Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KONSEP PERENCANAAN
1.1 Umum
Perancangan sebagai sebuah kegiatan pengambilan keputusan
secara umum dan perancangan sistem maritim secara khusus
adalah sebuah aktivitas multi-disiplin yang memerlukan
pemanfaatan yang berdaya guna atas berbagai sumber daya yang
terbatas jumlahnya; untuk memenuhi beberapa kebutuhan
fungsional tertentu. Oleh karena dalam dunia yang semakin
kompetitif ini merancang, mendisain atau mensintesis struktur
berarti mengambil keputusan atas tataletak, geometri, bahan dan
ukuran struktur sedemikian rupa sehingga sebuah atau beberapa
kriteria perancangan mencapai tingkat tertentu; sementara
batasan-batasan atau kendala-kendala, dapat dipenuhi (tidak
dilanggar). Identifikasi rancangan yang akhirnya terpilih
umumnya melibatkan, secara berulang, penyediaan, evaluasi dan
perbandingan antara berbagai pilihan yang laik; sedemikian
sehingga proses perancangan bergerak maju menuju pada
sebuah penyelesaian yang terbaik.
Cara tradisional untuk melakukan proses perancangan ini
adalah dengan menggunakan pendekatan iteratif yang
melibatkan perhitungan, yang lazim disebut analisis, beberapa
aspek rancangan seperti kekuatan, stabilitas, keandalan dan
sebagainya; sehingga diperoleh suatu rentang pilihan rancangan
yang laik. Perlu diperhatikan bahwa kegiatan perancangan
BAB II
TEORI & PROSES PERENCANAAN
FIXED JACKET PLATFORM
Perancangan merupakan pemikiran dasar yang menyangkut
proses identifikasi sejumlah kriteria yang berkaitan dengan
kemampuan produksi, kinerja dan keamanan serta
keseimbangan antara pemenuhan berbagai target. Perancangan
struktur anjungan lepas pantai merupakan pemikiran dasar untuk
mengambil keputusan dalam memilih tata letak, geometri, bahan
dan ukuran struktur yang layak.
Langkah awal dalam konsep perancangan adalah penentuan
target. Target-target perancangan yang mendefinisikan
kemampuan struktur untuk memenuhi tujuan operasi, antara lain
adalah; function ability (kemampuan difungsikannya struktur),
habitability (nilai mutu struktur dalam memberikan
kenyamanan), reliability (nilai keandalan struktur), availability
(nilai proporsional struktur untuk keseluruhan umur
operasional), safety (kemampuan struktur untuk tetap selamat
selama dalam pengoperasian) dan damage tolerance
(kemampuan struktur untuk selamat dari tingkat kerusakan yang
ekstrim pada suatu periode tertentu).
Adapun target-target yang mendefinisikan nilai ekonomis
struktur adalah producibility (kemudahan dalam membangun,
dimiringkan 1/7 atau 1/8. Penentuan jarak antar kaki struktur &
kemiringannya dimulai pada rentang 3 . 4 meter di atas garis air
rerata (Graff,1984).
Akibat dari batter atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin
melebar pada dasar laut; sehingga untuk membantu kaki struktur
menahan momen guling, biasanya konstruksi direncanakan
menggunakan beberapa skirt pile yang memanjang hingga satu
level di atas level terbawah dari struktur (Graff,1984).
2.2.5 Penentuan Perangkaan
Kaki-kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangkarangka (braces) dengan arah-arah horisontal, diagonal-horisontal
dan diagonal-vertikal.
2.2.5.1 Pola Perangkaan
Pola perangkaan struktur penyangga anjungan mengikuti tipetipe sambungan tubular yang sangat beragam. Perangkaan
struktur umumnya adalah pola K, N, T, K Ganda, N Ganda, T
Ganda dan kombinasi dari beberapa pola tersebut (Gambar
2.11).
CI : Koefisien Inersia
u : Kecepatan fluida pada titik yang ditinjau (m/dtk)
D : diameter pile (m)
a : Percepatan fluida pada titik yang ditinjau (m/dtk2)
: Kerapatan fluida (kg/m3)
.u . : harga mutlak kecepatan fluida (m/dtk)
Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara
0,6 sampai 1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0
(Dawson,1981). Menurut API RP2A 1977 untuk perhitungan
dengan teori Gelombang Stoke Derajat Lima, CD berkisar
antara 0,6 . 1,0 dan CI berkisar antara 1,5 . 2,0 (Sarpkaya &
Isaacson,1981). Oleh karena dalam perhitungan ini yang akan
ditentukan adalah beban rancang maksimum, maka nilai yang
digunakan adalah CD = 1,0 dan CI = 2,0. Adapun gaya yang
bekerja sepanjang pile dari y = 0 sampai y = y adalah;
()dy
yfFy0=...........................................................................
