Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul,
atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak
larut dalam air.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat
terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat
atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang
timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan
lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Dasar Teori
Kelarutan
didefinisikan
dalam
besaran
kuantitatif
sebagai
suatu
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen (Martin, 1990).
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan
yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan
padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat
(misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Kelarutan adalah suatu bentuk kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam suatu larutan jenuh pada temperatur tertentu, secara kualitatif,
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen (Sinko, 2005).
Kelarutan adalah suatu bagian dalam suatu pelarut tertentu, menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut (Ansel, 1989).
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya,
tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya (M. Idris Effendi, 2003).
Pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru
dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya (Anonim, 2008).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh (M. Idris
Effendi, 2003).
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml
zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui
dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah: (Ditjen POM,
1979).
Istilah kelarutan
Sangat mudah larut
Mudah larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
30 sampai 100
Sukar larut
1000 sampai10.000
KELARUTAN
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Nama resmi
: AETHANOLUM
Nama lain
: Etanol (alkohol)
Rumus Molekul/BM
: C2H6O / 46,07
Bobot jenis
: 0,8119-0,8139 g/ml
Pemerian
nyala
terbakar dengan
biru
yang
tidak
berasap.
Kegunaan
Penyimpanan
: ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain
: Asam salisilat
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
RM/BM
: C7H6O3 / 138,12
Pemerian
Kegunaan
Penyimpanan
: PROPYLENGLYCOLUM
Nama lain
: Propilenglikol
RM/BM
: C3H8O2 / 76,10
Pemerian
Kegunaan
Kelarutan
Penyimpanan
: POLYSORBATUM-80
Nama lain
: Polisorbat-80
Pemerian
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Kegunaan
: sebagai surfaktan.
Kelarutan
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Pelarut
Ambil
( v/v
)
60
60
60
60
60
60
60
60
A
B
C
D
E
F
G
H
-
Air
50 ml
Alkohol
v/ v )
0
5
10
15
20
30
35
40
Propilen glikol
( v/v )
40
35
30
25
20
10
5
0
1g
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
80 yang digunakan
Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
natrium
274278
BAB III
CARA KERJA
I. Alat Dan Bahan
I. Alat Yang Dipakai
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Batang pengaduk,
Botol semprot, Cawa porselin, Corong, Erlenmeyer 250 ml, Gegep kayu,
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Gelas kimia 300 ml, Gelas kimia 600 ml, Gelas ukur 100 ml, Penangas air,
Sendok tanduk, Stopwatch, Termometer, Timbangan analitik.
J. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Air suling,
Aluminium foil, Asam benzoat, Kertas label, Kertas saring, Kertas timbang.
II. Langkah Percobaan
A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
- Dimasukkan 1 g asam benzoat dalam 50 ml air dan kocok selama
1,5
Pelarut
A
B
C
D
E
F
G
H
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
Air
( v/v
)
60
60
60
60
60
60
60
60
Alkohol
v/ v )
0
5
10
15
20
30
35
40
Propilen glikol
( v/v )
40
35
30
25
20
10
5
0
KELARUTAN
Diambil
50 ml
1g
9; dan 1 0 mg/100 ml
Ditambahkan 1 g asam salisilat ke dalam masing-masing larutan
1,5
1,5
0,5 g
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
274278
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Berat
Berat kertas
Sampel dan
Residu
Sampel
Sampel
1g
saring
0,82 g
kertas saring
1,54 g
sampel
0,72 g
yang larut
0,28 g
Berat
sampel
A
B
C
D
E
F
G
H
1,5 g
2g
1,5 g
2g
2g
2g
2g
2g
Berat
Sampel dan
kertas
kertas
saring
0,81 g
0,81 g
0,81 g
0,81 g
0,81 g
0,81 g
1g
1g
saring
1,6512 g
1,41 g
0,9646 g
0,9620 g
0,9583 g
2,06 g
2,05 g
1,79 g
Residu
Sampel
sampel
yang larut
0,8412 g
0,6 g
0,1646 g
0,152 g
0,1483 g
1,06 g
1,05 g
0,79 g
0,6588 g
1,4 g
1,3354 g
1,848 g
1,8517 g
0,94 g
0,95 g
1,21 g
Berat
Sampel
% tween
sampe
kertas
dan kertas
Tween 4%
l
1,5 g
saring
0,4340 g
saring
0,8882 g
Residu
Sampel
sampel
yang larut
0,4542 g
1,0458 g
Berat
larutan
sampel
5
6
7
8
1g
1,5 g
2g
1.5 g
Berat
Sampel
kertas
dan kertas
saring
0,42 g
0,40 g
0,36 g
0,33 g
saring
1,04 g
1,35 g
1,63 g
1,07 g
Residu
sampel
0,62 g
0,95 g
1,27 g
0,74 g
Sampel
yang
larut
0,38 g
0,55 g
0,73 g
0,76 g
B. Perhitungan
a) Kelarutan secara kuantitatif
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,54 - 0,82
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
kelarutan=
50
0,28
= 0,72 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1 0,72
= 0,28 g
= 1,5 0,8412
= 0,6588 g
kelarutan=
100 ml
0,6588 g
151,79 ml/ gr (sukar larut )
2. Pelarut B
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,41 - 0,81
= 0,6 g
= 2 0,6
= 1,4 g
kelarutan=
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
100 ml
1,4 gr
KELARUTAN
4. Pelarut D
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 10,9620 - 0,81
= 0,152 g
Sampel yang larut
= berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut
= 2 0,152
= 1,848 g
kelarutan=
100 ml
1,848 gr
54,11 ml/ gr (agak sukar larut)
5. Pelarut E
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 0,9583 - 0,81
= 1,483 g
Sampel yang larut
= berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut
= 2 0,1483
= 1, 8517 g
kelarutan=
100 ml
1,8517 gr
54,00 ml/ gr (agak sukar larut )
6. Pelarut F
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 2,06 - 1
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
= 1,06 g
Sampel yang larut
= berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut
= 2 1,06
= 0,94 g
kelarutan=
100 ml
0,94 gr
106,38 ml/ gr (sukar larut )
7. Pelarut G
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 2,05 - 1
= 1,05 g
Sampel yang larut
= berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut
= 2 1,05
= 0,95 g
100 ml
kelarutan=
0,95 gr
105,26 ml/ gr ( sukar larut)
8. Pelarut H
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,79 - 1
= 0,79 g
Sampel yang larut
= berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut
= 2 0,79
= 1,21 g
100 ml
kelarutan=
1,21 gr
82,64 ml /gr (agak sukar larut )
c) Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1. Tween 4 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 0,88882 0,4340
= 0,4542 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1,5 0,4542
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
= 1,0458 g
100 ml
kelarutan=
1,0458 gr
95,62 ml/ gr (agak sukarlarut )
2. Tween 10 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 0,607 0,434
= 0,173 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 2,5 0,173
= 2,327 g
100 ml
kelarutan=
2,327 gr
42,97 ml /gr (agak sukar larut )
2. pH 6
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,35 - 0,40
= 0,95 g
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
kelarutan=
50 ml
0,55 gr
4. pH 8
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saring
Residu sampel = 1,07 - 0,33
= 0,74 g
Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel
Sampel yang larut = 1,5 0,74
= 0,76 g
50 ml
kelarutan=
0,76 gr
= 65,78(agak sukar larut)
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
II. Pembahasan
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk
membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan
National Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana
akan larut 1 gram zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan
surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperatur maka akan
mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan
mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi
kelarutan zat.
Pada percobaan ini, kita akan menentukan kelarutan suatu zat secara
kuantitatif, pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat, pengaruh
penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat, dan pengaruh pH
terhadap kelarutan suatu zat.
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat tingkat
kelarutan asam salisilat dan tween 80 dalam pelarut aquades sehingga dapat
diketahui kelarutannya. Kelarutan sampel dapat ditingkatkan dengan
mengaduk-aduk larutan tersebut. Setelah itu, pada proses penyaringan
bertujuan untuk menyaring zat yang tidak terlarut dalam pelarut yang
digunakan. Sedangkan pengeringan dilakukan agar zat yang diperoleh lebih
murni, bukan berat dari pelarut yang melekat pada kertas saringnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka diperoleh data untuk
kelarutan tween 4%, berat sampel yang terlarut adalah 0,0458 gr; untuk
kelarutan tween 10% , berat sampel yang terlarut adalah 1,2039 gr. Untuk
kelarutan surfaktan pada pH 5 (50 ml) jumlah sampel yang terlarut adalah
0,38 gr; pada pH 6 (50 ml) jumlah sampel yang terlarut adalah 0,55 gr; pada
pH 7 (50 ml) jumlah sampel yang terlarut adalah 0,73 gr; dan pada pH 8
jumlah sampel yang terlarut adalah 0,76 gr. Untuk pelarut B, jumlah sampel
yang terlarut adalah 1,4 gr; pada pelarut C, jumlah sampel yang terlarut
adalah 1,3354 gr; pada pelarut F, jumlah sampel yang terlarut adalah 0,94 gr;
pada pelarut G, jumlah sampel yang terlarut adalah 0,95 gr; dan pada pelarut
H, jumlah sampel yang terlarut adalah 0,95 gr.
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif :
- Berat sampel
= 1 gr
- Berat kertas saring
= 0,82 gr
- Sampel dan kertas saring
= 1,54 gr
- Residu sampel
= 0,72 gr
- Sampel yang larut
= 0,28 gr
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah : pH,
temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik
pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
II. Saran
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
Sebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan pelarut lain agar
dapat dibandingkan kelarutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Ansel,H.C.,2004.Kalkulus farmasetik.EGC:Jakarta
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. DepKes : Jakarta, 1979
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Drs. M. Idris Effendi., (2003), Materi Kuliah Farmasi Fisika, Jurusan farmasi
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Buku II, UI Press, Jakarta.
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. UGM Press, Yogyakarta.
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, Penerbit
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinko, P. 2005. Martins Phisical Pharmacy and Pharmaceutical Sience 5th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354
KELARUTAN
YULI ANDRIYANI
150 2012 0354