You are on page 1of 12

Step 1

Mesochepalic: mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk
parabola
Doliofacial: mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan
sempit
Materi
Diagnosa Klinik Orthodonsia
Prosedur diagnosis ortodonsia diperlukan untuk mendapatkan atau memperoleh
diagnosis yang tepat dari suatu maloklusi gigi. Beberapa analisis yang diperlukan
meliputi : analisuis umum, analisis local, analisis fungsional serta analisis model.
1. Analisis Umum
a. Identifikasi pasien.
Meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, tempat tinggal (alamat)
dan nama orang tua.
b. Analisis umum.
Bertujuan untuk mendapatkan riwayat kesehatan atau medical history dari
penderita saat masih dalam kandungan sampai pada saat penderita datang ke
klinik. Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan pada penderita (didampingi
orang tua) adalah penyakit yang pernah diderita pada saat balita sampai
sekarang, penyakit yang pernah diderita orang tua saat mengandung, pernahkah
dilakukan operasi yang melibatkan daerah dento-facial, trauma yang melibatkan
daerah dento-facial , proses kelahirannya (ada tidaknya trauma saat itu),
kesehatan umum penderita saat ini, adanya perawatan khusus yang pernah
dilakukan sehubungan dengan penyakit tertentu, pernah dilakukan rawat inap
karena penyakit tertentu, adanya malformasi yang didapat secara herediter atau
congenital, adanya beberapa alergi yang diderita, adanya kelainan dari saluran
pernafasan, berapa tinggi badan dan berat badan, berasal dari kebangsaan atau
suku mana, motivasi penderita datang ke klinik untuk perawatan ortodonsia.
2. Analisis Lokal
a. Ekstra Oral
Pemeriksaan ektra oral yang meliputi yang pertama adalah tipe profil. Tipe
profil terdiri dari tiga macam yaitu cekung, lurus dan cembung. Adapun cara
pemeriksaannya dilihat dari arah samping oenderita kemudian ditarik garis
imaginer yang menghubungkan antara ttik glabella-lip contour-symphisis. Tipe
profil lurus apabila titik glabella-lip contour-symphisis berada dalam satu garis
lurus, berarti tipe profil cekung apabila symphisis lebih ke anterior
dibandingkan glaella dan lip contour. Sedangkan tipe profil cembung apabila
symphisis lebih ke posterior dibandingkan titik glabella dan lip contour.
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan tipe kepala yang terdiri dari tiga
macam yaitu, Bracychephalic, Dolicocephalic dan Mesocephalic. Tipe kepala
ini berhubungan denan tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Adapaun cara
pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi paling rendah,

kemudian dilihat dari atas dan diukur perbandingan antara panjang dan lebar
kepala. Pengukurannya dilakukan denan menggunakan Indeks Cepahlic (IC).
Indeks kepala = Lbr kepala (B) (jrk bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
Hipo Dolikosepali : < 70,0
Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9
Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9
Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9
Hiper Brahisepali : > 84,9
Tipe Brachycepalic mempunyai tipe muka lebar dan pendek, sedangkan
bentuk lengkung geliginya lebar. Tipe Dolicochepalic mempunyai tipe muka
dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit dan tipe Mesocephalic
mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.
Tipe skelet terdiri dari ektomorfik, Mesomorfik dan Endomorfik
b. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral terdiri dari pemeriksaan jaringan mukosa, mulut, lidah,
palatum, kebersihan rongga mulut, frekuensi karies dan fase geligi. Warna
jaringan mukosa mulut merah muda, demikian juga gingival berwarna merah
muda, kontur mengikuti lengkung geligi, relative flat, konsistensi kenyal serta
permukaannya membentuk stippling pada attached gingival. Lidah diperiksa
besarnyalidah ; normal atau makoglosia. Pemeriksaan palatum dilakukan
untuk melihat bentuk palatum apakah palatumnya tinggi dan sempit, hal ini
berkaitan dengan salah satu tanda terjadinya maloklusi. Kebersihan rongga
mulut, jika kebersihan rongga mulutnya sangat kurang maka perlu untuk
dirujuk ke bagian pedodonsia atau periodonsia untuk dilakukan pembersihan
rongga mulut sebelum dilakukan perawatan ortodonsia. Demikian juga dengan
frekuensi karies, jika frekwensi karies tinggi perlu untuk drujuk ke bagian
pedodonsia atau koservasi. Fase geligi terdiri dari tiga yaitu fase geligi sulung
(5-6 tahun), fase geligi pergantian muda (6-8 tahun), fase geligi pergantian
lanjut (8-12) dan fase geligi permanen (12-20 tahun)
c. Pemeriksaan rontgen foto
Tujuannya untuk mengetahui benih gigi antara lain, posisi benih gigi, ukuran
benih gigi, bentuk benih gigi, urutan erupsi, ada tidaknya gigi impaksi, gigi
kelebihan atau kelainan periodontal.
3. Analisis Fungsional
Analisis fungsional meliputi free-way space, path of closure, sendi TMJ dan pola
atrisi.
a. Freeway Space
Freeway space adalah jarak inter oklusal pada saat mandibula dalam posisi
istirahat. Adapaun cara pengukurannya ada;ah penderita didudukkan dalam
posisi isirahat, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di
ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya,
kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentries, kemudian ditarik garis
yang menghubungkan antara titik ujung hidung dan ujung dagu (paling

anterior) dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi
istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentries. Nilai normal menurut
Houston (1989) = 2-3 mm.
Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk
melakukan atau pemberian peninggian gigit di posterior sehubungan dengan
adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar daripada tumang
gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS
lebih kecil daripada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit
posterior.

b. Path of Closure
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi
sentries. Path of closure ditakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke
muka dan belakang. Sedangkan yang tidak normal apabila terdapt deviasi
mandibula dan displacement mandibula.
Cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat,
dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan untuk oklusi sentries
dari posisi istirahnat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi
garis mdian pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentries tidak terdapat
pergeseran berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisis
garis median pada saat posisis istirahat menuju oklusi sentries terdapat
pergeseran berarti terdapat gangguan path of closure.
c. Sendi Temporo Mandibula (TMJ)
Cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat,
diletakkan kedua jari telunjuk operator di bagian luar meatus acusticus
externa kiri dan kanan penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka
dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi di
bagian luar meatus acusticus externa atau bunyi clicking pada saat mebuka
dan menutup mulut erarti pola pergerakan TMJ normal.
d. Pola Atrisi.
Pola atrisi dikatakan tidak normal apabila terjadi pengikisan dataran oklusal
gigi permanen pada usia fase geligi pergantian.
4. Analisis Model
Analisis model meliputi antara lain pemeriksaan bentuk lengkung geligi, jumlah
lebar 4 incisisve rahang atas, diskrepansi model, kurve of spee, pergeseran gigigigi, relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah, relasi gig anterior
rahang atas dan rahang bawah dan klasifikasi maloklusi menurut angle.
a. Jumlah lebar 4 insisisv rahang atas.
Cara pengukurannya adalah dikur masing-masing lebar mesio-distal pada
lengkung terbesar dari ke-4 inssive rahang atas kemudian dijumlahkan/
apabila jumlahnya : 28-36 mm, berarti normal, kurang dari 28 mm disebut
mikrodonti dan bila lebih dari 36 mm disebut makrodonti.
b. Diskrepansi pada Model (DM)

