You are on page 1of 46

SGD 7

LBM 2 Modul Reproduksi


Judul : Keguguran tidak ya?
STEP 1
-

Supel
Fluxus

:?
: Cairan yg keluar dari vagina dalam jumlah yg banyak.

STEP 2
1. Mengapa pada pasien timbul keluhan keluar darah dr jalan lahir sjk 1
minggu yang lalu?
2. Mengapa pasien keluar darah sedikit-sedikit serta nyeri perut bag
bawah?
3. Mengapa darah tidak disertai adanya gelembung2 berisi cairan serta
riwayat pingsan ()?
4. Apakah ada hubungan riwayat minum jamu dan trauma dengan keluhan
pasien?
5. Mengapa riwayat mens didapatkan pasien amenorhea 2 bulan?
6. Mengapa didapatkan OUE menutup?
7. Adakah hubungan memakai alat KB dengan keluhan yg dialami pasien?
8. Macam-macam perdarahan pervaginam?
9. Mengapa dalam KU ditemukan pasien agak lemah, muka tampak pucat,
konjunciva anemis, hiperpigemntasi linea alba, fluxus (++), supel (+)?
10.Apa interpretasi dari tes HCG (+) dan HB = 9gr/dl?
11.Mengapa dokter menyarankan pemeriksan USG dan interpretasi apakah
yang akan didapat?
12.Mengapa saat 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan nyeri perut bag
bawah +, namun saat px fisik tidak ditemukan nyeri perut bag bawah?
13.DD dari skenario (definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi)?

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Jamu :

HCG SETELAH PERDARAHAN


hcg akan negatif pada saat placenta tidak lagi ada, karena placenta
yaitu sel sesiotrofoblast yang akan menghasilkan hCG.
14.Edukasi apa yang perlu diberikan pada pasien?
STEP 3
1. DD dari skenario (definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi)?
DD :
- Abortus : ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan. Kriteria umur janin kurang dari
20minggu atau berat janin kurang dari 500 g.
Klasifikasi :
Abortus komplet : konsepsi keluar dari rahim, tidak ada dilatasi servix
Abortus inkomplit : hasil konsepsi sudah ada yg keluar tapi bisa msh
ada yg di dalam, ada dilatasi servix
Missed abortus : fetus sudah meninggal dan masih terdapat di
uterus, tidak ada dilatasi servix
- KET : kehamilan ekstra uterina, dikatakan terganggu saat pecah,
abortus di dalam tuba menyebabkan sakit, abortus disertai ruptur
tuba dapat menyebabkan syok.
- Mola : kehamilan abnormal dimana vili korealis mengalami dgenerasi
hidrofobik hamil anggur (bertangkai)
Sempurna: vili korialis berbah mjd vesikel jernih dan berkembang
banyak berkelompok dlm satu tangkai seperti anggur
Parsial : tidak berkembang sempurna
Etiologi
- Abortus
Defek anatomis : defek di uterus
Autoimun : SLE
Infeksi : bakteri, virus, sporokista dll
Faktor janin : ada kelainan di embrio abortus
Faktor usia ibu hamil : usia muda organ reproduksi belum matang,
rentan abortus.
Trauma
- KET
Kekurangan protein
Infeksi virus
Faktor kromosom yg belum jelas
Faktor ovum ovum memang patologis
Gejala klinis KET : amenorrhea, muntah dll, uterus membesar tapi tdk
sesuai dgn usia kehamlan tsb, tidak dirasakan adanya tanda2
kehidupan janin maupun ballotement.
Penegakan diagnosis KET :
Px fisik : adanya wajah molla/molla face (tampak kuning) saat
auskultasi tidak ada bunyi detak jantung bayi.

2. Mengapa pada pasien timbul keluhan keluar darah dr jalan lahir sjk 1
minggu yang lalu?
Karena adanya janin yg terlepas dari endometrium. Apabila ada janin yg
terlepas pd kehamilan <8minggu, maka janin akan dikeluarkan
seluruhnya krn vili korialesnya belum menembus desidual secara
mendalam.
Ada 2 penyebab keluarnya darah dr jalan lahir
Fisiologis : menempelnya janin pd endometrium bisa terjadi prdarahan,
normalnya sedikit, adanya kerja enzim untuk membantu blastula
menempel di endomet dapat menyebabkan luka di dinding keluarnya
darah dalam jumlah sedikit. Menstruasi?
Patologis : abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa berbahaya.
Penyebab
Defek anatomis : defek di uterus
Autoimun : SLE
Infeksi : bakteri, virus, sporokista dll
Faktor janin : ada kelainan di embrio abortus
Faktor usia ibu hamil : usia muda organ reproduksi belum matang,
rentan abortus.
3. Mengapa pasien keluar darah sedikit-sedikit serta nyeri perut bag
bawah?
Saat terjadi abortus, janin yg meninggal dikeluarkan secara perlahanlahan, disertai nyeri perut bag bawah kontraksi endometrium untuk
mengkonstriksikan arteri2 endometrium, persarafan di daerah tsb yg
akan menyebabkan rangsang nyeri.
4. Mengapa darah tidak disertai adanya gelembung2 berisi cairan serta
riwayat pingsan ()?
Untuk mendagnosis banding dari abortus
Gelembung + molla hidatidosa
Kehamilan ektopik nyeri mendadak disertai syok.
Mola hidatidosa : terbentuk dari jonjot-jonjot korion dan tumbuh
berganda yg berupa gelembung yg berisi cairan.
Kehamilan Ektopik : janin berkembang di tuba falopi ruptur tuba
nyeri mendadak hingga pingsan
5. Mengapa dokter menanyakan riwayat minum jamu dan trauma kepada
pasien?
Karena jamu dan trauma merupakan beberapa faktor resiko terjadinya
kelainan perkembangan janin dan kematian janin.
Minum jamu sirkulasi darah ibubayi perlengketan plasenta
menyebabkan fetal distress (janin kesulitan bernafas) dan air ketuban
akan berwarna kehijauan missed aborsi
Jamu kunyit asam : meluruhkan dinding endometrium uteri.
6. Bagaimana resiko kehamilan pada trisemester pertama?
Pada trisemester awal merupakan fase kritis dari pertumbuhan janin
dimana sudah mulai terjadi organogenesis sedangkan trisemester
kemudian merupakan fase pematangan dari organogenesis tsb.

