You are on page 1of 17

I.

Embriologi Pembentukan Telinga


Telinga manusia dibagi menjadi tiga komponen yang berbeda dan saling
berhubungan. Unit-unit ini terdiri dari telinga eksternal, tengah, dan bagian dalam,
berbeda dalam asal embriologik (Gambar 1). Telinga luar terdiri dari daun telinga,
liang telinga, dan membran timpani.
Telinga eksternal embriologis berasal dari lengkungan brankhial pertama dan
kedua , dan mencakup baik ektodermal dan komponen mesodermal . Lengkungan
jaringan mesenkim terdiri dari mesoderm paraksial dan sel pial neural . Sel-sel ini
pial neural berasal dari otak belakang dan karenanya memiliki implikasi untuk
regulasi genetik pembentukan otak belakang dan segmentasi serta pembentukan
telinga luar.

Gambar 1. Perkembangan telinga pada hari ke 29 dari gestasi

Lengkungan pertama menimbulkan daun telinga anterior, liang telinga, cincin


timpani, dan bagian superior dari maleus dan inkus. Lengkungan kedua menimbulkan
daun telinga posterior, bagian-bagian dari meatus auditori eksternal, bagian inferior
maleus dan inkus, dan stapes suprastruktur. Daun telinga dibentuk oleh perubahan
bertahap dalam bentuk dan fusi komponen hillocks auricular, yang berasal dari
lengkungan brankhial pertama dan kedua (Gambar 2). Pembentukan hasil
pendengaran meatus eksternal dari piring padat epitel sel ektodermal, steker meatus
yang akhirnya teresorbsi dengan hanya lapisan kanal yang tersisa. Kanal dilapisi oleh
sel epitel asal ektodermal. Membran timpani mulai berkembang selama minggu ke-28
kehamilan dan muncul dari aspek yang paling medial meatus, yang akhirnya menjadi
lapisan luar dari membran timpani.

Gambar 2. Pertumbuhan dari 6 hiloks telinga

II.

Anatomi
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 3. Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga


Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga sampai membran
timpani. Aurikula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan elastik tipis yang ditutupi
kulit. Aurikula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh N.
Facialis.

Gambar 4. Anatomi Telinga Luar


Meatus akustikus eksternus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang
terbentang antara aurikula sampai membaran timpani. Berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari aurikula ke mebran timpani. Pada orang dewasa panjang nya
1 inci (2,5 cm) dan dapat diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik

aurikula keatas dan ke belakang. Pada anak, aurikulacukup ditarik lurus ke belakang,
atau ke bawah dan kebelakang.Daerah meatus yang paling sempit 5 mm dari
membran timpani.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastik dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng timpani.Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen.
Yang terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lilin coklat
kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket untuk mencegah
masuknya benda-benda asing.Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya, berasal dari N.
Aurikulotemporalis dan cabang N. Vagus.

III. Fisiologi Pendengaran


Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energi bunyi (gelombang
suara) oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke membran timpani.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian luas membran timpani dan tingkap
lonjong (oval window).
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggetarkan oval window sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.3
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa,
sehinggaakan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
steresilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter kedalam sinaps yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus


auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.

Gambar 5. Fisiologi Pendengaran

IV. KELAINAN PADA DAUN TELINGA


a. Fistula Preaurikula
Definisi :
Kelainan bawaan pada telinga yang sering ditemukan, namun tidak semuanya
menimbulkan keluhan bagi penderitanya. Kelainan ini terbentuk akibat gangguan
perkembangan arkus brakial I dan II.
Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat sekitar 00.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di Taiwan, insidensinya
sekitar 1.6-2.5% di Skotlandia sekitar 0.06% dan di Hungaria sekitar 0.47%. Di
beberapa bagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-10%.
Mortalitas/ Morbiditas

Fistula preaurikular tidak berhubungan dengan dengan mortalitas.


Morbiditas termasuk infeksi rekuren pada bagian tersebut, ulserasi, jaringan
parut, pioderma dan sellulitis fasial. Secara spesifik, kondisi ini dapat diikuti
oleh terjadinya: abses pada dan anterior dari telinga yang terlibat, drainase
kronik dan rekurren dari lubang fistula, otitis externa dan sellulitis fasial

unilateral.
Terapi dengan operasi dihubungkan dengan angka kejadian morbiditas
ini,dengan kemungkinan kekambuhan postoperasi.

Insidens fistula preaurikular pada orang kulit putih adalah 0.0-0.6% dan
insidensinya pada ras Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupun
perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini. Fistula
preaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat pada saat lahir.

Gejala Klinis
1. Biasanya pasien datang berobat oleh karena terdapat obstruksi dan infeksi.
2. Karena muara dari fistula ini mengeluarkan sekret.

