Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keanekaragaman hayati ini
membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Dalam makalah ini yang di
bahas yaitu mengenai tentang tumbuhan saja (flora). Keanekaragaman Flora di
Indonesia sangatlah banyak, Hal ini
BAB II
ISI
2.1. Pengenalan Tanaman Eucaliptus
Genus Eucalyptus di dunia terdiri dari lebih 700 spesies dan 138 varietas,
dimana di luar spesies dan varietas yang sudah diketahui masih mungkin
ditemukan
mencapai 17.7% dari total luas hutan tanaman di dunia atau 9.9 juta hektar dari
luas hutan tanaman di dunia pada tahun yang sama seluas 56.3 juta hektar
Eucalyptus sudah dikembangkan menjadi salah satu species penting dalam
hutan tanaman industri hampir di 90 negara dan telah mencapai luasan 18 juta
hektar baik itu di daerah tropis maupun sub tropis di benua Amerika Selatan, Asia,
Afrika dan Australia ataupun di daerah temperate seperti di Amerika Utara, Eropa,
Amerika Selatan dan Australia Selatan dan pengembangan Eucalyptus spp. sudah
dimulai pada abad ke 18 dengan diperkenalkannya Eucalyptus dari Australia di
benua Eropa oleh Charles Louis L Heritier de Brutelle, seorang botanis Perancis.
Dari sejak itu, pengembangan Eucalyptus terus meluas ke berbagai Negara.
Pengembangan Eucalyptus ke India dimulai tahun 1790 , sedangkan di Nepal
pada tahun 1890 dan ke Thailand pada tahun 1905. Eucalyptus diperkenalkan ke
Asia Tenggara sekitar tahun 1770 oleh seorang botanis bernama Sir Joseph Bank
dalam ekspedisi James Cook. Sedangkan Pengembangan Eucalyptus secara
komersil sudah dimulai tahun 1860 di Victoria Australia terutama untuk
pengembangan bahan obat-obatan.
Apabila dikelompokkan berdasarkan wilayah, maka sampai tahun 2005 di
dunia telah ada 13.8 juta hektar Eucalyptus dan wilayah Asia memiliki luas hutan
tanaman Eucalyptus terluas yaitu 7.6 juta hektar, kemudian disusul wilayah
Amerika Selatan seluas 4.5 juta hektar dan wilayah Afrika seluas 1.2 juta hektar
dan sisanya ada di wilayah Oceania seluas 0.5 juta hektar. Diperkirakan pada
tahun 2030 luas Eucalyptus di Asia akan mencapai 10.6 juta hektar. Asia Pacific
akan menjadi daerah yang penting dalam memproduksi kayu Eucalyptus spp.
melalui hutan tanaman (Ball, 1993).
2.2. Ciri Umum Eucalyptus
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, Eucalyptus sp.
memiliki banyak kelebihan-kelebihan dibanding penanaman tanaman lain baik
dari segi manfaat kayu maupun dari segi pertumbuhannya. Dari segi manfaat
kayunya Eucalyptus sp. dapat digunakan untuk bahan bangunan, kusen pintu dan
jendela, kayu nlapis, bahan pembungkus, korek api, dan sebagai bahan pulp dan
kertas. Daun dan cabang Eucalyptus sp. dapat menghasilkan minyak yang
digunakan untuk kepentingan farmasi, misalnya untuk obat gosok, obat batuk,
parfum, deterjen, desinfektan dan pestisida (Sutisna dkk, 1998).
Dari segi pertumbuhannya Eucalyptus sp. merupakan salah satu tanaman
yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga dikenal
sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman
Eucalyptus sp. mempunyai system perakaran yang dalam namun jika ditanam di
daerah dengan curah hujan sedikit maka perakarannya cenderung membentuk
jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes
air yang jatuh di cekaman itu (Poerwowidodo, 1991)
Eucalyptus spp.
Jenis Eucalyptus spp merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan
yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya, jenis Eucalyptus spp termasuk
jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu
gergajian, konstruksi, vinir, bahan pulp dan kertas, oleh karena itu jenis tanaman
ini cenderung untuk selalu dikembangkan (Ayensu, 1980).
Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex
Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var.
pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum,
rose gum.
Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:
Divisio
: Spermathophyta
Sub Divisio
: Angispermae
Kelas
: Dikotyledon
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Eucalyptus
Species
Myrtaceae dan dibagi menjadi 7-10 anak marga, setiap anak dibagi lagi menjadi
beberapa seksi dan seri (Sutisna dkk, 1998).
2.2 Penyebaran dan Habitat Eucalyptus
Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di
Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta.
Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian
timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan
Australia bagian Baratdaya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah
penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika
bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan
Amerika Tengah (Sutisna dkk, 1998).
Daerah penyebaran Eucalyptus spp. Meliputi Australia, New Britania,
Papua, dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi,
NTT, dan Timur-Timur. Genus Eucalyptus spp terdiri atas 500 spesies yang
kebanyakan endemic di Australia. Hanya ada 2 spesies yang tersebar di wilayah
Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Filipina) yaitu E. urophylla dan
E. deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian utara menuju bagian
timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan
Australia bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah
penyebaran alami, misalnya di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika,
Eropa bagian Selatan, Amerika Tengah (Darwo, 1997)
Tanaman ini dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan
terhadap serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada
waktu muda. Sistem perakarannya yang sangat muda cepat sekali memanjang
menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya kea rah bawah hampir
sama banyaknya dengan ke arah samping.
Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan iklim muson. Beberapa
jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenisjenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis,
Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada
habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah, pada ketinggian
hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 2500-5000
mm, suhu minimum rata-rata 230 dan maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu
minimum rata-rata 130 dan maksimum 290 di pegunungan (Sutisna dkk, 1998).
Menurut Rockwood et al (2008), Pada tahun 2000, India memiliki luas
tanaman Eucalyptus terbesar di dunia yaitu mencapai 8 juta hektar, kemudian
disusul negara Brazil dengan luas 3 juta hektar dengan produktivitas rata-rata 4560 m3/ha/tahun. FAO ( 2005) melaporkan bahwa pengembangan Eucalyptus
sampai tahun 2005 hampir mencapai 13 juta hektar di negara utama termasuk
Congo, Indonesia, China, Malaysia, Thailand, Prancis, Portugal, New Zealand dan
Amerika Serikat. Bahkan negara China dilaporkan menanam Eucalyptus seluas
+/- 3.500-43.000 Ha/tahun dan perkembangan hutan tanaman di China
diperkirakan mencapai 325.000 1 .100.000 Ha dalam 20 tahun belakangan ini
dan didominasi oleh species Eucalyptus. Pengembangan Eucalyptus species di
China didominasi oleh species E.urophylla, E.teriticornis, dan beberapa hybrid
seperti E.urophylla X E.grandis, E.gradis X E.urophylla dan E.teriticornis X
E.urophylla terutama di 3 provinsi yaitu Hainan, Guangdong dan Guangxi dan
diperkirakan mencapai penanaman 65.000 Ha/tahun dengan rata-rata MAI
berkisar antara 10-20 m3/ha/tahun tergantung kepada lokasi dan tingkat
manajemen hutan tanaman. China awalnya mengembangkan 2 jenis Eucalyptus
yaitu E.citodora dan E.exserta pada tahun 1960-1980, tetapi kemudian sejak tahun
1980
pembuatan hybrid untuk menemukan klon-klon yang sesuai dengan iklim dan
tanah di China. Berbagai species yang diuji adalah E.grandis, E.urophylla,
E.camaldulensis,
E.wetarensis,
E.pellita,
E.dunii,
E.globulus,
E.simithii,
yang
ekstrim spesies
ini
bisa sangat
berbeda dengan
Eucalyptus grandis tumbuh pada pada daerah datar atau lerenglereng curam di Queensland dan New South Wales. Spesies ini tumbuh dengan
baik pada tempat-tempat yang lembab atau basah, berdrainase baik, tanah
dalam, tanah alluvial berlempung yang berasal dari letusan gunung berapi.
