You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

MASA NIFAS POST OP SECTIO CAESARIA


A; PENGERTIAN
Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organorgan reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Forner, 2005 : 225).
Masa nifas/masa purperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Arif, 2002 : 344).
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi) (Cunningham, Mac
Donnald, Gant, 1995. 511).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Arif, 2002 : 344).
Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio
caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin
dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding
rahim sampai organ-organ reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kirakira 6 minggu.
B; FASE-FASE NIFAS
Fase-fase nifas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1; Immediate post partum

: 24 jam post partum

2; Early post partum

: minggu I post partum

3; Late post partum

: Minggu II VI post partum

C; INDIKASI SECTIO CAESAREA


Menurut Arif Mansjoer (2002 : 344 - 345) yaitu indikasi dilakukannya
sectio caesarea adalah :
1; Disporsi sefalo peluik
2; Gawat janin
3; Placenta previa
4; Pernah sectio caesarea sebelumnya

5; Kelainan letak
6; Eklamsia
7; Hipertensi
D; FISIOLOGI
1; Fisiologi nifas adalah hal-hal yang bersifat karakteristik dalam masa nifas
a; Uterus
Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri berada setinggi
umbilicus dan berat uterus 1.000 gram. Uterus kemudian mengalami
involusi dengan cepat selama 7 10 hari pertama dan selanjutnya
proses involusi ini berlangsung lebih berangsur-angsur.
b; Lokhea
Adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Lokhea terbagi dalam :
-

Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel desidua, verniks kasensa, lanuga, dan mekonium, selama 1-4
hari pasca persalinan.
Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 4-8 pasca persalinan.
Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 8-10 pasca persalinan
Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya

c; Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 3 jari tangan,
setelah 6 minggu post natal serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks
tidak pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil (nulipara) yang
berupa lubang kecil seperti mata jarum, serviks hanya dapat kembali

sembuh. Dengan demikian OS serviks wanita muda yang sudah pernah


melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat
kelahiran bayi lewat vagina.
d; Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, setelah beberapa hari
keduanya menjadi kendor. Setelah 3 minggu akan kembali dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia lebih menonjol.
e; Perineum
Setelah melahirkan perineum menjadi kendor, pada hari kelima
perineum

akan

mendapatkan

kembali

sebagian

besar

tonus

sekalipun lebih kendor daripada keadaan sebelum melahirkan.


f; Payudara
Payudara mencapai maturnitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disupresi. Payudara lebih besar, kencang dan mulamula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
g; Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar
kemaluan) sfingter dan edema leher buli buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
h; Tanda tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan
meningkat menjadi 38oC sebagai akibat pemakaian tenaga saat
melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal,

bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari pertama post
partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis
dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3
setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
i; System kardiovaskuler
1;

Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan
segera berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.

2;

Denyut nadi
Nadi umumnya 60 80 denyut permenit dan segera setelah partus
dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak
panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit
jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibanding suhu. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah
melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.

3;

Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan
semula sebelum melahirkan.

j; System endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
kadar terendahnya tercapai kira kira satu minggu pascapartum. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita
yang menyusui pada pascapartum hari ke 17 (bowes ,2001). Kadar
prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada
wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan (Bowes, 2001). Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan.

k; System perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang
tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan
penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian
menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira kira 2 sampai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali kekeadaan sebelum hamil.
l; System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan makanan ringan. penurunan tonus dan
mortilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan
dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali
sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid.
m; System muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8
setelah wanita melahirkan.
n; System integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan
linea nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada
payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak
hilang seluruhnya.
2; Adaptasi psikologis

Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :


1; Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan
hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan
ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
2; Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari
ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi,
mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh
sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
3; Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab
peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post
partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah
dan berinteraksi dengan bayi.
3; Fisiologi proses penyembuhan luka
Pada fase satu (I) penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan
jaringan rusak. Fibrin bertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan
pembuluh darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka.
Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan menutupi luka,
pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari setelah bedah
besar.
Pada fase II berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit
mulai menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih.
Sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu. Jaringan baru memiliki banyak
pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik
dalam 6 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini, tergantung pada
tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah
baru dan arus darah menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas.
Fase ini berlangsung minggu kedua sampai minggu keenam. Pasien harus
menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
Pada fase IV, fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah
bedah. Pasien akan mengeluh gatal di seputar luka. Walaupun kolagen

terus menimbun pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang. Karena
penciutan luka terjadi ceruk yang berwarna/berlapis putih. Bila jaringan itu
aseluler, avaskuler, jaringan kolagen tidak akan menjadi coklat karena
sinar matahari dan tidak akan keluar keringat dan tumbuh rambut (Barbara
C. Long, 1996 : 69).
E; MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001 : 414), antara
lain :
1; Nyeri akibat luka pembedahan
2; Luka insisi pada bagian abdomen
3; Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4; Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak
5; Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 800 ml
6; Emosi klien labil dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
7; Terpasang kateter urinarius pada sistem eliminasi BAK
8; Dengan auskultasi bising usus tidak terdengar atau mungkin samar
9; Immobilisasi karena adanya pengaruh anastesi
10; Bunyi paru jelas dan vesikuler dengan RR 20x/menit
11; Karena kelahiran secara SC mungkin tidak direncanakan maka biasanya
kurang pahami prosedur

F; PENATALAKSANAAN
1; Perawatan awal
a; Letakan pasien dalam posisi pemulihan

b; Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam

pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat


kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c; Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d; Transfusi jika diperlukan
e; Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah
2; Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3; Mobilisasi
a; Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4; Pembalutan dan perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
Ganti pembalut dengan cara steril
Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
Jika masih terdapat perdarahan
; Lakukan masase uterus

Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau
RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
; Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam :
; Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
; Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
; Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
5; Senam nifas pada ibu post caesar
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti
semula. (Ervinasby, 2008).
Senam nifas dapat 6-24 jam setelah melahirkan secara normal. Namun,
bagi wanita yang menjalani operasi caesar senam nifas baru boleh
dilakukan 3 bulan setelah operasi. Senam nifas dapat dilakukan pada pagi
hari atau sore hari atau pada saat bayi lahir.
a; Tujuan senam nifas :
;

1; Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke


bentuk semula).
2; Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada
kondisi semula.
3; Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa nifas.
4; Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta
otot pergerakan.
5; Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan,
tonus otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.
6; Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan mencegah
timbulnya varises.
b; Gerakan dan syarat senam nifas
1; Lakukan latihan pernafasan.
Caranya adalah dengan menarik nafas dalam-dalam, tahan sebentar dan
kemudian tiupkan kembali perlahan-lahan. Jika memungkinkan lakukan
dengan bersila. Jika masih terasa sakit anda bisa sambil tiduran.
Manfaat : Gerakan pertama ini bermanfaat untuk memulihkan bagian
tengah perut yang sempat teregang ketika hamil.
2; Gerakan kedua dengan posisi terlentang. Setelah itu tekuk lutut ke
dalam dan kemudian putar-putar gelangan kaki. gerakan selanjutnya

satu kaki diluruskan sedikit, jangan terlalu lurus karena bisa sakit, lalu
tekuk lagi. Lakukan gerakan kaki kanan dan kiri bergantian berulangulang. Lukukan gerakan ini semampu anda.
3; Tiga gerakan di atas adalah gerakan dasar yang sederhana dari senam
nifas. Meskipun terlihat sederhana dan sepele, jika dilakukan dengan
rutin akan menolong proses pemulihan dengan lebih cepat. Gerakan
tersebut juga membuat tubuh anda terasa lebih segar.
4; Syarat Senam Nifas :
a; Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
b; Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di rumah.
5; Gerakan senam nifas
a; Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di
bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan
kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan paru-paru.
b; Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki
kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
c; Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan.
Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
d; Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.
e; Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian
rileks.
f; Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan
perlahan. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di
bagian luar lutut kiri.
g; Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki
diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati
badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan
kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
h; Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan
kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan

kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari kaki seperti
mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
i; Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam
dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
j; Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
k; Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana
lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan
tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai
batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
l; Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah
kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kuatnya.
Pada

waktu

bersamaan

angkatlah

pantat

dari

kasur

dengan

melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4 sampai 6 kali selama


setengah menit.
m; Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan.
kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat
yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam
gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah
menit.
6; Inisiasi Menyusui Dini pada post caesar
Arti inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa
diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau
merangkak mencari payudara (Roesli Utami, 2008).
Tatalaksana IMD pada ibu post caesar :
1; Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi
atau dikamar pemulihan.
2; Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai, dikeringkan
secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali
tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, tali pusat diikat. Kalau
bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu.
Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.

3; Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu. Kaki bayi agak sedikit melintang menghindari sayatan operasi.
Bayi diberi topi dan ibu diselimuti. Anjurkan ibu menyentuh untuk
merangsang bayi mendekati putting serta mencari puting sendiri.
4; Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama
satu jam, bila menyusui awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit
ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.
5; Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut
bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri
tambahan waktu melekat pada dada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
6; Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap
melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu. Kemudian ibu
dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap
didadanya. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi,
diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di
kamar pulih.
7; RAWAT GABUNG: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau
makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau
empeng.
G; ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian

a;

b;
c;
d;

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
Keluhan utama
Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, IMS atau abortus.
Riwayat kesehatan sekarang :

Saat sebelum inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar pervaginan


secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
e; Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
f; Pola-pola fungsi kesehatan
1; Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2; Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3; Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4; Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5; Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6; Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7; Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
8; Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
9; Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
g; Pemeriksaan fisik
1; Kepala , bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2; Leher kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses mengejan yang salah
3; Mata terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
4; Telinga biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5; Hidung adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6; Dada terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7; Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8; Genitalia, pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9; Anus, pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10; Ekstermitas, pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan
karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11; Tanda-tanda vital , apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2; Diagnosa Keperawatan Dengan SC

Diagnosa yang mungkin muncul:


a; Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar.
b; Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
c; Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d; Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
e; Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

Bayi : Makrosemia ,
malpresentasi , prematur,
aspirasi mekonium dll

Ibu : Perdarahan , KPD ,


CPD, Placenta previa, PEB
dll
Sectio caesarea

Adaptasi post
partum
Psikologis

Ib
Baby
bluess

Ayah

Ana
k

Membantu
pekerjaan
rumah

Anastesi

Deficit
perawatan
diri
Fisiologis

Org
tua

S.
reproduksi
Uterus

Kaka

Perubahan peran

Bedrest

Pembatasan
cairan peroral

Penurunan
saraf
simpatis

Penurunan
peristaltik

Payudara
Laktasi

Konstipasi

Isapan bayi

Resiko
cidera

Penurunan
kesadaran

Dehidrasi

Deficit volume
cairan

Insisi post
partum

Perdarahan
Regenerasi
sel darah
merah

Hipofisa
posterior

Produksi
prolaktin

Produksi
oksitosin

Inadekuat

Adekuat

Nyeri

Luka

Kerusakan
integritas
kulit

Ketidakmampuan
miksi

Penurunan
Hb

Gangguan
rasa nyaman
: nyeri

Gangguan
eliminasi urine

Penurunan
suplai O2

Gangguan
pola tidur

Merangsang
Hipofisa
anterior

Luka

Ketidakefektifan
pola nafas

Resiko
infeksi

Produksi
ASI <

Uterus
Kontraksi

Adekuat
Penyempitan
pembuluh
darah pada
luka jahit

Inadekuat
Kontraksi
uterus tidak
baik

Ketidakefektifan
menyusui

Luka bekas
perlengketan plasenta
Lokhea
Peradangan

Perdaraha
Nyeri
Gangguan
sirkulasi
Deficit volume
cairan

Inflamasi
Resiko
infeksi

Kontraksi otot
polos duktus
mayor
ASI
mengalir

Sectio caesarea

Luka post operasi


Penekanan Mo

Luka post operasi

Nifas

Penekanan pons

Jaringan terputus
Peristaltik usus menurun
Reflek batuk terganggu
Nyeri
Penumpukan sekret
Pola nafas tidak efektif

Gangguan mobilitas

Luka insisi

Uterus

Laktasi

Jaringan terputus

Kontraksi

Isapan bayi

Perdarahan

Merangsang
Adekuat

Tidak adekuat
Luka bekas perlengketan plasenta

Hb rendah
Penyempitan pembuluh darah
Kontraksi
pada luka
uterus
jahittidak baik
Hipofisa anterior Hipofisa posterior
Resti Kurang perawatan
Resti infeksi
konstipasi
diri
Lokhea
Memproduksi prolaktin
Perdarahan
Memproduksi oxytocin
Resti infeksi
Nyeri
Inadekuat
Resiko volume cairan kurang
Adekuat
Gangguan sirkulasi

Produksi ASI <


Kontraksi otot polos duktus mayor
Ketidakefektifan menyusui

Resti shock hipovolemik


ASI mengalir

You might also like