Professional Documents
Culture Documents
: Ni Putu Wardani
:2
: 0914108205
HEMATOLOGI DASAR
Pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan tersebut di bawah ini :
umumnya
terdiri
atas
pemeriksaan-
terjadi bila sel yang didapat lebih banyak granulosit muda, batang dan mielosit.
Sel batang digunakan sebagai indikator adanya stres akut.
Shift to the left :
1. Infeksi, biasanya disertai granulasi toksik dan kadang-kadang Dohle
bodies
2. Toksemia
3. Perdarahan akut
Shift to the right (hipersegmentasi ):
1. Penyakit hati
2. Anemia megaloblastik
3. Herediter
Indikasi pemeriksaan:
Untuk mengetahui jumlah berbagai jenis lekosit. Terdapat lima jenis
lekosit, masing-masing dengan fungsi tersendiri, yaitu neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil, dan basofil
Netrofilia
Definisi : keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/l dalam darah tepi.
Penyebab:
1. Infeksi bakteri
2. Keracunan bahan kimia dan logam berat
3. Gangguan metabolik seperti uremia
4. Nekrosis jaringan
5. Kehilangan darah
6. Kelainan mieloproliferatif.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut
pergeseran ke kiri atau shift to the left. Pada infeksi ringan atau respons
penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali
pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan
banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia
ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau
respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula
yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat
dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma
Netropenia
Definisi : keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/l darah.
Penyebab :
1. Peningkatan pemindahan netrofil dari peredaran darah : umur netrofil
yang memendek karena drug induced (aminopirin)
2. Gangguan pembentukan netrofil : radiasi, obat-obatan seperti
kloramfenikol, obat anti tiroid, fenotiazin, desakan sumsum tulang oleh
tumor
3. Idiopatik : infeksi tifoid, infeksi virus, protozoa dan ricketssia, siklik
netropenia, netropenia idiopatik kronik
Eosinofilia
Penyebab :
1. Keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil
2. Penyakit kulit kronik
3. Infeksi dan infestasi parasit
4. Kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik
kronik.
Eosinopenia
Definisi : keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/l darah
Penyebab :
1. Keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat
2. Hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.
Basofilia
Definisi : keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/l darah
Penyebab :
1. Polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik
2. Penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis
ulserativa
3. Reaksi antigen-antibodi
Limfositosis
Definisi : keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/l
pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/l darah pada dewasa
Penyebab :
1. Infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa
2. Infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusi
3. Kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik
makroglobulinemia primer.
kronik
dan
Limfopenia
Definisi : Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari
1000/l dan pada anak-anak kurang dari 3000/l darah.
Penyebab :
1. Produksi yang menurun : penyakit Hodgkin, sarkoidosis
2. Penghancuran yang meningkat : radiasi, kortikosteroid dan obat-obat
sitotoksis
3. Kehilangan yang meningkat : thoracic duct drainage dan protein losing
enteropathy
Monositosis
Definisi : keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/l pada anak dan lebih
dari 800/l darah pada orang dewasa.
Penyebab :
Nilai normal :
Trombosit normal : 150.000 450.000 per mm3 darah
Trombositopenia
Definisi : keadaan dimana jumlah trombosit kurang dari normal. Trombositopenia
ringan : 100.000 150.000 per mm3 darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari
60.000 per mm3 darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah
trombosit di atas 40.000 per mm3 darah biasanya tidak terjadi perdarahan
spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan
pembekuan darah. Bila jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mm 3 darah,
biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila jumlahnya kurang dari 10.000 per
mm3 darah perdarahan akan lebih berat. Keadaan ini dapat bersifat kongenital
(trombositopenia neonatal) atau dapatan.
Penyebab :
1. ITP
2. Myeloma multiple
3. Kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak)
4. Penyakit hematologi : Leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia
aplastik, DIC
5. Penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis)
6. SLE
7. Eklampsia
8. Penyakit ginjal
9. Demam rematik akut
10.Pengaruh obat : antibiotik (kloromisetin, streptomisin), sulfonamide,
aspirin (salisilat), quinidin, quinine, asetazolamid (Diamox), amidopirin,
diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon (Butazolidin),
tolbutamid (Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.
Trombositosis
Definisi : keadaan dimana jumlah trombosit lebih dari normal, dapat bersifat
primer (trombositosis esensial) atau sekunder.
Penyebab :
1. Polisitemia vera
2. Trauma (fraktur, pembedahan)
3. Post splenektomi
4. Karsinoma metastatic
5. Embolisme pulmonary
6. Dataran tinggi
7. Tuberculosis
8. Retikulositosis
9. Latihan fisik berat
10.Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin)
KIMIA DARAH
Penyebab :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis
infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark
paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
ELEKTROLIT
Yang dimaksud dengan elektrolit utama adalah Natrium, Kalium dan
Klorida.
1. Natrium
merupakan ion utama di luar sel
Nilai normal : 135 150 mEq / L
Hipernatremia
Definisi : keadaan dimana kadar Na lebih dari normal
Penyebab:
Hiponatremia
Definisi : keadaan dimana kadar Na kurang dari normal
Penyebab :
Kehilangan ion Na
Retensi Cairan
2. Kalium
Nilai normal : 3,5 5 mEq / L
Hiperkalemia
Ringan
: 5 6,5 mEq / L
Sedang
: 6,5 8 mEq / L
Berat : > 8 mEq / L
Penyebab :
Peningkatan beban, ec makanan, transfusi darah, destruksi sel
Pergeseran kalium transeluler, ec asidosis akut, intoksikasi digitalis,
suksinil kolin, defisiensi insulin
Hipokalemia
Penyebab :
Kehilangan melalui ginjal yaitu karena diuresis, mineralokortikoid
berlebihan (Cushing syndrome, hiperaldosteronisme primer), penyakit
ginjal primer
Kehilangan melalui usus, diare, muntah muntah, aspirasi, fistula
Pemasukan kurang / menurun, malabsorpsi, kurang kalium dalam diet
Pemberian insulin secara intravena
Paralisis periodik familial
3. Klorida
Nilai normal : 98 108 mEq / L
Kadar
1.
2.
3.
4.
meningkat :
Dehidrasi
Kelainan iatrogenik
Kelainan metabolik
Hiperparatiroidisme primer
Kadar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
menurun:
Anemia pernisiosa
Ulkus lambung
Karsinoma lambung
Defisiensi besi
Kehamilan
Radiasi
Gastritis atrofik
Poliposis lambung
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan
untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Prinsip
pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil
pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Uji ini tidak
boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin;
pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 7 hari.
Penyebab :
Penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, jaundice)
Afibrinogenemia
Defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X)
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Fibrinolisis
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
Gangguan reabsorbsi usus
Pengaruh obat : treatmen vitamin K antagonis, antibiotic (penisilin,
streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol [Chloromycetin], kanamisin
[Kantrex], neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin, dikumarol),
klorpromazin (Thorazine), klordiazepoksid (Librium), difenilhidantoin
(Dilantin), heparin, metildopa (Aldomet), mitramisin, reserpin (Serpasil),
fenilbutazon (Butazolidin), quinidin, salisilat (aspirin), sulfonamide.
Pemendekan nilai
1.
2.
3.
4.
Tromboflebitis
Infark miokardial
Embolisme pulmonal
Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretic, difenhidramin (Benadryl),
kontrasepsi oral, rifampin, metaproterenol (Alupent, Metaprel).
Asam adalah ion hidrogen atau donor proton. Suatu cairan disebut asam
bila mengandung H+ atau mampu melepas atau memberikan H +. Basa adalah
garam dari ion hidrogen atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila
sanggup menerima H+. Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu
melepas H+ dan menjadi HCO3-. Sedangkan bikarbonat adalah (HCO 3-) adalah
basa karena mampu menerima H + untuk kemudian menjadi H2CO3. Hasil dari
pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi pasien, terapi oksigen, dan untuk mengevaluasi
respon tubuh pasien terhadap tindakan dan terapi misalnya pada saat pasien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil
digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah.
Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji status oksigenasi klien
(tekanan oksigen arterial [PaO2]), untuk menilai ventilasi alveolar (tekanan
karbondioksida arterial [PaCO2]) dan untuk menilai keseimbangan asam basa.
Indikasi pemeriksaan :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema paru
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Syok
7. Post pembedahan coronary arteri bypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Pasien dengan perubahan status respiratori
10.Pasien yan menjalani anestesi dalam waktu lama
Nilai normal :
pH darah arteri 7,35 7,45
PaO2 80 100 mmHg
PaCO2 35 45 mmHg
HCO3- 22 26 mEq/l
Base Excess (B.E) -2,5 (+2,5) mEq/l
O2 Saturasi 90 100 %
Asidosis
Alkalosis
Ph (7,35
7,45)
Turun
Naik
HCO3 22 26
Turun
Naik
PCO2 35 - 45
Naik
Turun
BE 2 - +2
Turun
Naik
PO2 80 - 100
Turun
Naik
DAFTAR PUSTAKA
1. Kee, Joyce LeFever, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik, Edisi 6, EGC, Jakarta
2. E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, 2008, Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik, Edisi 2, Karisma Publishing Group : Tangerang
3. Ravel et al, Clinical Laboratory Medicine - Clinical Applications of
Laboratory Data, Edisi 6
4. Fischbach et al, A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, Edisi 7