Diskrepansi model adalah selisih antara tempat yang tersedia dan tempat
yang dibutuhkan yang diukur berdasarkan model studi. Tujuan pengukuran
adalah untuk menentukan adaya kekurangan atau kelbihan tempat dari gigi
gelgi berdasarkan model stud yang akhirnya untuk menentukan macam
perawatan yang dilakukan pada maloklusi yang ada.
Cara pengukuran DM :
Tempat yang tersedia (available space) = mm
Tempat yang dibutuhkan (Required spcae) = mm
Mm
Tempat yang Tersedia (Available Space)
Adalah tempat yang ada disebelah mesial gigi molar pertama permanen kiri
sampai mesial gigi milar pertama permanen kanan untuk tempat tumbuhnya
gigi permanen pengganti dalam lengkung yang benar (Profitt dan Ackerman,
1986)
Cara Pengukuran :
Pengukuran lengkung geligi dimulai sisi mesial gigi molar pertama permanen
kiri sampi mesial gigi molar permanen kanan melalui titik kontak atau fissure
gigi molar pertama permanen melalui titik kontak atau fissure gigi posterior
dan incisal edge gigi anterior pada sudut inklinasi yang benar. Ada 2 macam
pengukuran (Profitt dan Ackermant, 1989) :
1. Lengkung gigi dibagi beberapa segmen yang membentuk garis lurus mulai
dari mesial gigi molar pertama permanen kiri sampai mesial gigi molar
pertama permanen kanan melalui titik kontaknya, kemudian diukur berapa
jaraknya tiap segmen dengan menggunakan jangkayang kedua ujunnya
runcing dan dijumlahkan.
2. Dengan menggunakan wire yang dilengkungkan di lengkung gigi mulsi
mesial gigi molar pertama permanen kiri sampai mesial gigi molar pertama
permanen melalui fissure gigi posterior dan insisal edge gigi anterior pada
sudut inklinasi yang benar, kemudian hasil lengkungan wire diukur jaraknya.
Tempat yang dibutuhkan (Required Space)
Adalah tempat yang dibutuhkan untuk gigi permanen pengganti untuk erupsi
dalam lengkung yang benar (Profitt dan Ackermant, 1989)
Cara pengukuran :
Menghitung jumlah lebar mesi-distal pada lengkung yang terbesar gigi
permanen pengganti (gigi permanen mulai dari mesial gigi molar pertama kiri
sampai mesial gigi molar pertama permanen kanan)
c. Kurve of Spee
Adalah merupakan garis imaginer yang ditarik dari incisal edge gigi incisive
pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah, dlihat dari arah sagital
berdasarkan model studi. Ada 3 macam yaitu datar, positif dan negative. Cara
pemeriksaannya adalah ditarik garus imaginer yang menghubungkan antara
insisal edge gigi insisf pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah.
Kurve of Spee datar apabila garis imaginer rahang bawah membentuk garis
lurus. Sedangkan kurve of spee positif apabila garis imaginer dari incisal edge
gigi incisive pertama samapi molar kedua permanen rahang bawah

membentuk garis cekung. Kurfe of spee negative, apabila garis imaginer dari
incisal edge gigi incisive pertama sampai molar kedua permanen rahang
bawah membentuk garis cembung.
d. Pergeseran gigi-gigi
Cara pemeriksaannya adalah dengan menggunakan simetroskop yang
diletakkan ditengah garis median gigi pada model studi, kemudian
dibandingkan antara gigi senama kiri dan kanan.
e. Gigi terletak salah
Dilihat melalui 3 bidang orientasi yaitu bidang horizontal, bidang sagital dan
bidang transversal.
f. Pergeseran garis Median Terhadap Muka
Cara pengukurannya adalah penderita diinstruksikan dalam posisi oklusi
sentries ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara GlkabellaPhiltrum-Symphisis (merupakan garis median muka) kemudian diproyeksikan
kegaris median gigi, kemudian gambaran yang didapat dari penderita
dipindahkan ke model studi penderita serta dicatat kunci oklusinya. Apabila
garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median gigi
berada tidak dalam satu garis lurus dengan garis median muka, berarti terjadi
pergeseran garis median.
g. Kelainan Kelompok Gigi
Kelainan keompok gigi meliputi : berdesakan adalah gigi yang terletak saling
tumpang tindih. Supraposisi : gigi yang erupsi melebihi garis oklusi. Infraposisi
: gigi yang erupsi tidak mencapai garis oklusi. Retrusi : sekelompok gigi yang
mengalami linguoversi/palatoversi. Protrusi : sekelompok gigi yang mengalami
labioversi.
h. Relasi gigi geligi rahang atas terhadap rahang bawah
Dari arah sagital
Relasi gigi kaninus dan molar adalah neutroklusi, distoklusi, mesioklusi, gigitan
tonjol dan tidak ada relasi. Gigi kaninus dikatakan tidak ada relasi apabila
salah satu gigi kaninus masih gigi sulung, kedua gigi kaninus masih gigi
sulung, salah satu gigi kaninus permanen belum erupsi kedua gigi kaninus
permanen belum erupsi. Demikian juga dengan gigi molar dikatakan tidak ada
relasi apabila salah satu gigi molar pertama belum erupsi, kedua gigi molar
pertama permanen belum erupsi, salah satu ggi milar pertama permanen
sudah tanggal, keduagigi molar pertama permanen sudah tanggal.
Dari arah transversal
Normal : gigitan fisura luar rahang atas
i. Relasi geligi anterior rahang atas dan rahang bawah
Tumpang gigit/over-bite adalah jarak vertical antara tepi incisal incisive rahang
atas terhadap tepi insisal rahang bawah serta jarak gigit/overjet adalah jarak
horizontal antara tepi incisal incisive rahang atas terhadap bidang labial incisive
rahang bawah.
j. Klasifikasi Maloklusi menurut Angle
Klasifikasi maloklusi menurut angle dilihat berdasarkan relasi gigi molar
pertama permanen dan kaninus permanen rahang atas terhadap gigi molar
pertama permanen dan kaninus permanen rahang bawah. Terdapat tiga
klasiifkasi yaitu, Klas I, Klasi II Angle : Klas II/1 dan klas II/2 serta klas III Angle

Maloklusi Angle Klas I yaitu jika gigi-gigi molar posisinya baik, dan jika
kedua lengkung gigi atas dan bawah menutup dengan posisi oklusi yang
baik, tonjol mesiobukal gigi molar pertama atas mempunyai relasi
mesiodistal yang normal terhadap groove mesiobukal gigi molar pertama
bawah.
Maloklusi angle klas II, yaitu jika gigi-gigi molar terletak dalam posisi yang
baik pada rahang masing-masing dan dalam oklusi sentrik, lengkung gigi
bawah beroklusi di sebelah distal terhadap lengkung gigi atas. Hal ini
ditunjukkan dengan relasi tonjol mesiobukal gigi molar pertama atas
paling sedikit beroklusi pada satu setengah lebar tonjol terhadap lekukan
di antara gigi premolar kedua dan gigi molar pertama.
Maloklusi klas III yaitu bila posisi gigi-gigi molar terhadap rahang masingmasing normal, kemudian dalam oklusi sentrik lengkung gigi beroklusi
kearah mesial terhadao lengkung gigi atas. Selanjutnya tonjol mesiobukal
gigi molar pertama atas beroklusi paling sediit setengah tonjol alur
distobukal gigimolar pertama bawah.

Pemeriksaan klinis

Analisis Model Studi

ALUR HUBUNGAN PEMERIKSAAN, PENENTUAN DIAGNOSIS DAN


Klasifikasi/Diagnosis Sementara

PERAWATAN ORTODONTIK

Data Diagnostik Tambahan:


Analisis Fotometri
Analisis Ro. Foto
Analisis Sefalometri
Konsul ke Bedah Mulut
Konsul ke Periodontologi
Konsul ke Konservasi
Konsul ke THT
Konsul Ke Kardiologi
Pemerilsaan Laboratoris
10. Dan lain-lain.

