You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN


DENGAN VAKUM EKSTRAKSI
A. Konsep Dasar Perdarahan Post Partum
1. Definisi
Ektraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malmstrom.
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vacum) di kepalanya. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1; 331)
Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. (Maternal dan
Neonatal; 495)
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat
penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor. (Sarwono; Ilmu Kebidanan; 831)
Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat
persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor. (Standar Pelayanan
Kebidanan; 60)
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara
ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala
bayi. Dengan demikian akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala
bayi. Pengaturan tekanan harus diturunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan
kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul
caput succedaneum.
2. Etiologi
1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada
ibu (Prawirohardjo, 2005).
2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
4. Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa
waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
3. Kontraindikasi
1.
Letak muka (kerusakan pada mata)
2.
Kepala menyusul
3.
Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)
4.
Gawat janin
4.

Keunggulan dan Kerugian Vakum Ekstraksi

1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.

Keunggulan Ekstraksi Vakum


Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
Tidak diperlukan narkosis umum
Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum
lengkap
Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).
Kerugian Ekstraksi Vakum
Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan,
karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus
selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

5. Teknik Vakum Ekstraksi


Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan
terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum
lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan,
apabila pada presentasi belakang kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum
sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum,
mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya
kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok
dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan
cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).Pada
presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka
setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan
pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke
dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan
ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala.
Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi
dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang
bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).
6.
a.
b.
c.
d.

Syarat Tindakan Ekstraksi Vakum


Pembukaan 7 cm atau lebih
Kepala di Hodge II-III
Tidak ada disproporsi kepala panggul
Konsistensi kepala normal

e.

Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

7.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum


Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam
Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

8. Kegagalan
Ekstraksi vacum dianggap gagal jika:
a. Kepala tidak turun pada tarikan.
b. Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,
c. Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.
d. Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan jika
tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.
9. Penyebab Kegagalan
a. Tenaga vacum terlalu rendah
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
c. Selaput ketuban melekat.
d. Bagian jalan lahir terjepit.
e. Koordinasi tangan kurang baik.
f. Traksi terlalu kuat.
g. Cacat alat, dan
h. Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.
10. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum
a. Terhadap Ibu
1) Trauma persalinan
Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
Robekan perineum yang lebih luas.
2) Perdarahan
Robekan jalan lahir
Atonia uteri
3) Infeksi
b. Terhadap Anak
1) Luka-luka pada kulit kepal.
2) Cephal haematoma
3) Caput succedaneum
4) Perdarahan atau kerusakan otak
5) Asfiksia
6) Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan
terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang
dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif
dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain
lain
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah,
tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2) Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3) Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
c. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu
haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah
ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan
kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya
yang
didapat
Pola aktifitas sehari-hari
Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun
selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah buahan.
Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi
dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya
dilakukan sendiri (Mochtar, 1990)

Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan.
Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum
dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2. Pemeriksaan Fisik
Hal pemenuhan KDM
1) Aktivitas /istirahat
Klien melaporkan adanya kelelahan
Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi
Adanya letargi
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.
3) Integritas Ego
Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang dialami.
Klien kelihatan gelisa.
Klien kelihatan putus asa
4) Eliminasi
Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, dosertai tekanan intra abdomen dan tekanan
uterus.
Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan
Distensi kandung kemih
5) Nyeri atau ketidak nyamanan
Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.
Timbul amnesia diantara kontraksi
Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.
6) Pernapasan
Terjadi peningkatan pernafasan.
7) Seksualitas
Cairan amnion keluar
Pembukaan belum penuh/penuh
Janin tidak maju
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis
persalinan
b. Resiko tinggih trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
c. Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi maternal
d. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomi
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
4. Rencana Keperawatan

a.

1)
2)
3)

4)

5)

Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis
persalinan
Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
Intervensi :
Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi
Rasional : sentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan untuk tenaga dan
dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan nyeri
Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
Rasional : mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal
Informasikan klien awitan kontraksi
Rasional : klien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara kontraksi ini dapat
merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai dan dapat berdampak
negative pada kontrolnya
Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak petugas yang
tidak dibutuhkan
Rasional : lingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal untuk istirahat
dan relaksasi diantara kontraksi
Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhana
Rasional : mendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.

b. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.
Intervensi :
1) Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic dan frekuensi
dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone. Jumlahkan selama 10
menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit. Lanjutkan pola ini
sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan setelah kontraksi
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan, bradikardia
dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia, asidosis, atau sepsis
2) Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus
bila tersedia
Rasional : tekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mm
Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos.
3) Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava.
Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien keposisi rekumben
lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plansenta serta dapat mencegah
atau memperbaiki hipoksia janin.
4) Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang.
Rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi
adekuat dari ruang intravilos.
5) Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal
(lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi , dan presentasi dapat mengidentifikasi factorfaktor yang memperberat disfungsional persalinan.
6) Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial.

Rasional: Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang dari 2 cm/jam
untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.
7) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada klien PKA.
Rasional: Resiko cedera atau kematian janin/neonatal meningkat dengan melahirkan per vagina
bila presentasi selain verteks.
8) Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi kening,kening
dan dagu.
Rasional: Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak
janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm pada presentasi dagu.
c.
1)

2)
3)

4)
5)
6)

7)

Resiko tinggi maternal berhubungan dengan disfungsi maternal.


Kriteria hasil: menyelesaikan kelahiran tanpa komplikasi.
Intervensi :
Lakukan pemeriksaan vagina steril untuk menentukan persiapan dan kematangan serviks dan
posisi janin, ulangi sesuai indikasi dengan reaksi klien
Rasional: Penonjolan lunak,parsial, pemeriksaan berulang menentukan kemajuan persalinan,
tetapi untuk menghindari infeksi harus di batasi seminimal mungkin
Periksa TD dan nadi setiap 15 menit.
Rasional: Mengkaji kesejahteraan ibu dan mendeteksi terjadinya hipertensi dan hipotensi.
Palpasi fundus untuk mengevaluasi frekuensi dan durasi kontraksi observasi stimulasi
berlebihan. Catat intensitas tonus istirahat diantara kontraksi jika kateter digunakan.
Rasional: Pemantauan uterus eksternal menandakan frekuensi, bukan intensitas dari kontraksi.
Stimulasi yang berlebihan menyebabkan rupture uterus dan pelepasan plasenta premature.
Pantau masukan dan keluaran. Ukur berat jenis urin , palpasi kandung kemih.
Rasional: Penurunan resiko infeksi atau memberikan deteksi dini terjadinya infeksi adanya
kandungan mikonium, menandakan distress janin.
Perhatikan adanya kram abdomen, pusing,mual/muntah, adanya letargi, hipotensi dan takikardi.
Rasional: Intoksikasi air dapat terjadi tergantung pada kecepatan atau jenis cairan yang
diberikan.
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemasangan kateter intra uterus.
Rasional: Pemantauan internal secara adekuat memperbanyak intensitas dan frekuensi kontraksi
dan membantu mengidentifikasi stimulasi berlebihan dan kemungkinan rupture uterus karena
pemberian oksitosin berlebihan.
Observasi pencegahan yang aman berhubungan dengan penggunaan infus dan memberi label
yang tepat pada larutan oksitosin.
Rasional: Kesalahan atau fluktuasi dalam kecepatan pemberian dapat menyebabkan obat yang
diberikan kurang atau berlebihan mengakibatkan tidak adekuatan kontraksi atau terjadi ruptur
uterus.

d. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan


Kriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi persalinan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal
Rasional : mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang berlebihan
meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negative terhadap hasil persalinan.
2) Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien bahwa ia tidak akan
ditinggal sendirian

3)
4)
5)

6)

7)

e.

1)

2)

3)

4)

5)

Rasional : rasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.


Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasi
Rasional : membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks
serebral, menigkatkan rasa control.
Pantau DJJ dan tekanan darah ibu
Rasional : ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin, dengan
kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan darah dan nadi
Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.
Rasional : meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah klien tentang
kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu meningkatkan epineprin, dapat menghambat
aktivitas miometrium. Stres yang berlebihan menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP
menurun untuk digunakan dalam kontraksi
Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah
tinggi pada penerimaan
ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks )
Rasional : stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang meningkatkan
retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi kalium, kehilanhkan kalium
dapat menurunkan aktivitas miometrik.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.
Rasional : stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses Persalinan dan menambah
lamanya persalinan, dimana terjadi ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin yang dapat
meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy
Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris
dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
Intervensi :
Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi
seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat mengganggu kebutuhan
dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien
terkena infeksi.
Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi, anoreksia dan
malaise
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama menandakan adanya
infeksi.
Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan
uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan
miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan
kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi
Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan normal dari rubra menjadi
serosa
Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan berbau
busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa sampai ke alba
Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus

6) Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis


Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum karena naiknya
infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal
7) Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan kemudian
ubah terapi sesuai indikasi
Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan
antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Intervensi
1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan jenis kelamin
Rasional : persalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi malam hari
peningkatan tingkat kelelahan
2) Kaji factor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.organisasikan perawatan untuk
meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk
mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan lingkungan yang tenang
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan ransang, jika
kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat memperpanjang proses perbaikan pasca partum
3) Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai asi.
Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan
repleks secara psikologis.
4) Berikan obat-obatan misalnya analgesic.
Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
5) Anjurkan pembatasan jumlah dan lamanya waktu kunjungan
Rasional : kelelahan berlebihan dapat diakibatkan dari penggunaan waktu kunjungan yang sering
dan teman-teman yang berarti.

You might also like