanya
dan

pada

Cacing Schistosoma yang hidup pada manusia dapat mencapai umur


30 tahun. Pada daur hidup Schistosoma manusia adalah hospes definitif
utama, sedangkan berbagai hewan mamalia yang juga dapat bertindak
sebagai hospes definitif merupakan reservoir host.

Gambar. Daur hidup Schistosoma

Hospes definitif. Schistosoma termasuk parasit zoonosis, karena selain


manusia berbagai jenis hewan juga dapat bertindak selaku hospes definitif.
Primata, yaitu kera dan baboon dapat menjadi hospes definitif Schistosoma
haematobium, sedangkan kera, baboon, opossum, dan rodensia merupakan
hospes definitif Schistosoma mansoni. Hewan-hewan domestic lain banyak
yang dapat bertindak selaku hospes definitif Schistosoma japonicum, antara
lain adalah anjing, kucing, sapi, kerbau, kuda, babi, rusa, dan tikus.
Hospes perantara. Banyak genus siput yang dapat menjadi hospes
perantara cacing Schistosoma, yaitu Bulinus dan Physopsis (hospes perantara
Schistosoma haematobium), siput Oncomelania hupensis merupakan hospes
perantara

Schistosoma

japonicum,

sedangkan

siput

Biomphalaria

Australorbis merupakan hospes perantara Schistosoma mansoni.

dan

Gambar. Schistosoma Japonicum.


a) Cacing dewasa b) Mirasidium c) Serkaria
Siklus hidup Schistosoma japonicum, dimulai ketika terjadi
proses infeksi pada manusia. Infeksi ini dimulai dari masuknya bentuk
infektif (cercaria) menembus kulit pada waktu manusia masuk ke
dalam air yang mengandung cercaria. Di dalam tubuh manusia,
cercaria akan berubah bentuk menjadi schistosomula yang akan
mengikuti sistem peredaran darah, masuk ke dalam jantung kanan,
paru-paru, ke dalam jantung kiri dan keluar ke sistem peredaran darah
besar dan menjadi dewasa di dalam hati. Setelah dewasa cacing ini
kembali ke vena porta dan vena usus dan kemudian cacing betina
bertelur setelah berkopulasi. Telur dapat menembus keluar pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke dalam lumen
usus untuk kemudian ditemukan di dalam tinja. Telur menetas dalam
air, larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium masuk ke dalam
tubuh siput Oncomelania hupensis lindoensi dan berkembang menjadi
sporokista I dan sporokista II dan kemudian menghasilkan cercaria.

Schistosoma Mansoni

Gambar. Schistosoma Mansoni.


a) Cacing jantan b) Cacing betina
Siklus hidup S. mansoni, pada kondisi yang menguntungkan,
waktu minimum yang dibutuhkan 4 minggu. Serkaria memiliki
beberapa

pasang

kelenjar

penetrasi

pada

bagian

kepalanya,

menembus kulit hospes pada lipatan, lubang rambut atau dibawah


selaput tanduk. Perjalanan selanjutnya sama dengan S. japonicum.
Setelah telur manusia yang tinggal dipancarkan parasit dalam
kotoran dan masuk ke dalam air, maka miracidium menetas keluar
dari telur. Yang menetas terjadi sebagai respons terhadap suhu,
cahaya dan pengenceran dari kotoran dengan air. Setelah ini, parasit
berkembang melalui apa yang disebut sporocyst ibu dan anak
sporocyst, generasi ke generasi cercaria. Tujuan dari pertumbuhan
bekicot adalah perkalian numerik dari parasit. Dari satu hasil
miracidium beberapa ribu cercaria, setiap spesies mampu menginfeksi

manusia. Serkaria muncul dari bekicot selama siang hari dan mereka
mendorong diri mereka dalam air dengan bantuan ekor mereka,
secara aktif mencari tuan rumah terakhir mereka. Ketika mereka
mengenali kulit manusia, mereka menembus itu dalam waktu yang
sangat singkat. Hal ini terjadi dalam tiga tahap, lampiran awal pada
kulit, diikuti oleh serkaria merayapi kulit mencari situs yang cocok
penetrasi, sering sebuah folikel rambut, dan akhirnya penetrasi ke
dalam epidermis kulit menggunakan cairan proteolitik dari pascacercarial acetabular, kemudian pra-acetabular kelenjar.
Pada

penetrasi,

endoparasitic

larva,

kepala
yang

sercaria

berubah

schistosomule.