Diagnosis

Rencana Perawatan

Perawatan
Evaluasi Hasil
Perawatan Selanjutnya
Modifikasi Rencana Perawatan

Hasil akhir

II. ETIOLOGI MALOKLUSI


a. PENDAHULUAN

Kebanyakan dari maloklusi yang memerlukan perawatan ortodonsia disebabkan oleh karena
dua kemungkinan

1. Perbedaan antara ukuran gigi-gigi dan ukuran rahang yang menampung gigi tersebut.
2. Pola tulang muka yang tidak selaras.
Untuk mempermudah mengetahui etiologi dari maloklusi dibuat klasifikasi dari penyebab kelainan
maloklusi tersebut. Terdapat dua pembagian pokok klasifikasi maloklusi :
1. Faktor Ekstrinsik atau disebut faktor sistemik atau faktor umum
2. Faktor Intrinsik atau faktor lokal

b. PENYAJIAN

1. Faktor Ekstrinsik

a. Keturunan (hereditair)
b. Kelainan bawaan (kongenital) misal : sumbing, tortikollis, kleidokranial diostosis, cerebral
plasi, sifilis dan sebagainya.

c. Pengaruh lingkungan
Prenatal, misalnya : trauma, diet maternal, metabolisme maternal dan sebagainya.
Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ dan sebagainya.

d. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit


Gangguan keseimbangan endokrin
Gangguan metabolisme
Penyakit infeksi

e. Kekurangan nutrisi atau gisi


f. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi.
Cara menetek yang salah
Mengigit jari atau ibu jari
Menekan atau mengigit lidah
Mengigit bibir atau kuku
Cara penelanan yang salah
Kelainan bicara
Gangguan pernapasan (bernafas melalui mulut dan sebagainya)
Pembesaran tonsil dan adenoid
Psikkogeniktik dan bruksisem

g. Posture tubuh
h. Trauma dan kecelakaan

2. Faktor Intrinsik

a. Kelainan jumlah gigi


b. Kelainan ukuran gigi
c. Kelainan bentuk
d. Kelainan frenulum labii
e. Prematur los
f. Prolong retensi
g. Kelambatan tumbuh gigi tetap

h. Kelainan jalannya erupsi gigi


i. Ankilosis
j. Karies gigi
k. Restorasi gigi yang tidak baik

FAKTOR EKSTRINSIK
a.

Faktor keturunan atau genetik

Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari orang tuanya
atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu ras atau bangsa
misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi oleh ras atau suku induk dari
individu tersebut yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bangsa yang merupakan
prcampuran dari bermacam-macam ras atau suku akan dijumpai banyak maloklusi
b.

Kelainan bawaan
Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan misalnya
sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-langit (cleft palate).
Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat tegak
mengkibatkan asimetri muka.
Kleidokranial disostosis adalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau seluruhnya,
unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya penutupan sutura kepala,
rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi.
Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang disebabkan
karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat kecelakaan pada waktu
kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot pengunyahan, penelanan, pernafasan dan
bicara akan mengakibatkan oklusi gigi tidak normal.

Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan terjadinya
kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan
c.

Gangguan keseimbangan endokrine

Misal : gangguan parathyroid, adanya hipothiroid akan menyebabkan kritinisme dan


resorpsi yang tidak normal sehingga menyebabkan erupsi lambat dari gigi tetap.
d.

Kekurangan nutrisi dan penyakit

Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri
(kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.

Ciri-ciri faktor oklusi yang diturunkan (herediter)


1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan

bentuk dan ukuran lidah

mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian antara bentuk muka,
bentuk dan ukuran rahang dan lidah.
2. Sifat-sifat mukosa, ukuran, bentuk lidah dan frenulum.
Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.
Frenulum labii dapat mengakibatkan celah gigi dan mempengaruhi kedudukan bibir.
Frenulum buccinator mengakibatkan rotasi gigi.
3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan gigi berjejal atau
bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan panjang lengkung rahang, penyesuaian
antara rahang atas dan rahang bawah mengakibatkan terjadinya mandibuler retrusi atau
prognatism.

