Professional Documents
Culture Documents
Nc
No correction jadi sudah tidak bisa dikoreksi dengan lensa
apapun
Nbc
No better correction koreksi maksimal pada pasien, sudah
tidak ada lensa koreksi yg lebih baik lagi
STEP 2
1. Mengapa pasien mengeluh kedua matanya semakin buram?
2. Mengapa kasus ini diawali keluhan mata merah, berair, sakit dan
fotopobhia?
3. Mengapa didapatkan bekas luka dikornea setelah pasien sembuh?
4. Mengapa didapatkan kekeruhan pada kornea lensa?
5. Mengapa pada kasus ini pasien tidak mengeluh mata merah
maupun rasa sakit?
6. Mengapa pada px funduskopi didaptkan kelainan pemb darah ,
perdarahan, dan eksudat di retina ?
7. Mengapa pada px mata kiri didapatkan segmen anterior tenang dan
lensa keruh tdk rata?
8. Apa hubungan hipertensi dan DM pada kasus di skenario ?
9. Apa huubungan usia pasien dengan keluhan ?
10.
Apa hubungan riwayat penggunaan kacamata minus sejak
kecil dg keluhan sekarang?
11.
Apa saja kelainan yang ada pada retina dan viterus yang
berhubungan dengan keluhan?
12.
Apa saja penegakan diagnosisnya?
13.
DD?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengeluh kedua matanya semakin buram?
Apa saja hal hal yang mengebabkan mata buram ?
Ada kelainan di media refrakta kornea ada bekas luka
penglihatan kabur
Tidak ada rasa sakit lensa tdk ada persarfan jernih &
transparan normalnya
Makin bertambah usia zona sentral ada nucleus coklat
kekuningan karena ada deposit dari pigmen
Lensa bagian tengah akan jarang dapat pengaliran dari humor
aquos tambah usia karena nutrisi kurang
Ada perubahan kimia pada protein lensa koagulasi
halangi cahaya masuk ke retina
Kondisi patologis yg sebabkan koagulasi protein lensa ?
Pada umunya lensa terbentuk dari air dan protein. Protein akan mengatur
agar lensa tetap bersih sehingga cahaya bisa melewatinya. Tetapi seiring
usia, akan terjadi perubahan kimia dalam protein lensa yang dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Penurunan penyerapan
oksigen dan peningkatan kandungan air di lensa pun menjadi penyebab
terjadinya katarak.
Pada pasien diabetes, terjadi akumulasi sorbitol pada lensa akibat
tingginya gula darah. Sorbitol pada lensa akan meningkatkan tekanan
osmotik dan menyebabkan cairan bertambah dalam lensa sehingga lensa
menjadi keruh.
Pandangan buram
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga
cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada
lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak
bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk
diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup
2. Apa saja kelainan yang ada pada retina dan viterus yang
berhubungan dengan keluhan?
Media refrakta
Kornea
kornea ada bekas luka penglihatan kabur
Humor aquos
Ada gangguan pengaliran TIO naik
Adanya pus /s sel radang keruh visus turun
Lensa
Ada perubahan kimia pada protein lensa koagulasi
halangi cahaya masuk ke retina
Lensa ada serat serat lensa tambah usia serat (serabut
multiple dari zonula zinii distorsi kurang elastis ganggu
fungsional
Nucleus makin kaku
Lensa protein & kristalin kristalin beta pertahankan
molekul2 agar tetap inaktif agar tetap jernih
Corpus vitreus
Refraksi anomali
saraf
jawaban :
media refrakta
a. kornea
Ulkus Kornea
Ulkus Kornea adalah luka terbuka pada lapisan kornea yang paling luar.
PENYEBAB
Ulkus biasanya terbentuk akibat:
- Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas atau
pneumokokus), jamur, virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba
# Kekurangan vitamin A atau protein
# Mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan
melembabkan kornea).
