You are on page 1of 3

Pembahasan

Pada

praktikum

ini

tentang

pengujian

Deksametason

adalah

glukokortikoid

imunosupresan

dan

anti-inflamasi.

efek

toksik

sintetik

dari

deksametason,

dengan

Sebagai

aktivitas

imunosupresan,

deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap


stimulasi rangsangan. Aktivitas anti-inflamasi deksametason dengan jalan
menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan
menghambat

akumulasi

sel

yang

mengalami

inflamasi,

termasuk

makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. Deksametason merupakan


obat golongan kortikostseroid. Kortikosteroid adalah suatu hormon yang
dibuat oleh bagian korteks (luar) dari kelenjar adrenal. Pada pengujian efek
toksik dari deksametason digunakan dosis 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, dan 250 mg.
Pada kesempatan kali ini kami melakukan uji pada dosis uji 1 yaitu deksametason dengan
dosis 50 mg.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang hewan percobaan, adapun
hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor mencit. Data berat badan hewan percobaan
diperlukan untuk mengethui jumlah sediaan yang akan diberikan. Rute pemberian obat
yang dilakukan adalah rute pemberian obat secara oral, memberikan suatu obat melalui
mulut adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga paling bervariasi dan
memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorpsi
dilambung, namun diduodenum sering merupakan jalan masuk utama kesirkulasi sistemik
karena permukaan absorpsinya yang lebih besar. Terhadap hewan mencit, cairan obat
diberikan dengan menggunakan sonde oral. Dilakukan rute oral karena deksametason mudah
diabsorpsi pada pemberian oral. Pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh
faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan masa
paruhnya, deksametason mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh.
Selanjutnya mencit dibiarkan selama 1 jam untuk menunggu obat memberikan efek
dan diamati gejala-gejala yang timul pada hewan percobaan setelah diberi sediaan uji.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas obat dengan efek toksik dengan cara
mengamati lama waktu mencit mengalami efek toksik dengan gejala-gejala yang
ditimbulkan. Berdasarkan pengamatan dalam waktu 1 jam diketahui bahwa tidak terdapat
gejala-gejala toksisitas apalagi kematian dari hewan percobaan terhadap deksametason yang
diberikan, hal ini ditandai dengan tetap normalnya keadaan hewan percobaan. Adapun gejala

keracunan atau toksisitas isoniazid adalah diantaranya kejang-kejang, ataupun lemas. Hal
tersebut menandakan bahwa dosis 1 yaitu 50 mg belum menimbulkan efek toksik terhadap
hewan percobaan. Hal yang sama juga terjadi pada dosis uji lainya yaitu 100 mg, 150 mg,
200 mg, dan 250 mg. Diman untuk semua dosis tersebut tidak menimbulkan gejala toksisitas
ataupun kematian. Keadaan tersebut disebabkan karena walaupun deksametason diberikan
dalam dosis besar tidak menimbulkan efek toksik yang berat atau akut. Hanya jika digunakan
dalam jangka panjang aterutama pada dosi besar supresiaktis kelenjar hipotalamusadenokortikal dapat mengarah pada ketergantungan psikologis. Dosis toksik deksametason
terhadap hewan percobaan adalah sebagai berikut, Toksisitas akut: LD50 oral-tikus >
3000 mg/kg. LD50 subkutan-kelinci 7,2 mg/kg BB; LD50 subkutan-tikus 14
mg/kg BB; LD50 intraperitonial-tikus 54 mg/kg BB; LD50 intraperitonialmencit 410 mg/kg BB.
Mekanisme kerja deksametason dengan inhibisi pelepasan asam arachidonat,
modulasi substansi yang berasal dari metabolisme asam arachidonat, dan pengurangan
jumlah 5-HT. Deksametason mempunyai efek antiemetik, diduga melalui mekanisme
menghambat pelepasan prostaglandin secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT
di sistem saraf pusat, menghambat pelepasan serotonin di saluran cerna sehingga tidak terjadi
ikatan antara serotonin dengan reseptor 5-HT, pelepasan endorphin, dan anti inflamasi yang
kuat di daerah pembedahan dan diduga glukokortikoid mempunyai efek yang bervariasi pada
susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi regulasi dari neurotransmitter, densitas reseptor,
transduksi sinyal dan konfigurasi neuron.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan uraian pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, pada uji toksisitas deksametason dengan dosis 50 mg,
tidak menimbulkan gejala toksisitas ataupun kematian, sehingga pada
dosis tersebut belum mencapai dosis toksik. Deksametason adalah
glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi.
Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan
respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan.

Daftar Pustaka
Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University
Ernst Mutschler. (1986). Dinamika Obat ; Farmakologi dan Toksikologi. Bandung : ITB
Gunawan, G dan Sulistia. (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI
Katzung, Bertram G. (1989). Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.
Setiawati, A. dan F.D. Suyatna. (1995). Pengantar Farmakologi Dalam Farmakologi dan
Terapi. Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Jakarta: Gaya Baru

You might also like