Professional Documents
Culture Documents
SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI
Disusun Oleh :
Ade Putri Asiah
1102009005
Pembimbing
dr. Bondan H. Putranto, Sp. JP (K), FIHA
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi,
prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per
100.000 orang/tahun. AVNRT (Atrioventricular nodal re-entry tachycardia )
lebih sering terjadi pada pasien yang berusia menengah atau lebih tua,
sementara remaja lebih cenderung memiliki SVT dimediasi oleh jalur aksesori. 2
SVT dapat dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh
denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk
hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol. SVT
dapat terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup
mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru
kronis. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT. 2
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan
pembentukan
rangsang,
gangguan
konduksi
rangsang
dan
gangguan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan
perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150
kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen
sistem konduksi dan terjadi dibagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT
mempunyai kompleks QRS normal. 1
II.2. Epidemiologi
Insiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi,
prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per
100.000 orang/tahun. AVNRT (Atrioventricular nodal re-entry tachycardia )
lebih sering terjadi pada pasien yang berusia menengah atau lebih tua,
sementara remaja lebih cenderung memiliki SVT dimediasi oleh jalur aksesori. 2
Dalam sebuah studi berbasis populasi, resiko SVT dua kali lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria.
Prevalensi SVT meningkat dengan usia. AVNRT terlihat lebih sering pada orang
yang tengah baya atau lebih tua, sementara remaja biasanya memiliki SVT dari
jalur aksesori. 2
II.3. Etiologi
SVT dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh denyut
atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk
hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol.
SVT diamati tidak hanya pada orang sehat, melainkan juga terjadi pada pasien
dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup mitral, penyakit jantung
rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru kronis, dan keracunan
alkohol saat ini. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT. 3
4
II.4. Elektrofisiologi
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan
pembentukan
rangsang,
gangguan
konduksi
rangsang
dan
gangguan
otot
jantung
terjadi
blokade
Gangguan
irama
jantung
dapat
terjadi
sebagai
akibat
gangguan
tambahan
sedangkan
retrograd
terjadi
pada
jaras
his-purkinje.
Kelainan pada EKG tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS yang
lebar dengan gelombang p yang terbalik dan timbul pada jarak yang lebih
jauh setelah kompleks QRS.
c. Atrioventricular nodal re-entry tachycardia (AVNRT)
Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV. Sirkuit tertutup pada
jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika konduksi antegrad terjadi pada
sisi lambat (slow limb) dan konduksi retrograd terjadi pada sisi yang cepat
(fast limb), jenis ini disebut juga jenis typical (slow-fast) atau orthodromic.
Kelainan pada EKG yang tampak adalah takikardi dengan kompleks QRS
sempit dengan gelombang P yang timbul segera setelah kompleks QRS
tersebut dan terbalik atau terkadang tidak tampak karena gelombang p
tersebut terbenam di dalam kompleks QRS. Jika konduksi antegrad terjadi
pada sisi cepat dan konduksi retrograd terjadi pada sisi lambat, jenis ini
disebut dengan atypical (fast-slow) atau antidromic. Kelainan yang tampak
pada ekg adalah kelainan dengan kompleks QRS sempit dan gelombang p
terbalik dan timbul pada jarak yang cukup jauh setelah kompleks QRS.
6
yang
reguler,
dapat
ditegakkan
diagnosis
SVT
tanpa
gejala
kardiopulmoner
ringan
atau
berat.
Palpitasi
dengan
dizziness merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada pasien SVT.
Nyeri dada dapat dijumpai sekunder terhadap nadi yang cepat dan biasanya
berkurang setelah terminasi dari takikardi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya terbatas pada kardiovaskular dan respirasi.
Pasien sering merasa terganggu dan mungkin takikardi satu-satunya yang
dijumpai
pada
pasien
sehat
dan
memiliki
hemodinamik
yang
baik.
dapat
berkontribusi
b. Elektrokardiografi (EKG)
Presentasi EKG pada pasien dengan SVT biasanya terdapat QRS
kompleks yang sempit (QRS interval kurang daru 120msec), tetapi
beberapa
kasus
dapat
dijumpa
QRS
kompleks
yang
lebar
jika
The P wave of the atrial ectopic beat is visible as a distortion of the T wave of
the preceding beat (solid arrow). Retrograde P waves are visible immediately after the QR
Scomplex (dotted arrows). This tachycardia may be due to atrioventricular re10
II.9. Penatalaksanaan
1,3,4
11
Pasien dengan atrial fibrilasi preexcited tidak boleh diberikan secara intravena
AV nodal agent blocker, seperti adenosin, beta - blocker, calcium channel
blockers,
dan
digoxin.
Sebaliknya,
jika
pasien
hemodinamik
stabil,
Ketika SVT tidak diakhiri oleh manuver vagal, manajemen jangka pendek
melibatkan adenosine dan Ca channel blocker. Adenosine adalah obat shortacting yang berhasil menterminasi takikardi pada 90 % kasus takikardia karena
AVNRT atau AVRT. Dosis adenosine yang diberikan 6-12 mg secara IV. Efek
samping khas adenosin termasuk pembilasan, nyeri dada, dan dizziness. Efek ini
bersifat sementara karena adenosin memiliki waktu paruh yang sangat pendek
10-20 detik .