7. Mengapa didapatkan OUE menutup?


Abortus terbagi 2
- Abortus provokatus : medicinalis o/ dokter dengan indikasi dan
pertimbangan yg diharuskan untuk abortus dan kriminalis
melanggar hukum.
- Abortus spontan : pengeluaran hasil konsepsi yg terjadi dengan
sendirinya cth : abotrus iminansia hasil konsepsi normal tapi ada
perdarahan dan Ostium Uterina masih tertutup shg beresiko
terjadinya abortus. Sedangkan Abortus Insipiens : ada perdarahan
tapi OU terbuka, janin bisa masih hidup atau sudah mati.
8. Adakah hubungan memakai alat KB dengan keluhan yg dialami
pasien?
9. Macam-macam perdarahan pervaginam?
Ada 2 penyebab keluarnya darah dr jalan lahir
Fisiologis : menempelnya janin pd endometrium bisa terjadi prdarahan,
normalnya sedikit, adanya kerja enzim untuk membantu blastula
menempel di endomet dapat menyebabkan luka di dinding keluarnya
darah dalam jumlah sedikit. Menstruasi?
Patologis : abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa berbahaya.
Perdarahan vagina dibagi 2 :
- Tidak Hamil : polip servix, Ca servix, trauma abdomen,
menorrhagea, dan lain lain.
- Hamil : hamil < 20 minggu (KET, mola hidatidosa, abortus ) dan
hamil >20minggu (solusio placenta, placenta plevia)
10.Mengapa dalam KU ditemukan pasien agak lemah, muka tampak pucat,
conjunctiva anemis, hiperpigemntasi linea alba, fluxus (++), supel (+)?
conjunctiva anemis : tjd perdarahan kadar eritrosit dan hb menurun.
Anemi pd kehamilan= +- 11gr/dl dan berpengaruh thd pertumbuhan
organ si janin.
Adannya kompensasi : hemodilusi yakni pertambahan plasma dlm darah
shg kadar eritrosit akan berkurang transport ke janin lebih efektif
(banyak zat-zat lain yg terikat dgn protein).
Supel : jenis px abdomen saat diraba otot abdomen tidak ada
defense muskular (supel +).
11.
Apa interpretasi dari tes HCG (+) dan HB = 9gr/dl?
TES HCG (+)
Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu
setelah abortus.
Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena
meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan
sampai 2 bulan setelah kematian janin.
Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media
Aesculapius

Patologis: Mola hidatidosa, choriocarcinoma, tumor testis (chorio


epithelioma), tumor ovarium, hematuri, proteinuri>50 gr/dl.
Fisiologis: Menopause, Luteinizing Hormon (LH) saat ovulasi.
Buku Petunjuk Praktikum Patologi Klinik, FK Unissula, 2013.
Choriocarcinoma atau Chorionepitelioma sangat ganas, sering
merupakan metastase dari penyakit trofoblastik kehamilan. Harus
ditegaskan bahwa, walaupun hampir dari seluruh choriocarcinoma
didahului oleh hamil mola, hanya sekitar 3-5% dari hamil mola terjadi
pada choriocarcinoma.
Secara makroskopis, tumor tampak seperti massa gelap dan merah
(hemoragik) pada dinding uterus, serviks atau vagina. Tedapat
gambaran ulserasi yang luas dengan penyebaran yang meningkat pada
permukaan atau penetrasi ke muskulus.
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. 2006.
Williams Obstetrics, 21th ed. Vol.2. R Hariadi, R Prajitno Prabowo,
Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC
HB : 9 gr
PerdarahanEritrosit & Hb menurunpasokan O2 ke jaringan berkurang
sehingga terjadi pucat sedangkan pucat karena anemia disebabkan
hemoglobin sebagai alat transportasi O2 berkurang yang menyebabkan suplai
gas tersebut berkurang ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi kelainan hematologi yang
ditandai dengan disfungsi eritrosit dan/atau hemoglobin dalam mensuplai
oksigen ke jaringan. Secara laboratorik, anemia terjadi penurunan kadar Hb,
hitung eritrosit, dan hematokrit (I Made Bakta, 2006). Kriteria klinik anemia
untuk di Indonesia pada umumnya adalah:
Hemoglobin < 10 g/dl
Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm3 (I Made Bakta, 2006
12.
Mengapa dokter menyarankan pemeriksan USG dan
interpretasi apakah yang akan didapat?
Molla : terdapat gambaran seperti badai salju (snow storm).
Untuk mengetahui usia kehamilan, adakah kehamilan ektopik, letak
fetus dan plasenta, juga untuk mengetahui adanya perdarahan, adanya
kehamilan multiple atau tidak.
Abortus : terlihat kematian embrio, katong kehamilan yg iregular,
terlihat yolk sac yg mengempis.
KET : kantong uteri kosong dgn massa adneksa.

National Institute of Health (NIH) USA menentukan indikasi


untuk dilakukannya pemeriksaan USG sebagai berikut :
Menentukan usia kehamilan secara lebih tepat pada kasus
yang akan menjalani seksio sesarea berencana, induksi
persalinan atau pengakhiran kehamilan secara elektif.
Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah
diketahui menderita insufisiensi uteroplasenta, misalnya
preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal

kronik, atau diabetes mellitus berat; atau menderita


gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan
janin terhambat, atau makrosomia.
Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang
penyebabnya belum diketahui.
Menentukan bagian terendah janin bila pada saat
persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak
janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan
ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau
tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, dan
atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi.
Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi
koriales.
Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia
gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir.
Kecurigaan adanya mola hidatidosa.
Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical
cerclage).
Suspek kehamilan ektopik.
Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta
praevia.
Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi
bokong.
Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin
pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan
preterm
*USG aman dan boleh digunakan berkali-kali karena
menggunakan gelombang suara Ultra, bukan X-ray.

13.Mengapa saat 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan nyeri perut bag
bawah +, namun saat px fisik tidak ditemukan nyeri perut bag bawah?
14.
Edukasi apa yang perlu diberikan pada pasien?

STEP 4
1. DD dari skenario (definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi)?

ABORTUS
Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan
yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu
atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2007).
Abortus
adalah
berakhirnya
suatu
kehamilan
sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus
adalah
berakhirnya
kehamilan
melalui
cara
apapun, spontan
maupun
buatan,
sebelum
janin
mampu
bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat
badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan
sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr
(Handono, 2009).
Perdara

Gejala dan

han

tanda

VT

Test HCG

USG

Penatalaksanaan

Abortus

Bercak

Mengeluh mulas Ostium

+(progonis

Utk ketahui : 1

iminens

hingga

sedikit/tdk ada uteri

baik)/-

Pertumbuhan

(Ancaman

sedang

keluhan

(Prognosis

janin yg ada

sama masih

terjadinya

sekali

tertutup

abortus)

Besar

uterus

masih

sesuai

dengan

umur

dubia

ad Plasenta

malam)

Observasi
perdarahan

2 Istirahat
sdh3 Tdk boleh koitus

lepas /blm

sampai 2 minggu

Ukuran kantong4 Bisa diberi

kehamilan

gestasi apakah

spasmolitik/tam

sesuai dgn usia

bahan

kehamilan

progesterona

Perhatikan DJJ

gar uterus tdk


kontraksi

Abortus

Sedang

insipien

hingga

krn kontraksi

telah

uterus

(hasil

banyak

yg sering dan

menda

usia kehamilan

kuat

tar

Gerak janin dan Segera lakukan

konsepsi
masih dalam
kavum

Besar

uteri

dan

Mengeluh mulas Serviks

dlm

proses

(+)

uterus Ostium

Pembesaran
sesuai

DJJ

masih
walaupun

masih sesuai

uteri

jelas

dgn

telah

mungkin

membu

tdk normal

ka

Terlihat

Masih

penipisan

umur

kehamilan

pengeluaran)

Perhatikan KU dan
perubahan
hemodinamika
pengeluaran
hasil konsepsi

mulai Kuretase
Pasca tindakan
perbaiki KU
Pemberian

teraba

serviks

uterus

jaringa

atau

(menyebabkan

pembukaannya

kontraksi

Plasenta

uterus)

sdh

terlepas/blm

uterotonika

Pemberian
antibiotik

Abortus

Sedikit

Besar

uterus Ostium

Kompletus

tdk sesuai dgn

uteri

(seluruh

umur kehamilan

menutu

hasil

(uterus

konsepsi

mengecil)

Tdk
teraba

dr

jaringa

uteri

pd

dlm

kehamilan

kavum

kurang dr 20

uteri

mnggu

atau

berat

janin

stlh abortus

mineral)
Hematenik (anti
anemia)

telah keluar
kavum

(+)7-10 hari Tdk diperlukan

profilaksis
Roboransis(vit. Dan

kurang

dr

500 gr)
Abortus

Bisa

Inkompletus

sedikit

mengalami

servi

(Sebagian

maupun

anemia atau

kalis

uterus

uterotonik dan

hasil

banyak

syock

masih

lbh kecil

antibiotik

konsepsis

tergantu

hemoragik

terbu

dr umur

telah keluar ng jar.yg

sebelum sisa

ka

kehamila

dr

jaringan

kavum tersisa

uteri

dan

masih ada yg

Pasien

bsa Kanalis

USG :
4

Teraba

Kuretase
Besar

Pascatindakan :

konsepsi

jarin

dikeluarkan

gan

gestasi

dlm

sulit

kavu

dikenali

tertinggal

uteri

Kantong

Di
kavum
uteri
tdp
masa
hipereko
ik

yg

bentukn
ya

tdk

beratura
n
Missed

Tdk merasakan

Ostiu

Abortion

keluhan

(Embrio atau

apapun

uteru

fetus

kecuali

meninggal

merasakan

dlm

(-)

USG
Uterus

kuretase dan

mengecil

dilatasi jk

Kantong

serviks uterus

masih

gestasi

memungkinkan

pertumbuha

tertu

mengecil

kandungan

n kehamilan

tup,

dan

mnggu dgn

sebelum

tdk

terab

bntuk

keadaan serviks

kehamilan 20

umur

tdk

uterus masih

minggu

kehamilan

masih

beratura

kaku induksi

ada

kuretase

telah

dan

hasil

sesuai

Bila kehamilan >


-20

konsepsi

14

seluruhnya

mnggumer

masih

asakan

tnda2

tertahan

rahim

kehidupa

dalam

mengecil

kandungan

dgn

tanda2

jarin

<12 mnggu

gan.

Fetus
tdk ada

>12 mnggu/<20

kehamilan
sekunder pd
payudara
Abortus

mulai hilang
Demam tinggi

infeksiosus

Tampak lelah

antibiotik(penisil

Takikardi

in 4x1,2 juta

Perdarahan

unit/ampisilin

(abortus

yg

disertai
infeksi

pd

alat genital)

Pemberian

pervaginam

4x1 gr +

yg berbau

gentamisin 2 x

Uterus

yg

80 mg +

membesar

metronidazol 2 x

dan lembut

1 gr. Selanjutnya

Nyeri tekan

antibiotik

Didptkan

disesuaikan dgn

leukosistosis

hasil kultur

pd px.darah

Kuretase

rutin

dilaksanakan
apabila tubuh
sudah membaik
min 6 jam stlh
pemberian
antibiotik
10 Pasca kuretase :
Uterotonik,
antibiotik
dilanjutkan
sampai 2 hari

Bligted

Abortus

bebas demam
HCG : mungkin Usia kehamilan Dilatasi dan

Ovum

spontan

(Kehamilan

14-16

mnggukanton

anembrionik)

mnggu

g gestasi tdk

7-8

kuretase

Kantung

berkembang

gestasi tidak

atau

berkembang

diameter

dan

tdk ada

tidak

ada yolk sac

pd
2,5

gambaran
mudigah
Jk

USG

pertama
didapatkan
gambaran sprti
diatas

perlu

dilakukan
evaluasi USG 2
mnggu
kemudianBila
tdk

dijumpai

struktur
mudigah

atau

kantong kuning
telur

dan

diameter
kantong gestasi
mencapai

25

cmBligted
Ovum

Klasifikasi Abortus (Sarwono, 2008)


1) Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus

spontan ( keguguran )
Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus
imminens, abortus
insipiens,
abortus
inkompletus, abortus
kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus
habitualis, abortus infeksiosus dan aborrtus septik.
a) Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada
wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita
hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang
semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan villi koreales
ke
dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi
biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak
disertai mules-mules.
Untuk menentukan prognosisnya, lihat kadar hCg dengan
pengenceran maksimal untuk tetap positif, jika pengenceran
1/10 masih positif berari baik, demikian sebaliknya.
Pengelolaan tergantung anamnesis dan keinginan ibu. Bila
dipertahankan px. USG cek : janin, ukran gestasi engan UK, DJJ
Tx : TIRAH BARING. Penderita boleh dipulangkan setelah
tidak ada perdarahan dengan pesan khusu tidak boleh
berhubungan seksual dulu +/- 2 minggu
b) Abortus incipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu
dengan
adanya dilatasi
serviks
uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam
hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah. Besar uterus masih sesuai denga umur kehamilan.
Pengelolaan harus menderita keadaan umum dan perubahan
hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/ pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase
bila perdarahan banyak.
c) Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan
vaginal,
kanalis
servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang- kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
d) Abortus complet (keguguran lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil


konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di
permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Bila diperlukan diberi hematenik.
e) Abortus infeksiosa dan Abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia,
sedangkan
abortus
septik adalah abortus
infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus
atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan
pada
abortus
inkompletus
dan
lebih
sering ditemukan
pada
abortus
buatan
yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada
desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi,
dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan
peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti
oleh syok.
Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya
abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi genitalia, seperti
panas, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus
yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadangkadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun.
Pengelolaan pasien ini mempertimbangkan keseimbanagn
cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotik. Untuk tahap
pertama berikan Penisilin 4x1,2 juta unit atau Ampisilin 4x1
gram ditambah gentamisin 2x80 mg dan metronidazol 2x1.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah
membaikminimal 6 jam setelah antibiotik diberikan yang
dilanjutkan sampai 2hari bebas demam.
f) Missed abortion (retensi janin mati)
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin
yang
mati
tertahan
di dalam
kavum
uteri
tidak
dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.
Missed abortion
biasanya didahului oleh tanda-tanda
abortus imminens
yang kemudian
menghilang
secara
spontan atau
setelah
pengobatan.
Gejala
subyektif
kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus
tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan

menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan


segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan.
Pengelolaannya dengan cara kuretase. Pada UK < 12 minggu
dengan menggunakan dilatasi langsung, namun untuk UK>12
minggu tindakannya dengan menggunakan induksi iv cairan
oksitosin dari 10 unti dalam 500 cc dekstrose 5% tetsan 20
tetes permenit dan dapat diulang sampai oksitosin 50 unit.
Jika tidak bisa diulang 3x. Sekarang, salah satunya adalah
prostaglandin pada misoprostol diberikan secara sublingual
400 mg diberikan dengan jeda 6 jam. Ingat kemungkinan
adanya komplikasi hidrofibrinogenemia.
g) Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturutturut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar
menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum
28 minggu. Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus
habitualis pada semua kehamilan. Menurut Malpas dan
Eastman kemungkinan
terjadi
abortus
lagi
pada
seorang
wanita mengalami abortus habitualis ialah 73%
dan 83,6%. Sebaliknya, Warton dan Fraser dan LlwellynJones memberi prognosis lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%
(Sarwono, 2008).
Salah satu penyebab tersering adalah inkompetensia serviks
( serviks uteri tidak mampu menahan bebab untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester
pertama, dimana ostium serviks akan membuka tanpa disertai
rasa mules atau rahim.
h) kehamilan aembrionik ( blighted ovum )
mudigah tetap terjadi walauppun katong gestasi terbentuk.
Kantong kuning telur tidak terbentuk. Bila tidak dilakukan
tindakan kehamilan ini akan berkembang terus walaupun
tanpa ada janin di dalamnya. Biasnya sekitar 14-16 minggu
akan terjadi abortus spontan. Diagnosis kehamilan ditegakkan
pada usia kehamilan 7-8 minggu bila pada px USG didapatkan
kantong gestasi tidak berkembang dan kantongnya sudah
mencapai 25 mm. Pengelolaannya dengan melakukan
terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara
elektif.
2)

Abortus provokatud menurut


Manuaba (2007), menambahkan abortus buatan adalah
tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a) Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)


Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan
bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b) Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
c) Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan
prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.
Etiologi
Penyebab abortus
adalah (Mochtar, 2002):

ada

berbagai

macam

yang

diantaranya

1) Faktor maternal
a) Kelainan genetalia ibu : Misalnya pada ibu yang menderita
(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis,
dan lain-lain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri
fiksata.
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti
nidasi dari
ovum
yang
sudah
dibuahi,
seperti
kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan
mioma submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda,
mola hidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh
tumor pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab
abortus
belum
diketahui
secara
pasti
penyebabnya meskipun sekarang berbagai penyakit
medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan
diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi
seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta,
dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena
toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lainlain.
(3) Ibu yang asfiksia
seperti
pada
dekompensasi
kordis, penyakit paru berat, anemi gravis

(4) Malnutrisi,
avitaminosis
dan
gangguan
metabolisme, hipotiroid,
kekurangan
vitamin
A, C,
atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta
merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus
yang berakibat meninggalnya fetus.
d)
Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus
berkontraksi Misalnya,
sangat
terkejut,
obat-obat
uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat
juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput
janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obatobatan.
e) Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,
hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan
endarteritis oleh karena lues.
f) Usia ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena
pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga
dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis (Manuaba,
1998).
2) Faktor janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Oleh karena ovum yang patologis,
kelainan letak embrio dan placenta yang abnormal.
3) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam
terjadinya abortus. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada
sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003).
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC,
anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis
(Muchtar, 2002).
Menurut Sarwono Prawihardjo dalam buku ilmu kebidanan.
Menyebutkan bahwa abortus umumnya lebih dari satu penyebab.
Penyebab terbanyak adalah
Faktor genetik : mendelian ( gangguan gen tunggal),
multifaktor, Robertsonian, respirokal
Kelainan kongenital uterus : anomali ductus mulleri, septum

uterus, uterus bikornis, mioma uter, sindroma asherman


Autoimun :SLE, aloimun, mediasi imunitas humoral et selular
Defek fase luteal : faktor endokrin eksternal, sintesis LH yang
tinggi
Infeksi : bakteri,virus, parasit, TORCH, t. pallidum
Hematologik
Lingkungan : paparan obat, bahan kimia, atau radiasi
Faktor hormonal : DM, kadar progesteron rendah, defek fase
luteal dsb

Patologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua
basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan
ini
menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak
dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila
kantong ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin
dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Bentuk hasil konsepsi pada abortus :
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban
yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati
lama disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh
kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila
pigmen
darah
diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi
agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang
diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti
kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal
tidak dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit
terkupas, tengkorak
menjadi
lembek,
dan
seluruh
janin
berwarna kemerah- merahan (Sarwono, 2008).
Penatalaksanaan

Abortus iminens
1

Istirahat baring agar aliran darah ke uterus


bertambah dan rangsang mekanik berkurang.

Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila


pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien
panas.

Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil (-),


mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30


mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600-1000 mg.

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan


antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.

Abortus insipiens
1

Bila perdarahan tidak banyak , tunggu terjadinya


abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang


biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuscular.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse


oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8
tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih


tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.

Abortus inkomplit
1

Bila disertai dengan syok karena perdarahan, berikan


infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah.

Setelah syok diatasi, laukakn kerokan dengan kuret


tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg i.m.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih


tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.

Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

Abortus komplit
1

Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1


tablet selama 3 sampai 5 hari.

Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas


ferosus atau transfuse darah.

Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan


mineral.

Missed abortion
1

Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan


jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam.

Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen


kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan


pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan
dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil
dengan canum ovum lalu dengan kuret tajam.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan


dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU
dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes
per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse
oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari di bawah pusat,


keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan
garam 20% dalam cavum uteri melalui dinding perut.

Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi, syok, dan gagal ginjal akut.
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-

sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.


Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini,
penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparotomi
harus
segera
dilakukan
untuk
menentukan
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus
dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan infeksi berat (syok endoseptik).
5) Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya
berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu.
Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan
kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang
disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal
ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun
rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini
sebelum gangguan metabolik menjadi berat (Cunningham, 2005).
Faktor yang mempengaruhi :
Usia Ibu Hamil
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya
adalah maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
20-30 tahun. Kematian
maternal
pada
wanita
hamil
dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali
lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20

sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah


usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan
seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,
psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).
Usia ibu kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab
utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah
komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi keguguran.
Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para remaja muda
yang sudah menikah merupakan keharusan sosial (karena
mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan mereka),
tetapi
remaja
tetap
menghadapi risiko-risiko
kesehatan
sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang
status perkawinan mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang
secara penuh, juga dapat memberikan risiko bermakna pada
bayi termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir
rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah
untuk bayi tersebut.
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan
ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada
kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut
akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)
psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya
keguguran (Manuaba, 1998).Manuaba (2007), menambahkan
bahwa kehamilan remaja dengan
usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko:
1) Sering mengalami anemia.
2) Gangguan tumbuh kembang janin.
3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4) Gangguan persalinan.
5) Preeklampsi.
6) Perdarahan antepartum
Usia ibu lebih dari 35 tahun
Risiko
keguguran
spontan
tampak
meningkat
dengan
bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik
kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua,
lebih besar kemungkinan
keguguran
baik
janinnya
normal
atau abnormal (Murphy, 2000).

Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang


ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan
gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita,
maka risiko terjadi
abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur
atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom
(Samsulhadi, 2003).
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin
sebagai salah satu faktor etiologi abortus (Friedman, 1998).
Sebagian
besar wanita yang berusia di atas 35 tahun
mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi
yang sehat pula. Tetapi beberapa penelitian menyatakan semakin
matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa
risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.
Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita
hamil yang berusia 30 dan 40an tahun untuk menuju ke kehamilan
yang lebih aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di
usia 35 tahun atau lebih, di antaranya:
1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam
hal kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun.
2)
Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan
berakibat terhadap kehamilan
di atas 35 tahun adalah
munculnya masalah kesehatan yang kronis.
3) Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas
35 tahun meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom pada
anak
(4) Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35
tahun atau lebih.

Kehamilan Ektopik

Definisi:
KE ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi),

Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinomin dengan kehamilan ektopik
karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam
uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat
jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus
yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada
tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.

ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO

Faktor yang mempengaruhi :


1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar
15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30%
setelah kehamilan ektopik kedua
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron
juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat

mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba
diantaranya adalah :
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok
menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur),
gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan
kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba,
gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi
kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan
parut pada rahim dan saluran tuba

Etiologi:
1. Faktor
2. Faktor
3. Faktor
4. Faktor
5. Faktor

tuba
abnormalitas dari zigot
ovarium
hormonal
lain

Etiologi
Faktor dalam lumen tuba :

endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba


menyempit atau membentuk kantong buntu
pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping
operasi plastik tuba dan strelisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit

Faktor pada dinding tuba

endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu

Faktor di luar dinding tuba

perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat


perjalanan telur
tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba

Faktor lain
migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang dari perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ; pertmbuhan
telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur
fertilisasi invitro
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED

KETIGA
2
Pathogenesis
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur
mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba
tidak sempurna malahankadang kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus
endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormone esterogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,

lobuler, dan kadang kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada
sebagian kehamilan ektopik.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
secara berkeping keping, tetapi kadang kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang
dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh
pelepasan desidua yang degeneratif.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.karena tuba bukan
tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh
seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 sampai 10 minggu.
1

hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi pada implantasi secara kolumner, ovum yang telah di
buahi cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haidnya terlambat beberapa
hari.
abortus ke dalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian di
dorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Abortus ke lumen tuba lebih sering
terjadid pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili
korialis kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini
disebabkan oleh villi koriales ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars
ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi
dibandingkan dengan ismus dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta.
Perdarahan yang terus menerus akan menyebabkan tuba membesar dan kebiru biruan
(hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba.
Darah ini akan berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel
retrouterina.

ruptur dinding tuba

ruptur tuba sering tjd bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Sebaiknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau
karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang sedikit, kadang banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan
dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominal. Bila pada abortus dalam tuba osteum tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba,yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena
tekanan darah dalam tuba. kadang kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan
terbentuk hematoma intraligament antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup
terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin
dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil
konsepsi di keluarkan dari tuba. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak dioperasi dan
tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang di
derita dan tuanya kehmilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat di resorbsi
seluruhnya, kelak dapat diubha menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan
dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut sehingga
akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi
janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya
ke sebagian uterus, ligamnetum latum, dasar panggul, dan usus.

ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED


KETIGA
Manifestasi klinis
1.
gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan
dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.
2.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala gejala kehamilan muda, dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan.
3.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun
muungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual

4.

5.

6.
7.
8.

9.
10.

11.

1.

2.
3.
4.

5.

Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba tiba dalm rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan
tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus dan
ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan
keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita
pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak
seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula mula terdapat
pada satu sisi; tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa
nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah
dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan
nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retroutrina.
Terjadi perdarahan per vaginam
Amenorhea
Pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri
pada perabaan
Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor disamping
uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak
Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
douglas.pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan
syok
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan
gejala perdarahan yang mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala gejala yang samar samar, sehingga sukar
membuat diagnosis

GAMBARAN GANGGUAN MENDADAK


peristiwa ini tidak sering ditemukan
penderita setelah mengalami amenore dengn tiba tiba, menderita nyeri yang
hebat di daerah perut bagian bawah dan sering muntah muntah.
Nyeri dapat demikian hebatnya, sehingga penderita jatuh pingsan
Dengan tekanna darah turun, nadi kecil dan cepat, ujung ekstremitas basah,
pusat, dan dingin. Seluruh perut agak membesar, nyeri tekan, dan tanda
tanda cairan intraperitoneal mudah ditemukan.
Pada pemeriksaan vaginal forniks posterior menonjol dan nyeri raba,
pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Kadang kadang uterus teraba

sedikit membesar dengan disebelahnya suatu adnex tumor, tetapi


biasanya sulit karena dinding abdomen tegang
6. GAMBARAN GANGGUAN TIDAK MENDADAK
7. lebih sering berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan
lahan
8. setelah haid terlambat beberapa minggu; kadng kadang rasa nyeri ini dapat
hebat pula
9. dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap
10. tanda tanda anemiamenjadi nyata karena perdarahan berulangg
11. mula mula perut masih lembek, ttp kmdn dapat menggembung karena tjd ileus
parsialis
12. disebelah uterus tdpt hematosalping yang kadang menjadi satu dgn
hematokel retrouterina
13. dengan adanya hematokel retrouterina, kavum douglas sangat menonjol dan
nyeri raba; pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri. Selain itu,
penderita mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan merasa tenesmus.
Selain seminggu mersa nyeri, biasanya terjadi perdarahan dari uterus
dengan kadnag kadang disertai oleh pengeluaran janin desidua
14. GAMABARAN GANGGUAN ATIPIK
15. Kadang kadang gambaran klinik begitu tidak jelas, sehingga di diagnosis tidak
dibuat. Tidak jarang pada keadaan yang sebenarnya diketahui. Pada
beberapa keadaan diagnosis kehamilan ektopik baru dibuat pada
laparotomi.
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO

PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Diagnosis
Anamnesis
1.

haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang kadang terdapat
gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus, dapat dinyatakan.
2.
Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bag.bawah
Pemeriksaan Umum
3.

penderita tampak kesakita dan pucat; pada perdarahan dalam rongga perut
tanda tanda syok dapat ditemukan.
4.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung
dan nyeri tekan
Pemeriksaan Ginekologik
5.

tanda tanda kehamilan muda mungkn ditemukan

6.
7.

pergerakan serviks menyebbakan rasa nyeri


bila uterus dapat teraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang
kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan
8.
kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina
9.
suhu kadang kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi
pelvik
Pemeriksaan Laboratorium
10.

pemeriksaan haemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam


meneggakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda
tanda perdarahan dalam rongga perut
11.
pada kasus ini biasanya ditemukan anemia; tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
12.
penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat
13.
tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian
hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi HcG menurun
dan emnyebbakan tes negative
Dilatasi dan kerokan
14.
tidak dianjurkan
Kuldosentesis
15.
16.
USG

suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah
membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu

17.
18.

berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik


diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang
didalamnya tampak denyut jantung janin
Laparoskopi
19.

digunakan hanya sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan


ektopik,apabila
hasil
penilaian
prosedur
diagnostic
yang
lain
meragukan.adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi
alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED

KETIGA
Dd

Infeksi pelvic
Abortus imminens atau insipiens
Rupture korpus luteum
Torsi kista ovarium dan appendicitis
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO

PRAWIROHARJO. ED KETIGA

Penatalaksanaan
laparotomi
dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan : kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemmapuan tehnik bedah mkro dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba, apabila keadaan penderita buruk misalnya
dalam keadaan syok lebih baik dilakukan salpingektomia.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampullaris tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED

KETIGA

Patologi:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba

Gambaran klinik:
1. Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah
2. Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar tuanya
kehamilan
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET
4. Ruptur tubasakit perut mendadaksyok atau pingsan

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.

Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


Jakarta, 2001.
Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.
FKUI. Jakarta 2002

A. MOLA HIDATIDOSA

Definisi :
Jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda erupa gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan.
Synopsis Obstetri. Jilid 1. Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. EGC

Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di


dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan.
http://www.medicastore.com/
Patologi

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan


jernih merupakan kista kista kecil seperti anggur dan dapat
mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang kadang
ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bias
juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya
bervariasi, mulai dari
(5)
yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.
Mola hidatidosa terbagi menjadi(2,3,4) :
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel
jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter
sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok
menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
-

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

Tidak adanya janin dan amnion.(2)

2. Mola Hidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang,


dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan
hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya
avaskular, sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.(2)

Patofisiologi
mola ditemukan di cavum uteri, tuba uteri, maupun ovarium. Terjadi karena
proliferasi tropoblastik dengan derajat bervariasi disertai edema stroma
menyebabkan villus membesar dan edematous. Akan mengeluarkan hormon
HCG yang kadarnya berlebih dari normal

Diagnosis :
a. Anamnesis
- Terdapat gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa
- Kadang kala ada tanda toksemia gravidum
- Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tenggulu tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tua kehamilan
seharusnya
- Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak
selalu ada), yang merupakan diagnose pasti
b. Inspeksi

c.

d.
e.

f.

g.

h.
i.
j.

Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningkuningan, yang disebut muka mola (mola face)
- Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
Palpasi
- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
- Tidak teraba bagian-bagian janin, balotemen, juga gerakan janin
- Adanya fenomena harmonica; darah dan grlrmbung mola keluar,
dan fundus uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah
baru
Auskultasi
- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
- Terdengar bunyi dan bunyi khas
Reaksi kehamilan
Karena kadar hCG yang tinggi maka uji biologic dab uji imunologik
(galli mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran
o Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
o Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
kehamilan kembar
Pemeriksaan dalam
- Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagianbagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina, serta evsluasi keadaan serviks
Uji sonde
Sonde dimasukkan perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan
mola (cara Acosta-sison)
Foto rongent abdomen
Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
Arteriogram khusus pelvis
USG
Pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin

Perbedaan :
Perbed Abortus
aan
Tanda
amenore kurang dari
dan
20 minggu.
gejala
Pada pemeriksaan

Mola hidatidosa
a.
Amenore
tanda-tanda
kehamilan.

Kehamilan
ektopik
dan a. Amenore.
b. Gejala kehamilan
muda.

fisik
:
keadaan
umum
tampak
lemah
atau
kesadaran menurun,
tekanan
darah
normal
atau
menurun,
denyut
nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu
badan normal atau
meningkat.
Perdarahan
pervaginam,
mungkin
disertai
keluarnya
jaringan
hasil konsepsi. Rasa
mulas atau keram
perut di daerah atas
simfisis,
sering
dissertai
dengan
nyeri
pinggang
akibat
kontraksi
uterus.
Pemeriksaan
ginekologi :
Inspeksi vulva :
perdarahan
pervaginam,
ada
atau tidak jaringan
hasil
konsepsi,
tercium atau tidak
bau busuk dari vulva.

Inspekulo
:
perdarahan
dari
kavum uteri, ostium
uteri terbuka atau
tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau
tidak cairan atau

b.
Perdarahan
pervaginam
berulang,
darah
cenderung berwarna
coklat, pada keadaan
lanjut kadang keluar
gelembung mola.
c.
Pembesaran
uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya
bagian janin pada
palpasi dan tidak
terdengarnya
BJJ
sekalipun
uterus
sudah membesar
setinggi pusar atau
lebih.
e. Preeklampsia atau
eklampsia
yang
terjadi
sebelum
kehamilan
24
minggu.

c.
Nyeri
perut
bagian bawah.
d.
Perdarahan
pervaginam
berwarna
coklat
tua.
e.
Pada
pemeriksaan vagina
terdapat
nyeri
goyang saat servik
digerakkan,
nyeri
pada perabaan, dan
kavum
douglasi
menonjol
karena
ada bekuan darah.

Px.
Penunj
ang

jaringan
berbau
busuk keluar dari
ostium.
Colok vagina : porsio
masih terbuka atau
sudah
tertutup,
teraba atau tidak
jaringan
dalam
k
avum uteri, besar
uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia
kehamilan,
tidak
nyeri
saat
porsio
digoyang, tidak nyeri
pada
perabaan
adneksa,
kavum
douglasi
tidak
menonjol dan tidak
nyeri.
a. Tes kehamilan :
positif
bila
janin
masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah
abortus.
b.
Pemeriksaan
Doppler atau USG
untuk
menentukan
apakah janin masih
hidup.
c.
Pemeriksaan
kadar
fibrinogen
darah pada missed
abortion.

a. Serum -hCG
untuk
memastikan
kehamilan
dan
pemeriksaan -hCG
serial (diulang pada
interval waktu
tertentu).
b.
Ultrasonografi
(USG),
melalui
pemeriksaan
USG
kita dapat melihat
adakah janin di dalan
kantung gestasi
(kantung kehamilan)
dan
kita
dapat
mendeteksi gerakan
maupun
detak
jantung
janin.
Apabila semuanya
tidak kita temukan di

a.
Pemeriksaan
laboratorium
:
kadar hemoglobin,
leukosit,
tes
kehamilan bila baru
terganggu.
b. Dilatasi kuretase.
c.
Kuldosentesis,
yaitu suatu cara
pemeriksaan untuk
mengetahui apakah
didalam
kavum
douglasi terdapat
darah.
d.
Ultrasonografi
berguna pada 510%
kasus
bila
ditemukan kantong
gestasi
di
luar
uterus.

dalam pemeriksaan
USG
maka
kemungkinan
kehamilan
ini
bukanlah kehamilan
yang
normal.
c.
Foto
roentgen
dada.
komplik a.
Perdarahan,
asi
perforasi, syok, dan
infeksi.
b.
Pada
missed
abortion
dengan
retensi lama hasil
konsepsi
dapat
terjadi
kelainan
pembekuan darah.

e. Laparoskopi atau
laparotomi sebagai
pendekatan
diagnosis terakhir.

a. Anemia, syok, dan a. Pada pengobatan


infeksi.
konservatif,
yaitu
b. Eklampsia dan bila
kehamilan
tirotoksikosis.
ektopik terganggu
telah
lama
berlangsung (4-6
minggu),
terjadi
perdarahan ulang,
Ini
merupakan
indikasi operasi.
b. Infeksi, sterilitas.
c. Pecahnya tuba
falopii.
d. Komplikasi juga
tergantung
dari
lokasi
tumbuh
berkembangnya
embrio.

You might also like