KOMPLIKASI
1. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan
abses.
2. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi saluran
fistula
3. Sebagian

kekambuhan

terjadi

masa-masa

awal

setelah

operasi,

berlangsung dalam 1 bulan prosedur. Kekambuhan harus dicurigai ketika


discharge darisaluran sinus tetap ada. Insidensi kekambuhan terjadi sekitar
5-42%.

Gambar 6. Fistula Auricula

b. Mikrotia

Definisi
Malformasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk ringan sampai
berat, dengan ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Biasanya
bilateral dan berhubungan dengan stenosis atau atresia meatus akustikus eksternus
dan mungkin malformasi inkus dan maleus.
Eiologi
Sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya Mikrotia.
Tapi hal-hal berikut harus diperhatikan oleh ibu hamil di trimester pertama kehamilan
:
1.
2.
3.
4.
5.

Faktor Makanan
Stress
Kurang Gizi pada saat kehamilan
Menghindari pemberian / penggunaan obat - obatan / zat kimia
Genetik bisa menjadi salah satu faktor penyebab mikrotia tapi belum pernah
diketahui bagaimana genetik bisa mempengaruhi / menjadi faktor penyebab
Mikrotia.

Manifestasi Klinis
Ada tiga kategori penting yang memudahkan menilai kelainan daun
telingadengan cepat. Departemen THT FKUI/RSCM menggunakan kriteria menurut
Aguilar dan Jahrsdoerfer,1 yaitu:
1. Derajat I: jika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil. Tidak
diperlukan prosedur operasi untuk kelainandaun telinga ini. Telinga berbentuk
lebih kecil dari telinga normal. Semua struktur telinga luar ada pada grade I
ini, yaitu kita bisa melihat adanya lobus, heliks dan anti heliks. Grade I ini
dapat disertai dengan atau tanpa lubang telinga luar (eksternal auditori kanal).

2. Derajat II: jika terdapat defisiensi struktur telinga seperti tidak terbentuknya
lobus, heliks atau konka. Ada beberapa struktur normal telinga yang hilang.
Namun masih terdapat lobulus dan sedikit bagian dari heliks dan anti heliks.
3. Derajat III: terlihat seperti bentuk kacang tanpa struktur telinga atau
anotia.Kelainan ini membutuhkan proses operasirekonstruksi dua tahap atau
lebih. Kelompok ini diklasifikasikan sebagai mikrotia klasik. Sebagian besar
pasien anak akan mempunyai mikrotia jenis ini. Telinga hanya akan tersusun
dari kulit dan lobulus yang tidak sempurna pada bagian bawahnya. Biasanya
juga terdapat jaringan lunak di bagian atas nya, dimana ini merupakan tulang
kartilago yang terbentuk tidak sempurna. Biasanya pada kategori ini juga akan
disertai atresia atau ketiadaan lubang telinga luar.

Gambar 1: Grade I

Gambar 2: Grade II

Diagnosis
Gambar 3: Grade III

Gambar 4: Anotia

Mikrotia akan terlihat jelas pada saat kelahiran, ketika anak yang dilahirkan
memiliki telinga yang kecil atau tidak ada telinga. Tes pendengaran akan digunakan
untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran di telinga yang bermasalah atau
tidak. Dan jika ada gangguan pendengaran, maka derajat berapa gangguan
pendengarannya.
PENATALAKSANAAN
Usia pasien menjadi pertimbangan operasi, minimal berumur 68tahun. Pada
usia ini, kartilago tulang iga sudahcukup memadai untuk dibentuk sebagai rangka
telinga dan telinga sisi normal telah mencapaipertumbuhan maksimal, sehingga
dapatdigunakan sebagai contoh rangka telinga. Pada usia ini daun telinga mencapai
8090% ukuran dewasa.
Dengan tidak adanya tulang rawan daun telinga, pembedahan rekonstruksi
jarang menghasilkan kosmetik yang memuaskan.Prostesis yang artistik adalah
pemecahanyang paling baik untuk kosmetiknya. Pada kelainan unilateral dengan
pendengaran normal dari telinga telinga sisi lain, rekonstruksi telinga tengah tidak
dianjurkan, tetapi bila terjadi gangguan pendengaran bilateral, dianjurkan
rekonstruksi telinga tengah.
Teknik Brent melibatkan empat tahapan:
1.

Pembuatan dan penempatan dari kerangka aurikuler kartilago tulang rusuk.

Gambar 7.Pembuatan dari kerangka telinga dari kartilago tulang rusuk.


