You are on page 1of 20

Tugas LABORATORIUM dr.

I Gede Budiarta,SpAn, KMN


Oleh :
Nama
Semester
NIM

: Ni Putu Wardani
:2
: 0914108205

HEMATOLOGI DASAR
Pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan tersebut di bawah ini :

umumnya

terdiri

atas

pemeriksaan-

1. Kadar hemoglobin (Hb).


Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas
zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Molekul hamoglobin tersusun dari
haem dan globin. Haem terbentuk dari Fe dan protoporphyrin yang terbentuk di
mitokondria. Globin terbentuk dari rantai asam amino dalam ribosom.
Nilai normal :
Dewasa pria : 13.2 - 17.3 g/dl
Perempuan : 11.7 - 15.5 g/dl
Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/dl
Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/dl
Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/dl
Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/dl
Penyebab :
Penurunan jumlah
1. Anemia (defisiensi besi, aplastik, hemolitik, dsb)
2. Perdarahan hebat
3. Penyakit darah : Leukemia, thalassemia
4. Kanker (usus besar, usus halus, rektum, hati, tulang, dsb)
5. Penyakit ginjal
6. Penyakit Hodgkin
7. Kehamilan
8. Sarkoidosis
9. Kelebihan cairan intra-vena
10.Pengaruh obat : antibiotik (kloramfenikol [chloromycetin], penisilin,
tetrasiklin), aspirin, antineoplastik, doksapram (dopram), derivat
hidantoin, vitamin A dosis besar, hidralazin (Apresoline), indometasin
(Indocin), inhibitor MAO, primakuin, rifampin, sulfonamid, trimetadion
(Tridione)
Peningkatan jumlah
1. Dehidrasi/hemokonsentrasi
2. Polisitemia
3. Daerah dataran tinggi
4. Chronic heart failure (CHF)

5. Luka bakar yang parah


6. Pengaruh obat : gentamisin, metildopa (Aldomet)
2. Hematokrit (Hct)
Definisi : volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar
pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini
adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan cara
pemeriksaannya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan
yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan
sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Nilai Normal :
Dewasa pria : 40 - 52 %
Dewasa wanita : 35 - 47 %
Bayi baru lahir : 44 - 72 %
Anak usia 1 - 3 tahun : 35 - 43 %
Anak usia 4 - 5 tahun : 31 - 43 %
Anak usia 6-10 tahun : 33 - 45 %
Penyebab :
Penurunan kadar
1. Kehilangan darah akut
2. Anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik,
sel sabit)
3. Leukemia (limfositik, mielositik, monositik)
4. Penyakit Hodgkin
5. Limfosarkoma
6. Mieloma multipel
7. Sirosis hati
8. Malnutrisi protein
9. Defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C)
10.Fistula lambung atau duodenum
11.Ulkus peptikum
12.Gagal ginjal kronis
13.Kehamilan
14.SLE
15.Pengaruh obat : antineoplastik, antibiotik (kloramfenikol, penisilin), obat
radioaktif.
Peningkatan kadar
1. Dehidrasi/hipovolemia
2. Diare berat
3. Kelainan hematologi : Polisitemia vera, eritrositosis
4. Diabetes asidosis
5. Emfisema pulmonar tahap akhir
6. Iskemia serebrum sementara
7. Eklampsia
8. Pembedahan
9. Luka bakar

3. Hitung lekosit / white blood cell count (WBC).


Lekosit adalah bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap
benda asing, mikroorganisme, atau jaringan asing. Hitung lekosit adalah jumlah
lekosit per mm3 darah. Granulosit hidup selama 8 jam dalam sirkulasi darah.
Kemudian melalui diapedesis masuk ke jaringan di mana mereka hidup selama 7
hari pada keadaan normal, siap sedia untuk mengatasi stress akut seperti
infeksi, infark, trauma, stress emosional atau stimulasi berbahaya lain. Sampai di
tempat trauma, granulosit memfagositosis penyerang, yang mengakibatkan
kematian granulosit tersebut.
Indikasi pemeriksaan :
1. Tes rutin sebagai bagian dari tes darah lengkap (complete blood count)
2. Untuk menentukan lekositosis (misalnya pada infeksi, inflamasi, anemia,
leukemia) atau leukopenia (misalnya pada depresi sumsum tulang, iradiasi,
toksik karena obat anti kanker, malnutrisi, infeksi virus)
3. Pemantauan pengobatan
Nilai normal :
1. Bayi baru lahir : 10.000 - 30.000/l
2. Bayi berumur 12 jam : 13.000 - 38.000 /l
3. Dewasa : 4500 - 11.000/l
Lekositosis
Definisi : keadaan dimana jumlah lekosit lebih dari nilai rujukan. Leukositosis
yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing
jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat
dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis
yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul
istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau
limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti
oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit.
Penyebab :
- Fisiologis : kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takikardi
paroksismal, partus dan haid
- Patologis :
Lekopenia
Definisi : keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari nilai rujukan. Karena pada
hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir
selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.
4. Hitung jenis lekosit / differential cell count.
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masingmasing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis
sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).Hitung jenis
leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil
segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga
bervariasi dari satu hapusan sediaan ke hapusan yang lain, dari satu lapang
pandang ke lapang pendang yang lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih
dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/l perlu dikoreksi. Shift to the left

terjadi bila sel yang didapat lebih banyak granulosit muda, batang dan mielosit.
Sel batang digunakan sebagai indikator adanya stres akut.
Shift to the left :
1. Infeksi, biasanya disertai granulasi toksik dan kadang-kadang Dohle
bodies
2. Toksemia
3. Perdarahan akut
Shift to the right (hipersegmentasi ):
1. Penyakit hati
2. Anemia megaloblastik
3. Herediter
Indikasi pemeriksaan:
Untuk mengetahui jumlah berbagai jenis lekosit. Terdapat lima jenis
lekosit, masing-masing dengan fungsi tersendiri, yaitu neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil, dan basofil
Netrofilia
Definisi : keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/l dalam darah tepi.
Penyebab:
1. Infeksi bakteri
2. Keracunan bahan kimia dan logam berat
3. Gangguan metabolik seperti uremia
4. Nekrosis jaringan
5. Kehilangan darah
6. Kelainan mieloproliferatif.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut
pergeseran ke kiri atau shift to the left. Pada infeksi ringan atau respons
penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali
pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan
banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia
ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau
respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula
yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat
dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma
Netropenia
Definisi : keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/l darah.
Penyebab :
1. Peningkatan pemindahan netrofil dari peredaran darah : umur netrofil
yang memendek karena drug induced (aminopirin)
2. Gangguan pembentukan netrofil : radiasi, obat-obatan seperti
kloramfenikol, obat anti tiroid, fenotiazin, desakan sumsum tulang oleh
tumor
3. Idiopatik : infeksi tifoid, infeksi virus, protozoa dan ricketssia, siklik
netropenia, netropenia idiopatik kronik
Eosinofilia

Definisi : keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/l darah

Penyebab :
1. Keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil
2. Penyakit kulit kronik
3. Infeksi dan infestasi parasit
4. Kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik
kronik.
Eosinopenia
Definisi : keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/l darah
Penyebab :
1. Keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat
2. Hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Basofilia
Definisi : keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/l darah
Penyebab :
1. Polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik
2. Penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis
ulserativa
3. Reaksi antigen-antibodi
Limfositosis
Definisi : keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/l
pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/l darah pada dewasa
Penyebab :
1. Infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa
2. Infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusi
3. Kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik
makroglobulinemia primer.

kronik

dan

Limfopenia
Definisi : Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari
1000/l dan pada anak-anak kurang dari 3000/l darah.
Penyebab :
1. Produksi yang menurun : penyakit Hodgkin, sarkoidosis
2. Penghancuran yang meningkat : radiasi, kortikosteroid dan obat-obat
sitotoksis
3. Kehilangan yang meningkat : thoracic duct drainage dan protein losing
enteropathy
Monositosis
Definisi : keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/l pada anak dan lebih
dari 800/l darah pada orang dewasa.
Penyebab :

1. Penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia


mielomonositik akut
2. Penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid
artritis
3. Penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada
tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara
jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada
tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.
5. Hitung eritrosit / red blood cell count (RBC).
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak dalam darah
perifer. Jumlahnya pada orang dewasa normal berkisar antara 4 6 juta sel/uL.
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf yang memberi gambaran seperti cincin
pada sediaan hapus darah tepi. Fungsi utamanya adalah transpor gas.
Pematangan eritrosit dalam sumsum tulang berlangsung sekitar 7 hari. Dalam
peredaran darah perifer inti umumnya sudah hilang. Retikulosit adalah sel
termuda dalam darah perifer. Panjang masa hidup eritrosit setelah pelepasan
dari sumsum tulang adalah kurang lebih 120 hari. Pada pemeriksaan ini
yangdihitung adalah jumlah eritrosit per mm3
Nilai normal :
- Dewasa pria : 4.50 - 6.50 (x106/mm3)
- Dewasa wanita : 3.80 - 4.80 (x106/mm3)
- Bayi baru lahir : 4.30 - 6.30 (x106/mm3)
- Anak usia 1-3 tahun : 3.60 - 5.20 (x106/mm3)
- Anak usia 4-5 tahun : 3.70 - 5.70 (x106/mm3)
- Anak usia 6-10 tahun : 3.80 - 5.80 (x106/mm3)
Penyebab :
Penurunan jumlah
1. Kehilangan darah (perdarahan)
2. Kelainan hematologi : Anemia, Leukemia
3. Infeksi kronis
4. Mieloma multipel
5. Hidrasi berlebihan
6. Gagal ginjal kronis
7. Kehamilan
Peningkatan jumlah
1. Polisitemia vera
2. Hemokonsentrasi/dehidrasi
3. Dataran tinggi
4. Penyakit kardiovaskuler
6. Indeks eritrosit
Definisi : batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk
indeks eritrosit adalah indeks korpuskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume
atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit ratarata), berat (MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-

rata), konsentrasi (MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau


kadar hemoglobin eritrosit rata-rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC
distribution width atau luas distribusi eritrosit). Indeks eritrosit dipergunakan
secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam
membedakan berbagai macam anemia.

Mean corpuscular volume (MCV).


Definisi : ukuran atau volume rata-rata eritrosit / VER (Volume Eritrosit Ratarata). MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik),
misalnya pada anemia karena kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika
eritrosit lebih kecil dari biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena
kekurangan zat besi.
Nilai normal :
Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)
Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
Penyebab :
Penurunan nilai
1. Anemia : mikrositik, defisiensi besi
2. Malignansi
3. Arthritis reumatoid
4. Hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C)
5. Keracunan timbal, radiasi.
Peningkatan nilai
1. Anemia makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa
2. Penyakit hati kronis
3. Hipotiroidisme (miksedema)
4. Pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)
Mean corpuscular hemoglobin (MCH).
Definisi : jumlah rata-rata hemoglobin dalam eritrosit / HER (Hemoglobin Eritrosit
Rata rata). Eritrosit yang lebih besar (makrositik) cenderung memiliki MCH yang
lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil (mikrositik) akan memiliki
nilai MCH yang lebih rendah.
Nilai normal :
Dewasa : 26 - 34 pg
Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg
Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg
Penyebab:
1. Meningkat : anemia makrositik-normokromik atau sferositosis

2. Menurun : anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositikhipokromik.


Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC)
Definisi : perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit / KHER
(Kadar Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). MCHC menurun (hipokromia) dijumpai
pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam eritrosit, seperti
pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan MCHC
(hiperkromia)
Nilai rujukan :
Dewasa : 32 - 36 %
Bayi baru lahir : 31 - 35 %
Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %
Penyebab :
Menurun : anemia hipokromik, defisiensi zat besi, talasemia
7. Hitung trombosit / platelet count.
Hitung trombosit adalah jumlah trombosit / platelet per mm 3 darah.
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma
megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah
selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright Giemsa,
trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma
berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar
merata. Trombosit matang berukuran 2-4 um, berbentuk cakram bikonveks
dengan volume 5-8 fl. Setelah keluar dari sumsum tulang sekitar 20-30%
trombosit mengalami sekuestrasi di limpa. Ultrastruktur trombosit dibagi menjadi
tiga komponen : membran trombosit, sitoskeleton, dan organel.
Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faal
tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan
darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap
kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan
mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Trombosit
membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan
sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel
trombosit). Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun
kuantitatif, sering mengalami perdarahan-perdarahan kecil di kulit dan
permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak dapat mengehentikan
perdarahan akibat luka yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam
kuantitas (jumlah) dan kualitasnya. Pembentukan sumbat hemostatik akan
berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan kemampuan
trombosit
untuk
beradhesi
dan
beragregasi
juga
bagus.
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit
adalah agregasi trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti
trombosit. Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah
masa perdarahan (bleeding time) dan hitung trombosit.

Nilai normal :
Trombosit normal : 150.000 450.000 per mm3 darah
Trombositopenia
Definisi : keadaan dimana jumlah trombosit kurang dari normal. Trombositopenia
ringan : 100.000 150.000 per mm3 darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari
60.000 per mm3 darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah
trombosit di atas 40.000 per mm3 darah biasanya tidak terjadi perdarahan
spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan
pembekuan darah. Bila jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mm 3 darah,
biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila jumlahnya kurang dari 10.000 per
mm3 darah perdarahan akan lebih berat. Keadaan ini dapat bersifat kongenital
(trombositopenia neonatal) atau dapatan.
Penyebab :
1. ITP
2. Myeloma multiple
3. Kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak)
4. Penyakit hematologi : Leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia
aplastik, DIC
5. Penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis)
6. SLE
7. Eklampsia
8. Penyakit ginjal
9. Demam rematik akut
10.Pengaruh obat : antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide,
aspirin (salisilat), quinidin, quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin,
diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon (Butazolidin),
tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.
Trombositosis
Definisi : keadaan dimana jumlah trombosit lebih dari normal, dapat bersifat
primer (trombositosis esensial) atau sekunder.
Penyebab :
1. Polisitemia vera
2. Trauma (fraktur, pembedahan)
3. Post splenektomi
4. Karsinoma metastatic
5. Embolisme pulmonary
6. Dataran tinggi
7. Tuberculosis
8. Retikulositosis
9. Latihan fisik berat
10.Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin)

KIMIA DARAH

TES FUNGSI HATI


SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan
enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi
sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah
dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah
banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Nilai normal :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L

Penyebab :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis
infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark
paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)


SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya. SGPT yang berasal dari sitoplasma sel hati dianggap
lebih spesifik daripada SGOT ( berasal dari mitokondria dan sitoplasma
hepatosit) untuk kerusakan parenkim hati.
Nilai normal :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Penyebab :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis
hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis
Laennec, sirosis biliaris.

TES FUNGSI GINJAL


Kreatinin Darah (Serum)
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati
dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung
pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,
walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian
umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Nilai Normal :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot
yang lebih rendah daripada pria).
Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl
Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl
Lansia : sedikit menurun karena pengurangan massa otot dan produksi
kreatinin
Penyebab :
Peningkatan kadar :
1. Fungsi ginjal menurun, oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif
dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji
dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Namun kadar kreatinin sebesar
2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat
berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus
2. Penyakit ginjal : Gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut,
glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis
3. Eklampsia, pre-eklampsia
4. Hipertensi esensial
5. Dehidrasi
6. Penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung
kongestif),
7. Rhabdomiolisis
8. Lupus nefritis
9. Kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat)
10.Leukemia
11.Penyakit Hodgkin
12.Diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek
minimal])
13.Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah :
Amfoterisin
B,
sefalosporin
(sefazolin,
sefalotin),
aminoglikosid

(gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat


kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa, triamteren.
Penurunan kadar
1. Distrofi otot (tahap akhir)
2. Myasthenia gravis.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN
hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN
sering diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 1220. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan
terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai
terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada
dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada
kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus
meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai
pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan
katabolik.Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada
azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal azotemia pascarenal.

Ureum Darah (Serum)


Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein
(asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan
ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan
nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam
darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari
makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein,
ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak
dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan
atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa
mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan
bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.
Nilai Normal :
Dewasa : 5 25 mg/dl
Anak-anak : 5 20 mg/dl
Bayi : 5 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
Penyebab :
Peningkatan kadar (uremia)
1. Prarenal : terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum
filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran
darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2)
peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan gastrointestinal

disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein


dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh,
hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka
bakar, demam
2. Renal : terjadi karena gagal ginjal (penyebab tersering) yang
menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat
disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam
nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis,
pielonefritis,
diabetes
mellitus,
arteriosklerosis,
amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular
3. Pascarenal : terjadi karena obstruksi saluran kemih di bagian bawah
ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin.
Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan
pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh
prostat, batu, tumor, atau peradangan.Urea yang tertahan di urin dapat
berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
4. Obat-obatan : obat nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat,
furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar),
gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin);
obat antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol,
morfin; litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang dapat menurunkan
kadar urea misalnya fenotiazin.
Penurunan kadar
1. Penyakit hati yang berat: nekrosis hepatik akut, sirosis hepatis
2. Karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan androgen
3. Akhir kehamilan
4. Malnutrisi protein jangka panjang
5. Penggantian kehilangan darah jangka panjang
6. Pemberian cairan intravena seperti : dekstran, glukosa, atau saline

Glukosa Darah (Serum/Plasma)


Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka.Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah :
insulin, glukagon, dan somatostatin.
Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik.
Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan
pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang
sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asamasam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari
residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormon ini adalah untuk
mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.
Glukagon dihasilkan oleh sel-sel , meningkatkan sintesis protein dan
menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa)
dalam hati; hormon ini membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan
oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga
menghambat hormone pertumbuhan dan hormon-hormon hipofisis yang
mendorong sekresi tiroid dan adrenal.
Sesaat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah
yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan
kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan

berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah. Kadar glukosa puasa


memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan
sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaankeadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus,
kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan
pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.
Nilai normal :
Gula darah sewaktu
Dewasa :serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; darah lengkap :
sampai dengan 120 mg/dl
Anak : sampai dengan 120 mg/dl
Lansia :serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; darahlengkap :
sampai dengan 140 mg/dl.
Gula darah puasa
Dewasa :serum dan plasma : 70 110 mg/dl; darah lengkap : 60 100
mg/dl
Anak :bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; anak : 60 100 mg/dl
Lansia : 70 120 mg/dl.
Gula darah post prandial
Dewasa :serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; darah lengkap :
sampai dengan 120 mg/dl
Anak : sampai dengan 120 mg/dl
Lansia :serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; darah lengkap :
sampai dengan 140 mg/dl.
Penyebab :
Peningkatan kadar (hiperglikemia)
1. Diabetes mellitus
2. Asidosis diabetik
3. Hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing)
4. Penyakit hormonal : akromegali, hipertiroidisme
5. Kegemukan (obesitas)
6. Feokromositoma
7. Penyakit hati yang parah
8. Reaksi stress akut (fisik atau emosi)
9. Syok
10.Kejang
11.Trauma : cedera tabrakan, luka bakar
12.Infeksi, pankreatitis akut
13.Gagal ginjal
14.Hipotermia aktifitas
15.Kanker pankreas
16.CHF
17.Sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome)
18.Pembedahan mayor
19.Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam
etakrinat); obat anestesi, levodopa
Penurunan kadar (hipoglikemia)

1. Reaksi hipoglikemik (insulin berlebih)


2. Hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison)
3. Hipopituitarisme
4. Galaktosemia
5. Pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paru-paru)
6. Malnutrisi
7. Ingesti alkohol akut
8. Penyakit hati yang berat, sirosis hati
9. Penyakit penimbunan glikogen
10.Hipoglikemia fungsional (aktifitas berat)
11.Intoleransi fruktosa herediter
12.Eritroblastosis fetalis
13.Hiperinsulinisme
14.Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

ELEKTROLIT
Yang dimaksud dengan elektrolit utama adalah Natrium, Kalium dan
Klorida.
1. Natrium
merupakan ion utama di luar sel
Nilai normal : 135 150 mEq / L
Hipernatremia
Definisi : keadaan dimana kadar Na lebih dari normal
Penyebab:

Pemasukan ion Na berlebihan


Kehilangan cairan lebih dari kehilangan ion Na

Hiponatremia
Definisi : keadaan dimana kadar Na kurang dari normal
Penyebab :
Kehilangan ion Na
Retensi Cairan
2. Kalium
Nilai normal : 3,5 5 mEq / L
Hiperkalemia
Ringan
: 5 6,5 mEq / L
Sedang
: 6,5 8 mEq / L
Berat : > 8 mEq / L
Penyebab :
Peningkatan beban, ec makanan, transfusi darah, destruksi sel
Pergeseran kalium transeluler, ec asidosis akut, intoksikasi digitalis,
suksinil kolin, defisiensi insulin

Ekskresi berkurang, ec kegagalan ginjal akut dan menahun


Pseudohiperkalemia, ec trombositosis leukositosis

Hipokalemia

: < 3,5 mEq / L

Penyebab :
Kehilangan melalui ginjal yaitu karena diuresis, mineralokortikoid
berlebihan (Cushing syndrome, hiperaldosteronisme primer), penyakit
ginjal primer
Kehilangan melalui usus, diare, muntah muntah, aspirasi, fistula
Pemasukan kurang / menurun, malabsorpsi, kurang kalium dalam diet
Pemberian insulin secara intravena
Paralisis periodik familial
3. Klorida
Nilai normal : 98 108 mEq / L
Kadar
1.
2.
3.
4.

meningkat :
Dehidrasi
Kelainan iatrogenik
Kelainan metabolik
Hiperparatiroidisme primer

Kadar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

menurun:
Anemia pernisiosa
Ulkus lambung
Karsinoma lambung
Defisiensi besi
Kehamilan
Radiasi
Gastritis atrofik
Poliposis lambung

FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan
untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Prinsip
pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil
pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Uji ini tidak
boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin;
pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 7 hari.

Penyebab :

Hasil memendek : penyakit hodgkin


Hasil memanjang : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP),
abnormalitas trombosit, abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati
serius, disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik,
defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat (aspirin),
dekstran, mitramisin, warfarin (coumadin), streptokinase (streptodornasi,
agen fibrinolitik).

Masa Protrombin Plasma (PT)


Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam
proses pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin
yang diperlukan untuk membentuk bekuan darah. Uji masa protrombin
(prothrombin time, PT) untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur
ekstrinsik dan jalur bersama (common pathway), yaitu : faktor I (fibrinogen),
faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan
faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT
selama 2 detik atau 10% dari nilai normal. Pada penyakit hati PT memanjang
karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. PT memanjang karena
defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika kadarnya <30%.
International Committee for Standardization in Hematology (ICSH)
menganjurkan tromboplastin jaringan yang digunakan harus distandardisasi
dengan tromboplastin rujukan dari WHO untuk mendapatkan International
Sensitivity Index (ISI). International Normalized Ratio (INR) adalah satuan yang
lazim digunakan untuk pemantauan pemakaian antikoagulan oral. INR
didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal
kemudian dipangkatkan dengan ISI. INR merupakan rancangan untuk
memperbaiki proses pemantauan terhadap terapi warfarin sehingga INR
digunakan sebagai uji terstandardisasi internasional untuk PT. INR dirancang
untuk pemberian terapi warfarin jangka panjang dan hanya boleh digunakan
setelah respons klien stabil terhadap warfarin. Stabilisasi memerlukan waktu
sedikitnya seminggu. Standar INR tidak boleh digunakan jika klien baru memulai
terapi warfarin guna menghindari hasil yang salah pada uji. INR normal 1 1,4.
Penyebab :
Pemanjangan nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, jaundice)
Afibrinogenemia
Defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X)
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Fibrinolisis
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
Gangguan reabsorbsi usus
Pengaruh obat : treatmen vitamin K antagonis, antibiotic (penisilin,
streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol [Chloromycetin], kanamisin
[Kantrex], neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin, dikumarol),
klorpromazin (Thorazine), klordiazepoksid (Librium), difenilhidantoin
(Dilantin), heparin, metildopa (Aldomet), mitramisin, reserpin (Serpasil),
fenilbutazon (Butazolidin), quinidin, salisilat (aspirin), sulfonamide.

Pemendekan nilai
1.
2.
3.
4.

Tromboflebitis
Infark miokardial
Embolisme pulmonal
Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretic, difenhidramin (Benadryl),
kontrasepsi oral, rifampin, metaproterenol (Alupent, Metaprel).

Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT)


Tromboplastin parsial adalah fosfolipid yang berfungsi sebagai pengganti
platelet factor 3 (PF3), dapat berasal dari manusia, tumbuhan dan hewan,
dengan aktivator seperti kaolin, ellagic acid, micronized silica atau celite. Masa
tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT)
adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan
jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor
XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor
VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin),
faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi
heparin atau adanya circulating anticoagulant. APTT memanjang karena
defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan jika kadarnya < 7 detik dari nilai
normal,maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.
Nilai normal : 20 35 detik (bisa bervariasi untuk tiap laboratorium tergantung
pada peralatan dan reagen yang digunakan)
Penyebab :
Pemanjangan nilai
1. Defisiensi bawaan
2. Jika PPT normal kemungkinan kekurangan : Faktor VIII, Faktor IX, Faktor XI,
Faktor XII
3. Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan :
Kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor)
Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
Penyakit hati (sirosis hati)
Leukemia (mielositik, monositik)
Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
Malaria
Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular
coagulation (DIC)
Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating
anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)
Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

ANALISA GAS DARAH ARTERI

Asam adalah ion hidrogen atau donor proton. Suatu cairan disebut asam
bila mengandung H+ atau mampu melepas atau memberikan H +. Basa adalah
garam dari ion hidrogen atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila
sanggup menerima H+. Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu
melepas H+ dan menjadi HCO3-. Sedangkan bikarbonat adalah (HCO 3-) adalah
basa karena mampu menerima H + untuk kemudian menjadi H2CO3. Hasil dari
pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi pasien, terapi oksigen, dan untuk mengevaluasi
respon tubuh pasien terhadap tindakan dan terapi misalnya pada saat pasien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil
digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah.
Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji status oksigenasi klien
(tekanan oksigen arterial [PaO2]), untuk menilai ventilasi alveolar (tekanan
karbondioksida arterial [PaCO2]) dan untuk menilai keseimbangan asam basa.
Indikasi pemeriksaan :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema paru
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Syok
7. Post pembedahan coronary arteri bypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Pasien dengan perubahan status respiratori
10.Pasien yan menjalani anestesi dalam waktu lama
Nilai normal :
pH darah arteri 7,35 7,45
PaO2 80 100 mmHg
PaCO2 35 45 mmHg
HCO3- 22 26 mEq/l
Base Excess (B.E) -2,5 (+2,5) mEq/l
O2 Saturasi 90 100 %

Cara membaca hasil Analisa Gas Darah :


Komponen
AGD

Asidosis

Alkalosis

Ph (7,35
7,45)

Turun

Naik

HCO3 22 26

Turun

Naik

PCO2 35 - 45

Naik

Turun

BE 2 - +2

Turun

Naik

PO2 80 - 100

Turun

Naik

1. Lihat pH, (apakah asidosis atau alkalosis)


2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk
menentukan respiratorik atau metabolik)
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk
menentukan adanya kompensasi sebagian atau tidak)
4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia
Bila nilai pH normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka;
1. Lihat nilai pH, pH 7,35 7,40 adalah asidos dan pH 7,41 7,45 adalah
alkalosis
2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk
menentukan respiratorik atau metabolik)
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk
menentukan adanya kompensasi penuh atau tidak)
4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia

DAFTAR PUSTAKA
1. Kee, Joyce LeFever, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik, Edisi 6, EGC, Jakarta
2. E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, 2008, Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik, Edisi 2, Karisma Publishing Group : Tangerang
3. Ravel et al, Clinical Laboratory Medicine - Clinical Applications of
Laboratory Data, Edisi 6
4. Fischbach et al, A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, Edisi 7

You might also like