You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik Komprehensif II

Oleh
Sintara Ekayasa
NIM 122310101036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
Oleh: Sintara Ekayasa NIM 122310101036
1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis)
Bronkopneumonia
2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Penangan)
Pengertian
Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi (Price,1995). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001).
Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat
mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya disebut
juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah sejenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
Klasifikasi Pneumonia
1.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001):


a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus
atau lobularis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
1) Pneumonia komunitas
2) pneumonia nosokomial
3) pneumonia rekurens
4) pneumonia aspirasi
5) pneumonia pada gangguan imun
6) pneumonia hipostatik.
c. Berdasarkan sindrom klinis

1) Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama


mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan
jarang disertai konsolidasi paru.
2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan mycoplasma,
clamydia pneumoniae atau legionella.
2.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001):


a. Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococcal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klebsiella atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri
umum penyebab Hospital Acquired pneumonia
c. Lobar dan bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang
ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

Etiologi
1.

Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organsime gram positif seperti:
streptococcus pneumonia, s. aureus dan s. pyogenesis. Bakteri gram negative seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyabab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami imunosupresi (Reeves, 2001).
Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan
oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk
ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)
Tanda dan Gejala
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001).
Tanda gejala yang lainnya adalah:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
-

Nyeri pleuritik

Nafas dangkal dan mendengkur

Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi


-

Mengecil, kemudian menjadi hilang

Krekels, ronki, egofoni

3. Gerakan dada tidak simetris


4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
9. Gelisah

10. Sianosis: Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan


11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
Agen infeksius: Bakteri
Stafilokokus aureus, Bakteri
1. Kemoterapi
Haemofilus influenzae, dsb.
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan kuman penyebab infeksi

Penanganan

(hasik kultur sputum dan tes sensitivitas kuman teradap antibodi). Bila penyakitnya ringan
antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila
terdapat penurunan fungsi ginjal
akibat
proses penuaan,
maka harus diingat kemungkinan
Saluran
Pernafasan
Atas
penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa,1989).
2. Pengobatan umum
Terapi oksigen
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Kuman terbawa di
Kumana.berlebih
saluranoral,
pencernaan
di bronkus
b. Hidrasi, bila ringan hidrasi
tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara parenteral.
c. Fisioterapi, penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
Infeksi saluran
Peningkatan
Dilatasi
Proses peradangan
Masuk ke alveoli,
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
pencernaan
suhu
pembuluh darah
terjadi edema
Akumulasi sekret
di bronkus

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

Peningkatan flora
normal dalam usus

Eksudat plasma
masuk alveoli

Peningkatan
metabolisme

Eritrosit pecah

Mukus bronkus
meningkat

Peningkatan
peristaltik usus

Penumpukan
cairan, ganguan
difusi plasma

Evaporasi
meningkat

Edema paru

Bau mulut tidak


sedap

Malabsorbsi
Diare

Gangguan
pertukaran gas

Anoreksia
Intake kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

3. a. Pohon masalah

Kekurangan volume
cairan

Pengerasan
dinding paru
Penurunan
compliance paru
Suplai O2
menurun

Hiperventilasi

Hipoksia

Dispneu

Metabolisme
anaerob

Retraksi dada/ nafas


cuping hidung

Akumulasi asam
laktat

Gangguan pola
nafas

Kelelahan

Intoleransi
aktivitas

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Data yang perlu dikaji:
Bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji

3) Gangguan pola nafas


Data yang perlu dikaji:
Kecepatan/frekuensi pernapasan apakah

adanya stertor/mendengkur yang terjadi

pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan

karena adanya obstruksi jalan napas

normal dimana kecepatan 44 x/mnt untuk

bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang

bayi dan 20 - 25 x/mnt untuk anak, klien

kering dan nyaring dan didengar saat

tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk

inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi

melakukannya, atau tachipnea yaitu

napas seperti orang bersiul, atau rales

pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih

yaitu bunyi yang mendesak atau

dari 44 x/mnt untuk bayi dan 25x/mnt

bergelembung dan didengar saat

untuk anak, atau bradipnea yaitu

inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi

pernapasan yang lambat, frekuensinya

napas yang kasar dan kering serta di

kurang dari 20 x/mnt untuk anak, ataukah

dengar saat ekspirasi. Batuk dan

apnea yaitu keadaan terhentinya

sekresinya, apakah klien mengalami

pernapasan. Perlu juga dikaji ritme/irama

batuk produktif yaitu batuk yang diikuti

pernapasan yang secara normal adalah

oleh sekresi, atau batuk non produktif

reguler atau irreguler, ataukah klien

yaitu batuk kering dan keras tanpa

mengalami pernapasan cheyne stokes

sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk

yaitu pernapasan yang cepat kemudian

yang mengeluarkan darah


2) Gangguan pertukaran gas
Data yang perlu dikaji:
Dispneu, hipoksia, napas cuping hidung,

menjadi lambat dan kadang diselingi


apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu
pernapasan yang cepat dan dalam, atau

sianosis, konfusi, hiperkapnia, warna

pernapasan biot yaitu pernapasan yang

kulit (mis. pucat), gelisah. Pemeriksaan

ritme maupun amplitodunya tidak teratur

pH darah arteri, PO2, PCO2, SaO2

dan diselingi periode apnea.


Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien,
apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam

4) Kekurangan volume cairan


Data yang perlu dikaji:
Penurunan tekanan darah, tekanan nadi,
turgor kulit, turgor lidah, haluaran urin,
membran mukosa kering, peningkatan
suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi,
status mental, penurunan BB

posisi duduk atau berdiri.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Data yang perlu dikaji:
Bising usus, kram abdomen, menghindari
makanan, diare, kurang informasi, tonus
oto menurun, sariawan rongga mulut,
kelemahan otot pengunyah, kelemahan
otot untuk menelan
6) Intoleransi aktifitas
Data yang perlu dikaji:
Dispneu setelah beraktivitas, respon
tekanan darah dan frekuensi jantung
terhadap aktivitas, EKG

4. Diagnosis keperawatan (minimal 5 diagnosa keperawatan)

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,


pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen.
c. Gangguan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan
masukan oral.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan
dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.

5. Rencana tindakan keperawatan (masing masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)


No
1.

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan
Kriteria Hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan

Intervensi
a. Auskultasi

Rasional
bunyi a. Bersihan

jalan

nafas

bersihan jalan

tindakan

nafas, catat adanya

yang tidak efektif dapat

nafas

keperawatan 2x24

bunyi

dimanifestasikan

berhubungan

jam jalan nafas

Misalnya:

dengan

efektif dengan

krekels dan ronki

inflamasi

bunyi nafas bersih

trakeobronkial,

dan jelas dan

pernafasan, catat rasio

pada beberapa derajat

pembentukan

pasien dapat

inspirasi/ ekspirasi

dan dapat ditemukan

edema,

melakukan batuk

pada penerimaan atau

peningkatan

efektif untuk

selama stres/ adanya

produksi

mengeluarkan

proses

sputum

sekret

Pernafasan

KH:

melambat dan frekuensi

-Mempertahankan

ekspirasi

jalan nafas paten

dibanding inspirasi.

nafas.
mengi,

dengan adanya bunyi


nafas adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi b. Takipnea biasanya ada

infeksi

akut.
dapat

memanjang

dengan bunyi
nafas bersih/ jelas

c. Posisi semi fowler akan


c. Berikan posisi yang

mempermudah

-Menunjukkan

nyaman buat pasien,

untuk bernafas

perilaku untuk

misalnya posisi semi

memperbaiki

fowler

bersihan jalan

d. Dorong/ bantu latihan

pasien

d. Memberikan

pasien

beberapa

untuk

cara

nafas, misalnya:

nafas abdomen atau

mengatasi

dan

batuk efektif dan

bibir

mengontrol dipsnea dan

mengeluarkan

menurunkan

sekret.

udara

jebakan

e. Batuk dapat menetap,


e. Observasi

tetapi

tidak

efektif.

Batuk

paling

efektif

bantu tindakan untuk

pada

posisi

duduk

memperbaiki

tinggi atau kepala di

karakteristik

batuk,

keefektifan

upaya

batuk

bawah setelah perkusi


dada.
f. Hidrasi

f. Berikan

air

sesuai
2.

hangat
toleransi

menurunkan

kekentalan sekret dan


mempermudah

Gangguan

jantung.
Setelah dilakukan a. Kaji,

pengeluaran.
frekuensi, a. Manifestasi

pertukaran gas

tindakan

kedalaman,

berhubungan

keperawatan 2x24

kemudahan

pada

dengan

jam adanya

pernafasan

keterlibatan paru dan

perubahan

perbaikan

membran

ventilasi dan

dan

b. Observasi

gangguan

jaringan dengan

mukosa

kapasitas

GDA dalam

Catat adanya sianosis

pembawa

rentang normal

oksigen darah,

dan tidak ada

gangguan

distres pernafasan

membran
dan

kuku.

vasokontriksi

atau

respon tubuh terhadap


demam/ menggigil dan
terjadi hipoksemia

c. Kaji status mental

c. Gelisah,

mudah

terangsang,
dapat

KH:

derajat

warna b. Sianosis menunjukkan

kulit,

oksigen.

tergantung

status kesehatan umum

alveolus kapiler, oksigenasi

pengiriman

pernafasan

distres

bingung

menunjukkan

hipoksemia

-Menunjukkan

d. Awasi

adanya perbaikan

frekuensi d. Takikardi biasanya ada

jantung/ irama

karena akibat adanya

ventilasi dan

demam/ dehidrasi

oksigenasi

e. Awasi

suhu

tubuh. e. Mempertahankan PaO2

jaringan

Bantu

-Berpartisispasi

kenyamanan

untuk

pada tindakan

mengurangi

demam

untuk

dan menggigil

memaksimalkan
oksigenasi

tindakan

di atas 60 mmHg

f. Tinggikan kepala dan f. Tindakan

ini

dorong

sering

meningkatkan inspirasi

mengubah

posisi,

maksimal,

nafas

dalam,

dan

meningkatkan
pengeluaran

batuk efektif

untuk

sekret

memperbaiaki

ventilasi
g. Kolaborasi pemberian g. Demam tinggi sangat
oksigen dengan benar

meningkatkan

sesuai dengan indikasi

kebutuhan

metabolik

dan kebutuhan oksigen


dan
3.

Gangguan pola

Setelah dilakukan a. Bantu

nafas

tindakan

dada,

berhubungan

keperawatan 2x24

drainage

dengan proses

jam

inflamasi dalam

efektif

alveoli

frekuensi

pola

mengganggu

oksigenasi seluler.
fisioterapi a.Kecepatan
biasanya
postural

meningkat,

dispnea,

dan terjadi peningkatan

nafas

kerja nafas, kedalaman

dengan

bervariasi,

ekspansi

dan

dada terbatas

kedalaman dalam b. Auskultasi

bunyi b.Bunyi nafas menurun/

rentang
dan
bersih

paru

normal
jelas/

nafas

dan

catat

tidak ada bila jalan

adanya bunyi nafas

nafas terdapat obstruksi

adventisius

kecil

c. Tinggikan kepala dan c.Duduk tinggi


bentu
posisi

mengubah

memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan

pernafasan.
d. Observasi pola batuk d.Batuk biasanya
dan karakter secret

mengeluarkan sputum
dan mengindikasikan
adanya kelainan

e. Bantu pasien untuk e.Dapat meningkatkan


nafas

dalam

dan

pengeluaran sputum

latihan batuk efektif


f. Kolaborasi pemberian f.Memaksimalkan
oksigen tambahan

bernafas dan
menurunkan kerja nafas

g. Berikan humidifikasi
tambahan

g.Memudahkan upaya
pernafasan dan
meningkatkan drainage
sekret dari segmen paru
ke dalam bronkus

h. Kaji

frekuensi,

kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.

h.Memberikan
kelembaban

pada

membran mukosa dan


membantu pengenceran
sekret

untuk

memudahkan
4.

Kekurangan
volume

Setelah dilakukan

cairan tindakan

pembersihan
a. Kaji perubahan tanda a.Untuk
menunjukkan
vital,

contoh

berhubungan

keperawatan

:peningkatan

dengan

menunjukkan

takikardi, hipotensi

kehilngan cairan keseimbangan

b. Kaji

turgor

suhu,

cairan dan

kelembaban membran

penurunan

elektrolit

mukosa (bibir, lidah)


c. Catat lapporan mual/
muntah
d. Pantau masukan dan
haluaran urine

kekurangan

cairan sisitemik

kulit,

berlebih,
masukan oral

adnya

b.Indikator langsung
keadekuatan masukan
cairan
c.Memperbaiki ststus
kesehatan
d.Memberikan informasi
tentang keadekuatan

volume cairan dan


e. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi.

kebutuhan penggantian
e.Adanya

gejala

menurunkan
5.

Ketidakseimban

Setelah diakukan

gan

tindakan

yang

keperawatan

mual/ muntah

nutrisi

kurang

dari

a. Identifikasi

faktor

menimbulkan

b. Berikan

ini

masukan

oral
a.Pilihan intervensi
tergantung pada
penyebab masalah

kebutuhan tubuh

menunjukkan

wadah

berhubungan

peningkatan

tertutup untuk sputum

bahaya, rasa, bau,dari

dengan

nafsu makan dan

dan buang sesering

lingkungan pasien dan

peningkatan

mempertahankan/

mungkin,

dapat menurunkan

kebutuhan

meningkatkan

kebersihan mulut

metabolik

berat badan

bantu

b.Menghilangkan

mual

c. Jadwalkan

c.Menurunkan efek mual

sekunder

pengobatan

yang berhubungan

terhadap demam

pernafasan sedikitnya

dengan pengobatan ini

dan

1 jam sebelum makan

infeksi,

proses

d. Auskultasi

anoreksia,

usus,

distensi

palpasi

abdomen

abdomen

bunyi
observasi/
distensi

d.Bunyi usus mungkin


menurun bila proses
infeksi berat, distensi
abdomen terjadi
sebagai akibat menelan
udara dan menunjukkan
pengaruh toksin bakteri
pada saluran gastro
intestinal

e. Berikan makan porsi


kecil

dan

e.Tindakan ini dapat

sering

meningkatkan masukan

makanan

meskipun nafsu makan

kering atau makanan

mungkin lambat untuk

yang menarik untuk

kembali

termasuk

pasien
f. Evaluasi status nutrisi
umum,

ukur

badan dasar.

berat

f.Adanya kondisi kronis


dapat

menimbulkan

malnutrisi,

rendahnya

tahanan

terhadap

infeksi, atau lambatnya


6.

Intoleransi

Peningkatan

a. Evakuasi

aktifitas

toleransi terhadap

pasien

berhubungan

aktifitas.

aktivitas

respon
terhadap

responterhadap terapi
a.Menetapkan
kemampuan/ kebutuhan
pasien dan

dengan

memudahkan pilihan

insufisiensi

intervensi

oksigen

untuk

b. Berikan

aktifitas

hidup

yang

sehari-hari.

lingkungan
tenang

batasi

dan

rangsangan berlebihan,

pengunjung

meningkatkan istirahat

selama fase akut


c. Jelaskan

pentingnya

istitahat

dalam

rencana

pengobatan

dan

b.Menurunkan stres dan

perlunya

c.Tirah baring
dipertahankan untuk
menurunkan kebutuhan
metabolik

keseimbamgan
aktivitas dan istirahat
d. Bantu

aktivitas

d.Meminimalkan

perawatan diri yang

kelelahan

diperlukan

membantu
keseimbangan

dan
suplai

dan kebutuhan oksigen


6. Daftar pustaka

Doenges, Marylyn 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC


NANDA Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: MedAction Publishing
Prince, S.A. & Wilson L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV.
Jilid 2. Jakarta: EGC

Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika
Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Soeparma, Sarwono Waspadji. 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Zul, Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

You might also like