Faktor resiko terbentuknya ulkus:
- Cedera mata
- Ada benda asing di mata
- Iritasi akibat lensa kontak.
GEJALA
Ulkus kornea menyebabkan nyeri, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan
peningkatan pembentukan air mata, yang kesemuanya bisa bersifat
ringan.
Pada kornea akan tampak bintik nanah yang berwarna kuning keputihan.
Gejala lainnya adalah:
- gangguan penglihatan
- mata merah
- mata terasa gatal
- kotoran mata.
Dengan pengobatan, ulkus kornea dapat sembuh tetapi mungkin akan
meninggalkan serat-serat keruh yang menyebabkan pembentukan
jaringan parut dan menganggu fungsi penglihatan.
Komplikasi lainnya adalah infeksi di bagian kornea yang lebih dalam,
perforasi kornea (pembentukan lubang), kelainan letak iris dan kerusakan
mata.
Tuberkulosis
Sifilis
Hepatitis
Disentri basiler
Keratitis (karena virus, bakteri, jamur maupun akantamuba).
Faktor resiko utama terjadinya penyakit ini adalah penyakit jaringan ikat
dan penyakit pembuluh darah.
GEJALA
Terjadi gangguan penglihatan, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan
penderita merasa ada benda asing di matanya.
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- peradangan konjungtiva dan episklera.
Keratomalasia
Keratomalasia (Xeroftalmia, Keratitis Xerotik) adalah suatu keadaan
dimana kornea menjadi kering dan keruh akibat kekurangan vitamin, A,
protein dan kalori.
Keratomalasia biasanya menyerang kedua mata.
PENYEBAB
Keratomalasia biasanya terjadi akibat kekurangan vitamin A yang berat.
Vitamin A penting untuk fungsi penglihatan yang normal, juga untuk
pertumbuhan tulang, kesehatan kulit dan melindungi selaput lendir pada
saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran kemih.
GEJALA
Gejala awal berupa rabun senja (penglihatan berkurang pada keadaan
gelap) dan mata yang kering (disebut xeroftalmia), diikuti oleh
pembentukan kerutan, kekeruhan dan perlunakan kornea (disebut
keratomalasia).
Pada kekurangan vitamin A yang berat, pada konjungtiva terlihat adanya
endapan kering dan berbusa yang berwarna abu-keperakan (bintik Bitot).
Jika tidak diberikan pengobatan yang adekuat maka perlunakan kornea
akan menyebabkan infeksi, perforasi serta perubahan jaringan yang
bersifat degeneratif, sehingga akhinya terjadi kebutaan.
Keratokonus
rasa sakit berat (cekot-cekot) di mata, dapat sampai sakit kepala
dan muntah-muntah.
penglihatan kabur
Kronik :
gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan
kabur dapat hilang dengan sendirinya, dan terjadi serangan berulang
beberapa kali. Biasanya rasa sakit kurang berat dibandingkan dengan
yang akut.
Pemeriksaan:
Akut :
visus turun
konjungtiva hiperemi
kornea keruh/udem
pupil lebar/lonjong
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga
cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada
lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak
bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk
diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
3. Mengapa kasus ini diawali keluhan mata merah, berair, sakit dan
fotopobhia serta bekas luka dikornea setelah pasien sembuh?
Pernah sakit keratitis sembuh tinggalkan bekas luka di kornea
faktor predisposisi bisa dibagian sentral & perifer
Kemungkinan luka di sentral & ada faktor rsiko lain (DM,
hipertensi)
Reversible pada epitel regenerasi 24 jam / 7 hari
Irreversible dari membrana bowman
Keratitis
Peradangan pada lapisan kornea
Ada mikroorganisme masuk ada sel sel radang
Kornea ada 5 lapisan, avaskular, dapat nutrisi dari organ
sekitar (difusi)
Ganggu aliran darah suplai nutrisi terganggu
regenerasi epitel 7 hari
Peradangan banyak tinggalkan sikatrik luka pada
kornea dikarena ulkus, abrasi
Bekas luka sebabkan penurunan visus
Peradangan neovaskularisasi
Hipertensi vasokonstriksi ada DM transudasi
keluar ganggu visus
Keratitis tanpa tinggalkan luka masih ada
neovaskularisasi ?
Hipertensi & DM -> vasokonstriksi & darah kental
aliran terganggu perdarahan di retina kurang maximal
oksigenasi berkurang fungsiolaesa n. Opticus
kena visus turun
DM neovaskularisasi di retina akibat proliferasi sel
pembuluh awalnya di dalam jar, retina pre retinal
badan kaca pecah perdarahan retina, pre retinal
maupun badan kaca
CV bentuk gel ada perdarahan mencair ganggu
pada aksis visus turun
Mata merah karena neovaskularisasi
Retina edem makula lutea kabur visus turun
Ada eksudat di retina ada hard & soft eksudat hard
infiltrasi lipid di retina soft ada iskemia di retina (
ada px oftalmoskopi warna kuning, pada daerah tepi
non irigasi
Pada stadium retinopati yang masih awal (non
proliferatif ) plasma membres
Neovaskularisasi stadium lanjut
Komplikasi :
Uveitis anterior
Nempel di lensa glaukoma sudut terbuka
Humor aquos menyebar ke segala arah penurunan visus
HA menekan di kornea penurunan visus
HA menekan ke belakang menekan saraf rusak 1 akson (bila
TIO > 30 mmHg ( pada glaukoma sudut tertutup)) visus turun
Bisa disebabkan peny. Sistemik uveitis anterior
keluhan
Komplikasi :
Jawaban :
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga
akibat dari kedua-duanya. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga
cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada
lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak
bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk
diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup
Karena pada retina hanya memiliki sedikit persarafan, hanya ujungujung saraf saja untuk meneruskan rangsang ke nervus optikus.
Sehingga jika ada penyakit pada retina tidak akan menimbulkan
rasa sakit.
6. Mengapa pada px funduskopi didaptkan kelainan pemb darah ,
perdarahan, dan eksudat di retina ?
DM neovaskularisasi di retina akibat proliferasi sel pembuluh
awalnya di dalam jar, retina pre retinal badan kaca pecah
perdarahan retina, pre retinal maupun badan kaca
CV bentuk gel ada perdarahan mencair ganggu pada aksis
visus turun
Mata merah karena neovaskularisasi
o Ada eksudat di retina ada hard & soft eksudat hard
infiltrasi lipid di retina soft ada iskemia di retina ( ada px
oftalmoskopi warna kuning, pada daerah tepi non irigasi
o Dapat berbentuk cotton wool patches
o Eksudat punctata yang tersebar
o Eksudat putih yang luas
Mekanisme retinopati hipertensi apakah hanya karenapembuluh
darah yang pecah ?
Hipertensi tekanan tinggi tingkatkan permeabilitas kapiler
endotel rusak
Resistensi perifer tinggi
HA meningkat menekan pada jaringan aliran darah pada bagian
organ yg dalam lapisan tidak terlalu lebar kena jaringan yg lain
(pem darah) aliran pem darah sempit ada sistem pertahaan
pemb darah inner blood barrier ekstravasasi sel sel darah &
plasma karena hipertensi yg lama & DM & usia akan
memperberat keluhan arteriosklerosis dari lapisan elastin
jadi agak kaku
Adakah hubungan glaukoma dengan hipertensi ???????????????????
Jawaban :
Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di permukaan
jaringan, tampak sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok,
dalam kelompok-kelompok dan irreguler. Hal ini merupakan awal
penyakit yang berat pada RD. Mula-mula terletak di dalam jaringan
retina bekembang ke pre retinal corpus vitreum. Pecahnya
neovaskularisasi pada daerah ini akan menimbulkan perdarahan
Gambaran fundus pada retinopati hipertensi juga ditentukan oleh derajat peningkatan
tekanan darah dan keadaan arteriol retina. Pada pasien muda : retinopati ekstensif dengan
perdarahan, infark retina ( cotton wool patches), infark koroid ( elschnig patches), kadang
ablasio retina, dan edema berat pada discus optic adalah gambaran yang menonjol dan dapat
disertai dengan eksudat keras berbentuk macular star. Penglihatan mungkin terganggu dan
bias makin memburuk bila tekanan darah diturunkan terlalu cepat. Sebaliknya pada pasien usia
lanjut yang arteriosklerotik tidak dapat berespons seperti pada pasien muda, dan pembuluh-pembuluh
darah mereka terlindung oleh arteriosklerosis. Karena itu pasien lansia jarang meemperlihatkan
gambaran retinopati hipertensif yang jelas. 10
Gambar 3.Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal arterioler
(panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada arterioles
(panah putih) (B).
Gambar 4.Moderate Hypertensive Retinopathy.AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panahhitam)
(A).Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih) (B).
Gambar 5.Multipel cotton wool spot (panahputih) danperdarahan retina (panahhitam) danpapiledema.
Pandangan kabur
Mikroaneurisma
Edema makula
Perdarahan retina
Neovaskularisasi
Akumulasi Sorbitol
Produksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi jalur poliol terjadi
karena peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase yang terdapat pada jaringan saraf,
retina, lensa, glomerulus, dan dinding pembuluh darah akibat hiperglikemi kronis. Sorbitol
merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis
sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat
akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses
osmotik.
Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+ sehingga menurunkan uptake
mioinositol. Mioinositol berfungsi sebagai prekursor sintesis fosfatidilinositol untuk modulasi
enzim Na-K-ATPase yang mengatur konduksi syaraf. Secara singkat, akumulasi sorbitol
dapat menyebabkan gangguan konduksi saraf.
Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim aldose reduktase (sorbinil) yang
bekerja menghambat pembentukan sorbitol, dapat mengurangi atau memperlambat
terjadinya retinopatik diabetik. Namun uji klinik pada manusia belum menunjukkan
perlambatan dari progresifisitas retinopati. 3, 5, 6
2)
Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel vaskular meningkat
akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yang merupakan suatu regulator PKC
dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh terhadap agregasi trombosit, permeabilitas
vaskular, sintesis growth factor dan vasokonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan
meningkatkan komplikasi diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah
vaskular retina.
Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan terjadinya ekstravasasi plasma,
sehingga viskositas darah intravaskular meningkat disertai dengan peningkatan agregasi
trombosit yang saling berinteraksi menyebabkan terjadinya trombosis. Selain itu, sintesis
growth factor akan menyebabkan peningkatan proliferasi sel otot polos vaskular dan matriks
ekstraseluler termasuk jaringan fibrosa, sebagai akibatnya akan terjadi penebalan dinding
vaskular, ditambah dengan aktivasi endotelin-1 yang merupakan vasokonstriktor sehingga
lumen vaskular makin menyempit. Seluruh proses tersebut terjadi secara bersamaan,
hingga akhirnya menyebabkan terjadinya oklusi vaskular retina. 3, 7
3)
Glukosa mengikat gugus amino membentuk ikatan kovalen secara non enzimatik. Proses
tersebut pada akhirnya akan menghasilkan suatu senyawa AGE. Efek dari AGE ini saling
sinergis dengan efek PKC dalam menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, sintesis
growth factor, aktivasi endotelin 1 sekaligus menghambat aktivasi nitrit oxide oleh sel
endotel. Proses tersebut tentunya akan meningkatkan risiko terjadinya oklusi vaskular retina.
3, 8
AGE terdapat di dalam dan di luar sel, berkorelasi dengan kadar glukosa. Akumulasi AGE
mendahului terjadinya kerusakan sel. Kadarnya 10-45x lebih tinggi pada DM daripada non
DM dalam 5-20 minggu. Pada pasien DM, sedikit saja kenaikan glukosa maka
meningkatkan akumulasi AGE yang cukup banyak, dan akumulasi ini lebih cepat pada
intrasel daripada ekstrasel. 8
4)
ROS dibentuk dari oksigen dengan katalisator ion metal atau enzim yang menghasilkan
hidrogen peroksida (H2O2), superokside (O2-). Pembentukan ROS meningkat melalui
autooksidasi glukosa pada jalur poliol dan degradasi AGE. Akumulasi ROS di jaringan akan
menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang menambah kerusakan sel. 3, 8
Kerusakan sel yang terjadi sebagai hasil proses biokimiawi akibat hiperglikemia kronis
terjadi pada jaringan saraf (saraf optik dan retina), vaskular retina dan lensa. Gangguan
konduksi saraf di retina dan saraf optik akan menyebabkan hambatan fungsi retina dalam
menangkap rangsang cahaya dan menghambat penyampaian impuls listrik ke otak. Proses
ini akan dikeluhkan penderita retinopati diabetik dengan gangguan penglihatan berupa
pandangan kabur. Pandangan kabur juga dapat disebabkan oleh edema makula sebagai
akibat ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan hilangnya refleks fovea pada
pemeriksaan funduskopi. 2-4
Neovaskularisasi yang tampak pada pemeriksaan funduskopi terjadi karena angiogenesis
sebagai akibat peningkatan sintesis growth factor, lebih tepatnya disebut Vascular
Endothelial Growt Factor (VEGF). Sedangkan kelemahan dinding vaksular terjadi karena
kerusakan perisit intramural yang berfungsi sebagai jaringan penyokong dinding vaskular.
Sebagai akibatnya, terbentuklah penonjolan pada dinding vaskular karena bagian lemah
dinding tersebut terus terdesak sehingga tampak sebagai mikroaneurisma pada
pemeriksaan funduskopi. Beberapa mikroaneurisma dan defek dinding vaskular lemah yang
lainnya dapat pecah hingga terjadi bercak perdarahan pada retina yang juga dapat dilihat
pada funduskopi. Bercak perdarahan pada retina biasanya dikeluhkan penderita dengan
floaters atau benda yang melayang-layang pada penglihatan. 2-4, 9
Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan menyebabkan
peningkatan jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus. Suatu saat jaringan fibrosis ini
dapat tertarik karena berkontraksi, sehingga retina juga ikut tertarik dan terlepas dari tempat
melekatnya di koroid. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya ablasio retina pada
retinopati diabetik.3
2)
Penyempitan lumen vaskular dan trombosis sebagai efek dari proses biokimiawi akibat
hiperglikemia kronis pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya oklusi vaskular retina.
Oklusi vena sentralis retina akan menyebabkan terjadinya vena berkelok-kelok apabila
oklusi terjadi parsial, namun apabila terjadi oklusi total akan didapatkan perdarahan pada
retina dan vitreus sehingga mengganggu tajam penglihatan penderitanya. Apabila terjadi
perdarahan luas, maka tajam penglihatan penderitanya dapat sangat buruk hingga
mengalami kebutaan. Perdarahan luas ini biasanya didapatkan pada retinopati diabetik
dengan oklusi vena sentral, karena banyaknya dinding vaskular yang lemah. 3, 4
Selain oklusi vena, dapat juga terjadi oklusi arteri sentralis retina. Arteri yang mengalami
penyumbatan tidak akan dapat memberikan suplai darah yang berisi nutrisi dan oksigen ke
retina, sehingga retina mengalami hipoksia dan terganggu fungsinya. Oklusi arteri retina
sentralis akan menyebabkan penderitanya mengeluh penglihatan yang tiba-tiba gelap tanpa
terlihatnya kelainan pada mata bagian luar. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat
seluruh retina berwarna pucat. 3, 4
3)
Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati diabetik sehubungan
dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga menambah tekanan intraokular. 3, 9
10.
kecil
11.
12.