You are on page 1of 36

SKRIPSI

JUNI
2015

BAGIAN IKM - IKK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERSEPSI PASIEN TERHADAP LAYANAN


RAWAT INAP DI RSUD DAYA

DISUSUN OLEH
Rezky F Saban
NIM
C111 10 103
PEMBIMBING
Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama

Rezky F Saban

NIM

C111 10 103

Case Report

Persepsi Pasien Terhadap Layanan Rawat Inap Di RSUD Daya

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Makassar, Juni 2015

Pembimbing

Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah sakit..........................................................................................7
2.2 Persepsi.................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................
3.3 Populasi Penelitian................................................................................
3.4 Sampel Penelitian..................................................................................
3.5 Besar Sampel........................................................................................
3.6 Cara Pengumpulan Sampel...................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pelayanan Umum di RSUD Daya.............................................................4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi dengan kompleksitas yang sangat
tinggi. Sering kali rumah sakit diistilahkan sebagai organisasi yang padat modal,
padat sumber daya manusia, padat teknolohi, padat ilmu pengetahuan dan padat
regulasi (Salimah, 2009). Kondisi yang demikian membuat rumah sakit
membutuhkan sistem manajemen dan pelayanan yang baik untuk bisa
berkembang menjadi institusi yang memiliki daya saing dan kepekaan terhadap
kebutuhan pasien sebagai konsumen terbesar di rumah sakit. Buruknya
manajemen dan pelayanan jasa kesehatan yang diberikan rumah sakit kepada
pasien sudah sejak lama disadari dan telah mengakibatkan kerugian baik bagi
rumah sakit maupun bagi pasien. Survey membuktikan bahwa tidak setiap
konsumen yang kecewadenagn pelayanan rumah sakit dengan senang hati
menyampaikan keluhannya. Artinya, meski pasien tidak menyampaikan
keluhannya bukan berarti secara otomatis dianggap bahwa pasien puas dengan
pelayanan di rumah sakit. Temuan yang didapatlan Techincal Assistance Research
Program (TARP) di Washington, D.C. mendapati kenyataan bahwa 96%
konsumen yang tidak puas justru secara diam-diam beralih ke jasa pesaing
(Lupiyoadi & Hamdani, 2006). Itu artinya, diamnya pasien merupakan sinyal
buruk bagi rumah sakit. Karena 4% yang menyampaikan keluhan biasanya adalah
mereka yang benar-benar setia atau membutuhkan jasa rumah sakit.
Indikasi ini bermakna, setiap satu pasien yang tidak puas pada dasarnya
mewakili 25 pasien lain yang kecewa. Bila setiap hari ada 100 pasien yang
mengeluh, berarti terdapat 2.500 pasien yang kecewa. Konsumen yang kecewa
tidak hanya meninggalkan perusahaan, tetapi juga menceritakan keburukan
pelayanan yang diterima pada orang lain. Menurut penelitian, mereka yang
kecewa akan bercerita paling sedikit kepada 15 orang lainnya (Lupiyoadi &
Hamdani, 2006). Dengan asumsi 100 pasien yang kecewa, dalam satu bulan sinyal
buruk itu akan menyebar ke 37.500 orang lainnya. Hal ini akan membuat citra
buruk melekat dalam jasa pelayanan rumah sakit. Berdasarakan hal tersebut, maka
1

sangat diperlukan adanya upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya


membangun sistem manajemen pelayanan dan kualitas pelayanan rumah sakit
yang berfokus pada kepuasan pasien. Menurut Kotler (1993 dikutip dari wanti,
2011) kepuasan pasien adalah perasaan senang dan kecewa pasien sebagai hasil
perbandingan antara prestasi yang dirasakan dengan harapan. Pasien akan puas
apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui
harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil tidak
memenuhi harapan pasien.
Salah satu bentuk pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan .Penelitian Otani dkk. Dari
tahun

2005 hingga tahun

2007

di

lima

rumah

sakit

di

daerah

metropolitanSt.Louis mid-Missouri dan bagian selatan Illinois Amerika Serikat


menunjukkan kenyataan tersebut. Ada enam unsur pelayanan yang dinilai dalam
penelitian tersebut;proses registrasi,pelayanan keperawatan,pelayanan dokter,
pelayanan staf,pelayanan makanan, dan pelayanan ruangan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh staf dan perawat adalah
faktor yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dibandingkan faktor
lainnya. (Otani,Brian, Faulkner, Boslaugh, Burroughs, & Dunaga, 2009)
Hal tersebut dapat dimaklumi karena pelayanan kesehatan
selama 24 jam dimulai dari awal masuk hingga kepulangan

diberikan

pasien.Sepanjang

pasien dirawat di ruangan,pasien akan terus berinteraksi dengan dokter dan


perawat.Dokter dan perawatlah jugalah yang membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya dan membantu dalam pemulihan dan penyembuhan
pasien.Sehingga hubungan dan interaksi antara tenaga kesehatan-pasien
sangat

akan

menentukan tingka kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan di

rumah sakit.Menurut Otani dkk.(2009) ada empat indikator agar

kualitas

pelayanan kesehatan bisa dikatakan prima atau excellent, yaitu: responsiveness


atau ketanggapan pelayana kesehatan ketika dipanggil, helpfulness atau keinginan
untuk membantu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pasien, kemampuan
berkomunikasi dengan pasien,dan kemampuan untukmemberikan instruksi atau

penjelasan yang memadai terhadap pengobatan atau perawatan pasien.Apabila


indikator-indikator tersebut dapat dipenuhi

dengan sangat baik oleh tenaga

medis, maka pasien akan sangat puas dan menganggap bahwa kualitas pelayanan
yang didapatkannya sudah prima.
Kualitas pelayanan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa kualitas
pelayananan yang diberikan dokter ataupum perawat kepada pasien melebihi
kualitas yang telah distandarkan yang bertujuan untuk mewujudkan kepuasan
pasien.Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata prima sebagai
pertama;sangat baik;utama(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008).

Kataprima

jika

digandengkan

dengan

kata

pelayanan

akan

mengindikasikan bahwa pelayanan tersebut adalah pelayanan yang terbaik dan


bukan

sekedar baik. Apabila pelayanan

yang baik telah membuat

pasien

puas,maka logikanyapelayanan yang terbaik atau sangat baik adalah pelayanan


yang membuat pasiensangat puas. Penilaian atau persepsi pasien terhadap
kualitas pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu yang

berhubungan langsung dengan proses penyampaian jasa pelayanan kesehatan


oleh dokter dan perawat kepada pasien maupun yang tidak berhubungan langsung
dengan proses penyampaian jasa seperti aspek fisik dan persyaratan pelayanan.
Oleh sebab itu, untuk menilai tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit,diperlukan

indikator-indikator

yang

relevan, valid dan reliabel agar aspek yang benar-benar mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien benar-benar dapat terwakili.Dalam

Kepmenpan Nomor

25

Tahun 2004 terdapat empat belas indikatoryang "relevan,valid,dan reliabel"


sebagai unsur pelayana yang prima yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan dibidang jasa, yaitu; prosedur
pelayanan,

persyaratan

pelayanan,

kejelasan

petugas,

kedisiplinan

petugas,tanggung jawab petugas,kemampuan petugas,kecepatan pelayanan,


keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas,kewajaran
biaya,kepastian biaya,kepastian jadwal pelayanan,kenyamanan lingkungan dan
keamanan pelayanan (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,2004).

Berdasarkan ke-empat belas indikator tersebut dapat dianalisis distribusi


tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
dengan cara membandingkan skor penilaian pasien pada tingkat harapan
pasien dan tingkat kinerja pelayanan.Melalu ke-empat belas indikator tersebut
tidak hanya tingkat kepuasan pasien
indeks

kepuasan

pasien

dan

yang

dapat

diukur

tapi juga

tingkat kepentingan-kinerja dapat diketahui.

Indeks kepuasan pasien diukur berdasarkan skor tingkat kinerja pelayanan


keperawatan. Semakin tinggi skor tingkat kinerja pelayanan kesehatan semakin
baik pula kualitas pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Adapun tingkat

kepentingan-kinerja pelayanan kesehatan diukur dengan membandingkan tingkat


harapan

pasien

potong

pada

tingkat

harapan

dan

tingkat kinerja

diagram

kartesius

pasien

kesehatan.Titik potong

dan

yang didapatkan

nilai

tersebut

pelayanan menggunakan dua titik

akan

rata-rata

dari

nilai

rata-rata

tingkat kinerja pelayanan

membagi diagram kartesius menjadi

empat bagian yang akan menentukan skala prioritas ke-empat belas

indikator

tersebut.
Dengan terbentuknya empat

kuadran

dalam diagram kartesius maka

akan diketahui indikator mana yang yang harus menjadi prioritas dan didahulukan
untuk diperhatikan dan diperbaiki .Rumah Sakit Umum Daerah Daya,(RSUD)
Makassar adalah Rumah Sakit kelas B dan merupakan

Rumah

Sakit

Pendidikan yang terletak di kota Makassar,Propinsi Sulawesi Selatan Rumah


Sakit Umum Daerah Daya Kota Makassar adalah satu-satunya
milik

Pemerintah

Kota

Makassar

dan

Rumah Sakit

merupakan Konversi

dari

Puskesmas Plus Daya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota makassar
Tipe

B,

dan

juga

Makassar sesuai dengan

merupakan

Pusat

Keputusan

Rujukan

Pintu Gerbang Utara

Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan..

