You are on page 1of 10

LBM 1 TUMBANG

STEP 1
- Resusitasi : pengembalian suatu keadaan meliputi pengembalian dari vital
sign. Memulihakan kembali jantung dan paru setelah henti jantung dan henti
paru dengan melakukan CPR (RJP).
- Antenatal care
: perawataan selama kehamilan
- Antenatal bleeding : adanya perdarahan selama kehamilan
- APGAR : penilaian keadaan bayi setelah lahir , yg dinilai apearence atau
warna kulit, pulse , denyut jantung atau nadi, grinmace respon reflek, activity
dinilai dari tonus otot, respiration .
- Asfiksia : keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur. Jml aliran darah yg tidak cukup mempertahankan fungsinya.
Saturasinya <95% hipoksia.
- Skor Ballard : skor untuk menentukan umur kehamilan, terdiri dari
skin,lanugo,plantar creases, breast, dan ear, genital male, genital female.
Neuro muscular maturnity yg dinilai ada postur, squarewindow atau wirst,
arm recoil, popliteal angle, scarf sign, heel too ear.
- Dubowitz : sama seperti skor ballard tapi lebih lengkap dgn adanya
pematangan tubuh dari edema, struktur kulit, warna kulit, opasitas kulit,
rambut halus / lanogo, lipatan telapak kaki, pembentukan puting, bentuk
telinga, kekerasan telinga, genitalia laki2 dan wanita.
- Kotiledon : setiap sub difisi dari permukaan uteri plasenta salah satu daerah
berumbai pada plasenta.
STEP 7
FISIOLOGI NEONATUS
1. system pernafasan
Fisiologi
o
Factor yang mempengaruhi perubahan fungsi
a)
maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dan hal ini berhubungan erat
dengan masa gestasi dibandingkan berat badan lahir
b)
adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat
tetap hidup dalam lingkungan baru
c)
toleransi misalnya keadaan hipoksia, kadar gula
darah rendah, perubahan pH darah yang dratis bias ditoleransi oleh
fetus
o
Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta, tapi setelah lahir perukaran gas melalui paru-paru. Rangsangan
untuk gerakan pernapasan
o
Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir
o
Penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus
o
Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan napas

Refleks deflasi Hering Breur


Metabolisme
o Pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat
o Pada hari ke dua energi didapatkan dari pembakaran lemak
o Lebih kurang pada hari keenam mendapat susu sehingga energi
didapat dari lemak 60 % dan 40% dari karbondioksiida
Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI
2. system peredaran darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke
hati , sebagian langsung keserambi kiri jantung kemudian ke bilis kiri
jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta keseluruh tubuh. Dari
bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan arteriil pada paru menurun. Tekanan dalam
jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada
tekanan jantung kanan, yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam2 pertama setelah kelahiran.
Oleh karena tekanan pada paru menurun dan tekanan pada aorta desenden
naik dan pula oleh karena rangsangan biokimia (pa O2 yang naik), duktus
arteriosus berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah
paru pada hari pertama ialah 4-5 liter/menit/m2 (gessner, 1965). Aliran
darah sistemik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan
bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/menit/m2) karena
penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi
oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta dan pada jam2 pertama
sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira2
85/40 mmHg.
3. system GIT
Pada umumnya, kemampuan neonatus untuk mencernakan, mengabsorbsi,
dan memetabolisir makanan tidak berbeda dengan anak yg lebih tua,
dengan 3 perkecualian :
a.
Sekresi amilase pankreas pada neonatus kurang, sehingga bayi
menggunakan zat tepung kurang adekuat.
b.
Absorbsi lemak dari saluran pencernaan dalam beberapa hal
kurang dari anak lebih tua. Akibatnya, susu dengan kandungan lemak
yang tinggi (susu sapi) sering diabsorbsi kurang adekuat.
c.
Karena fungsi hati belum sempurna paling sedikit selama minggu
pertama kehidupan, konsentrasi glukosa darah tidak stabil dan
biasanya rendah.
Neonatus secara khusus dapat mensintesis dan menyimpan protein.
Ternyata dengan diet yg adekuat, sebanyak 90% dari asam amino yg
dicerna akan digunakan untuk pembentukan protein tubuh. Persentase ini
lebih tinggi dari orang dewasa.
(Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed-9, Guyton & Hall)
4. system endokrin
o

i. Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu.


ii. Pada waktu bayi baru lahir, kadang-kadang hormone
tersebut masih berfungsi, misalnya dapat dilihat
pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun
perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat gejala
withdrawal, misalnya pengeluaran darah dari vagina yang
menyerupai haid dari bayi perempuan.
iii. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila
dibandingkan dengan orang dewasa (0,2% dari berat badan
dibandingkan dengan 0,1% dari berat badan pada orang
dewasa)
iv. Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan
sudah mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
Sumber : Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Perinatologi,
dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. FKUI. Jakarta. 1985
Perbedaan intra uterine dan ekstra uterine
Intrauterine
ekstrauterine
Lingkungan fisik
Cairan
Udara
Suhu luar
Pada umumnya tetap
Berubah - ubah
Gizi
Tergantung pada zat zat Tergantung
pada
gizi yang terdapat dalam tersedianya
bahan
darah ibu
makanan dan kemampuan
saluran cerna
Penyediaan oksigen
Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru paru
melalui plasenta
ke pembuluh paru paru
Pengeluaran
hasil Dikeluarkan ke sistem Dikeluarkan melalui paru
metabolisme
peredaran darah ibu
paru, kulit, ginjal, dan
saluran pencernaan
Stimulasi sensoris
Terutama kinestetik atau Bermacam macam
vibrasi
stimuli
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak

BBLR
- Definisi : berat bayi lahir rendah biasanya bb bayi < 2500 gram. Ditimbang
selama 1jam postpartum. Tanpa melihat umur kehamilan.
- Etiologi dan Faktor resiko :
o Kelahiran prematur : kelahiran < waktu normal (<37 mingg) (batasannya 3236mingg)
o Faktor ibu : umur, gizi, penyakit ibu (anemi,torch)
o Faktor plasenta : mengandung penyakit vaskuler, penyakit genetik

- Klasifikasi (hub umur kehamilan dan berat badan bayi) :


o Bayi < 37 mingg kurang bulan
o Bayi cukup bulan 37-42minggu
o Bayi lebih minggu >42minggu
o Dismaturnitas bb < dari < normal lahir.
terjadi Retardasi pertumbuhan intrauteri
BBLSR : < 1500gram dan kebanyakan prematur
BBLR :< 2500gram
Normal : >2500gram
- Diagnosis
Anamnesis : umur ibu, riwayat HPHT preterm/aterm, riwayat persalinan
sblmnya, kenaikan BB ibu selama kehamilan, aktivitas ibu, penyakit yg
diderita ibu dan pengobatan selama hamil
PF : bayi ditimbang. Pd preterm dicari tanda prematur, pd bayi cukup bln
tapi kecil dicari tanda normalnya
PP : dubowitz dan ballard
Prematur
- Definisi : bayi lahir blm cukup bulan.
- Etiologi dan faktor resiko :
Berasal dari
Janin gawat janin, kehamilan multipel , eritroblastosis, dan
hidropsnonimun
Plasenta plasenta previa, abrusio plasenta / solusio plasenta.
uterus : krn uterus bikorus (kerucut) atau servix tdk kompeten.
Ibu : peny preeklamsia, peny medis kronis (peny jantung sianosi, ginjal)
Infeksi : infeksi dari streptococcus grup B, ISK, corinoamionitis.
Obat : coccain
Ketuban pecah prematur
Polihidramnion
Iatrogenik

Afiksia neonatorum
- Definisi : keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur. Jml aliran darah yg tidak cukup mempertahankan fungsinya.
Saturasinya <95% hipoksia.
-

skor APGAR :
A : warna kulit
P : frekuensi jantung
G : reaksi thdp rangsang
A : tonus oto
R : nafas

penilaian APGAR
0
1
2
Appearance
Pucat
Badan
merah, Seluruh
tubuh
(warna kulit)
ekstremitas biru
kemerah merahan
Pulse rate
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100
( frekuensi nadi )
Grimace ( reaksi Tidak ada
Sedikit
gerakan Batuk/bersin
rangsangan)
mimik ( grimace)
Activity
(tonus Tidak ada
Ekstremitas dalam Gerakan aktif
otot)
sedikit fleksi
Respiration
Tidak ada
Lemah/tidak
Baik/menangis
(pernafasan)
teratur
Kriteria berat sedang ringannya
a. asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian
oksigen terkendali
karena selalu disertai asidosis maka perlu
diberikan natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4ml/kgbb,
diberikan lewat vena umbilikalis
b. asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-6 )
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas normal kembali
c. bayi normal/ sedikit asfiksia ( nilai APGAR 7-9 )
d. bayi normal dengan nilai APGAR 10
( Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC )
1. vigorous baby. Skor apgar 7-10. bayi adianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. mild moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor apgar 4-6. pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frek jantung > 100/mnt, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. pada pemeriksaan fisis ditemukan
frek jantung <100/mnt, tonus otot buruk, sianosis berat, kadang2
pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
4. Asfikisa berat dgn henti jantung, yaitu :
a. bunyi jantung fetus menghilang tdk lebih dari 10 mnt
sebelum lahir lengkap
b. bunyi jantung bayi menghilang postpartum
Dengan PF sesuai dgn asfiksia berat.
(Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3, FKUI, 1985)
- Etiologi
a. Faktor ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibat. Kejadian ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetik atau anastesi dalam.