Teknik brent tahap 1

Blok dasar diperoleh dari sinkondrosis dari dua kartilago tulang rusuk.
Pinggiran

heliks

dipertahankan

dari

sebuah

kartilago

rusuk

mengambang
Mengukir detail menjadi dasar menggunakan gouge.
Penipisan dari kartilago tulang rusuk untuk membuat pinggiran heliks.
Mengaitkan pinggiran ke blok dasar menggunakan benang nilon.
Kerangka selesai.

yang

Gambar 8. Pemasangan dari kerangka telinga

Tanda preoperatif menandakan lokasi yang diinginkan dari kerangka (garis

lurus) dan pelebaran dari pembedahan yang diperlukan (garis putus-putus).


Pemasangan dari kerangka kartilago.
Tampilan setelah tahap pertama. Kateter suction digunakan untuk menghisap
kulit ke dalam jaringan interstisial dari kerangka.

Gambat 9.Rotasi dari lobulus.

Teknik Brent tahap 2


Lubang telinga di rotasi dari malposisi vertikal menjadi posisi yang benar di aspek
kaudal dari kerangka.

Desain dari rotasi lobus dibuat dengan insisi yang dapat digunakan di tahap 4,

konstruksi tragus.
Setelah rotasi dari lobulus.

Gambar 10. Pengangkatan dari aurikel yang di rekonstruksi dan pembuatan dari
sulkus retroaurikuler.

Teknik Brent tahap 3.

Insisi dibuat dibelakang telinga.


Kulit kepala retroaurikuler dimajukan ke sulkus jadi graft akhir tidak akan

terlihat.
Graft yang tebal pada permukaan medial yang tidak tersembunyi dari aurikel.

Gambar 11.Konstruksi dari tragus.

Teknik Brent tahap 4.

Graft konka diambil dari dinding konka posterior dari telinga yang
berlawanan.
Insisi bentuk L dibuat dan graft dimasukkan dengan permukaan kulit di
bawah.
Graft sembuh dengan baik.

PROGNOSIS
Sekitar 90% anak dengan mikrotia akan mempunyai pendengaran yang
normal. Karena adanya atresia pada telinga yang terkena, anak-anak ini akan terbiasa
dengan pendengaran yang mono aural (tidak stereo). Sebaiknya orangtua berbicara
dengan gurunya untuk menempatkan anak di kelas sesuai dengan sisi telinga yang
sehat agar anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.Pada kasus bilateral (pada
kedua telinga) umumnya juga tidak terjadi gangguan pendengaran. Hanya saja anakanak perlu dibantu untuk dipasang dengan alat bantu dengar konduksi tulang (BAHA
= Bone Anchor Hearing Aid). Hal ini diperlukan agar tidak terjadi gangguan

perkembangan bicara pada anak. Lebih jauh lagi agar proses belajar anak tidak
terganggu.
c. LOPS EAR (BATS EAR)
Kelainan ini merupakan kelainan kongenital, yaitu bentuk abnormal daun telinga
dimana terjadi kegagalan pelipatan antiheliks.Tampak daun telinga lebih lebar dan
lebih berdiri.Secara fisiologik tidak terdapat gangguan pendengaran, tetapi dapat
menyebabkan ganguan psikis karena estetik. Koreksi bedah umumnya dilakukan pada
usia 5 tahun karena perkembangan telinga luar hampir sempurna. Operasi dilakukan
sebelum anak masuk sekolah untuk mencegah ejekan teman dan efek emosional serta
psikologis.

Gambar 12. Lops Ear

d. Atresia Liang Telinga


Atresia telinga kongenital merupakan kelainan yang jarang ditemukan. Penyebab
kelainan ini belum diketahui dengan jelas, diduga oleh faktor genetik, seperti infeksi
virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda.
Diagnosis atresia telinga kongenital hanya dengan melihat daun telinga yang tidak
tumbuh dan liang telinga yang atresia saja, keadaan telinga tengahnya tidak mudah di
evaluasi. Sebagai indikator untuk meramalkan keadaan telinga tengah ialah keadaan
daun telinganya. Makin buruk keadaan daun telinga, makin buruk pula keadaan
telinga tengah. Atresia liang telinga dapat unilateral dan bilateral. Tujuan operasi
rekontruksi ialah selain dari memperbaiki fungsi pendengaran, juga untuk kosmetik.
Pada atresia liang telinga bilateral masalah utama ialah gangguan pendengaran.
Setelah diagnosis ditegakkan sebaiknya pada pasien dipasang alat bantu dengar, baru
setelah berusia 5 7 tahun dilakukan operasi pada sebelah telinga. Pada atresia liang
telinga unilateral, operasi sebaiknya dilakukan setelah dewasa, yaitu pada umur 15
17 tahun. Operasi dilakukan dengan bedah mikro telinga.

You might also like