Rumah sakit ini juga menjadi Rumah Sakit rujukan dari rumah sakit
kabupaten.Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Rumah Sakit
Umum Daerah Daya bertekad memberi pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat
serta mendukung tercapainya Kota

Makassar, Propinsi, dan Indonesia Sehat

dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan Visi, dan
4

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Daya. RSUD Daya Makassar


produk

layanan

memiliki

Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap dan Instalasi

Gawat Darurat/ IGD Level III. Rumah Sakit Umum Daya Makassar juga sebagai
rumah sakit rujukan baik rawat jalan maupun rawat inap, Untuk memudahkan
pasien

dalam menerima

layanan

kesehatan

secara

berkualitas,

pihak

RSUD Daya telah mengatur beberapa pelayanan yang dilewati oleh pasien, yaitu :

Gambar 1. Pelayanan Umum di RSUD Daya


Melalui pelayanan ini diharapkan masyarakat dapat menerima pelayanan
yang baik dari pegawai maupun tenaga medis. Untuk menunjang pelaksanaan
prosedur secara berkualitas tentu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pihak RSUD Daya, seperti sarana dan prasarana yang ada, kualitas SDM yang
melayani dalam hal ini pegawai dan tenaga medis, sikap pegawai/ tenaga medis
menunjang pelaksabaab prosedur ini secara maksimal.Keliat, dkk (2006)
mengatakan bahwa indikator mutu keberhasilan sebuah rumah sakit dapat dilihat
dari peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR), penurunan Average Lenght Of Stay
(ALOS) dan penurunan angka lari pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam penulisan ditatas,
maka masalah yang akan diteliti adalah bagaimana persepsi pasien terhadap
layanan kesehatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daya dan faktor -

faktor apa yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap layanan kesehatan
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daya
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap layanan kesehatan di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Umum Daya
1.3.2

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui distribusi kepuasan pasien di instalasi rawat inap terhadap
pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien yang meliputi:
prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan
kedisiplinan perawat, tanggung jawab tenaga medis, kemampuan tenaga
medis, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan
keramahan petugas kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat teoritik
Dengan diketahuinya persepsi pasien terhadap layanan rawat inap di
RSUD Daya dapat menambah informasi ilmu pengetahuan dalam bidang
kedokteran komunitas khususnya mengenai costumer satisfaction dalam
pelayanan medis.
1.4.2. Manfaat aplikatif
Dengan diketahuinya persepsi pasien terhadap layanan rawat inap di
RSUD Daya dapat memberi masukan kepada manajemen rumah sakit tentang

karakteristik pasien di instalasi rawat inap RSUD Daya sehingga pelayanan tenaga
medis terhadap pasien dapat ditingkatkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Persepsi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi merupakan suatu tanggapan atau
penerimaan langsung dari suatu serapan yaitu proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui panca indera (Depdiknas, 1990: 672). Persepsi secara
etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin perception, asal kata percipere yang
berarti menerima atau mengambil. Arti sempit persepsi merupakan cara
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. (Alex Sobur, 2003:
445) Menurut Adam Ibrahim seperti yang dikutip Gutomo, dkk (2009:11) yang
mengemukakan

persepsi

merupakan

suatu

proses

dimana

seseorang

mengorganisir dalam pikirannya, menafsirkan, dan mengoleh pertanda atau gejala


sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Gejala tersebut mempengaruhi persepsi
seseorang pada gilirannya akan mempengaruhi hal yang dipilihnya. Hal ini juga
diungkapkan oleh New Camb, bahwa persepsi berkait erat dengan proses
psikologi seseorang dalam memberikan arti terhadap rangsangan yang diterima
oleh orang lain atau lingkungannya, dan selanjutnya mempengaruhi tingkah laku
maupun tindakannya. Persepsi menurut Bimo Walgito (2001:85) adalah suatu
proses yang didahului oleh penginderaan, yang merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Artinya dalam persepsi tersebut
terdapat kegiatan psikis yang meliputi aspek kognitif, afektif yang dalam
aspeknya menyangkut aspek sosiologis. Irwanto dkk (1989: 71), menyatakan
bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan yang dapat berupa
objek, kualitas hubungan antara gejala maupun peristiwa sampai rangsangan itu
disadari dan dimengerti. Kunci terpenting ataupun hal utama dalam persepsi
adalah proses bottom-up dan top-down. Proses bottom-up digerakkan sematamata
oleh masukkan. Proses top-down didorong oleh pengetahuan dan harapan
seseorang. Terjadinya persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi:
a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan adanya stimulus yang mengenai
alat indera. Stimulus tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan. Objek
yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
dan selain itu manusia itu sendiri dapat pula menjadi objek persepsi. Objek
persepsi yang begitu banyak maka secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
objek yang berupa manusia (person perception atau social perception) dan objek
non manusia (non social perception/thing percertion).

b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf.


Alat indera merupakan suatu alat utama untuk menerima stimulus, alat indera
merupakan syarat utama ketika terjadi suatu persepsi, selain itu harus terdapat
pula syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh
susunan syaraf yaitu sebagai pusat kerja.

c. Perhatian.
Perhatian merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran, dimana dalam mengadakan persepsi diperlukan
perhatian. Hal itu dikarenakan juga merupakan suatu langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. (Jalanuddin Rakhmat, 2007:
52) Menurut Miftah Toha (2003: 154) faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang terbangun dalam fikirannya dan berbeda-beda satu dengan yang lainnya
adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal, berupa kondisi perasaan, sikap dan kepribadian individu,


prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan
fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat dan motivasi.
b. Faktor eksternal, berupa latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebudayaan sekitar, keberlawanan, pengulangan gerakan, hal-hal
baru dan familier atau ketidak asingan terhadap suatu objek. Individu dalam
mempresepsikan sesuatu terhadap suatu hal terkadang melakukan kesalahan
dalam mempersepsikannya. Kesalahan persepsi menurut I Nyoman Sudita, dkk
(2000: 17) antara lain:
a. Stereotyping

Stereotyping adalah mengkategorikan atau menilai seseorang atas dasar atau


beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotyping sering didasari oleh jenis kelamin,
keturunan, umur, agama, kebangsaan dan kedudukan atau jabatan.
b. Halo Effect
Halo Effect adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu
sifatnya saja. Halo Effect sering terjadi saat melakukan penilaian wawancara.
c. Projector
Projector adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar
perasaan dan sifatnya. Projector berfungsi sebagai suatu mekanisme pertahanan
dari konsep diri seseorang sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya
tidak wajar.

2. Tinjauan tentang Pasien


Pasien merupakan konsumen pengguna jasa layanan kesehatan. Pasien di rumah
sakit terbagi menjadi pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat
darurat. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
perawatan intensif atau observasi ketat berdasarkan penyakitnya. Pasien setelah
mendapatkan layanan dari rumah sakit sering merasa tidak puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Salah satu penyebabnya adalah karena
kurangnya komunikasi antara pasien dengan dokter maupun petugas pelayanan
kesehatan. Komunikasi yang kurang ini menyebabkan pasien kurang mengetahui
hak-haknya. Pasien memiliki beberapa hak sebagai konsumen layanan kesehatan,
Hak-hak pasien antara lain:

a. Hak untuk mendapatkan informasi.


Pasien berhak mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya dari seorang
dokter atau ahli kesehatan lainnya, Informasi dapat berupa: sakit yang diderita

10

pasien, penyebab sakit, cara pengobatan yang akan dilakukan, perawatan yang
harus dijalani, efek samping dalam pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan,
sistem pemeliharaan kesehatan.

b. Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan. Pasien berhak untuk


dirawat dan dilayani dengan baik dan dimuliakan.
c. Hak mendapat ganti rugi.
Pasien berhak mendapatkan bantuan hukum, sehubungan perkara yang mungkin
timbul akibat perawatan yang dilakukan.

d. Hak untuk memilih.


Hak untuk memilih pada pasien meliputi:
1) Membatalkan persetujuan.
2) Menolak pengobatan atau tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien.
3) Meninggalkan rumah sakit sewaktu-waktu. Jika pasien ingin meninggalkan
rumah sakit tanpa persetujuan rumah sakit maka pasien harus bertanggung jawab
penuh terhadap semua akibatakibat lebih lanjut. (Marius Widjayarta, dkk, 1995: 34) Hak-hak dari pasien tersebut diinformasikan kepada pasien agar pasien
mengetahui haknya sehingga tidak terjadi ketidakpuasan pasien. Pasien dalam
layanan kesehatan tidak hanya melihat haknya saja tetapi juga harus
memperhatikan kewajibannya sebagai pasien. Berikut ini kewajiban dari pasien
yaitu:
a. Kewajiban untuk bersikap kritis. Bersikap kritis pasien meliputi:
1) Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatan mereka sendiri.
2) Menepati janji dengan petugas kesehatan, sehubungan dengan perawatan
sakitnya.

11

3) Mematuhi perawatan yang diberikan dan kooperatif.


4) Memberi tahu dokter yang bersangkutan jika menerima perawatan dari ahli
kesehatan lainnya.
5) Mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat diatasi oleh perusahaan asuransi.
Jika pasien menggunakan jaminan kesehatan.

b. Kewajiban untuk memiliki kepedulian sosial. Menjaga diri sendiri dan


sekitarnya sehingga tidak melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban atau
mengganggu hak pasien lain atau petugas. (Marius Widjayarta, dkk, 1995: 5-6)
3. Tinjauan Umum Tentang Pasien Rawat Inap
Menurut Kotler (2008) pelayanan adalah

setiap

kegiatan

yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan


meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan adalah
suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan
pelanggan. Menurut (Koetamsi, 1997:4) dalam buku Manajemen Pelayanan
Masyarakat dijelaskan bahwa pelayanan adalah sebagai proses. Proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung. Moenir mendefinsikan
pelayanan sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain
secara langsung (AS
Moenir. 1998:167). Pengertian sehat menurut WHO dapat diartikan suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan. Pengertian yang paling luas sehat merupakan
suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual, dan
penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam
12

mempertahankan

hidupnya

(Hanum

Marimbi,

2009:54-55).

Jadi

dapat

disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau urutan


kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain
untuk mewujudkan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Layanan kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan sarana dan prasarana kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada
harus tepat, sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi. Layanan kesehatan
yang telah ada saat ini berupa Puskesmas, Rumah Sakit, maupun praktek dokter.
Pemerintah juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses
layanan yang ada terutama pada golongan kurang mampu. Pelayanan kesehatan
juga memiliki program pelayanan kesehatan yang tersedia di instansi kesehatan
antara lain :
a. Kesejahteraan ibu dan anak
Tujuan dari kesejahteraan ibu dan anak adalah :
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, anak dan bayi.
2) Meningkatkan jangkauan pelayanan atau pemeriksaan ibu
hamil dan ibu menyusui, serta bayi.
3) Meningkatkan pertolongan persalinan.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya dalam rangka
penimbangan bayi dan balita.
b. Perbaikan gizi
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama
golongan yang berpenghasilan rendah.

13

c. Kesehatan Lingkungan
Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam
rangka mencapai kualitas hidup optimal melalui kesehatan lingkungan dan
pelestarian lingkungan yang dinamis serta membangkitkan semangat masyarakat
dalam upaya kesehatan lingkungan.

d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Tujuan pelayanan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit.

e. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Penyuluhan bertujuan untuk mengembangkan perilaku hidup sehat seperti
penggunaan dan pemanfaatan sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana
kebersihan lingkungan lainnya.
f. Keluarga Berencana
Kegiatan KB diarahkan pada pengembangan keluarga sehat sejahtera,
yaitu norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS), melalui
kegiatan penyuluhan dan motivasi pada
pasangan usia subur, generasi muda serta pelayanan medis keluarga berencana.
g. Pelayanan Pengobatan
Meningkatkan mutu upaya kesehatan dengan mencukupi persediaan obat
dan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat luas.
h. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pencakupan pelayanan perawatan kepada keluarga diprioritaskansasaran
pada ibu dan anak. Bagi kelompok usia lanjut dalam nrangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang akan dilakukan perawatan tindak lanjut, rehabilitas
dan penyuluhan.

14

i. Kesehatan Sekolah
Melalui usaha kesehatan sekolah diharapakan dapat ditingkatkan derajat
kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah.
j. Kesehatan Jiwa
Tugas pokok kesehatan ini adalah mencegah meningkatkan angka
penderita berbagai gangguan jiwa.
k. Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi biasanya lebih terfokus pada anak-anak.
l. Rawat inap
Kegiatannya adalah melaksanakan pelayanan rutin penyuluhan dalam
rangka pengamatan kejadian penyakit. Pelayanan rawat inap adalah suatu
kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan
gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap
adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap
dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan
terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis
atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan
pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya secara intensif setiap
hari. Perawatan intensif merupakan pelayanan rawat inap secara intensif terhadap
pasien yang memerlukan perawatan medik dan pengawasan berkelanjutan.
Perawatan intensif dilakukan di ruang perawatan intensif, ruangan yang memiliki
sarana penunjang untuk memantau keadaan pasien secara terus menerus.
Pelayanan rawat inap juga menyediakan perawatan isolasi, merupakan pelayanan
rawat inap secara terpisah yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan

15

perawatan medik khusus guna mempercepat penyembuhan dan mencegah


penularan penyakit. Perawatan isolasi dilakukan secara terpisah yang diberikan
terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat
penyebuhan dan mencegah penularan penyakit. Keputusan pasien harus menjalani
rawat inap ditentukan oleh dokter, baik dokter di instalasi rawat jalan maupun
instalasi rawat inap. Pasien kemudian mengikuti prosedur yang ditentukan oleh
pihak rumah sakit untuk mendapatkan layanan rawat inap. Pasien di rawat inap
perlu diklasifikasikan sesuai dengan ketergantungan mereka terhadap pemberi
perawatan dalam proses penyembuhan penyakit. Metode Donglas yang
mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori yaitu:
a. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam.
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian,
klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri lain pada
klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan
minimal, status psikologi stabil, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam
memenuhi kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi, serta perlunya observasi
tanda vital setiap 4 jam, di samping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan
pengobatan lebih dari sekali, kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat, dan
klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c. Perawatan maksimal atau total yang memerlukan 5-6 jam/24 jam.
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien yang harus dibantu tentang segala
sesuatunya, posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan
memerlukan selang nasorganik (NG), menggunakan terapi intravena, pemakaian

16

alat penghisap (suction), dan klien kadang dalam kondisi gelisah/disorientasi.


(Arwani, dkk, 2005:103). Tujuan klasifikasi ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Klasifikasi dalam perawatan yang diberikan kepada pasien
berdasarkan kebutuhan setiap hari, kesehatan pasien, dukungan pengajar dan
emosional, serta perlakuan dalam pengobatan. Klasifikasi pada perawatan pasien
juga dilakukan sebagai acuan dalam memberikan asuhan perawatan ketika
menjalani rawat inap.
4. Tinjauan tentang Rumah Sakit
Menurut Benyamin Lumenta, rumah sakit adalah salah satu jasa yang
menyelenggarakan upaya terutama penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan (Benyamin Lumenta, 1989:11). Pelayanan rumah sakit yang diberikan
bersifat individual, tergantung dari jenis
penyakit, kondisi pasien, latar belakang kehidupan, pendidikan, sosial, ekonomi,
dan budaya yang diharapkan mampu bersaing dan mampu mewujudkan pelayanan
efektif, efisien dan bertujuan memfokuskan pelayanan yang berkualitas dan
berorientasi pada kepuasan pasien.
Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan
sosial di bidang medis klinis. Menurut Laksono (2006) rumah sakit di Indonesia
dibedakan sebagai berikut ini:
a. Rumah sakit milik pemerintah
Rumah sakit pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu rumah sakit milik
pemerintah pusat (RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi, kabupaten
atau kota.

b. Rumah sakit milik militer

17

Rumah sakit ini memiliki misi yaitu kesehatan militer dan persiapan perang.
Rumah sakit militer merupakan ujung tombak kemajuan pelayanan kesehatan
militer.

c. Rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan


Rumah sakit keagamaan dan yayasan di Indonesia dalam perkembangannnya
terkenal sebagai rumah sakit untuk kelas menengah ke atas. Hal ini karena tarif
sebagian besar layanannya mahal.

d. Rumah sakit swasta milik dokter


Rumah sakit swasta milik dokter bersumber dari prestasi klinis seorang dokter.
Bahkan beberapa dokter yang memiliki keahlian yang sama bergabung dan
bekerja sama untuk mendirikan rumah sakit. Namun hal ini dapat mengurangi laju
perkembangan rumah sakit pemerintah karena dokter senior lebih banyak
melakukan kegiatan di rumah sakitnya.

e. Rumah sakit milik badan usaha milik negara


Rumah sakit ini didirikan oleh badan usaha milik negara. Perkembangan rumah
sakit ini sangat tergantung pada kondisi keuangan pada badan usaha tersebut.
Fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang
diperlukan dalam proses penyembuhan maupun pemeliharaan kesehatan. Rumah
sakit memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Secara garis besar fungsi rumah sakit
adalah sebagai berikut:

a. Fungsi layanan ekstramural, yaitu kegiatan yang dilakukan di luar rumah sakit
yang menyelenggarakannya, dapat dilakukan di luar batas kegiatan tersebut.

18

Seperti pelayanan gizi, pelayanan kegiatan masyarakat, dan program kesehatan


lingkungan.

b. Fungsi layanan intramural, yaitu segala kegiatan yang dilaksanakan di dalam


rumah sakit itu sendiri. Seperti pelayanan pengobatan dan penyembuhan,
pelayanan pada rawat inap maupun rawat jalan, pelayanan administrasi, dan
penyelenggaraan pendidikan bagi pendidik, mahasiswa kedokteran dan asisten
ahli. (Benyamin Lumenta, 1989:109-101) Menurut RS Tjikini (1986) rumah sakit
ditinjau dari wewenag dan pembiayaan dibagi menjadi rumah sakit pemerintah
dan rumah sakit swasta. Ditinjau dari sudut jenis pelayanan maka rumah sakit
terbagi atas rumah sakit umum tipe A, rumah sakit tipe B rumah sakit tipe C, dan
rumah sakit khusus, misalnya rumah sakit mata. Rumah sakit yang baik harus
memenuhi persyaratan lingkungan rumah sakit yaitu :
a. Memiliki cahaya matahari yang cukup.
b. Memiliki udara yang bersih
c. Memiliki penerangan yang cukup.
d. Mempunyai persediaan air yang cukup.
e. Mudah berhubungan
f. Mempunyai sanitasi yang baik dan jauh dari keramaian.
Berdasarkan persyaratan di atas sebagian besar rumah sakit di
Indonesia memilih untuk membangun rumah sakit di pusat kota atau
di tempat strategis agar mudah dijangkau masyarakat.

19

2.1 Kerangka Teori


Berdasarkan tinjauan kepustakaan di atas, berikut ini disajikan kerangka
teori dari penelitian mengenai Persepsi Pasien Terhadap Layanan Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Daya.

Pelayanan administrasi
KERANGKA
KONSEP
Pelayanan
farmasi

Persepsi pasien

Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada skema berikut :


Pelayanan tenaga kesehatan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel yang Diteliti

20

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu rancangan penelitian
sederhana yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi pasien rawat
inap terhadap layanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Daya, Kota
Makassar, dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Daya, Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat inap yang berkunjung dan
mendapat pelayanan kesehatan di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Daya
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yang berkunjung dan
mendapat pelayanan kesehatan di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Daya
saat periode penelitian.

D. Metode Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Accidental
sampling yaitu sampel yang diambil adalah pasien rawat inap yang ditemui
pada saat penelitian berlangsung secara acak. Responden akan dipilih
berdasarkan peserta yang masuk dalam kriteria/persyaratan yang telah
ditentukan, apabila responden tersebut tidak memenuhi kriteria yang ada
maka tidak dapat menjadi responden penelitian.
21

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


1. Pasien baru yang telah memanfaatkan pelayanan klinik umum unit
rawat inap namun belum melakukan kunjungan ulang saat dilakukan
penelitian ini.
2. Bersedia menjadi responden penelitian
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien adalah pegawai rumah sakit dan atau keluarganya
2. Pasien rawat inap yang tidak bisa menggunakan bahasa indonesia
3. Pasien rawat inap yang tidak bisa membaca dan menulis

3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah berupa kuisioner yang dipergunakan untuk
pengumpulan data.
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Opersional
Definisi operasional sebagai batasan-batasan dalam penelitian ini adalah :
a. Pelayanan administrasi yaitu penilaian pasien terhadap sistem prosedur
pengurusan data administrasi
Alat ukur

: kuesioner

Cara ukur

: dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi sendiri oleh


responden meliputi prosedur penerimaan atau tata urutan
pelayanan, respon petugas loket, kecepatan proses registrasi
didukung dengan

kelengkapan

perangkat administrasi,

menyediakan fasilitas media informasi.

22

b. Pelayanan farmasi adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi (obat)
Alat ukur :

kuesioner

Cara ukur : dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden yang meliputi bagaimana penilaian pasien
terhadap tersedianya obat di rumah sakit, kemudahan untuk
mendapatkan obat yang sesuai resep, informasi mengenai
obat.
c. Pelayanan petugas kesehatan adalah tanggapan pasien mengenai sikap dan
perilaku tenaga kesehatan dalam melayani pasien
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : dengan mengambil data dari kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden penilaian pasien mencakup proses pemeriksaan
yang dilakukan oleh dokter dan pelayanan perawat, petugas
memberikan informasi mengenai penyakit, ramah dalam
memberikan pelayanan.