Alternatif lain untuk pengobatan akut SVT adalah Ca channel blocker, seperti
verapamil dan diltiazem, serta beta blocker seperti metoprolol atau esmolol.
Verapamil adalah Ca channel blocker yang juga memiliki sifat memblokir AV.
Ia memiliki waktu paruh lebih panjang dari adenosin dan dapat membantu untuk
mempertahankan
irama
sinus
setelah
penghentian
SVT.
Hal
ini
juga
yang
mendadak).
terkait
dengan
Mengevaluasi
aritmia
pasien
(misalnya,
secara
gagal
individual,
jantung,
dan
kematian
pengobatan
Radiofrequency ablation
Definisi
Ablasi kateter adalah suatu tindakan untuk mengatasi aritmia dengan menggunakan kateter
yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung.
Kateter dihubungkan dengan mesin khusus untuk memberikan energi listrik untuk memutus
jalur konduksi tambahan atau fokus-fokus aritmia yang menyebabkan ketidaknormalan irama
jantung.
13
Indikasi
Dilakukan pada pasien dengan aritmia jantung.
Syarat kesuksesan ablasi kateter
Membutuhkan teknologi untuk memungkinkan posisi yang tepat dari kateter dan juga
menciptakan lesi yang tepat pada lokasi kritis di antara jalur tersebut.
Klasifikasi
Direct current (DC) shocks : kateter elektroda standar terhubung dengan defibrilator
konvensional. Potensi menyebabkan kerusakannya tinggi.
RFA tidak menyebabkan explosion. Sehingga tidak terjadi ruptur dari vena-vena
jantung.
RFA hanya memberikan sedikit stimulasi ke otot dan nervus. Jadi tidak membutuhkan
anestesi umum.
Kekurangan RFA :
Lesi yang dibentuk kecil (d = 4-5mm dan kedalaman = 3mm). Pada target yang luas
dan dalam tidak tepat bila digunakan teknik RFA.
14
RFA tidak instan. Kontak yang stabil antara ujung kateter dan jaringan harus
dipertahankan selama 5-12 detik selama RFA diterapkan.
Komplikasi RFA :
Komplikasi yang paling sering terjadi :
Complete heart block : Saat ablasi dilakukan berdekatan dengan sistem konduksi yang
normal.
Perforasi jantung
Arrhythmogenic foci
Regurgitasi mitral
Emboli sistemik
II.11. Komplikasi 4 , 5
SVT dapat menyebabkan gagal jantung, edema paru, iskemia miokard, infark
miokard sekunder untuk detak jantung meningkat pada pasien dengan fungsi
ventrikel kiri yang buruk. Bahkan, satu studi menemukan bahwa sepertiga dari
pasien dengan SVT mengalami sinkop atau dibutuhkan kardioversi.
II.12. Prognosis 3 , 5
Pasien dengan sindrom WPW gejala memiliki risiko kecil kematian mendadak .
Jika tidak, prognosis pada SVT tergantung pada penyakit jantung struktural
yang mendasari. Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki
prognosis yang sangat baik .
Morbiditas dan mortalitas
SVT dapat tiba-tiba dan berakhir di mana saja dari detik ke hari. Pasien
mungkin asimptomatik, tergantung pada cadangan hemodinamik dan denyut
jantung, durasi dari SVT, dan penyakit penyerta.
Tingkat ventrikel yang sangat cepat selama fibrilasi atrium atau atrial flutter
dapat menyebabkan kerusakan fibrilasi ventrikel . Komplikasi dan terjadi
terutama pada pasien yang memiliki gejala sebelumnya karena WPW syndrome.
15
16
BAB III
KESIMPULAN
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan
perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150
kali/menit sampai 250 kali/menit.
Insiden SVT sekitar 1-3 per 1000 orang . Dalam sebuah studi berbasis populasi,
prevalensi SVT adalah 2,25 kasus per 1000 orang dengan kejadian 35 kasus per
100.000 orang/tahun.
SVT dapat dipicu oleh mekanisme reentry. Hal ini dapat disebabkan oleh
denyut atrium prematur atau denyut ektopik ventrikel. Pemicu lainnya termasuk
hipertiroidisme dan stimulan, termasuk kafein, obat-obatan, dan alkohol. SVT
dapat terjadi pada pasien dengan infark miokard sebelumnya, prolaps katup
mitral, penyakit jantung rematik, perikarditis, pneumonia, penyakit paru-paru
kronis. Toksisitas digoxin juga dapat dikaitkan dengan SVT.
Gangguan irama jantung secara elektrofisiologi disebabkan oleh gangguan
pembentukan
rangsang,
gangguan
konduksi
rangsang
dan
gangguan
penunjang
yang
elektrokardiografi,
dapat
dilakukan
rontgen
toraks,
antara
dan
lain
pemeriksaan
electrophysiological
testing.
Penatalaksanaan pada SVT terbagi menjadi short term therapy dan long term
therapy. Pemberian adenosin, Ca channel blocker, dan beta blocker dapat
menjadi terapi untuk pasien SVT.
Prognosis SVT tergantung pada penyakit jantung struktural yang mendasari.
Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki prognosis yang sangat
baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Website
http://www.mia.com.au/public/issue/190_05_020309/med107_27_fm.html
Supraventricular
Tachycardia.
Website
18