menjadi

Setiap

sebuah

schistosomule

menghabiskan beberapa hari di kulit dan kemudian memasuki


sirkulasi dimulai pada dermal dan venula limfatik. Disini mereka
makan darah, muntah yang haem sebagai haemozoin. Schistosomule
bermigrasi ke paru-paru (5-7 hari pasca-penetrasi) dan kemudian
bergerak melalui sirkulasi melalui sisi kiri jantung ke sirkulasi
hepatoportal (> 15 hari) dimana, jika bertemu dengan pasangan
lawan jenis, itu berkembang menjadi dewasa secara seksual dan
pasangan mesenterika bermigrasi ke pembuluh darah.
S. mansoni parasit yang ditemukan terutama di mesenterika
inferior kecil pembuluh darah sekitar usus besar dan daerah sekum
host. Setiap betina meletakkan telur sekitar 300 per hari (satu telur
setiap 4,8 menit), yang disimpan pada lapisan endotel dinding kapiler
vena. Telur pindah ke lumen usus inang dan dilepaskan ke lingkungan
dengan kotoran.

Schistosoma Haematobium
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air.
Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing
menetas dan cacing pindah ke keong. Cacing muda pindah dari keong
ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau berenang di
air dimana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air
besar, maka ia akan terinfeksi.

Gambar. Schistosoma Haematobium.


a) Cacing dewasa b) Mirasidium c) Serkaria
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)
menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk
ke dalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk
infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini
kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran
darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri,
kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke cabang-cabang
vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus
atau vena kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah
berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur
dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di jaringan
dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk
kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam
air dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian
masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.

7. Bagaimana penegakkan diagnosis nya

Menurut Hadidjaja (2000), patogenesis Schistosoma japonicum, akan menyebabkan


perubahan-perubahan karena infeksi tiga stadium cacing Schistosoma japonicum
yaitu cercaria, cacing dewasa dan telur. Pada saat cercaria menembus kulit terjadi
perubahan pada kulit berupa eritema dan papula. Perubahan tersebut disertai rasa
gatal dan panas. Bila cercaria yang masuk ke dalam kulit dengan jumlah yang
banyak, maka akan terjadi dermatitis. Gejala paru timbul ketika schistosomula
mencapai paru yaitu dengan timbulnya batuk dan terkadang disertai dahak. Pada
beberapa kasus, terkadang batuk bercampur dengan sedikit darah. Gejala paru
tersebut dapat menjadi berat sehingga timbul serangan asma.
Manifestasi toksik mulai timbul antara minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah
terjadi infeksi. Pada stadium ini timbul gejala seperti lemah, malaise, tidak nafsu
makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri tubuh dan diare. Beratnya gej ala
tergantung dari banyak atau sedikitnya cercaria yang masuk. Pada infeksi yang
cukup berat dapat timbul demam tinggi. Sedangkan stadium akut dimulai sejak
cacing betina bertelur. Gej ala berat yang timbul adalah hepatomegali dan
splenomegali yang timbul 6 8 bulan setelah cercaria masuk.
Stadium menahun terjadi pada stadium lanjut. Pada stadium ini terjadi
penyembuhan jaringan dengan pembentukan jaringan ikat atau fibrosis. Hepar yang
semula membesar karena peradangan, kemudian mengalami pengecilan karena
terjadi fibrosis, hal ini disebut sirosis. Pada schistosomiasis, sirosis yang terjadi
adalah sirosis periportal yang mengakibatkan terjadinya hipertensi portal karena
adanya bendungan di dalam jaringan hati. Gej ala yang timbul yaitu splenomegali,
edema pada tungkai bawah, bisa pula pada alat kelamin. Dapat ditentukan asites
dan ikterus. Pada stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis yang disebabkan
karena pecahnya varises pada esofagus.
Menurut Zaman dan Keong (1998), kelainan patologi schistosomiasis terutama
disebabkan jumlah telurnya. Reaksi hospes terhadap telur, gambaran klinik serta
besarnya kerusakan pada schistosomiasis bervariasi. Hal tersebut berhubungan
dengan jumlah telur yang ada dalam jaringan atau organ tubuh.
8. Apa diagnosis dan DD
o DD
1. Schistosomiasis
Tanda klinis yang disebabkan oleh 3 stadium cacing schistosoma, yaitu :
serkaria, cacing dewasa, dan telur.
Stadium Awal
Perubahan kulit berupa gatal-gatal karena serkaria menembus kulit
Stadium Akut
Stadium ini dimulai sejak cacing betina bertelur. Gejala yang timbul
adalah demam, diare, berat badan menurun, dan gejala disentri.
Perbesaran hati dan limfa dapat terjadi lebih dini pada stadium ini.
Stadium Menahun

Kelainan atau tanda klinis yang ditemukan adalah kerusakan hati atau
sirosis hati dan limfa : biasanya penderita menjadi lemah. Bila tidak diberi
pengobatan dapat meninggal dunia.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/program_pengendalian_schisto
somiasis.pdf
S. haematobium

S. mansoni

S. japonicum

Ukuran

10-15 x 1 mm

10 x 1 mm

12-20 x 0.5 mm

Kutikula

Tuberkulahalus

Tuberkulakasar

Tidakbertuberkel

Testis

4-5, berkelompok

8-9, deretzig-zag

6-7, berderet

Ukuran

20 X 0.25 mm

14 x 0.25 mm

26 x 0.3 mm.

Ovarium

Posterior
pertengahanbadan

Anterior
pertengahanbadan

Pertengahanbadan

Telurdalam
uterus

20-30 butir

1-3 butir

50 butirataulebih

Sekum yang
menyatu

Panjang (menyatu
Terpanjang(menyatu di
di
anterior pertepertengahanbadan) ngahanbadan)

Cacingjantan

Cacingbetina

Pendek(menyatu di
posterior pertengahanbadan)

Hospesperanta Bulinus
BiomphalariadanAustralo
ra
(PhysopsisdanPlano rbis
rbarius)

Oncomelaniahupensis

HospesDefinitif Manusia

Manusia&hewandomes
tik

PenyebaranGe
ografis

Manusia

Babon

Babon

Afrika,
TimurTengahd&Tim
urDekat

AfrikadanAmerika Selatan TimurJauh (Oriental)

Habitat

Pleksus vena
Plexus
Plexus
vesikalisdanprostati mesenterikusdaerahsigm mesenterikusdaerahile
ka
oidorektal
ocaecalis (v.
mesenterika superior
(v. mesenterika inferior
dancabangdancabang-cabangnya
cabangnya)

Telur

Duri terminal

Duri lateral

Bejolan lateral

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/program_pengendalian_schisto
somiasis.pdf

DD :
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan
Leptospira. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti Mud
fever, Slime fever (Shlamnfieber), Swam fever, Autumnal fever,
Infectious jaundice, Field fever, Cane cutter dan lain-lain (WHO, 2003).
Leptospirosis adalah penyakit penting pada manusia, tikus, anjing, babi
dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta leptospira
icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus (Swastiko,
2009).

Epidemiologi :
Dinegara berkembang tikus merupakan reservoar utama, selain itu
binatang lain seperti anjing, kucing, dan hewan ternak juga dapat

menyebarluaskan penyakit tsb. Transmisi leptospira kpd manusia dpt


terjadi melalui kontak dg urin binatang yg terinfeksi, selain itu kontak
dg lingkungan, yaitu tanah/air yg terkontaminasi leptospira. Resiko
infeksi meningkat pd orang yg tinggal/bekerja di lingkungan
peternakan. Sebanyak 15% pekerja ditempat pemotongan hewan
ternak mempunyai bukti serologi yg (+).
Sumber : Buku ajar divisi infeksi dan penyakit tropis

Manifestasi klinik :
Masa inkubasi leptospirosis 10 hr (rata2 7-14 hr), meskipun waktu
dapat bervariasi, yaitu dlm 2-20 hr.
Fase septikemidemam yg timbul dg onset tiba2, menggigil, sakit
kepala, mialgia, ruam kulit, mual, muntah, conjunctival suffusion, dan
tampak lemah. Demam tinggi bersifat remiten mencapai 40 drjt C
sebelum mengalami penurunan suhu tubuh. Konjuctival suffusion
merupakan tanda khas yg biasanya timbul pd hari ke 3 atau 4 sakit.
Fase ini berlangsung 3-9 hr, diikuti dg penurunan suhu tubuh selama 2
atau 3 hr setelah itu masuk pada fase imun.
Fase imunditandai dg leptospiuria dan berhubungan dg timbulnya
antibodi IgM dlm serum penderita. sehingga gambaran klinis bervariasi
dari demam tidak terlalu tinggi, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta
gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan.
Sumber : Buku ajar divisi infeksi dan penyakit tropis
Fase Penyembuhan Fase ini terjadi pada minggu ke 2 - 4 dengan
patogenesis yang belum jelas. Gejala klinis pada penelitian ditemukan
berupa demam dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, ikterik, sakit
kepala, batuk, hepatomegali, perdarahan dan menggigil serta
splenomegali.

Etiologi :
Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan di
negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira
interrogansdengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi
atas serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang piaraan
seperti anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun binatang liar
seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi
jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi
dengan air, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah terjemar oleh air
kemih binatang yang terinfeksi leptospira (Mansjoer, 2005).
Infeksi leptospirosis di Indonesia umumnya dengan perantara tikus
jenis Rattus norvegicus (tikus selokan), Rattus diardii (tikus ladang),
dan Rattus exulans Suncu murinus (cecurt).
Faktor Resiko :

1. Kontak dengan air yang terkonaminasi kuman leptospira atau urin tikus
saat banjir.
2. Pekerjaan tukang perahu, rakit bambu, pemulung.
3. Mencuci atau mandi disungai atau danau.
4. Tukang kebun atau pekerjaan di perkebunan.
5. Petani tanpa alas kaki di sawah.
6. Pembersih selokan.
7. Pekerja potong hewan, ukang daging yang terpajan saat memotong
hewan.
8. Peternak, pemeliharaan hewan dan dorter hewan yang terpajan karena
menangani ternak atau hewan, terutama saat memerah susu,
menyentuh hewan mati, menolong hewan melahirkan, atau kontak
dengan bahan lain seperti plasenta, cairan amnion dan bila kontak
dengan percikan infeksius saat hewan berkemih.
9. Pekerja tambang.
10.
Pemancing ikan, pekerja tambak udang atau ikan tawar.
11.
Anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau
kubangan.
12.
Tempat rekreasi di air tawar : berenang, arum jeram dan
olahraga air lain, trilomba juang (triathlon), memasuki gua, mendaki
gunung.

9. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya

Pemeriksaan lab urin dan tinja ditemukan telur


diparasitologi di temukan jenis-jenis

Haemotobium ada duri


Mansoni duri di subterminal
Japonicum Tidak punya duri

Uji serologi dilakukan bila telur tidak ditemukan


dipemeriksaan lab urin dan tinja
Macam2:
ELISA
Indirect Imunofluoresensi Test (IFAT)

Pemeriksaan Radiologi: EKG (pada s.mansoni dan


s.japonicum) dapat melihat hipertensi porta , bisa
membedakan schistomiasis dari sirosis hepatis

10.Bagaimana pencegahannya

Pencegahan dan Penanggulangan


a.
Pencegahan
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari berenang, mandi,
atau menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung
schistosomes.
b.
Penanggulangan
Pemberantasan schistosomiasis telah dilakukan sejak tahun 1974 dengan
berbagai metoda yaitu pengobatan penderita dengan Niridazole dan
pemberantasan siput penular (O. hupensislindoensis) dengan molusisida
dan agroengineering.
Pemberantasan yang dilakukan dengan metodatersebut dapat menurunkan
prevalensi dengansangat signifikan seperti di Desa Anca dari 74% turun
menjadi 25%.
Kegiatan pemberantasan schistosomiasis secara intensif dimulai pada tahun
1982. Pemberantasan pada awalnya dititikberatkan pada kegiatan
penanganan terhadap manusianya yaitu pengobatan penduduk secara masal
yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan
lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk, pemeriksaan keong penular dan
tikus secara berkala dan rutin. Hasil pemberantasan tersebut mampu
menurunkan prevalensi schistosomiasis.`
Masalah schistosomiasis cukup komplekskarena untuk melakukan
pemberantasan harusmelibatkan banyak faktor, dengan demikian
pengobatan massal tanpa diikuti oleh pemberantasan hospes perantara tidak
akan mungkin menghilangkan penyakit tersebut untuk waktu yang lama.
Selain itu schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit zoonosis
sehingga sumber penular tidak hanya pada penderita manusia saja tetapi
semua hewan mamalia yang terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penularan schistosomiasis di Desa Dodolo dan Mekarsari.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/.../3276
11.Bagaimana penatalaksanaan dari scenario

adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s2-2014-kotofirdau-36642-8.bab-2--a.pdf
Penatalaksanaan
a. Pengobatan diberikan dengan dua tujuan yakni untuk menyembuhkan
pasien atau meminimalkan morbiditas dan mengurangi penyebaran penyakit
b. Prazikuantel adalah obat pilihan yang diberikan karena dapat membunuh
semua spesies Schistosoma. Walaupun pemberian single terapi sudah
bersifat kuratif, namun pengulangan setelah 2 sampai 4
minggu dapat meningkatkan efektifitas pengobatan.
Pemberian prazikuantel dengan dosis sebagai berikut:
Tabel 20. Dosis prazikuantel

You might also like