2. Kriteria Objektif
Dalam melakukan penelitian terhadap persepsi pasien rawat inap, yaitu :
pelayanan adminstrasi, pelayanan farmasi, pelayanan petugas kesehatan
didasarkan

atas

nilai

rata-rata

jawaban

responden,

kemudian

dengan

menggunakan skala Likert. Adapun nilai tiap jawaban untuk pelayanan


administrasi dan pelayanan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
3 = Baik
2 = Cukup

23

1 = Kurang
Berikut ini kriteria mutu pelayan administrasi dan pelayanan petugas kesehatan
yang merujuk pada skala Likert (Sugiono, 2000) dimana jawaban itu digolongkan
dalam dua kategori (K) yaitu :
Skor tertinggi jawaban responden (X) = jumlah pertanyaan x skor jawaban
tertinggi
=7x3
= 21 (100%)
Skor terendah jawaban responden (Y) = jumlah pertanyaan x skor jawaban
terndah
=7x1
= 21 ( 33,3%)
Range (R) = X-Y
= 100% - 33,3 % =66,67%
Interval (I) = R : Y
= 66,67% : 3
= 22,22 %
Jadi kriterianya :
1. Baik jika jawaban responden berada pada indeks 77,8%-100% dengan jumlah
nilai 17-21
2. Cukup jika jawaban responden berada pada indeks 55,6%-77,8 dengan jumlah
nilai 11-16
3. Kurang jika jawaban responden berada pada indeks < 55,5% dengan jumlah
nilai < 11
Adapun nilai tiap jawaban untuk pelayanan farmasi adalah sebagai berikut :
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Berikut ini kriteria pelayanan merujuk pada skala Likert (Sugiono, 2000)
dimana jawaban itu digolongkan dalam dua kategori (K) yaitu :

24

Skor tertinggi jawaban responden (X) = jumlah pertanyaan x skor jawaban


tertinggi
=5x3
= 15 (100%)
Skor terendah jawaban responden (Y) = jumlah pertanyaan x skor jawaban
terndah
=5x1
= 5 ( 33,3%)
Range (R) = X-Y
= 100% - 33,3 % =66,67%
Interval (I) = R : Y
= 66,67% : 3
= 22,22 %
Jadi kriterianya :
1. Baik jika jawaban responden berada pada indeks 77,8%-100% dengan jumlah
nilai 12-15
2. Cukup jika jawaban responden berada pada indeks 55,6%-77,8 dengan jumlah
nilai 8-11
3. Kurang jika jawaban responden berada pada indeks < 55,5% dengan jumlah
nilai < 8

G. Pengumpulan Data
Dalam penelitian dipergunakan data primer, yang mana data ini diperoleh
melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner
secara terstruktur dan sistematis disertai pengamatan langsung.
H. Analisis Data

25

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan
persepsi layanan pada pasien rawat inap disertai dengan penjelasan. Setelah data
terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data deskriptif. Data
demografi dan hasil kuesioner disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase. Sedangkan data hasil kuesioner terlebih dahulu akan diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Editing, memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. (2) Coding, pemberian kode
numerik (angka) terhadap data. (3) Entry data, memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi. (4) Kemudian data dianalisis, lalu disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.

26

DAFTAR PUSTAKA
Agung

Kurniawan.

2005.

Transformasi

Pelayanan

Publik.

Yogyakarta:

Pembaharuan.

Arwani, dkk. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku


Kedokteran EGC.

Bimo Walgito. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gidden, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis
terhadap Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Jakarta: UI Press.

Hanum Marimbi. 2009. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Hassan Shadily. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina


Aksara.

27

Howard. B Waitzkin. 1995. Sosiologi Kesehatan Mengeksploitasi Penyakit


Mencari Keuntungan. Jakarta: Prima Aksara

Huberman dan Milles. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia Pers.

Irawan Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta:
Gramedia.

Lijan Poltak Sinambela. 2008. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta: Bumi


Aksara.

Mitchell, Ducan. 1996. Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial. Jakarta: Bina
Aksara.

Moenir

A,S.

1998.

Pendekatan

Manusiawi

dan

Organisasi

Terhadap

Kepegawaian. Gunung Agung. Jakarta.

Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.94
28

RS Tjikini. 1986. Pedoman Perawatan Ruangan. Jakarta: Rumah Sakit


Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Tjikini.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi.


Jakarta: Yayasan Penerbit FE UI.

Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
1984. Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta :Rajawali.

Tri Gutomo dan Etty Padmiati. 2009. Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia:
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Keluarga. Salatiga: Widya Sari Press

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

29

You might also like