(2.08)
Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya
gelombang yang bekerja pada tiang pancang sebagai berikut;
Wave
ForceDistributionSWLxCySea
Floor
y
=
0
BAB III
PROSEDUR PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
Prosedur perancangan Fixed Jacket Platform, pada dasarnya
terbagi dalam dua macam, yakni Prosedur Umum dan Prosedur
Khusus.
3.1 Prosedur Umum (General Procedure)
Prosedur umum perencanaan fixed jacket platform adalah
sebagai berikut:
1. Pengambilan Data Lingkungan; merupakan serangkaian
proses pengambilan data lingkungan yang terjadi mulai dari
terdeteksinya cadangan minyak/gas sampai pada tahap akhir
proses eksplorasi. Data lingkungan yang diambil adalah data
tanah, angin, gelombang, pasut, cuaca serta oseanografi fisik.
2. Penentuan Umur Ekonomi Anjungan; merupakan analisis
probabilitas dari Break Even Point anjungan. Hal ini akan
merupakan indikator utama dalam proses perancangan
selanjutnya.
3. Penentuan Konfigurasi Anjungan; merupakan analisa
kebutuhan proses ekploitasi, yang mencakup ketersediaan ruang,
peralatan, perlengkapan, crew dan segala hal yang akan
menentukan berapa macam dan banyaknya anjungan yang
dibutuhkan selama proses eksploitasi.
BAB IV
CONTOH PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
Setelah mengemukakan teori dan prosedur perancangan
bangunan lepas pantai, selanjutnya diberikan sebuah contoh
b. Brace K, N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 80, k = 0,8 (Tabel 2.4)
. kl/r = 0,8 x 723,822/0,35d
80 = 579,057/0,35d
. l = panjang tak ditumpu yang terpanjang
= 18,38 = 723,822inchi
. r = 0,35d
sehingga d = 20,681 = 21inchi
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut Tabel 2.3; dipilih
rasio D/t = 40, sehingga;
D/t = 40
t = 21/40 = 0,5inchi
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3;
dipilih rasio D/t = 35, sehingga;
D/t = 35
t = 21/35 = 0,6inchi
c. Brace Sekunder
Untuk struktur penyangga lain yang lebih sekunder maka rasio
kl/r dapat diambil yang terbesar, atau mengambil sekitar 2/3 dari
diameter brace utama. Rasio ketebalannya adalah d/t = 40,
sedangkan rasio ketebalan pada sambungannya adalah dalam
rentang 35-40 atau dengan menambah sekitar 0,1inchi dari
ketebalan brace sekunder.
d. Skirt Pile
Untuk skirt pile maka rasio kl/r diambil yang terbesar atau
mengambil sekitar 2/3 dari diameter tiang pancang.
D = 36 x (2/3)
= 24inchi (61cm)
Dari Tabel 2.2 diperoleh ketebalan untuk pile dengan diameter
24inchi adalah 0,5inchi. Diameter skirt pile sleeves diambil
dengan menambah 5cm dari diameter skirt pile:
D = 61 + 5
= 66cm = 26inchi
Rasio ketebalan skirt pile sleeves-nya adalah D/t = 45, sehingga
diperoleh :
D/t = 45
t = 26/45 = 0,6inchi
4.2.7 Perencanaan Geladak
b = Mmaks /S ,
S = l.t2 (m)/6
Dengan Mmaks adalah momen maksimum yang bekerja tiap 1m
lebar pelat geladak, q adalah distribusi beban geladak (distribusi
beban geladak dikalikan jarak antar balok geladak), l adalah
jarak antar balok geladak, fb adalah tegangan yang bekerja pada
pelat serta Fb adalah tegangan akibat momen lengkung yang
diizinkan (syarat batas adalah fb < Fb).
. Pelat Geladak pada daerah Produksi
Mmaks = 42384,92 x 0,7052/12 dengan l = 0,705m (27,75inchi)
= 1,76 kNm (1,29kip-ft)
q = 60127 x 0,705 = 42384,92N/m
Digunakan pelat baja mutu A36, t = 7/16inchi (11 mm), Fb =
24ksi (165Mpa).
Dengan S = 27,75 x (7/16)2/6 = 0,885inchi3
fb = 1,29 x 12 (inchi) /0,885
= 17,54ksi (120,95Mpa)
Sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan
memenuhi)
. Pelat Geladak pada daerah Pengeboran
Mmaks = 15367,21 x 0,7052 /12 dengan l = 0,705m
(27,75inchi)
= 0,64kNm (0,47kip-ft)
q = 21800 x 0,705 = 15367,21N/m2
Digunakan pelat baja mutu A36, t = 1/4inch (6mm), Fb = 24ksi
(165Mpa).