Gangguan aliran darah uterus. Hal ini menyebabkan kurangnya


pengaliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin. Hal ini sering ditemukan
pada keadaan :
- Gangguan kontraksi uterus (Hipotoni/Tetani uterus akibat penyakit
atau obat)
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
- Hipertensi mendadak pada penyakit Eklampsia dll.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misal : solusio plasenta, perdarahan plasenta dll.
c. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dengan janin. Gangguan ini dapat ditemukan pada tali pusat
menumbang, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir dll
d. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu :
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yg berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yg terjadi pada saat persalinan, misal : perdarahan
intrakranial.
3. Kelainan kongenital pada bayi, misal : Hernia Diafragmatika,
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dll.
(Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3, Staf pengajar FK UI)
Patogenesis
pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi janin
masa kehamilan dan persalinan.Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.Proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan
agar terjadi primary gasping yang kemudia akan berlanjut dengan
pernafasan teratur.Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk
karena bayi dapat mengatasinya.asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apneu disertai dengan penurunan frekuensi jantung.selanjutnya
bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti
oleh pernafasan teratur.pada penderita asfiksia berat , usaha bernafas ini
tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua.Pada
tingkat ini disamping bradikardia ditemukan pula penurunan tekanan
darah.
(Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI)
Gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 . Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga menyebabkan

timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada


tingkat permulaan , gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh
ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan
tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobic
berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organic yang terbentuk akibat
metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan asam
basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi
organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskuler
yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa penderita asfiksia akan terlihat
pentahapan proses kejadian :
Menurunnya kadar Pa O2 tubuh
Meningkatnya PCO2
Menurunnya pH darah
Dipakainya sumber glikogen tubuh
Gangguan sirkulasi darah
(Buku ajar IKA, FK UI)
manifestasi
asfiksi dimulai dengan periode apneu (primary apnoea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan yang teratur. Pada
penderita asfiksi berat,usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnu kedua (secondary apnoea).
ILMU KESEHATAN ANAK, FKUI
penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi
baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung k/p trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
o
Pengawasan suhu
o
Pembersihan jalan nafas
o
Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus

i. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan
dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 24ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan
melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika
ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan
frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan
dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan
diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau
gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan
nafas.
ii. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif
harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2
intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan
spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan
jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru
dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan,
ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke
mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari
mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2,
ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan
dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi
penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi
endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah
dilakukan dengan adekuat.
http://perawatmalut.tblog.com/post/1969846033
komplikasi
prognosis

Resusitasi
resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama
kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem
kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan
saraf pusat, jantung dan organ vital lain. (gregory, 1975)
Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang
jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat,
dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan
pernapasan / sirkulasi
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
Tindakan umum
1. pengawasan suhu
bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti
dengan penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh ini akan
mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Hal ini akan mempersulit keadaan bayi , apalagi bila bayi
menderita asfiksia berat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat
lingkungan yang baik segera setelah lahir , harus dicegah/dikurangi
kehilangan panas dari kulit. Pemakaian sinar lampu yang cukup kuat
untuk pemanasan luar dapat dianjurkan dan pengeringan tubuh bayi
perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi.
2. pembersihan jalan nafas
saluran nafas dibersihkan dari lendir dan cairan.letak kepala harus
lebih rendah untuk memudahkan dan melancarakan keluarnya
lendir.jika lendir kental dan sulit dikeluarkan maka dapat digunakan
laringoskop neonatal.
3. rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
jika bayi tidak memperlihatkan usaha bernafas 20 detik setelah lahir
maka sedikit banyak menderita depresi pusat pernafasan. Rangsangan
terhadap bayi harus segera dilakukan, pada sebagian besar bayi
pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui
nasofaring
akan
segera
menimbulkan
rangsangan
pernafasan.pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat
pula merangsang refleks pernafasan yang sensitif dalam mukosa
hidung dan faring. Rangsangan nyeri pada telapak kaki bayi, menekan
tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Jika belum
berhasil maka dapat dilakukan dengan memperbaiki ventilasi.

b. Tindakan khusus
tindakan khusus dilakukan jika pada tindakan umum belum
memberikan hasil yang memuaskan, cara yang dikerjakan sesuai dengan
berat nya asfiksia pada bayi yang dimanifestasikan dengan tingginya
skore.:
asfiksia berat ( skor apgar 0-3)
langkah utama dengan memperbaiki ventilasi dengan memberikan
02 dengan tekanan dan intermiten. Cara yang terbaik adalah
dengan melakukan intubasi endotrakeal. Keadaan asfiksia berat
selalu disertai dengan asidosis yang membutuhkan koreksi segera,
karena itu bikarbonas natrikus.
Usaha pernafasan akan timbul setelah tekanan positif diberika 1-3
kali.
asfiksia sedang ( skor apgar 4-6)
dalam hal ini dilakukan dengan melakukan stimulasi agar timbul
refleks pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik Tidak timbul
pernafasan spontan, ventilasi aktif segera dimulai. Ventilasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu ventilasi mulut ke mulut atau
ventilasi kantong ke masker.
prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat
a. Memberikan lingkungan yang baik pada byi dan mengusahakan
saluran nafas tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan ,
yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang
menunjukkan usaha pernafasan lemah
c. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
Hal2 yang perlu diperhatikan sebelum resusitasi dilaksanakan
a. Faktor waktu sangat penting, makin lama bayi menderita asfiksia,
perubahan homeostasis yang timbul makin berat, resusitasi akan
lebih sulit dan kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkat
b. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia/hipoksia antenatal
tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena
anoksia/ hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang
jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada
bayi baru lahir
d. Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang
dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat
(www.geocities.com)

You might also like