Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan
pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)
seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit
tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan
ekonomi bangsa (Bustan,2000).
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di
Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila
penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension(ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi
cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi
27,5%
pada
tahun
2004.
Kelompok
Kerja
Serebrokardiovaskuler
FK
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
1.3.2
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Dinas Kesehatan
Kota Medan dan penelitian kedokteran.
1.
2. Penelitian Kedokteran
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pedoman bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2007). Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara
terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku (Budiharto,2010).
Tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6, yaitu:
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindera adalah tentang gigi,
penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut, maka pengetahuan yang diperoleh
adalah mengenai gigi, penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut
(Budiharto,2010).
Pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,2007).
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,2007).
Ciri sikap yang terutama adalah memiliki arah, dan dengan arah ini sikap dapat
bersifat positif dan negatif. Sikap positif mendekatkan diri seseorang terhadap
objek, sedangkan sikap negatif menjauhkan dari objek (Budiharto,2010).
Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi dari suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek (Notoatmodjo,2007).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
4. Bertanggung jawab (Responsible)
2.3. Perilaku
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan.
Perilaku tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit
(Ramadhan,2012).
a. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan
meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilakuperilaku dalam mencegah atau menghindari penyakit dan penyebab
penyakit atau masalah dan penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh
perilaku sehat antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga
secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.
b. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena
masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan
kesehatan. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil
seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan
melalui sarana pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit.
Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption,
berperilaku baru
sesuai
dengan
Sistolik (mmHg)
< 120
120-139
dan
atau
Diastolik (mmHg)
< 80
80-89
Derajat 1
140-159
atau
90-99
Derajat 2
160
atau
100
10
11
12
13
rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang serta sukar tidur
merupakan gejala yang banyak dijumpai (Riyadina, 2002).
Gejala lain akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan saraf, gejala gagal jantung, dan gejala lain akibat gangguan fungsi
ginjal sering di jumpai. Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai
pada hipertensi maligna, yang umumnya disertai pula dengan gangguan pada
ginjal bahkan sampai gagal ginjal. Gangguan cerebral akibat hipertensi dapat
merupakan kejang atau gejala-gejala akibat pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma (Riyadina,
2002).
2.4.6. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah. Jantung
mengalami peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi
perifer yang meningkat, sementara dinding pembuluh darah akan melemah akibat
proses degeneratif arteriosklerosis. Penyulit hipertensi antara lain adalah gagal
jantung kongestif akibat ketidakmampuan jantung memompa darah melawan
peningkatan tekanan arteri, stroke akibat rupturnya pembuluh di otak, atau
serangan jantung akibat ruptur pembuluh koroner. Perdarahan spontan akibat
pecahnya pembuluh-pembuluh kecil di bagian tubuh lain juga dapat terjadi, tetapi
dengan akibat yang relatif lebih ringan, misalnya ruptur pembuluh darah di hidung
mengakibatkan mimisan. Penyulit serius lainnya pada hipertensi adalah gagal
ginjal akibat gangguan progresif aliran darah melalui pembuluh-pembuluh ginjal
yang rusak. Selain itu, kerusakan retina yang disebabkan oleh perubahan
pembuluh yang memperdarahi mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan
progresif. Sampai terjadi penyulit, hipertensi tidak menimbulkan gejala karena
jaringan mendapat pasokan darah yang adekuat. Dengan demikian, kecuali apabila
dilakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, hipertensi dapat berlangsung
tanpa terdeteksi sampai timbul penyulit. Jika seseorang menyadari penyulit yang
mungkin terjadi pada hipertensi dan mempertimbangkan bahwa 25 % orang
14
15
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
Tekanan darah setiap orang sangat bervariasi. Pengukuran tunggal yang
akurat adalah awal yang baik tetapi tidak cukup: ukur tekanan darah dua kali dan
ambil rata-ratanya. Hipertensi didiagnosis jika rata-rata sekurang-kurangnya 2
pembacaan per kunjungan diperoleh dari masing-masing 3 kali pertemuan selama
2 sampai 4 minggu diperoleh tekanan darah sistolik 140 mmHg atau 90 mmHg
untuk diastolik. Menurut JNC 7, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg atau
kurang. Prehipertensi bila tekanan darah 120/80 samapi 139/89 mmHg. Hipertensi
stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan darah
diastolik 90 sampai 99 mmHg. Serta hipertensi stadium 2 bila tekanan darah
sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg (Cohen, 2008).
2.4.8. Penatalaksanaan Hipertensi
2.4.8.1. Target Tekanan Darah
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah 130/80 mmHg. American
Heart Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus
dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal
kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan 120/80
mmHg untuk pasien dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney
Foundation (NKF), target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg
untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg
untuk pasien dengan > 1 g proteinuria (Cohen, 2008).
2.4.8.2. Algoritme Penanganan Hipertensi
16
17
18
sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah
(Kotchen, 2008).
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi
Rekomendasi
Penurunan
potensial TD
sistolik
Membatasi diet natrium tidak lebih 2-8 mmHg
Diet natrium
Penurunan
Badan
18,5-24,9 kg/
Olahraga aerobik
Olahraga
aerobik
kg penururnan berat
secara
badan
teratur, 4-9 mmHg
saat ini
Diet yang kaya akan buah-buahan, 4-14 mmHg
sayuran, dan mengurangi jumlah
Membatasi
konsumsi alkohol
19
Indikasi
Diuretika
(Thiazide)
Diuretika
Kontraindikasi
Mutlak
Tidak Mutlak
Gout
Kehamilan
(Loop)
jantung kongestif
Diuretika (anti Gagal jantung kongestif,
Gagal ginjal,
aldosteron)
hiperkalemia
20
Penyekat
Asma, penyakit
Penyakit
paru obstruktif
pembuluh darah
jantung kongestif,
menahun, A-V
perifer,
kehamilan, takiaritmia
block (derajat 2
intoleransi
atau 3)
glukosa, atlit
atau pasien yang
Calcium
Antagonist
hypertension, angina
gagal jantung
(dihydropiridi
kongestif
ne)
Calcium
karotis, kehamilan
Angina pektoris,
A-V block
Antigonist
aterosklerotis karotis,
(derajat 2 atau
(verapamil,
takikardia supraventrikuler
3), gagal
diltiazem)
jantung
Pengahambat
kongestif
Kehamilan,
ACE
hiperkalemia,
stenosis arteri
Angiotensin II
non-diabetik nefropati
Nefropati DM tipe 2,
renalis bilateral
Kehamilan,
receptor
mikroalbuminuria diabetik,
hiperkalemia,
antagonist
proteinuria, hipertropi
stenosis arteri
(AT1-blocker)
renalis bilateral
-Blocker
ACEI
Hiperplasia prostat (BPH),
Hipotensi
Gagal jantung
hiperlipidemia
ortostatis
kongestif
Perbaikan
Tekanan
Pola
Darah (mmHg)
Hidup
Memaksa
Memaksa
21
Normal
Dianjurkan
ya
ya
(TDS 120-139
Obat-obatan untuk
indikasi yang memaksa
Diuretika jenis
Obat-obatan untuk
derajat 1
Thiazide untuk
(TDS 140-159
dapat
99)
dipertimbangkan
kebutuhan
Hipertensi
ya
ya
derajat 2
(TDS 160
kasus umumnya
atau TDD
diuretika jenis
100
22
23
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
Hipertensi
Perilaku
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
Untuk pertanyaan no 14 dan 15, untuk setiap pilihan yang benar diberi 0,5.
24
Sikap
Sikap adalah suatu bentuk reaksi atau respon masyarakat yang masih
Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai
tertinggi yaitu > 22
25
Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai
tertinggi yaitu 12-22
Kategori kurang, apabila nilai total jawaban responden <40% dari nilai
tertinggi yaitu < 12
Perilaku
Perilaku adalah respon masyarakat dalam menghadapi masalah hipertensi
yang dialaminya.
Cara ukur : Perilaku diukur dengan skala Likert
Alat ukur : Perilaku diukur dengan kuesioner, pertanyaan yang diajukan
sebanyak 4 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban.
Pemberian skor adalah seperti berikut :
- Tidak pernah
: Skor 5
- Jarang
: Skor 4
- Kadang-kadang
: Skor 3
- Sering
: Skor 2
- Selalu
: Skor 1
Kategori baik, apabila nilai total jawaban responden >75% dari nilai
tertinggi yaitu > 15
Kategori sedang, apabila nilai total jawaban responden 40-75% dari nilai
tertinggi yaitu 8-15
Kategori kurang, apabila nilai total jawaban responden <40% dari nilai
tertinggi yaitu < 8
26
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional .
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 29 April hingga 17 Mei 2013.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Amplas Lingkungan II, Kelurahan
Harjosari, Kecamatan Medan Amplas. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan
bahwa puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas rujukan yang dipilih oah
Dinas Kesehatan Kota Medan.
4.3.
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi yang
datang berobat ke Puskesmas Amplas.
Kriteria Inklusi :
-
Masyarakat
yang
menderita
hipertensi
namun
menolak
untuk
27
4.3.2 . Sampel
Pengambilan sampel dilakukan teknik total sampling dimana setiap
individu yang memasuki kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu yang tertentu.
4.4.
memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Jika ada data belum yang lengkap
ataupun ada kesalahan, dapat dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.
Selanjutnya data yang lengkap dan tepat tersebut diberi kode secara manual
sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data dimasukkan ke dalam program
komputer dan dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam pemasukan data. Setelah itu data disimpan, lalu hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Program statistik yang digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data penelitian ini berupa Statistical Package for
Social Sciences (SPSS).
28
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan
Frekuensi ( orang )
25
14
39
Persentase (%)
64,1
35,9
100
29
Frekuensi (orang)
5
11
12
8
3
39
Persentase (%)
12,8
28,2
30,8
20,5
7,7
100
Frekuensi (orang)
29
Persentase (%)
74,4
nmnnnnN
30
Koran
Televisi
Jumlah
7
3
39
17,9
7,7
100
Frekuensi (n)
20
18
1
39
Persentase (%)
51,3
46,2
2,6
100
1.
Jawaban Responden
Benar
Salah
Tidak tahu
n
%
n
%
n
%
37
94,9
0
0
2
5,1
2.
16
jawaban
41,0
14
35,
23,1
31
3.
4.
14
23
35,9
59,0
11
10
9
28,2
25,6
14
6
35,9
15,4
5.
6.
penyakit keturunan
Komplikasi penyakit darah tinggi
Makanan yang dapat menyebabkan
31
36
79,5
92,3
1
0
2,6
0
7
3
17,9
7,7
7.
32
82,1
17,9
8.
tinggi
Makanan yang perlu dihindari oleh
36
92,3
2,6
5,1
9.
10.
penderita hipertensi
Gejala penyakit darah tinggi
Pengaruh kegemukan terhadap
35
22
89,7
56,4
2
7
5,1
17,
2
10
5,1
25,6
11.
34
87,2
9
5,1
7,7
12.
21
53,8
10
25,
20,5
13.
26
66,7
6
5,1
11
28,2
n
9
15.
12
30,8
jawaban
17
43,6
12,8
12,8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk pertanyaan dengan 1 pilihan
jawaban yaitu dari pertanyaan nomor 1 hingga pertanyaan nomor 13, pertanyaan
yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan
nomor 1 yaitu mengenai sinonim penyakit darah tinggi dengan persentase sebesar
94,9 % (37 orang) dan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah
adalah pertanyaan nomor 2 yaitu apakah penyakit darah tinggi dapat disembuhkan
atau tidak sebanyak 35,9 % (14 orang). Pertanyaan yang paling banyak responden
nmnnnnN
32
tidak tahu jawabannya adalah pertanyaan nomor 3 yaitu mengenai tekanan darah
yang normal dengan persentase sebanyak 35,9 % (14 orang).
Bagi pertanyaan dengan lebih dari 1 jawaban, pertanyaan yang paling
banyak responden menjawab dengan benar dengan memilih 4 jawaban adalah
pertanyaan nomor 14 yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 25,6 %.
5.1.3.3. Sikap Responden
Sikap penderita hipertensi dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu baik,
sedang dan kurang. Sikap diukur dengan menjawab 10 pertanyaan (6 favourable
dan 4 unfavourable). Sikap baik diperoleh jika skor > 22, sikap sedang jika skor
antara 12 -22 dan sikap kurang jika memperoleh skor < 12.
Berdasarkan hasil pengumpulan data primer responden melalui kuesioner,
diperoleh data-data yang disajikan di dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden
Sikap Responden
Baik
Sedang
Kurang
Jumlah
Frekuensi (n)
19
20
0
39
Persentase (%)
48,7
51,3
0
100
Pernyataan
Jawaban Responden
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
n
%
n
%
n
%
33
10
25,6
17
43,6
12
30,8
3.
penyakit berbahaya
Saya bersedia berobat darah tinggi
17,9
26
66,7
15,4
4.
terus-menerus
Saya selalu ada waktu untuk
15,4
18
46,2
15
38,5
8.
14
35,9
21
53,8
10,3
9.
control
Saya mengurangi makan (asin)
14
35,9
23
59,0
5,1
10.
23,1
21
53,8
23,1
7,7
10,3
32
82,1
15
38,5
24
61,5
6.
tinggi
Saya hanya datang untuk periksa
10,3
23
59,0
12
30,8
7.
12,8
20,5
26
66,7
5.
34
Frekuensi (n)
13
26
0
39
Persentase (%)
33,3
66,7
0
100
35
No
Pernyataan
%
12,8
n
10
Jawaban Responden
K
Sr
%
N
%
n
%
25,
17
43,6 7
17,9
12,8
11
6
28,
2
20,
TP
1.
n
5
2.
3.
10,3
20
51,3
12
30,8
5,1
29
74,4
%
0
7,7
11
28,2
10,3
17,
2,6
K : Kadang-kadang
S : Sering
SI : Selalu
N
0
lebih sehat
Minum obat darah
: Jarang
SI
36
5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi
berdasarkan jenis kelamin dan umur tentang penyakit hipertensi serta tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita hipertensi mengenai tekanan darah
tinggi di Puskesmas Amplas yang dating berobat dari tanggal 29 April 2013
hingga 17 Mei 2013.
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik kelompok responden terbanyak
menurut jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 25 orang (64,1%) dan
jumlah responden perempuan adalah sebanyak 14 orang (35,9%). Hasil ini sama
dengan penelitian yang dilakukan Rahajeng E dan Tuminah S (2009). Menurut
penelitian mereka, proporsi laiki-laki pada kelompok hipertensi lebih tinggi dan
laki-laki secara bermakna berisiko hipertensi 1,25 kali daripada perempuan.
Tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi sebagaimana yang ditemukan
dari hasil analisis ini, pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari
pada wanita,seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi
alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan dan pengangguran.
Berdasarkan karakteristik kelompok umur, hasil penelitian ini diperoleh
kelompok responden paling banyak berada pada umur 50-59 tahun yaitu sebanyak
12 orang (30,8 %), sedangkan umur responden paling sedikit adalah umur 70-79
tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,7 %). Hasil ini ternyata tidak ada kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh dikakukan Rahajeng E dan Tuminah S
(2009). Menurut mereka, proporsi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu
lebih tinggi pada kelompok hipertensi. Risiko hipertensi meningkat bermakna
37
sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia >75 tahun berisiko 11,53
kali.
38
dan 92,3% mengetahui jenis bahan makanan yang perlu dihindari oleh penderita
hipertensi. Ini mungkin disebabkan oleh usaha yang baik pemerintah setempat
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit hipertensi dan
pencegahannya melalui modifikasi gaya hidup dan promosi pola hidup sehat.
Masih terdapat sebanyak 35,9% dari jumlah responden yang tidak
mengetahui bahwa penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan dan 28,2% yang
masih belum mengetahui nilai tekanan darah manusia yang normal. Kurangnya
pengetahuan tentang kedua poin ini mungkin disebabkan oleh minimnya
pengalaman masyarakat mendengar dan membahas informasi ini di lingkungan
sekitar mereka. Penyuluhan dan edukasi perlu diupayakan untuk meningkatkan
tingkat pengetahuan masyarakat menjadi lebih baik lagi.
5.2.2. Sikap Penderita Hipertensi mengenai Tekanan Darah Tinggi
Menurut Rahayuningsih (2008) pemahaman ataupun pengetahuan baik
dan buruk, salah atau benarnya suatu hal yang akan menentukan sistem
kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap sikap seseorang.
Sedangkan menurut Azwar (2005), sikap terbentuk terutama atas dasar kebutuhankebutuhan yang kita miliki dan informasi yang kita terima mengenai hal-hal
tertentu. Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap responden diperoleh bahwa
dari 39 orang responden paling banyak memiliki tingkat sikap sedang yaitu
sebanyak 20 orang (51,3%). Diikuti tingkat sikap baik dengan jumlah 19 orang
(48,7%) dan tidak dijumpai responden dengan tingkat sikap kurang (0%). Hasil
ini juga berbeda dengan penelitian Ginting (2008) terhadap masyarakat
Kecamatan Medan Belawan yang menunjukan tingkat sikap baik.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang sangat setuju biaya
pengobatan komplikasi darah tinggi lebih besar dari pada biaya kontrol berjumlah
14 orang (35,9%) dan responden yang sangat setuju untuk mengurangi makan
(asin) garam agar tekanan darah baik juga sebanyak 14 orang (35,9%). Di sisi
lain, masih terdapat 82,1 responden yang mengaku tidak takut terkena komplikasi
penyakit darah tinggi dan 66,7% yang mengaku bahwa keuangan merupakan
39
hambatan baginya untuk kontrol darah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan responden yang baik masih tidak sejalan dengan sikap responden.
