Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang penjahitan luka dan material penjahitan diperlukan dalam ilmu bedah
karena pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan dengan material suture bertujuan
untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan
dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan
masuknya mikroorganisme.
Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu. Yang
pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang
cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang
reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi
kimia untuk menceah perusakan dari benda asing.
BAB 2
ISI
2.1.
2.2.
bersangkutan betul-betul rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan
benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh waktu
yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah
digunakan benang tak diserap untuk menjahit fasia. Benang tak diserap akan berada seumur
hidup. Benang-benang ini digunakan misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan
dacron graft, dimana pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak akan pernah
mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan
benang tak diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi. Harus diingat bahwa benang
jahitan disini merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya
reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi, digunakan bahan
yang inert dan memberikan reaksi yang minimal.
a. Dapat diserap (absorbable sutures)
2
Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat
atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,
sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh.
b. Tidak dapat diserap (non ansorbable sutures)
Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan
tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun-tahun.
Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen. Kekurangan
dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan
kemungkinan akan menjadi fistel.
didapat dan relatif murah harganya. Benang sintetis harganya lebih mahal, namun
mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah
disesuaikan dengan organ yang akan dijahit.
a. Bahan alami, dibagi atas :
Diserap (absorbable)
Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut
collagen tendon flexor sapi.
Contoh :
Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut
collagen tendon flexor sapi tanpa campuran.
Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut
collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic acid untuk memperlambar
absorbsinya. Catgut chromic bersifat kurang mengiritasi terhadap jaringan daripada
plain catgut dan juga lebih lama untuk dapat diabsorpsi
Plain catgut digunakan untuk jaringan yang dapat sembuh dengan cepat seperti untuk
menjahit parietal peritonium, meligasi pembuluh darah, dan sebagainya. Kromik catgut
digunakan untuk jaringan yang dapat sembuh dengan lambat seperti menjahit otot.
Tidak diserap (non ansorbable suture)
Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari
kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam sehingga
mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel)
b. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas :
Diserap (absorbable)
Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan
waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi,
contoh :
Polyglactin 910
Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl)
Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide)
4
Poliglikolik
Polyglecaprone 25 (Monocryl)
Polydioxanone (PDS II)
Tidak diserap ( non absorbable )
Terbuat dari bahan buatan ( sintetis ) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi
jaringan yang timbul sangat kecil,
Contoh :
Polypropamide (Ethilon)
Polypropylene (Prolene)
Polyester (Mersilene)
Perlu
diperhatikan bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya
nidus yang dapat menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag.
Sering terjadi pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang
serat banyak. Bekas jahitan dengan benang ini lebih kasar dan nyata.
Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang
anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide
(polyfilament dan sutera), dan twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang
dililit/dipilin (contohnya katun dan linen). Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk
yaitu berserat tunggal dan berserat banyak.
a. Monofilamen (satu helai)
Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan (non capilarity)
Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan halus, tidak
memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba.
2.3.
Beberapa jenis material suture yang sering digunakan pada tindakan operasi bedah mayor:
1. Seide (Silk / Sutera)
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan tambahan
berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena
sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luar
maka benang harus dibuka kembali.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol merupakan ukuran paling
kecil untuk bagian bedah) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran paling besar). Yang
6
paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu. Semakin besar
banyak nol nya semakin kecil benangnya. Biasa digunakan untuk menjahit kulit, mengikat
pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali)
2. Plain catgut
Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus kucing,
tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap oleh tubuh,
penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang merupakan ukuran paling
kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang terbesar). Sering digunakan nomor 000 (3
nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan nomor 2.
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula
dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak
bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena
dalam tubuh akan mengembang. Bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut
tidak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga
tidak dapat digunakan
3. Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya
krom ini, maka benang akan menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannnya lebih lama,
yaitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol
merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3.
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk
menjahit tendon untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera
dilakukan.
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak
menimbulkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunanan pada bedah plastik, ukuran yang
lebih besar sering digunakan kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah mata.
Penggunaan : bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor
yang kecil digunakan pada bedah mata.
5. Ethibond
Benang sintetis (polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat,
reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hijau dan putih
Ukuran : 7,0-2
Penggunaan : kardiovaskular dan urologi
8. Supramid
Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Bersifat kuat, lembut fleksibel, reaksi
tubuh minimum dan tidak diserap. Warnanya hitam putih. Digunakan untuk menjahit kutis
dan subkutis.
9. Linen (catoon)
Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum.
Berwarna putih, ukuran 4,0-0. Penggunaan untuk menjahit usus halus dan kulit, terutama
kulit wajah
2.4.
Kriteria untuk penggunaan material suture yang memenuhi syarat untuk penjahitan dalam
pembedahan antara lain:
Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya.
Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam
jaringan
Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak mudah longgar dan lepas.
Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh
personil bedah
Reaksi minimal pada jaringan dan tidak meningkatkan pertumbuhan bakteri
Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran
terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran benang merupakan
salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran
benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan
pertimbangan faktor kosmetik. Faktor lain yang menentukan kekuatan jahitan yakni jumlah
jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya.
Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat. Pada wajah
digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0). Untuk menjahit struktur halus, misalnya pada
operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran 00000 (5,0) hingga 7,0. Makin
banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran
8,0 hingga 10,0. Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar pula benda asing
yang kita masukkan ke dalam tubuh penderita, yang berarti semakin besar pula reaksi
jaringan.
Lokasi penjahitan
Fasia
Otot
Kulit
Lemak
Hepar
Ginjal
Pancreas
Usus halus
Usus besar
Tendon
Kapsul sendi
Peritoneum
Bedah mikro
2.
Jenis benang
Semua
Semua
Tak diserap
Terserap
Kromik catgut
Semua catgut
Sutera atau kapas
Catgut, sutera, kapas
Kromik catgut
Tak terserap
Tak terserap
Kromik catgut
Tak terserap
Ukuran
2,0-1
3,0-0
2,0-6,0
2,0-3,0
2,0-0
4,0
3,0
2,0-3,0
4,0-0
5,0-3,0
3,0-2,0
3,0-2,0
7,0-11,0
Tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan
dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan untuk
memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg. Uji tensile strength dilakukan
dilaboratorium.
Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka.
Benang jenis ini terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi,
10
misalnya abdomen dan ekstremitas. Umumnya tensile strength paling baik pada benang
stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.
3.
Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka dimulai antara hari 1-3, karena benang
merupakan benda asing dalam tubuh. Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang
(monofilament, braided) atau dari struktur kimianya. Reaksi berupa penyerapan atau
penyingkiran material benang.
jaringannya.
Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell).
Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan
hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan. Umumnya makin hebat
reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus.
4.
Penyerapan (absorption)
5.
Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of
friction).
Benang berserat
banyak, umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi daripada benang berserat
tunggal.
Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan
11
menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap
diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat
tunggal, sehingga lebih susah dimanipulasi sewaktu penjahitan.
benang dari luka lebih mudah bila benang berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan
juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas (stiching marks) yang lebih
jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan, jenis dan jumlah ikatan simpul
juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul.
Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan
ekstremitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan
estetis menjadi nomor dua pada daerah ini.
Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai
dengan jenis benang. Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang
yang kesat. Ini sesuai dengan hukum approximation, no strangulation (merapatkan, bukan
menjerat) pada penjahitan luka.
2.5.
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture,
sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu
dalam
menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang
tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada
pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya.
sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter
yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak
meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan
baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa
jaringan sekitarnya. needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi
yang
memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu.
Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang
harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain :
2.6.
Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : needle point, yaitu ujung
needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian
needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah
untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis
lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point dengan mengikuti
lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan
needle itu sendiri. Needle diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.
2.7.
13
15
BAB 3
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Boros (ed). Basic wound-closing methods: sutures and clips. Boros Surgical Techniques.
Szeged: Medicina.
Edgerton M. The Art of Surgical Technique. Baltimore, Williams & Wilkins
Fischer. 2012. Basic Surgical Skills: New and Emerging Technology. Fischer's Mastery
of Surgery 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Henry (ed). Wound healing and management. Clinical Surgery 2nd ed. Kumar & Clark
McCarthy JG. Introduction to plastic surgery. In McCarthy JG (ed): Plastic Surgery.
Philadelphia, W.B. Saunders
Sabiston. Wound Healing. Sabiston Textbook of Surgery 17ed. Elsevier.
Serag Weissner. 2012. Pocket Guide to Suture Materials, Techniques & Knots 4th ed.
German: Serag Weissner
Trampe. 2005. Laceration Repair. An Introduction to Clinical Emergency Medicine.
Cambridge University Press.
Williams (ed). 2008. Basic Surgical Skill and Anastomosis. Bailey & Love Short Practice
of Surgery. Great Bretain: Edward Arnold (Publishers) Ltd.
Zinner. Incisions, Closures, and Management of the Abdominal Wound. Maingot's
Abdominal Operations 11th ed.
17