Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK IV
PSIK A 2008
RIZKA YUNITA
0810723014
KEPANITRAAN KLINIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa
: Rizka Yunita
NIM
: 0810723014
I.
MASALAH KESEHATAN
CKD (Chronic Kidney Disease)
II.
DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999). Gagal ginjal kronis
atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan
metabolisme
dan
keseimbangan
cairan
dan
ginjal
tidak
dapat
memenuhi
kebutuhan
biasa
lagi
dan
kategori beresiko.
Deteksi dini dapat membantu mencegah perkembangan penyakit ginjal
gagal ginjal.
dengan CKD.
Laju filtrasi glomerulus (GFR) adalah estimasi terbaik dari fungsi ginjal.
Kelompok resiko tinggi meliputi diabetes, hipertensi dan riwayat keluarga
penyakit ginjal.
Tiga tes sederhana dapat mendeteksi CKD: tekanan darah, albumin urin
vaskular
seperti
hipertensi,
nefrosklerosis
benigna,
jaringan
ikat
seperti
Lupus
eritematosus
sistemik,
metabolik
seperti
diabetes
mellitus,
gout,
dan
KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal
Tahap 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2). Dengan beberapa tanda
kerusakan ginjal pada tes lainnya (jika semua tes ginjal lain adalah
normal, tidak ada CKD).
Tahap 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
Tahap 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2. Penurunan
moderat dalam fungsi ginjal.
Tahap 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2. Persiapan
untuk terapi penggantian ginjal.
Tahap 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
dari
operasi).
Transplantasi
samping,
intensitas
tinggi
laju
filtrasi
glomerulus
(LFG),
dapat
dideteksi
dengan
konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh penyakit renal tahap
akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme dan medikasi
seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit seharihari tidak terjadi.
Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko
terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga
dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan
untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik. Asidosis metabolik terjadi akibat
ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
mensekresi amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan sekresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi. Kerusakan
ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan
anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian. Eritropoetin yang
tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi
dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan terutama dari saluran
gastrointestinal sehingga terjadi anemia berat atau sedang. Eritropoitin
sendiri
adalah
subtansi normal
yang
diproduksi
oleh
ginjal
untuk
sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak
berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan
akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang
dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun,
seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan
sering disebut osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan
komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan
fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang mendasari ekresi protein
dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara
signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah
cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalimi
kondisi ini.
VIII. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik gagal ginjal kronik antara lain (Long, 1996):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
Manifestasi yang terjadi pada gagal ginjal kronis menurut Smeltzer, dan
Bare (2001) diantaranya adalah:
1. Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
2. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan
kulit.
3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual
sampai dengan terjadinya muntah.
4. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
nausea,
protein
dan
fomitus
dalam
usus,
yang
berhubungan
perdarahan
pada
dengan
saluran
Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
Darah
1)
BUN
Urea adalah produksi akhir dari metabolism protein, peningkatan
BUN dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan pre renal atau
gagal ginjal.
2)
Kreatinin
Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan
kreatinin posfat. Bila 50 % nefron rusak maka kadar kreatinin
meningkat.
3)
Elektrolit
Natrium, kalium, calcium dan phosfat
4)
2. Pemeriksaan Radiologi
Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan untuk
mengetahui gangguan fungsi ginjal antara lain:
Flat-Plat radiografy/Radiographic
Untuk mengetahui keadaan ginjal, ureter, dan vesika urinaria dengan
mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi, dan klasifikasi dari ginjal.
Pada gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang mungkin
disebabkan karena adanya proses infeksi.
melihat
secara
jelas
struktur
anatomi
ginjal
yang
Aortorenal Angiography
Untuk mengetahui sistem arteri, vena, dan kapiler pada ginjal dengan
menggunakan kontras. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
kasus renal arteri stenosis, aneurisma ginjal, arterovenous fistula,
serta beberapa gangguan bentuk vaskuler.
