Professional Documents
Culture Documents
5; Kelainan letak
6; Eklamsia
7; Hipertensi
D; FISIOLOGI
1; Fisiologi nifas adalah hal-hal yang bersifat karakteristik dalam masa nifas
a; Uterus
Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri berada setinggi
umbilicus dan berat uterus 1.000 gram. Uterus kemudian mengalami
involusi dengan cepat selama 7 10 hari pertama dan selanjutnya
proses involusi ini berlangsung lebih berangsur-angsur.
b; Lokhea
Adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Lokhea terbagi dalam :
-
Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel desidua, verniks kasensa, lanuga, dan mekonium, selama 1-4
hari pasca persalinan.
Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 4-8 pasca persalinan.
Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 8-10 pasca persalinan
Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
c; Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 3 jari tangan,
setelah 6 minggu post natal serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks
tidak pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil (nulipara) yang
berupa lubang kecil seperti mata jarum, serviks hanya dapat kembali
akan
mendapatkan
kembali
sebagian
besar
tonus
bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari pertama post
partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis
dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3
setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
i; System kardiovaskuler
1;
Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan
segera berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
2;
Denyut nadi
Nadi umumnya 60 80 denyut permenit dan segera setelah partus
dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak
panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit
jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibanding suhu. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah
melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
3;
Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan
semula sebelum melahirkan.
j; System endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
kadar terendahnya tercapai kira kira satu minggu pascapartum. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita
yang menyusui pada pascapartum hari ke 17 (bowes ,2001). Kadar
prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada
wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan (Bowes, 2001). Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan.
k; System perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang
tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan
penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian
menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira kira 2 sampai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali kekeadaan sebelum hamil.
l; System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan makanan ringan. penurunan tonus dan
mortilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan
dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali
sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid.
m; System muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8
setelah wanita melahirkan.
n; System integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan
linea nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada
payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak
hilang seluruhnya.
2; Adaptasi psikologis
terus menimbun pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang. Karena
penciutan luka terjadi ceruk yang berwarna/berlapis putih. Bila jaringan itu
aseluler, avaskuler, jaringan kolagen tidak akan menjadi coklat karena
sinar matahari dan tidak akan keluar keringat dan tumbuh rambut (Barbara
C. Long, 1996 : 69).
E; MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001 : 414), antara
lain :
1; Nyeri akibat luka pembedahan
2; Luka insisi pada bagian abdomen
3; Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4; Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak
5; Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 800 ml
6; Emosi klien labil dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
7; Terpasang kateter urinarius pada sistem eliminasi BAK
8; Dengan auskultasi bising usus tidak terdengar atau mungkin samar
9; Immobilisasi karena adanya pengaruh anastesi
10; Bunyi paru jelas dan vesikuler dengan RR 20x/menit
11; Karena kelahiran secara SC mungkin tidak direncanakan maka biasanya
kurang pahami prosedur
F; PENATALAKSANAAN
1; Perawatan awal
a; Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b; Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau
RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
; Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam :
; Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
; Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
; Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
5; Senam nifas pada ibu post caesar
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti
semula. (Ervinasby, 2008).
Senam nifas dapat 6-24 jam setelah melahirkan secara normal. Namun,
bagi wanita yang menjalani operasi caesar senam nifas baru boleh
dilakukan 3 bulan setelah operasi. Senam nifas dapat dilakukan pada pagi
hari atau sore hari atau pada saat bayi lahir.
a; Tujuan senam nifas :
;
satu kaki diluruskan sedikit, jangan terlalu lurus karena bisa sakit, lalu
tekuk lagi. Lakukan gerakan kaki kanan dan kiri bergantian berulangulang. Lukukan gerakan ini semampu anda.
3; Tiga gerakan di atas adalah gerakan dasar yang sederhana dari senam
nifas. Meskipun terlihat sederhana dan sepele, jika dilakukan dengan
rutin akan menolong proses pemulihan dengan lebih cepat. Gerakan
tersebut juga membuat tubuh anda terasa lebih segar.