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, sikap
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga
timbul dari pengalaman, tidak dibawa dari lahir, tetapi merupakan hasil belajar,
karena itu sikap dapat diperteguh atau dapat diubah. Sikap mengandung daya
pendorong atau motivasi. Sikap bukan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan
apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang
disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak
diinginkan, dan apa yang harus dihindari. Sikap akan mengalami perubahan ketika
seseorang mengalami suatu hal yang bersifat traumatis dan ia tidak akan
mengulanginya lagi karena trauma.
5.2.3. Perilaku Penderita Hipertensi mengenai Tekanan Darah Tinggi
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku responden diperoleh bahwa
dari 39 orang responden paling banyak memiliki tingkat perilaku sedang yaitu
sebanyak 26 orang (66,7%). Diikuti tingkat perilaku baik dengan jumlah 13 orang
(33,3%) dan tidak dijumpai responden dengan tingkat perilaku kurang (0%). Hasil
ini juga berbeda dengan penelitian Ginting (2008) terhadap masyarakat
Kecamatan Medan Belawan yang menunjukan tingkat perilaku kurang.
Menurut Notoatmodjo (2003), secara logis sikap akan ditunjukkan dalam
bentuk perilaku namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan perilaku
mempunyai hubungan yang sistematis. Artinya status pengetahuan atau sikap
yang baik belum tentu terwujud dalam perilaku yang baik pula (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perilaku diperlukan suatu faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seseorang itu dapat
menerapkan apa yang mereka ketahui.
40
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa 43,6% dari responden mengaku
kadang-kadang lupa meminum obat antihipertensi, 51,3% kadang-kadang tidak
ingat kapan saat minum obat tersebut, 30,8% kadang-kadang berhenti minum obat
saat merasa lebih sehat, dan 74,4% mengaku tidak pernah merasa meminum obat
darah tinggi membuat kondisinya semakin buruk. Hasil ini menunjukkan bahwa
pengetahuan responden yang baik terhadap penyakit hipertensi masih tidak sejalan
dengan perilaku responden.
Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku atau praktek dilaksanakan setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian
terhadap apa yang diketahui. Dengan kata lain responden melakukan perilaku
tersebut meyakini apa yang dilakukannya. Perilaku akan menilai realisasi dari
sikap masyarakat, perilaku penting karena sebagai perwujudan dari pengetahuan
dan sikap.
41
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
penderitan hipertensi mengenai penyakit tekanan darah tinggi, dapat disimpulkan
bahwa:
1.
2.
Sikap
termasuk
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran atau
rekomendasi sebagai berikut:
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M., 2008. Hipertensi Akibat Gangguan Ginjal, Guru Besar Teknologi
Pangan dan Gizi IPB. Available from: http/www.yahoo.com. [Accesed 27
Agustus 2010].
Azwar, S., 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Budiharto. 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Gigi. Jakarta: EGC, 1-23.
Bustan, N.M., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Jakarta. PT. Rineka
Cipta.
Carol, M.P., 2005. Pathophysiology: Concepts of Altered Health States
7thEdition. Lippincott Williams & Wilkins Production.
Cholina,T.S., 2011. Hubungan Pengetahuan Pasien Hipertensi Dengan Kepatuhan
Pasien Dalam Pelaksanaan Program Terapi Hipertensi Di Poliklinik
Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27564 [Accessed on 20 May
2011].
44
Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/. [Accesed 5 Maret 2010].
Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi,
Intimedia, Jakarta.
Dinas Kesehatan., 2007. Profil Kesehatan Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota
Medan.
Dinas Kesehatan., 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan.
European Society of Hypertension-European Society of Cardiology Guidelines
Committee. 2003 European Society of Hypertension-European cardiology
Guidelines for Management of Arterial Hypertension. J Hypertens.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12777938
Hipertensi
Di
Kecamatan
Belawan.
Available
from:
45
Kaplan, N.M., dan Stamler, J., 1991. Hipertensi dan Pencegahan Penyakit
Jantung Koroner. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kotchen, T.A., 2008. Hypertensive Vascular Disease. In: Fauci, A.S., et al, ed.
Harrisons Principles of Internal Medicine. United States of America: Mc
Graw Hill, 1549.
Mervin, L., 1995. Hipertensi Pengendalian lewat Vitamin ,Gizi dan Diet, Jakarta.
Penerbit Arcan.
National Institutes of Health, 2003. The Seventh Report of the Joint National
Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood
Pressure.
Available
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/.[Accesed
from:
16
Maret
2010].
Notoadmodjo, S., 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Penerbit Andi offset.
Notoadmodjo, S., 2005. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam: Promosi Kesehatan.
Jakarta. Asdi Mahasatya: 43-64.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pardosi, R., 2011. Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi dengan
Upaya Mencegah Kejadian Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24575
46