3. Biopsi Ginjal
Untuk mendiagnosa kelainan ginjal dengan mengambil jaringan ginjal lalu
dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus glomerulonepritis,
neprotik sindom, penyakit ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan
transplantasi ginjal.
X. KOMPLIKASI
Komplikasi dari CKD
Hiperkalemi
akibat
penurunan
sekresi
asidosis
metabolik,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
XI. PENATALAKSANAAN
b.
pencegahan
dan
terapi
penyakit
vaskuler
adalah
derajat
penambahan
penurunan
tranfusi
LFG.
eritropoitin.
Seperti
anemia
Pemberian
dilakukan
kalsitrol
untuk
yaitu
hemodialisis
dan
peritoneal
dialisis
yang
Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis)
Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena
dengan
menggunakan
mesin.
Pada
awalnya
- Double
lumen:
langsung
pada
daerah
jantung
(vaskularisasi ke jantung )
b.
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah
pasien CKD maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang
baru. Ginjal yang sesuai harus memenuhi beberapa persaratan,
dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut
diambil dari orang/mayat yang ditinjau dari segi imunologik
sama dengan pasien. Pemilihan dari segi imunologik ini
terutama dengan pemeriksaan HLA.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa / zat logam
dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya
CKD.
3. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit
parah. Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter.
Tandanya adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung
kenapa kondisinya seprti ini meski segala hal yang telah dilarang telah
dihindari.
b. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun.
c. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya
adalah
penurunan
BAK,
pasien
terjadi
konstipasi,
terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
d. Aktifitas dan latian.
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien
tidak dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
e. Pola istirahat dan tidur.
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung mata.
Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.
f. Pola persepsi dan koknitif.
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya
adalah penurunan
penurunan
keharmonisan
pasien,
dan
adanya
penurunan
dapat melakukan
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refil lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan renal
2. Kelebihan volume cairan
3. Perubahan nutrisi
4. Perubahan pola nafas
5. Potensial infeksi
6. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit
7. Intoleransi aktivitas
8. Kurang pengetahuan tentang tindakan medis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan perfusi jaringan renal berhubungan
dengan kerusakan nepron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa
metabolisme
1)
2)
3)
4)
respon
terhadap pengobatan.
respon
terhadap
pengobatan
untuk
menentukan
3) Monitor ECG
Rasional : Peningkatan atau penurunan Kalium
dihubungkan dengan
protein calori.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kolaborasi denga ahli diet untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.
Rasional : Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil kerja
yang baik. Pasien dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan
keadaan dan fungsi ginjalnya.
Intervensi:
7) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
8)
9)
10)
temperatur
hipermetabolisme
seperti
dicurigai
adanya
adanya
infeksi
infeksi.
dapat
Status
menyebabkan
DAFTAR PUSTAKA
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
PATOFISIOLOGI
Infeksi
vaskuler
reaksi antigen
antibodi
zat toksik
arteriosklerosis
tertimbun ginjal
iritasi / cidera
jaringan
menekan saraf
perifer
hematuria
nyeri pinggang
anemia
GFR turun
GGK
retensi Na
gang.
keseimbangan
asam - basa
resiko
gangguan nutrisi
gangguan
perfusi jaringan
infeksi
gastritis
mual,
muntah
perdarahan
- hematemesis
- melena
anemia
suplai O2 turun
payah jantung kiri
iritasi lambung
produksi Hb turun
oksihemoglobin turun
nausea, vomitus
Perubahan nutrisi
urokrom tertimbun
di kulit
COP turun
intoleransi
aktivitas
bendungan atrium
kiri naik
tek. vena pulmonalis
suplai O2
suplai O2 ke
jaringan turun
otak turun
RAA turun
metab. anaerob
edema paru
syncope
(kehilangan
kesadaran)
kelebihan vol.
cairan
- fatigue
- nyeri sendi
intoleransi aktivitas