Professional Documents
Culture Documents
Identitas
Nama
: Ny. I. P
Usia
: 28 tahun
Nama suami
: Tn A
Alamat
: Jl. Parangsarpo 8 no 2 RT 4 RW 12
No. Telepon
: 0856401272113
Tahun menikah
: 2013
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Karyawan
Pendidikan terakhir
: D3
Pekerjaan suami
: Wiraswasta
Pendidikan suami
: D1
: 13 Januari 2015
Siklus haid
: 20 Oktober 2015
Perdarahan pervaginam
:-
Keputihan
:-
:-
:-
Keluhan lainnya
(+)
Riwayat Kontrasepsi
:-
:-
:1
:-
Jumlah anak hidup, berat lahir, jenis kelamin, cara persalinan: 1, Berat badan lahir : 3000
gram jenis kelamin : laki-laki, cara persalinan : spontan
Perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu: Riwayat hipertensi (sebelum/saat/sesudah kehamilan): Riwayat berat bayi <2500g atau >4000g: Riwayat kehamilan sungsang : Riwayat kehamilan ganda
:-
Riwayat pertumbuhan janin terhambat: Riwayat penyakit dan kematian perinatal, neonatal, dan kematian janin: Adanya masalah lain selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu: Durasi menyusui eksklusif
: 6 bulan
:-
Hipertensi
:-
Diabetes melitus
:-
:-
:-
Lainnya
:-
Alergi obat/makanan
:-
Riwayat operasi
:-
:-
:-
:-
: Menikah
Pemeriksaan Fisik
Tanggal
: 14 April 2015
Jam
: 13:00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70
Frekuensi nadi
: 100 x/menit
Frekuensi napas
: 18 x/menit
Suhu tubuh
: 37.8 C
Data antropometri
: BB = 71 kg, TB : 160 cm
Pemeriksaan Sistem
Kepala
Leher
Toraks
Paru-paru
I : Simetris pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-)
P : Stem fremitus sama kuat kanan dan kiri
P : Sonor, batas paru hepar ICS IV MCL dekstra
A : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat angkat (+), thrill (-)
P : Batas jantung kanan : ICS V PSL Dekstra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
A : Bunyi jantung I, II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Datar
A : Bising usus (+) 8x/menit
P : Timpani pada keempat kuadran abdomen
P : Supel, nyeri tekan (+) pada ulu hati, Hepar; Lien dan Ginjal tidak teraba membesar
Anus dan genitalia
:
superior
inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Capillary refill
<2
<2
Anemis
-/-
-/-
RESUME
Telah diperiksa seorang wanita berusia 28 tahun G2P1A0, dengan keluhan mual dan
muntah sejak 3 hari SMRS, mual dirasakan terus menerus sepanjang hari terutama
setelah makan. Muntah lebih dari 5 kali sehari. Pasien mengaku tidak bisa makan dan
minum sejak keluhannya ini. Usia kehamilan kurang lebih 12 minggu, tidak ada riwayat
perdarahan, tidak ada riwayat minum jamu-jamuan atau obat-obatan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan lemas, suhu tubuh 37.8
C. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang yaitu urin
lengkap didapatkan hasil urin dalam batas normal.
Diagnosis : G2P1A0 dengan hiperemesis gravidarum
Diagnosis Banding : Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisa
Warna
: Kuning
Kekeruhan
: Keruh
PH
: 7.5
Berat Jenis
: 1020
Glukosa
:-
Keton
:-
Bilirubin
:-
Urobilinogen : Eritrosit
: 0-1
Leukosit
: 4-5
Nitrit
:-
Kristal
:-
Bakteri
:-
Jamur
:-
Protein
:+
Terapi :
Oksigen 2L/menit
Infus RL 30 tetes per menit
Piridoksin 10-25 mg setiap 8 jam
Doksilamine 12,5-25 mg setiap 8 jam (12,5 mg pagi hari - 12,5 mg siang hari 25 mg
malam hari)
Cernevit 1 vial/ hari
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi sampai
umur 20 minggu kehamilan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan
bahkan membahayakan hidupnya. (Mitayni, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah ynag berlebihan dan tidak terkendali selama kehamilan, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit, metabolic, dan defisiensi nutrisi tanpa masalah medis
lainnya (Bobak dalam Sukowati, 2010). Komplikasi mual dan muntah sekitar 70 % dari
semua kehamilan biasa terjadi pada trisemester pertama (Gordon, 2002). Hiperemesis
gravidarum biasanya dimulai dari 10 minggu pertama dari kehamilan. Wanita yang
cenderung mengalami gangguan ini biasanya berumur kurang dari 20 tahun, dan
mengalami kegemukan.
B. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam
racun yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga digolongkan ke dalam
gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Menurut Sastrawinata (2005), nama
gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi
(pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan.
Beberapa perkiraan faktor-faktor penyebab meliputi :
1. Faktor Hormonal
Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh plasenta pada
wanita hamil terjadi peningkatan. Peningkatan hormon HCG berefek menimbulkan
mual dan muntah. Hormon HCG berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi
hormon estrogen dan progesteron yang berdampak pada kehamilan agar sehat dan
lancar. (Stright, B.R 2001 ; Tiran, 2004).
Kadar estrogen pada wanita hamil meningkat, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tonus otot-otot traktus digestivus, sehingga motilitas seluruh traktus
digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di lambung dan apa yang telah
dicerna lebih lama berada dalam usus, dan hal ini menimbulkan rasa mual.
(Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Progesteron bersama estrogen berperan dalam menyebabkan terjadinya nausea
dan vomitus pada kehamilan. Progesteron menurunkan kontraktilitas otot polos dan
menyebabkan distritmia lambung yang merangsang terjadinya mual dan muntah.
Peningkatan
hormon
progesteron
menyebabkan
otot
polos
pada
sistem
terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang
dapat mengakibatkan mual dan muntah (Kuscu & Koyuncu, 2002: Neil & Nelson,
2003; Tiran, 2004; Verberg, et al., 2005).
2. Faktor Infeksi
Berdasarkan penelitian diketahui 95 % ibu hiperemesis gravidarum mengalami
infeksi Helicobacter pylory (Bagis et al., 2001). Infeksi Helicobacter pylory terjadi
karena penurunan keasaman lambung yang disebabkan akumulasi cairan disebabkan
peningkatan produksi hormon steroid pada wanita hamil. Hipo asiditas pada lambung
menyebabkan mudah terjadinya infeksi pada lambung, salah satu infeksi yang terjadi
adalah infeksi pada Helicobacter pylory.
3. Faktor Organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi matermal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta risistensi yang menurun dari pihak ibu.
4. Faktor Psikologik
Stres psikologik seperti kerekatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang merangsang peningkatan produksi asam lambung
yang memperberat mual muntah yang dialami ibu hamil (Wiknjosastro, 2006;
Sukowati, 2011).
5. Faktor Budaya
Selain faktor psikologis, faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya
hiperemesis gravidarum. Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang
merupakan hal penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan
dikonsumsi. Penelitian lain mengenai pengaruh budaya terhadap hiperemesis
gravidarum dilakukan juga oleh Rabinerson, et al. (2000). Hasil penelitiannya
menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada wanita
yang mengalami pembatasan dalam intake nutrisi (contohnya pada wanita yang
menjalankan puasa). Di tegaskan oleh Rabinerson, et al. bahwa pembatasan intake
nutrisi dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga
perlu dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.
C. Manifetasi Klinis
Tidak ada batas yang jelas antara mual fisiologis dan hiperemesis gravidarum, tetapi
bila keadaan umum klien terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum (Runiari, 2010). Gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Runiari, 2010):
1. Tingkatan I: muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat
badan
menurun,
dan
merasakan
nyeri
epigastrum,
nadi
Alergi
Endokrin
Psikosomatis
Kehamilan ganda,
molahidatidosa
HCG dan
Estrogen ,
progesterone
Stress, kurang
support sosial
HCL
Gangguan
Suplai O2 dan
keseimbangan
nutrisi
Iritasi
saluran
Hiperemesis
Resiko
perubahan
cairan ektrasel
dan
Motalitas GIT
Intoleransi
Mobilisasi
ulu
lemak
Alkalosis
Imbalance
Intake Nyeri
elektrolit
transplasenta
Dehidrasi
cerna
Ketosis
gravidarum
darah Na
& K nutrisi
Hemokonsentrasi
pada
fetal plasma
kelemahan
energi
m
Gangguan
nutrisi
HCL
Output
respiratori
Gangguan
nyaman
aktivitas
protein
hatimdirasa
jaringan
elektrolit
Absorbsi
KH m
m BB
Merangsang
muntah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
2. Kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (Ht).
3. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
4. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
5. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam
6. TSH untuk menentukan penyakit pada tiroid
7. CBG, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab
8. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
9. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatidosa
F. Penatalaksanaan dan Diagnosa Keperawatan
1. Penatalaksanaan Medis
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen
(dapat menyebabkan kelainan congenital atau cacat bawaan bayi). Sedativa yang
sering diberikan adalah Phenobarbital yang berfungsi untuk meredakan kecemasan
dan ketegangan serta membatasi perangsangan yang berulang dan terus menerus.
Vitamin yang dianjurkan adalah B1 (berfungsi sebagai metabolisme energi, terutama
karbohidrat) dan B6 (berhubungan dengan konsumsi protein yaitu kira-kira 2mg/ 100
mg protein). Antihistamin (anti alergi) juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti Disiklomin Hidrokhloride atau
Khlorpromazin (Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
Hiperemesis Gravidarum menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
nutrisi. Apabila ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan cairan
parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa sebanyak 2-3 liter/ 24
jam dan hitung input dan output cairan. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
asam amino secara intravena. Terapi nutrisi pada Hiperemesis Gravidarum pada
prinsipnya memungkinkan melalui saluran cerna atas, namun bila ditemui hambatan
per oral maka digunakan NGT, modifikasi diet yang diberikan adalah makan dalam
porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein. Pemberian
diperhitungkan berdasarkan BMI ditambah 300 kalori).
Penderita Hiperemesis Gravidarum sebaiknya diletakkan dalam kamar tersendiri
yang tenang dan bebas bau-bauan, tetapi cerah dan dengan peredaran udara yang baik
(Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat maternitas sebaiknya memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Wiknjosastro
2006; Sukowati, 2010).
3. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subyektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenantal, dan komplikas.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen.
sosial
seperti
komunikasi,terpapar
terpapar
dengan
penyakit
lingkungan,
yang
tercapainya
mengganggu
pelayanan
koping
individu
dalam
menerima
janin
berhubungan
pengetahuan
b. Hiperemesis gravidarum tingkat II
dengan
kurang
1) Kekurangan
volume
cairan
pada
ibu
dan
janin
dari
nutrisi,
dan
peningkatan
energi
yang
koping
individu
dalam
menerima
kehamilan
Rasional
Pengkajian status cairan dan elektrolit yang
akurat menjadi dasar rencana asuhan
keperawatan dan evaluasi intervensi
Penimbangan BB perlu dilakukan secara rutin
untuk mengetahui kesesuaian BB dengan
umur kehamilan. Pada klien dengan
hiperemesisis, penurunan BB dapat terjadi
karena muntah berlebihan
Berikan data berkenaan dengan semua
kondisi. Peningkatan kadar hormon korionik
gonadotropin (hCG), perubahan metabolisme
karbohidrat, dan penurunan motilitas
lambung memperberat mual muntah pada
trisemester awal kehamilan
Muntah dapat mengakibatkan kehilangan
asam lambung atau produksi alkalin pada
gastrointestinal bawah. Pengkajian output
yang tepat akan membantu menentukan
tindakan selanjutnya guna mempertahankan
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah yang
menetap.
Kriteria hasil:
1. Klien mengonsumsi diet oral yang mengandung gizi adekuat.
2. Klien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
3. Klien dapat menjelaskan komponen-komponen diet nutrisi yang adekuat
dan mengungkapkan kemauan untuk mengikuti diet tersebut.
4. Klien menoleransi diet yang telah diprogramkan.
5. Klien mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama kehamilan.
Intervensi
Batasi intake oral selama 24 sampai
Rasional
Pembatasan dianjurkan untuk klien agar
48 jam
Mulai pemberian intake per oral
sesuai yang diprogramkan dan
kemampuan toleransi klien
Kaji keadaan abdomen setiap 2 jam
sesuai dengan kondisi klien meliputi
ukuran, kontur, peristaltik dan
adanya nyeri, kaji juga tanda vital
Anjurkan klien menghindari
makanan berlemak
Anjurkan untuk makan selingan
seperti biskuit, roti dan teh hangat
Beri sajian makanan yang menarik
dalam jumlah kecil dan disesuaikan
dengan pilihan klien
Tingkatkan jumlah makanan secara
perlahan sesuai kemampuan
toleransi klien
Pantau dan dokumentasikan intake
oral
Anjurkan untuk perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan atau
setelah muntah
Diskusikan pentingnya nutrisi
adekuat selama kehamilan
Verifikasi pemahaman klien tentang
informasi nutrisi
Kaji motivasi klien untuk mengikuti
dan mematuhi rencana pengaturan
diet yang diprogramkan
Pantau kadar hemoglobin dan
hematokrit
dan muntah
Intervensi
Anjurkan klien membatasi aktivitas
dengan istirahat cukup
Anjurkan klien untuk menghindari
mengangkat berat
Bantu klien beraktifitas secara
bertahap jika muntah berkurang
Anjurkan tirah baring yang
dimodifikasi sesuai indikasi
Bantu klien memenuhi kebersihan
diri seperti mandi, mengganti
pakaian, dan kebersihan mulut
Rasional
Menghemat energi dan menghindari
pengeluaran tenaga terus menerus dapat
meminimalkan kelelahan uterus
Aktivitas yang ditoleransi sebelumnya
mungkin tidak dimodifikasi untuk klien
yang beresiko
Aktivitas bertahap meminimalkan
terjadinya trauma serta meringankan klien
dalam memenuhi kebutuhannya
Tingkat aktivitas mungkin perlu
dimodifikasi sesuai indikasi
Kebersihan diri dapat meningkatkan
kenyamanan dan menumbuhkan kondisi
sehat serta sejahtera
DAFTAR PUSTAKA
Asih, dkk. (2009). Jurnal: Hubungan pajanan infeksi helicobacter pylori dengan
kejadian hiperemesis gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bobak, I. M & Jensen, M. D. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: edisi 8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
Jakarta: Salemba Medika
Sukowati, U. (2010). Model Konsep dan Teori Keperawatan. Bandung: Refika Aditama