FAKTOR INTRINSIK ATAU LOKAL

a. Kelainan jumlah gigi


1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)
Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis mediana) sebelah
palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens. Bentuknya biasanya konus kadang-kadang
bersatu (fused) dengan gigi pertama kanan atau kiri, jumlahnya pada umumnya sebuah tapi
kadang-kadang sepasang. Gigi supernumery kadang-kadang tidak tumbuh (terpendam atau
impected) sehingga menghalangi tumbuhnya gigi tetap didekatnya atau terjadi kesalahan letak
(malposisi). Oleh karena itu pada penderita yang mengalami kelambatan atau kelainan tumbuh
dari gigi seri rahang atas perlu dilakukan Ro photo.
2. Agenese dapat terjadi bilateral atau unilateral atau kadang-kadang unilateral dengan partial
agenese pada sisi yang lain
Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada rahang atas maupun
rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah. Urutan kemungkinan terjadi kekurangan
gigi adalah sebagai berikut :

Gigi seri II rahang atas ( I2 )

Gigi geraham kecil II rahang bawah ( P2 )

Gigi geraham III rahang atas dan rahang bawah

Gigi geraham kecil II ( P2 ) rahang bawah

Pada kelainan jumlah gigi kadang diikuti dengan adanya kelainan bentuk atau ukuran
gigi. Misalnya bentuk pasak dari gigi seri II (peg shaps tooth).

b. Kelainan ukuran gigi


Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran gigi tidak sesuai
dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit dibandingkan dengan lebara lengkung
rahang sehingga meyebabkan crowded atau spasing.

c. Kelainan bentuk gigi


Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk pasak) atau gigi
bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi (karena fungsi) besar pengaruhnya
terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi sulung (desidui).

d. Kelainan frenulum labii


e. Premature los
Fungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetis
Juga yang terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu mempertahankan tinggi
oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi tetap dengan proses resopsi.
Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat mengkibatkan
terjadinya malposisi atau maloklusi.

f. Kelambatan tumbuh gigi tetap (delayed eruption)


Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau karena jaringan
mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan eksisi. Kadang-kadang hilang terlalu
awal (premature los) gigi sulung akan mempercepat erupsinya gigi tetap penggantinya, tetapi dapat
pula menyebabkan terjadinya penulangan yang berlebihan sehingga perlu pembukaan pada waktu
gigi permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap penggantinya dapat dicegah.

g. Kelainan jalannya erupsi gigi


Merupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola herediter dari gigi berjejal
yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang lengkung rahang dengan elemen gigi yaitu
adanya : persistensi atau retensi, Supernumerary, pengerasan tulang, tekanan-tekanan mekanis :
pencabutan, habit atau tekanan ortodonsi, faktor-faktor idiopatik (tidak diketahui)

h. Ankilosis
Ankilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 12 tahun. Ankilosis terjadi oleh
karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga lapisan tulang

bersatu dengan

laminadura dan cemen.


Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-penyakit kongenital
(misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai predisposisi terjadi ankilosis, kecelakaan atau
trauma).

i. Karies gigi
Adanya karies terutama pada bagian aproksimal dapat mengakibatkan terjadinya pemendekan
lengkung gigi sedang karies beroklusal mempengaruhi vertikal dimensi. Adanya keries gigi pada
gigi sulung mengakibatkan berkurangnya tekanan pengunyahan yang dilanjutkan ke tulang rahang,
dapat mengakibatkan rangsangan pertumbuhan rahang berkurang sehingga pertumbuhan rahang
kurang sempurna.

j. Restorasi gigi yang tidak baik


Terutama tumpatan aproksimal dapat menyebabkan gigi elongasi, sedangkan tumpatan oklusal
dapat menyebabkan gigi ektrusi atau rotasi.

You might also like