Spesies ini juga dapat tumbuh pada tanah dengan tekstur liat, asalkan memiliki
drainase yang baik. grandis yang tumbuh di areal terbuka di tempat alaminya,
berasasosiasi E. intermedia, E. pilularis, E. microcorys, E. resinifera, and E.
saligna, as well as Syncarpia glomulifera, Tristania conferta, dan Casuarina
torulos. Eucalyptus grandis biasanya tumbuh disekeliling hutan hujan tropis,
juga terdapat di dalam hutan hujan tropis.
e. Eucalyptus Deglupta
Eucalyptus
sangat sensitif terhadap gangguan api. Daerah tropis dengan curah hujan
tinggi, merupakan lokasi yang baik untuk mengembangkan E.deglupta dalam
skala luas.
Eucalyptus deglupta
yang baik untuk madu. Beberapa jenis ditanam sebagai tanaman hias (Sutisna
dkk, 1998).
2.6 Pertumbuhan dan Hasil Tegakan
Menurut Davis and Jhonson (1987) pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan dari jumlah dan dimensi pohon, baik diameter maupun tinggi yang
terdapat pada suatu tegakan. Pertumbuhan ke atas (tinggi) merupakan
pertumbuhan primer (initial growth), sedangkan pertumbuhan ke samping
(diameter) disebut pertumbuhan sekunder (secondary growth). Pertumbuhan
tegakan didefinisikan sebagai perubahan ukuran dan sifat terpilih tegakan
(dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu, sedangkan hasil
tegakan merupakan banyaknya dimensi tegakan yang dapat dipanen yang
dikeluarkan pada waktu tertentu. Perbedaan antara pertumbuhan dan hasil tegakan
terletak pada konsepsinya yaitu produksi biologis untuk pertumbuhan tegakan
dan pemanenan untuk hasil tegakan. Pengelolaan hutan berada pada keadaan
kelestarian hasil, apabila besarnya hasil sama dengan pertumbuhannya dan
berlangung terus-menerus. Dapat dikatakan bahwa jumlah maksimum hasil yang
dapat diperoleh dari hutan pada suatu waktu tertentu adalah kumulatif
pertumbuhan sampai waktu tersebut, sedangkan jumlah maksimum hasil yang
dapat dipanen secara terus-menerus setiap periode sama dengan pertumbuhan
dalam periode waktu tersebut (Davis and Jhonson, 1987).
Pertumbuhan terjadi secara simultan dan bebas dari bagian-bagian pohon
dan dapat diukur dengan berbagai parameter seperti pertumbuhan diameter,
tinggi, luas tajuk, volume dan sebagainya. Pertumbuhan dapat diukur dalam unitunit fisik seperti volume, luas bidang dasar dan berat. Selain itu juga dapat diukur
dalam bentuk nilai variable of interest (Davis and Jhonson, 1987).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dinyatakan dalam bentuk kurva
pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan,
antara lain volume, tinggi, bidang dasar, dan diameter dengan umur tegakan.
Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi
pertumbuhan organisme, yaitu bentuk signoid (Gambar 1). Bentuk umur kurva
pertumbuhan kumulatif tumbuh-tumbuhan akan memiliki tiga tahap, yaitu tahap
fotosintesis.
Pertumbuhan
diameter
berlangsung
apabila
dapat dilihat yaitu pangkal batang dari pohong yang terserang berwarna
coklat
hitam.
Untuk
mengatasinya
dapat
dilakukan
dengan
biasanya
terlihat
pada
petegahan
musim
kemarau.
Cara
DAFTAR PUSTAKA
Davis, L.S and K. N. Jhonson. 1987. Forest Management. Mc Graw-Hill Book
Company. Newyork.
Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan
di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan
PROSEA Bogor dan Pusat diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor.
Badan LITBANG Departemen Kehutanan.1994.Pedoman Teknis Penanaman
Jenis-Jenis Kayu Komersial.