Dengan S = 27,75 x (1/4)2/6 = 0,289inchi3 maka,
fb = 0,47 x 12 (inchi)/0,289
= 19,47ksi (134,27Mpa)
Sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan
memenuhi)
= 0,233kN/m
fy = ...CD.D.Wn.uny + .C.(.D2/4).aIny
= -0.032 kN/m
fz = ...CD.D.Wn.unz + .C.(.D2/4).aInz
= 0,021 kN/m
Dengan persamaan (2.20), maka gaya normal persatuan panjang
pada elemen 26 adalah:
f = (fx2 + fy22 + f)1/2z
= 0.236kN/m
Gaya total pada elemen 26 (Pers. (2.21)) untuk masing-masing
arah adalah:
F = fxx . L Fy = fy . L F = f . L zz
= 3,079kN = -0,42kN = 0,283kN
untuk elemen yang sebagian di bawah dan sebagian di atas
permukaan air, maka L = (h - yj) /cos .
Untuk selanjutnya perhitungan gaya gelombang pada elemen
yang lain secara lengkap diberikan dalam bentuk tabel pada
Lampiran B.
4.4.2 Beban Arus
Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak
horisontal dengan arah searah sumbu global-X (nol derajat).
Gaya arus dihitung pada elemen dengan pusat beban berada di
pertengahan elemen (untuk elemen yang berada di bawah air)
dan pusat beban berada di permukaan air (untuk elemen yang
sebagian berada di atas permukaan air).
4.4.2.1 Kecepatan Arus
Kecepatan arus (pers. (2.22)) pada elemen 26 dengan y = 6,93m
dan U = 0,21m/dtk adalah sebagai berikut: o
1/7UT = U(y/h)0
= 0,4903m/dtk
4.4.2.2 Gaya Arus
L = (yk . h)/cos
Sebagai contoh untuk elemen 171 (L = 3,654m, D = 0,965m,
= 10,0250) dengan kecepatan angin V = 27,71m/dtk; C = 0,5
(untuk silnder); = 1,29kg/m3, maka besar gaya angin (pers.
(2.25)) pada elemen adalah:
F = .. .Cw.A.V2
= 243,849N
Selanjutnya perhitungan elemen yang lain secara lengkap
diberikan dalam bentuk tabel.
18 m 13 m 43 m21 m 6 m 6 m 6 m 13 m 20 m 12 m 7 m 2 m
Sesuai gambar di atas maka dapat ditentukan gaya angin pada
geladak dan bangunan atas seperti berikut:
. Kaki Geladak (C = 0,5)
2 L = 12m; D = 0,9144 ; A = 10,9724m; V = 27,71m/dtk
untuk 8 kaki geladak, A = 87,7779m2
F = 0,5 . . C . A . V2
= 1677,213N
. Geladak (C = 1,5; luas (A) tower hingga ketinggian 6m =
37,5m2)
- Tampak Depan
A = (43 . 6) + ((43 . 6) - 37,5) + (21 . 6) + (13 . 1)
= 617,5m2
- Tampak Samping
A = (18 . 6) + ((18 . 6) . 37,5) + (13 . 6) + (13 . 1)
= 269,5m2
A = 2 . (617,5 + 269,5) tot
= 1774m2
F = 0,5 . . C . A . V2
= 101688,687N
. Deck Tower (C = 0,5)
Atot = 74,831m2
F = 0,5 . . C . A . V2
= 1429,806N
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :
F = 1677,213 + 101688,687 + 1429,806
= 104,796kN
4.5 Resume Penghitungan Beban Lingkungan
Dari hasil perhitungan beban-beban lingkungan yang bekerja
pada anjungan lepas pantai, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
. Beban gelombang terbesar terjadi pada daerah permukaan laut
sebesar 4.5kN pada elemen 173 & 188, hal ini disebabkan
karena kecepatan dan percepatan partikel air yang semakin besar
pada daerah permukaan.
. Jika ditinjau dari arah datangnya gelombang, maka gelombang
terbesar dari arah samping anjungan (sudut 90 terhadap
anjungan) karena jumlah komponen struktur yang terkena
hempasan gelombang lebih banyak.
. Arus yang terjadi pada permukaan lebih besar daripada arus
yang terjadi di kedalaman hal ini dipengaruhi oleh media
pembangkit arus yang lebih banyak dan besar berada di
permukaan yaitu gelombang dan angin. Beban arus terbesar
terjadi pada elemen yang kurang lebih tegak lurus terhadap arah
datang angin yaitu sebesar 0,029kN.
. Beban angin terbesar terjadi pada geladak sebesar 101,688kN;
hal ini disebabkan karena luas tangkap bidang angin pada daerah
ini lebih luas dari tempat lainnya.
BAB V
SISTEMATIKA LAPORAN