4; Syarat Senam Nifas :
a; Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
b; Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di rumah.
5; Gerakan senam nifas
a; Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di
bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan
kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan paru-paru.
b; Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki
kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
c; Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan.
Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
d; Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.
e; Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian
rileks.
f; Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan
perlahan. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di
bagian luar lutut kiri.
g; Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati
badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan
kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
h; Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan
kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan
kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari kaki seperti
mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
i; Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam
dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
j; Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
k; Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana
lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan
tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai
batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
l; Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah
kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kuatnya.
Pada
waktu
bersamaan
angkatlah
pantat
dari
kasur
dengan
3; Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu. Kaki bayi agak sedikit melintang menghindari sayatan operasi.
Bayi diberi topi dan ibu diselimuti. Anjurkan ibu menyentuh untuk
merangsang bayi mendekati putting serta mencari puting sendiri.
4; Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama
satu jam, bila menyusui awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit
ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.
5; Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut
bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri
tambahan waktu melekat pada dada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
6; Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap
melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu. Kemudian ibu
dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap
didadanya. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi,
diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di
kamar pulih.
7; RAWAT GABUNG: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau
makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau
empeng.
G; ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian
a;
b;
c;
d;
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
Keluhan utama
Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, IMS atau abortus.
Riwayat kesehatan sekarang :
Bayi : Makrosemia ,
malpresentasi , prematur,
aspirasi mekonium dll
Adaptasi post
partum
Psikologis
Ib
Baby
bluess
Ayah
Ana
k
Membantu
pekerjaan
rumah
Anastesi
Deficit
perawatan
diri
Fisiologis
Org
tua
S.
reproduksi
Uterus
Kaka
Perubahan peran
Bedrest
Pembatasan
cairan peroral
Penurunan
saraf
simpatis
Penurunan
peristaltik
Payudara
Laktasi
Konstipasi
Isapan bayi
Resiko
cidera
Penurunan
kesadaran
Dehidrasi
Deficit volume
cairan
Insisi post
partum
Perdarahan
Regenerasi
sel darah
merah
Hipofisa
posterior
Produksi
prolaktin
Produksi
oksitosin
Inadekuat
Adekuat
Nyeri
Luka
Kerusakan
integritas
kulit
Ketidakmampuan
miksi
Penurunan
Hb
Gangguan
rasa nyaman
: nyeri
Gangguan
eliminasi urine
Penurunan
suplai O2
Gangguan
pola tidur
Merangsang
Hipofisa
anterior
Luka
Ketidakefektifan
pola nafas
Resiko
infeksi
Produksi
ASI <
Uterus
Kontraksi
Adekuat
Penyempitan
pembuluh
darah pada
luka jahit
Inadekuat
Kontraksi
uterus tidak
baik
Ketidakefektifan
menyusui
Luka bekas
perlengketan plasenta
Lokhea
Peradangan
Perdaraha
Nyeri
Gangguan
sirkulasi
Deficit volume
cairan
Inflamasi
Resiko
infeksi
Kontraksi otot
polos duktus
mayor
ASI
mengalir
Sectio caesarea
Nifas
Penekanan pons
Jaringan terputus
Peristaltik usus menurun
Reflek batuk terganggu
Nyeri
Penumpukan sekret
Pola nafas tidak efektif
Gangguan mobilitas
Luka insisi
Uterus
Laktasi
Jaringan terputus
Kontraksi
Isapan bayi
Perdarahan
Merangsang
Adekuat
Tidak adekuat
Luka bekas perlengketan plasenta
Hb rendah
Penyempitan pembuluh darah
Kontraksi
pada luka
uterus
jahittidak baik
Hipofisa anterior Hipofisa posterior
Resti Kurang perawatan
Resti infeksi
konstipasi
diri
Lokhea
Memproduksi prolaktin
Perdarahan
Memproduksi oxytocin
Resti infeksi
Nyeri
Inadekuat
Resiko volume cairan kurang
Adekuat
Gangguan sirkulasi