Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluarn feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan
dan bergumpal-gumpal. ( Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC)
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan
lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC ).
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru di
jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau
melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besra kecilnya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan
yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
B. Etiologi
1. Kelainan di esophagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis,
hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Sindroma Mallory Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan. misalnya pada peminum alcohol atau
pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntahmuntah hebat dan terus-menerus.
d. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
daripada hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding
abdomen anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan
darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan
dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan
gastrointestinal
masif.
Selanjutnya
dapat
mengakibatkan
tubuh
melakukan
mekanisme
kompensasi
untuk
mencoba
gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami
kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung,
pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadangkadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau
kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi
hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan
melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 72 jam setelah
perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam
tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi
terdapat pada feses selama 7 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
2. Manifestasi klinis
Gejala yang ada yaitu :
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
3. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung
selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
d. Ensefalopati
D. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum.
a. Tirah baring.
b. Diit makanan lunak
c. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis
melena)
e. Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila
perlu CVP monitor.
g. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
h. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast
pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada
berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia
dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada
perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung,
pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sendiri
mungkin setelah hematemesis berhenti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
E. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir
yang difokuskan pada reaksi atau respon manusia yang unik pada suatu kelompok atau
perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik actual maupun potensial.
Tahap-tahap melakukan asuhan keperawatan antara lain pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
pada sasaran yang dituju. Selain itu pengumpulan data dapat diperoleh dari klien,
keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis, medical record, dan literature. Hal-hal
yang dikaji pada klien antara lain :
Adapun pengkajian pada pasien hematemesis melena antara lain :
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala
2. Sirkulasi
Gejala
3. Eliminasi
Gejala
4. Makanan / cairan
Gejala
: anoreksia, mual.
5. Neurosensori
Gejala
6. Nyeri
Gejala
7. Pernafasan
Gejala
8. Integumen
Gejala
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menguraikan kombinasi dari tanda dan
gejala yang memperlihatkan masalah kesehatan actual maupun potensial dan
perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamanya mampu diakui, diizinkan dan
bertanggung gugat untuk mengatasinya. Menurut Marilynn E. Doenges terdapat 6
diagnosa keperawatan pada pasien hematemesis melena antara lain :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemia.
G. Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaaan yang dibuat pada klien dengan hematemesis melena
adalah sebagai berikut :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
buruknya
toleransi
terhadap
makanan
banyak
mungkin
H. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai rencana
yang telah di baut. Jenis tindakan keperawatan tersebut antara lain independent,
defendent, dan interdependent. Interdependent adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan sendiri tanpa ada ketergantungan dengan tim kesehatan lain seperti
mengukut tanda-tanda vital, mengkaji pola makan. dependent adalah tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lainya
seperti dokter, analis dan dokter gigi. Sedangkan interdependent adalah tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan tim kesehatan yang
terlibat dalam keperawatan klien seperti konsultasi tentang kesehatan klien dengan
dependent lain seperti penyakit dalam, bedah dan lain-lain.
I. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir yang dilakukan dalam proses keperawatan yaitu evaluasi,
evaluasi dilakukan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan tercapai. Dan
kesimpulan dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan