Professional Documents
Culture Documents
2.1
Gambar organ
Makro :
2.2
Mikro:
Penjelasan Gambar:
Makro:
Pada gambaran makro yaitu hati membesar, memerah;
kehijauan jika kolestasis
(Robbins, 2007)
Mikro:
Gejala spesifik, misalnya kelelahan, anoreksia, nyeri otot, artralgia dan penurunan berat
badan.
Pruritus (kolestasis)
Spidernavi (dada dan tubuh bagian atas), hemokromatosis dan berpenampilan abu-abu
Palmar eritemia
Jaundice
Xanthomas: lipatan palmaris atau di atas mata pada sirosis bilier primer
Hirsutisme
(www.patient.co.uk)
2.4 Etiologi
Etiologi penyakit hati kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan respon peradangan yang
berlangsung lebih dari enam bulan. Klasifikasinya adalah :
1. Infeksi virus
Hepatitis virus merupakan penyebab paling dominan terjadinya penyakit hati kronis. Para
ilmuwan mengetahui tujuh virus yang dapat menyebabkan hepatitis. Kemajuan di bidang biologi
molekuler telah membantu pengenalan dan pengertian patogenesis dari tujuh virus penyebab
hepatitis sebagai manifestasi penyakit utama. Virus-virus tersebut disebut virus hepatotropik.
Virus-virus tersebut ditandai dengan urutan abjad yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan terakhir virus
TT. Virus-virus tersebut dinamakan HAV (Hepatitis A Virus), HBV (Hepatitis B Virus), dan
seterusnya. Virus-virus lain yang juga memberi gejala hepatitis sebagai bagian dari gejala
klinisnya, bukan disebut virus hepatotropik. Seperti virus herpes simplex (HSV), cytomegalo
(CMV), epsteinbarr, varicella, rubella, adeno, entero, dan HIV. Lebih dari 90% kasus hepatitis
disebabkan HAV, HBV dan HCV.
Menurut onsetnya hepatitis virus dapat berlangsung akut maupun kronis.
a. Hepatitis virus akut : Hepatitis yang terjadi saat virus tidak mampu merusak sistem imun
tubuh dan bertahan beberapa minggu dan mengalami penyembuhan kurang dari enam bulan.
b. Hepatitis virus kronis : Hepatitis yang memperlihatkan proses peradangan dan nekrosis
yang aktif dan kronik tanpa penyembuhan yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak mulai
timbul keluhan dan gejala penyakit.
2. Intoksikasi akibat obat-obatan dan alkohol (Hepatotoksik)
Beberapa obat-obatan (metildopa, isoniazid, nitrofurantoin, dan acetaminophen) serta zat
kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan
hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik
akan berakibat sirosis. Pemberian obat-obatan hepatotoksik secara berulang dalam jangka waktu
panjang dan terus menerus akan menginduksi terjadinya kerusakan sel-sel stelata, kemudian
terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi fibrosis, sirosis dan karsinoma hati
. Zat hepatotoksik yang berperan adalah alkohol. Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah
penimbunan lemak dalam hati (Sujono, 2002).
2.5 Epidemiologi
Dari berbagai penyebab hepatitis kronik, yang cukup penting di antaranya adalah virus
hepatitis B dan C. Virus hepatitis B diperkirakan telah menginfeksi 2 miliar manusia di dunia,
dan lebih dari 300 juta peduduk dunia menderita infeksi kronik. Di Indonesia prevalensi HbsAg
positif berkisar antara 3,5% sampai dengan 9,1%, atau rata-rata 5,5%. Di beberapa tempat
bahkan dilaporkan angka yang sangat tinggi, yaitu mencapai 17%. Hepatitis C saat ini masih
berada di tempat kedua sebagai penyebab hepatitis virus kronik di Indonesia, dengan prevalensi
2,1% . (www.kalbe.com)
2.7Patofisiologi
Perubahan morfologi yang terjadi pada hati seringkali mirip untuk berbagai virus
yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran dan berwarna
normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada palpasi
teraba nyeri di tepian. Secara histology, terjadi kekacauan susunan
hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan
peradangan.
(Wilson, 2002)
2.8Pemeriksaan
Imunoglobulin (IgG meningkat pada hepatitis autoimun; IgM meningkat di sirosis biliar
primer)
Alpha-1 antitrypsin
Iron studies