Professional Documents
Culture Documents
Supel
Fluxus
:?
: Cairan yg keluar dari vagina dalam jumlah yg banyak.
STEP 2
1. Mengapa pada pasien timbul keluhan keluar darah dr jalan lahir sjk 1
minggu yang lalu?
2. Mengapa pasien keluar darah sedikit-sedikit serta nyeri perut bag
bawah?
3. Mengapa darah tidak disertai adanya gelembung2 berisi cairan serta
riwayat pingsan ()?
4. Apakah ada hubungan riwayat minum jamu dan trauma dengan keluhan
pasien?
5. Mengapa riwayat mens didapatkan pasien amenorhea 2 bulan?
6. Mengapa didapatkan OUE menutup?
7. Adakah hubungan memakai alat KB dengan keluhan yg dialami pasien?
8. Macam-macam perdarahan pervaginam?
9. Mengapa dalam KU ditemukan pasien agak lemah, muka tampak pucat,
konjunciva anemis, hiperpigemntasi linea alba, fluxus (++), supel (+)?
10.Apa interpretasi dari tes HCG (+) dan HB = 9gr/dl?
11.Mengapa dokter menyarankan pemeriksan USG dan interpretasi apakah
yang akan didapat?
12.Mengapa saat 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan nyeri perut bag
bawah +, namun saat px fisik tidak ditemukan nyeri perut bag bawah?
13.DD dari skenario (definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi)?
2. Mengapa pada pasien timbul keluhan keluar darah dr jalan lahir sjk 1
minggu yang lalu?
Karena adanya janin yg terlepas dari endometrium. Apabila ada janin yg
terlepas pd kehamilan <8minggu, maka janin akan dikeluarkan
seluruhnya krn vili korialesnya belum menembus desidual secara
mendalam.
Ada 2 penyebab keluarnya darah dr jalan lahir
Fisiologis : menempelnya janin pd endometrium bisa terjadi prdarahan,
normalnya sedikit, adanya kerja enzim untuk membantu blastula
menempel di endomet dapat menyebabkan luka di dinding keluarnya
darah dalam jumlah sedikit. Menstruasi?
Patologis : abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa berbahaya.
Penyebab
Defek anatomis : defek di uterus
Autoimun : SLE
Infeksi : bakteri, virus, sporokista dll
Faktor janin : ada kelainan di embrio abortus
Faktor usia ibu hamil : usia muda organ reproduksi belum matang,
rentan abortus.
3. Mengapa pasien keluar darah sedikit-sedikit serta nyeri perut bag
bawah?
Saat terjadi abortus, janin yg meninggal dikeluarkan secara perlahanlahan, disertai nyeri perut bag bawah kontraksi endometrium untuk
mengkonstriksikan arteri2 endometrium, persarafan di daerah tsb yg
akan menyebabkan rangsang nyeri.
4. Mengapa darah tidak disertai adanya gelembung2 berisi cairan serta
riwayat pingsan ()?
Untuk mendagnosis banding dari abortus
Gelembung + molla hidatidosa
Kehamilan ektopik nyeri mendadak disertai syok.
Mola hidatidosa : terbentuk dari jonjot-jonjot korion dan tumbuh
berganda yg berupa gelembung yg berisi cairan.
Kehamilan Ektopik : janin berkembang di tuba falopi ruptur tuba
nyeri mendadak hingga pingsan
5. Mengapa dokter menanyakan riwayat minum jamu dan trauma kepada
pasien?
Karena jamu dan trauma merupakan beberapa faktor resiko terjadinya
kelainan perkembangan janin dan kematian janin.
Minum jamu sirkulasi darah ibubayi perlengketan plasenta
menyebabkan fetal distress (janin kesulitan bernafas) dan air ketuban
akan berwarna kehijauan missed aborsi
Jamu kunyit asam : meluruhkan dinding endometrium uteri.
6. Bagaimana resiko kehamilan pada trisemester pertama?
Pada trisemester awal merupakan fase kritis dari pertumbuhan janin
dimana sudah mulai terjadi organogenesis sedangkan trisemester
kemudian merupakan fase pematangan dari organogenesis tsb.
13.Mengapa saat 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan nyeri perut bag
bawah +, namun saat px fisik tidak ditemukan nyeri perut bag bawah?
14.
Edukasi apa yang perlu diberikan pada pasien?
STEP 4
1. DD dari skenario (definisi, etiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi)?
ABORTUS
Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan
yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu
atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2007).
Abortus
adalah
berakhirnya
suatu
kehamilan
sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus
adalah
berakhirnya
kehamilan
melalui
cara
apapun, spontan
maupun
buatan,
sebelum
janin
mampu
bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat
badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan
sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr
(Handono, 2009).
Perdara
Gejala dan
han
tanda
VT
Test HCG
USG
Penatalaksanaan
Abortus
Bercak
+(progonis
Utk ketahui : 1
iminens
hingga
baik)/-
Pertumbuhan
(Ancaman
sedang
keluhan
(Prognosis
janin yg ada
sama masih
terjadinya
sekali
tertutup
abortus)
Besar
uterus
masih
sesuai
dengan
umur
dubia
ad Plasenta
malam)
Observasi
perdarahan
2 Istirahat
sdh3 Tdk boleh koitus
lepas /blm
sampai 2 minggu
kehamilan
gestasi apakah
spasmolitik/tam
bahan
kehamilan
progesterona
Perhatikan DJJ
Abortus
Sedang
insipien
hingga
krn kontraksi
telah
uterus
(hasil
banyak
yg sering dan
menda
usia kehamilan
kuat
tar
konsepsi
masih dalam
kavum
Besar
uteri
dan
dlm
proses
(+)
uterus Ostium
Pembesaran
sesuai
DJJ
masih
walaupun
masih sesuai
uteri
jelas
dgn
telah
mungkin
membu
tdk normal
ka
Terlihat
Masih
penipisan
umur
kehamilan
pengeluaran)
Perhatikan KU dan
perubahan
hemodinamika
pengeluaran
hasil konsepsi
mulai Kuretase
Pasca tindakan
perbaiki KU
Pemberian
teraba
serviks
uterus
jaringa
atau
(menyebabkan
pembukaannya
kontraksi
Plasenta
uterus)
sdh
terlepas/blm
uterotonika
Pemberian
antibiotik
Abortus
Sedikit
Besar
uterus Ostium
Kompletus
uteri
(seluruh
umur kehamilan
menutu
hasil
(uterus
konsepsi
mengecil)
Tdk
teraba
dr
jaringa
uteri
pd
dlm
kehamilan
kavum
kurang dr 20
uteri
mnggu
atau
berat
janin
stlh abortus
mineral)
Hematenik (anti
anemia)
telah keluar
kavum
profilaksis
Roboransis(vit. Dan
kurang
dr
500 gr)
Abortus
Bisa
Inkompletus
sedikit
mengalami
servi
(Sebagian
maupun
anemia atau
kalis
uterus
uterotonik dan
hasil
banyak
syock
masih
lbh kecil
antibiotik
konsepsis
tergantu
hemoragik
terbu
dr umur
sebelum sisa
ka
kehamila
dr
jaringan
kavum tersisa
uteri
dan
masih ada yg
Pasien
bsa Kanalis
USG :
4
Teraba
Kuretase
Besar
Pascatindakan :
konsepsi
jarin
dikeluarkan
gan
gestasi
dlm
sulit
kavu
dikenali
tertinggal
uteri
Kantong
Di
kavum
uteri
tdp
masa
hipereko
ik
yg
bentukn
ya
tdk
beratura
n
Missed
Tdk merasakan
Ostiu
Abortion
keluhan
(Embrio atau
apapun
uteru
fetus
kecuali
meninggal
merasakan
dlm
(-)
USG
Uterus
kuretase dan
mengecil
dilatasi jk
Kantong
serviks uterus
masih
gestasi
memungkinkan
pertumbuha
tertu
mengecil
kandungan
n kehamilan
tup,
dan
mnggu dgn
sebelum
tdk
terab
bntuk
keadaan serviks
kehamilan 20
umur
tdk
uterus masih
minggu
kehamilan
masih
beratura
kaku induksi
ada
kuretase
telah
dan
hasil
sesuai
konsepsi
14
seluruhnya
mnggumer
masih
asakan
tnda2
tertahan
rahim
kehidupa
dalam
mengecil
kandungan
dgn
tanda2
jarin
<12 mnggu
gan.
Fetus
tdk ada
>12 mnggu/<20
kehamilan
sekunder pd
payudara
Abortus
mulai hilang
Demam tinggi
infeksiosus
Tampak lelah
antibiotik(penisil
Takikardi
in 4x1,2 juta
Perdarahan
unit/ampisilin
(abortus
yg
disertai
infeksi
pd
alat genital)
Pemberian
pervaginam
4x1 gr +
yg berbau
gentamisin 2 x
Uterus
yg
80 mg +
membesar
metronidazol 2 x
dan lembut
1 gr. Selanjutnya
Nyeri tekan
antibiotik
Didptkan
disesuaikan dgn
leukosistosis
hasil kultur
pd px.darah
Kuretase
rutin
dilaksanakan
apabila tubuh
sudah membaik
min 6 jam stlh
pemberian
antibiotik
10 Pasca kuretase :
Uterotonik,
antibiotik
dilanjutkan
sampai 2 hari
Bligted
Abortus
bebas demam
HCG : mungkin Usia kehamilan Dilatasi dan
Ovum
spontan
(Kehamilan
14-16
mnggukanton
anembrionik)
mnggu
g gestasi tdk
7-8
kuretase
Kantung
berkembang
gestasi tidak
atau
berkembang
diameter
dan
tdk ada
tidak
pd
2,5
gambaran
mudigah
Jk
USG
pertama
didapatkan
gambaran sprti
diatas
perlu
dilakukan
evaluasi USG 2
mnggu
kemudianBila
tdk
dijumpai
struktur
mudigah
atau
kantong kuning
telur
dan
diameter
kantong gestasi
mencapai
25
cmBligted
Ovum
spontan ( keguguran )
Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus
imminens, abortus
insipiens,
abortus
inkompletus, abortus
kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus
habitualis, abortus infeksiosus dan aborrtus septik.
a) Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada
wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali,
uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita
hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang
semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan villi koreales
ke
dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi
biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak
disertai mules-mules.
Untuk menentukan prognosisnya, lihat kadar hCg dengan
pengenceran maksimal untuk tetap positif, jika pengenceran
1/10 masih positif berari baik, demikian sebaliknya.
Pengelolaan tergantung anamnesis dan keinginan ibu. Bila
dipertahankan px. USG cek : janin, ukran gestasi engan UK, DJJ
Tx : TIRAH BARING. Penderita boleh dipulangkan setelah
tidak ada perdarahan dengan pesan khusu tidak boleh
berhubungan seksual dulu +/- 2 minggu
b) Abortus incipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu
dengan
adanya dilatasi
serviks
uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam
hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah. Besar uterus masih sesuai denga umur kehamilan.
Pengelolaan harus menderita keadaan umum dan perubahan
hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/ pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase
bila perdarahan banyak.
c) Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan
vaginal,
kanalis
servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang- kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
d) Abortus complet (keguguran lengkap)
ada
berbagai
macam
yang
diantaranya
1) Faktor maternal
a) Kelainan genetalia ibu : Misalnya pada ibu yang menderita
(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis,
dan lain-lain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri
fiksata.
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti
nidasi dari
ovum
yang
sudah
dibuahi,
seperti
kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan
mioma submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda,
mola hidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh
tumor pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab
abortus
belum
diketahui
secara
pasti
penyebabnya meskipun sekarang berbagai penyakit
medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan
diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi
seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta,
dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena
toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lainlain.
(3) Ibu yang asfiksia
seperti
pada
dekompensasi
kordis, penyakit paru berat, anemi gravis
(4) Malnutrisi,
avitaminosis
dan
gangguan
metabolisme, hipotiroid,
kekurangan
vitamin
A, C,
atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta
merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus
yang berakibat meninggalnya fetus.
d)
Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus
berkontraksi Misalnya,
sangat
terkejut,
obat-obat
uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat
juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput
janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obatobatan.
e) Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,
hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan
endarteritis oleh karena lues.
f) Usia ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena
pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga
dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis (Manuaba,
1998).
2) Faktor janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Oleh karena ovum yang patologis,
kelainan letak embrio dan placenta yang abnormal.
3) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam
terjadinya abortus. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada
sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003).
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC,
anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis
(Muchtar, 2002).
Menurut Sarwono Prawihardjo dalam buku ilmu kebidanan.
Menyebutkan bahwa abortus umumnya lebih dari satu penyebab.
Penyebab terbanyak adalah
Faktor genetik : mendelian ( gangguan gen tunggal),
multifaktor, Robertsonian, respirokal
Kelainan kongenital uterus : anomali ductus mulleri, septum
Patologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua
basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan
ini
menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak
dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila
kantong ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin
dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Bentuk hasil konsepsi pada abortus :
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban
yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati
lama disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh
kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila
pigmen
darah
diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi
agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang
diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti
kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal
tidak dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit
terkupas, tengkorak
menjadi
lembek,
dan
seluruh
janin
berwarna kemerah- merahan (Sarwono, 2008).
Penatalaksanaan
Abortus iminens
1
Abortus insipiens
1
Abortus inkomplit
1
Abortus komplit
1
Missed abortion
1
Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi, syok, dan gagal ginjal akut.
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
Kehamilan Ektopik
Definisi:
KE ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih
dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi),
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinomin dengan kehamilan ektopik
karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam
uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Sebagian kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat
jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus
yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada
tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.
mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba
diantaranya adalah :
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok
menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur),
gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan
kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba,
gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi
kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan
parut pada rahim dan saluran tuba
Etiologi:
1. Faktor
2. Faktor
3. Faktor
4. Faktor
5. Faktor
tuba
abnormalitas dari zigot
ovarium
hormonal
lain
Etiologi
Faktor dalam lumen tuba :
endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu
Faktor lain
migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang dari perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ; pertmbuhan
telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur
fertilisasi invitro
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED
KETIGA
2
Pathogenesis
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur
mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.setelah
tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba
tidak sempurna malahankadang kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus
endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormone esterogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,
lobuler, dan kadang kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada
sebagian kehamilan ektopik.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
secara berkeping keping, tetapi kadang kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang
dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh
pelepasan desidua yang degeneratif.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.karena tuba bukan
tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh
seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 sampai 10 minggu.
1
hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi pada implantasi secara kolumner, ovum yang telah di
buahi cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total.
Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haidnya terlambat beberapa
hari.
abortus ke dalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian di
dorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Abortus ke lumen tuba lebih sering
terjadid pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili
korialis kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini
disebabkan oleh villi koriales ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars
ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi
dibandingkan dengan ismus dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta.
Perdarahan yang terus menerus akan menyebabkan tuba membesar dan kebiru biruan
(hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba.
Darah ini akan berkumpul di kavum douglas dan akan membentuk hematokel
retrouterina.
ruptur tuba sering tjd bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Sebaiknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau
karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang sedikit, kadang banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan
dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba
abdominal. Bila pada abortus dalam tuba osteum tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat
terjadi. Dalam hal ini dinding tuba,yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena
tekanan darah dalam tuba. kadang kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan
terbentuk hematoma intraligament antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup
terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin
dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil
konsepsi di keluarkan dari tuba. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak dioperasi dan
tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang di
derita dan tuanya kehmilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat di resorbsi
seluruhnya, kelak dapat diubha menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan
dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut sehingga
akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi
janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya
ke sebagian uterus, ligamnetum latum, dasar panggul, dan usus.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.
2.
3.
4.
5.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba tiba dalm rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan
tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus dan
ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan
keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita
pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak
seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula mula terdapat
pada satu sisi; tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa
nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah
dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan
nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retroutrina.
Terjadi perdarahan per vaginam
Amenorhea
Pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri
pada perabaan
Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor disamping
uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak
Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
douglas.pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan
syok
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan
gejala perdarahan yang mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala gejala yang samar samar, sehingga sukar
membuat diagnosis
PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Diagnosis
Anamnesis
1.
haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang kadang terdapat
gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus, dapat dinyatakan.
2.
Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bag.bawah
Pemeriksaan Umum
3.
penderita tampak kesakita dan pucat; pada perdarahan dalam rongga perut
tanda tanda syok dapat ditemukan.
4.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung
dan nyeri tekan
Pemeriksaan Ginekologik
5.
6.
7.
suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah
membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu
17.
18.
KETIGA
Dd
Infeksi pelvic
Abortus imminens atau insipiens
Rupture korpus luteum
Torsi kista ovarium dan appendicitis
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Penatalaksanaan
laparotomi
dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan : kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemmapuan tehnik bedah mkro dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba, apabila keadaan penderita buruk misalnya
dalam keadaan syok lebih baik dilakukan salpingektomia.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampullaris tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan
ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED
KETIGA
Patologi:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba
Gambaran klinik:
1. Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah
2. Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar tuanya
kehamilan
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET
4. Ruptur tubasakit perut mendadaksyok atau pingsan
A. MOLA HIDATIDOSA
Definisi :
Jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda erupa gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan.
Synopsis Obstetri. Jilid 1. Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. EGC
Patofisiologi
mola ditemukan di cavum uteri, tuba uteri, maupun ovarium. Terjadi karena
proliferasi tropoblastik dengan derajat bervariasi disertai edema stroma
menyebabkan villus membesar dan edematous. Akan mengeluarkan hormon
HCG yang kadarnya berlebih dari normal
Diagnosis :
a. Anamnesis
- Terdapat gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa
- Kadang kala ada tanda toksemia gravidum
- Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tenggulu tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tua kehamilan
seharusnya
- Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak
selalu ada), yang merupakan diagnose pasti
b. Inspeksi
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningkuningan, yang disebut muka mola (mola face)
- Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
Palpasi
- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
- Tidak teraba bagian-bagian janin, balotemen, juga gerakan janin
- Adanya fenomena harmonica; darah dan grlrmbung mola keluar,
dan fundus uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah
baru
Auskultasi
- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
- Terdengar bunyi dan bunyi khas
Reaksi kehamilan
Karena kadar hCG yang tinggi maka uji biologic dab uji imunologik
(galli mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran
o Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
o Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
kehamilan kembar
Pemeriksaan dalam
- Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagianbagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina, serta evsluasi keadaan serviks
Uji sonde
Sonde dimasukkan perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan
mola (cara Acosta-sison)
Foto rongent abdomen
Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
Arteriogram khusus pelvis
USG
Pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin
Perbedaan :
Perbed Abortus
aan
Tanda
amenore kurang dari
dan
20 minggu.
gejala
Pada pemeriksaan
Mola hidatidosa
a.
Amenore
tanda-tanda
kehamilan.
Kehamilan
ektopik
dan a. Amenore.
b. Gejala kehamilan
muda.
fisik
:
keadaan
umum
tampak
lemah
atau
kesadaran menurun,
tekanan
darah
normal
atau
menurun,
denyut
nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu
badan normal atau
meningkat.
Perdarahan
pervaginam,
mungkin
disertai
keluarnya
jaringan
hasil konsepsi. Rasa
mulas atau keram
perut di daerah atas
simfisis,
sering
dissertai
dengan
nyeri
pinggang
akibat
kontraksi
uterus.
Pemeriksaan
ginekologi :
Inspeksi vulva :
perdarahan
pervaginam,
ada
atau tidak jaringan
hasil
konsepsi,
tercium atau tidak
bau busuk dari vulva.
Inspekulo
:
perdarahan
dari
kavum uteri, ostium
uteri terbuka atau
tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau
tidak cairan atau
b.
Perdarahan
pervaginam
berulang,
darah
cenderung berwarna
coklat, pada keadaan
lanjut kadang keluar
gelembung mola.
c.
Pembesaran
uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya
bagian janin pada
palpasi dan tidak
terdengarnya
BJJ
sekalipun
uterus
sudah membesar
setinggi pusar atau
lebih.
e. Preeklampsia atau
eklampsia
yang
terjadi
sebelum
kehamilan
24
minggu.
c.
Nyeri
perut
bagian bawah.
d.
Perdarahan
pervaginam
berwarna
coklat
tua.
e.
Pada
pemeriksaan vagina
terdapat
nyeri
goyang saat servik
digerakkan,
nyeri
pada perabaan, dan
kavum
douglasi
menonjol
karena
ada bekuan darah.
Px.
Penunj
ang
jaringan
berbau
busuk keluar dari
ostium.
Colok vagina : porsio
masih terbuka atau
sudah
tertutup,
teraba atau tidak
jaringan
dalam
k
avum uteri, besar
uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia
kehamilan,
tidak
nyeri
saat
porsio
digoyang, tidak nyeri
pada
perabaan
adneksa,
kavum
douglasi
tidak
menonjol dan tidak
nyeri.
a. Tes kehamilan :
positif
bila
janin
masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah
abortus.
b.
Pemeriksaan
Doppler atau USG
untuk
menentukan
apakah janin masih
hidup.
c.
Pemeriksaan
kadar
fibrinogen
darah pada missed
abortion.
a. Serum -hCG
untuk
memastikan
kehamilan
dan
pemeriksaan -hCG
serial (diulang pada
interval waktu
tertentu).
b.
Ultrasonografi
(USG),
melalui
pemeriksaan
USG
kita dapat melihat
adakah janin di dalan
kantung gestasi
(kantung kehamilan)
dan
kita
dapat
mendeteksi gerakan
maupun
detak
jantung
janin.
Apabila semuanya
tidak kita temukan di
a.
Pemeriksaan
laboratorium
:
kadar hemoglobin,
leukosit,
tes
kehamilan bila baru
terganggu.
b. Dilatasi kuretase.
c.
Kuldosentesis,
yaitu suatu cara
pemeriksaan untuk
mengetahui apakah
didalam
kavum
douglasi terdapat
darah.
d.
Ultrasonografi
berguna pada 510%
kasus
bila
ditemukan kantong
gestasi
di
luar
uterus.
dalam pemeriksaan
USG
maka
kemungkinan
kehamilan
ini
bukanlah kehamilan
yang
normal.
c.
Foto
roentgen
dada.
komplik a.
Perdarahan,
asi
perforasi, syok, dan
infeksi.
b.
Pada
missed
abortion
dengan
retensi lama hasil
konsepsi
dapat
terjadi
kelainan
pembekuan darah.
e. Laparoskopi atau
laparotomi sebagai
pendekatan
diagnosis terakhir.