Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Sintara Ekayasa
NIM 122310101036
BRONKOPNEUMONIA
Oleh: Sintara Ekayasa NIM 122310101036
1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis)
Bronkopneumonia
2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Penangan)
Pengertian
Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi (Price,1995). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001).
Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat
mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya disebut
juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah sejenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
Klasifikasi Pneumonia
1.
Etiologi
1.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organsime gram positif seperti:
streptococcus pneumonia, s. aureus dan s. pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyabab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami imunosupresi (Reeves, 2001).
Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan
oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk
ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)
Tanda dan Gejala
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001).
Tanda gejala yang lainnya adalah:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
-
Nyeri pleuritik
Takipnea
Penanganan
(hasik kultur sputum dan tes sensitivitas kuman teradap antibodi). Bila penyakitnya ringan
antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila
terdapat penurunan fungsi ginjal
akibat
proses penuaan,
maka harus diingat kemungkinan
Saluran
Pernafasan
Atas
penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa,1989).
2. Pengobatan umum
Terapi oksigen
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Kuman terbawa di
Kumana.berlebih
saluranoral,
pencernaan
di bronkus
b. Hidrasi, bila ringan hidrasi
tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara parenteral.
c. Fisioterapi, penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
Infeksi saluran
Peningkatan
Dilatasi
Proses peradangan
Masuk ke alveoli,
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
pencernaan
suhu
pembuluh darah
terjadi edema
Akumulasi sekret
di bronkus
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Peningkatan flora
normal dalam usus
Eksudat plasma
masuk alveoli
Peningkatan
metabolisme
Eritrosit pecah
Mukus bronkus
meningkat
Peningkatan
peristaltik usus
Penumpukan
cairan, ganguan
difusi plasma
Evaporasi
meningkat
Edema paru
Malabsorbsi
Diare
Gangguan
pertukaran gas
Anoreksia
Intake kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
3. a. Pohon masalah
Kekurangan volume
cairan
Pengerasan
dinding paru
Penurunan
compliance paru
Suplai O2
menurun
Hiperventilasi
Hipoksia
Dispneu
Metabolisme
anaerob
Akumulasi asam
laktat
Gangguan pola
nafas
Kelelahan
Intoleransi
aktivitas
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan
Intervensi
a. Auskultasi
Rasional
bunyi a. Bersihan
jalan
nafas
bersihan jalan
tindakan
nafas
keperawatan 2x24
bunyi
dimanifestasikan
berhubungan
Misalnya:
dengan
efektif dengan
inflamasi
trakeobronkial,
pembentukan
pasien dapat
inspirasi/ ekspirasi
edema,
melakukan batuk
peningkatan
efektif untuk
produksi
mengeluarkan
proses
sputum
sekret
Pernafasan
KH:
-Mempertahankan
ekspirasi
dibanding inspirasi.
nafas.
mengi,
infeksi
akut.
dapat
memanjang
dengan bunyi
nafas bersih/ jelas
mempermudah
-Menunjukkan
untuk bernafas
perilaku untuk
memperbaiki
fowler
bersihan jalan
pasien
d. Memberikan
pasien
beberapa
untuk
cara
nafas, misalnya:
mengatasi
dan
bibir
mengeluarkan
menurunkan
sekret.
udara
jebakan
tetapi
tidak
efektif.
Batuk
paling
efektif
pada
posisi
duduk
memperbaiki
karakteristik
batuk,
keefektifan
upaya
batuk
f. Berikan
air
sesuai
2.
hangat
toleransi
menurunkan
Gangguan
jantung.
Setelah dilakukan a. Kaji,
pengeluaran.
frekuensi, a. Manifestasi
pertukaran gas
tindakan
kedalaman,
berhubungan
keperawatan 2x24
kemudahan
pada
dengan
jam adanya
pernafasan
perubahan
perbaikan
membran
ventilasi dan
dan
b. Observasi
gangguan
jaringan dengan
mukosa
kapasitas
GDA dalam
pembawa
rentang normal
oksigen darah,
gangguan
distres pernafasan
membran
dan
kuku.
vasokontriksi
atau
c. Gelisah,
mudah
terangsang,
dapat
KH:
derajat
kulit,
oksigen.
tergantung
pengiriman
pernafasan
distres
bingung
menunjukkan
hipoksemia
-Menunjukkan
d. Awasi
adanya perbaikan
jantung/ irama
ventilasi dan
demam/ dehidrasi
oksigenasi
e. Awasi
suhu
jaringan
Bantu
-Berpartisispasi
kenyamanan
untuk
pada tindakan
mengurangi
demam
untuk
dan menggigil
memaksimalkan
oksigenasi
tindakan
di atas 60 mmHg
ini
dorong
sering
meningkatkan inspirasi
mengubah
posisi,
maksimal,
nafas
dalam,
dan
meningkatkan
pengeluaran
batuk efektif
untuk
sekret
memperbaiaki
ventilasi
g. Kolaborasi pemberian g. Demam tinggi sangat
oksigen dengan benar
meningkatkan
kebutuhan
metabolik
Gangguan pola
nafas
tindakan
dada,
berhubungan
keperawatan 2x24
drainage
dengan proses
jam
inflamasi dalam
efektif
alveoli
frekuensi
pola
mengganggu
oksigenasi seluler.
fisioterapi a.Kecepatan
biasanya
postural
meningkat,
dispnea,
nafas
dengan
bervariasi,
ekspansi
dan
dada terbatas
rentang
dan
bersih
paru
normal
jelas/
nafas
dan
catat
adventisius
kecil
mengubah
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan.
d. Observasi pola batuk d.Batuk biasanya
dan karakter secret
mengeluarkan sputum
dan mengindikasikan
adanya kelainan
dalam
dan
pengeluaran sputum
bernafas dan
menurunkan kerja nafas
g. Berikan humidifikasi
tambahan
g.Memudahkan upaya
pernafasan dan
meningkatkan drainage
sekret dari segmen paru
ke dalam bronkus
h. Kaji
frekuensi,
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.
h.Memberikan
kelembaban
pada
untuk
memudahkan
4.
Kekurangan
volume
Setelah dilakukan
cairan tindakan
pembersihan
a. Kaji perubahan tanda a.Untuk
menunjukkan
vital,
contoh
berhubungan
keperawatan
:peningkatan
dengan
menunjukkan
takikardi, hipotensi
b. Kaji
turgor
suhu,
cairan dan
kelembaban membran
penurunan
elektrolit
kekurangan
cairan sisitemik
kulit,
berlebih,
masukan oral
adnya
b.Indikator langsung
keadekuatan masukan
cairan
c.Memperbaiki ststus
kesehatan
d.Memberikan informasi
tentang keadekuatan
kebutuhan penggantian
e.Adanya
gejala
menurunkan
5.
Ketidakseimban
Setelah diakukan
gan
tindakan
yang
keperawatan
mual/ muntah
nutrisi
kurang
dari
a. Identifikasi
faktor
menimbulkan
b. Berikan
ini
masukan
oral
a.Pilihan intervensi
tergantung pada
penyebab masalah
kebutuhan tubuh
menunjukkan
wadah
berhubungan
peningkatan
dengan
peningkatan
mempertahankan/
mungkin,
dapat menurunkan
kebutuhan
meningkatkan
kebersihan mulut
metabolik
berat badan
bantu
b.Menghilangkan
mual
c. Jadwalkan
sekunder
pengobatan
yang berhubungan
terhadap demam
pernafasan sedikitnya
dan
infeksi,
proses
d. Auskultasi
anoreksia,
usus,
distensi
palpasi
abdomen
abdomen
bunyi
observasi/
distensi
dan
sering
meningkatkan masukan
makanan
kembali
termasuk
pasien
f. Evaluasi status nutrisi
umum,
ukur
badan dasar.
berat
menimbulkan
malnutrisi,
rendahnya
tahanan
terhadap
Intoleransi
Peningkatan
a. Evakuasi
aktifitas
toleransi terhadap
pasien
berhubungan
aktifitas.
aktivitas
respon
terhadap
responterhadap terapi
a.Menetapkan
kemampuan/ kebutuhan
pasien dan
dengan
memudahkan pilihan
insufisiensi
intervensi
oksigen
untuk
b. Berikan
aktifitas
hidup
yang
sehari-hari.
lingkungan
tenang
batasi
dan
rangsangan berlebihan,
pengunjung
meningkatkan istirahat
pentingnya
istitahat
dalam
rencana
pengobatan
dan
perlunya
c.Tirah baring
dipertahankan untuk
menurunkan kebutuhan
metabolik
keseimbamgan
aktivitas dan istirahat
d. Bantu
aktivitas
d.Meminimalkan
kelelahan
diperlukan
membantu
keseimbangan
dan
suplai
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika
Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Soeparma, Sarwono Waspadji. 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Zul, Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI