Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus penyebab AIDS
(acquired immunodeficiency virus), yang ditandai dengan kelainan yang kompleks
dari sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat
peka terhadap mikroorganisme oportunistik.1 Sampai saat ini, infeksi HIV
merupakan masalah kesehatan global dimana diperkirakan sekitar 34 juta orang di
seluruh dunia terinfeksi HIV. Pada tahun 2014, sekitar 2 juta orang terinfeksi HIV
dan 1,2 juta orang meninggal dunia akibat infeksi yang berkaitan dengan HIV.2
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981, namun beberapa
literatur sebelumnya ditemukan beberapa kasus yang mirip dengan AIDS pada
tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat. Virus HIV pertama kali diidentifikasi
oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 dan diberi nama LAV (lymphadenopathy
virus). Sedangkan kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987
pada seorang warganegara Belanda di Bali.3
Penggunaan obat Antiretroviral (ARV) kombinasi pada tahun 1996
mendorong revolusi dalam pengobatan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
seluruh dunia. Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh
dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap
obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kesakitan dan
kematian, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan
masyarakat, sehingga saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang
dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.4
1.2. Epidemiologi
WHO memperkirakan pada tahun 2013 sekitar 0,7-0,8 persen (sekitar 36,9
juta) orang dewasa di seluruh dunia mengidap HIV, dimana penderita terbanyak
berasal dari daerah Sub-Sahara yakni sebesar 70 persen (25,8 juta) dari seluruh
penderita HIV di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 70.000
orang terinfeksi HIV pada tahun 2013.2
Gambar 1. Prevalensi HIV di dunia pada tahun 2013 (dikutip dari WHO2)
Faktor resiko infeksi HIV adalah sebagai berikut5:
pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para Pekerja
Seks (PS) dan pengguna NAPZA suntikan (penasun), kemudian diikuti dengan
peningkatan pada kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL)
dan perempuan berisiko rendah. Saat ini dengan prevalensi rerata sebesar 0,4%
sebagian besar wilayah di Indonesia termasuk dalam kategori daerah dengan
tingkat epidemi HIV terkonsentrasi. Sementara itu, Tanah Papua sudah memasuki
tingkat epidemi meluas, dengan prevalensi HIV sebesar 2,3%.4
1.3. Etiologi dan Faktor Resiko
Virus HIV termasuk pada famili Retroviridae dan genus Lentiviridae. Virus
HIV berbentuk bulat, berukuran 80-100 dengan inti yang berbentuk silinder. Virus
HIV memiliki RNA rantai tunggal dan menggunakan enzim reverse transcriptase
yang terdapat dalam virus untuk bereplikasi dalam inangnya. Telah diketahui
terdapat beberapa protein pada virus yang berperan pada patogenesis penyakit,
yakni gp120 pada permukaan virus dalam proses pengikatan virus pada molekul
CD4+ dan gp41 pada transmembran yang berperan dalam penyatuan virus dalam
sel inang.6,7
pada sel T yang terinfeksi, maka proses lisis sel T dimulai. Selain lisis karena
infeksi HIV, hilangnya sel T terjadi juga akibat peran sel T CD8+ sitotoksik.
1.5. Patofisiologi6,8
Perjalanan infeksi HIV dapat dibagi menjadi 3 tahap, yakni:
1) fase akut, menggambarkan respon awal seseorang yang imunokompeten dan
umumya akan sembuh dengan sendirinya. Secara klinis, fase ini ditandai
dengan gejala nonspesifik yakni nyeri tenggorokan, mialgia, demam, ruam,
dan lain-lain. Fase ini juga ditandai dengan produksi virus dalam jumlah
besar dan penurunan jumlah sel T CD4+. Namun, setelah 3-6 minggu akan
terjadi serokonversi dan munculnya sel T siotoksik. Setelah viremia mereda,
jumlah sel T CD4+ akan kembali mendekati normal.
2) fase kronis, menggambarkan pertahanan relatif terhadap virus. Pada fase ini
imunitas masih relatif utuh namun replikasi virus tetap berlanjt sampai
beberapa tahun. Secara klinis, tidak ada gejala yang muncul atau hanya
menderita limfadenopati persisten. Setelah beberapa lama, imunitas
penderita mulai menurun, jumlah sel T CD4 + berkurang, dan jumlah sel T
CD4+ yang terinfeksi semakin banyak.
3) Fase krisis, ditandai dengan kehancuran imunitas penderita dan peningkatan
viremia yang nyata. Secara klinis, penderita akan mengalami demam lebih
dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, diare. Selain itu,
penderita akan mengalami infeksi oportunistik dan neoplasma sekunder.
Keluhan kulit, yakni kulit kering yang luas, terdapat kutil di genital
Infeksi jamur, seperti kandidiasis oral, kandidiasis vagina yang berulang
Infeksi virus, seperti herpes zoster berulang atau >1 saraf dermatom, herpes
genitalis
Gangguan pernapasan, seperti pneumonia berulang, sinusitis kronis
Gangguan neurologis, seperti kejang demam, penurunan fungsi kognitif.5
faringitis)
Herpes zoster
Keilitis Angularis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatitis seboroik
infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 10 g/l)
maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih terdapat perilaku yang
berisiko.5
1.7. Penatalaksanaan
Untuk memulai terapi ARV, perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4+ dan
stadium klinisnya. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan apakah penderita
sudah memenuhi syarat terapi antiretroviral atau belum. 5 Adapun syarat
menentukan dimulainya terapi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Rekomendasi Inisiasi ARV pada dewasa4
Rekomendasi
Inisiasi ART pada orang terinfeksi HIV stadium klinis 3 dan 4 atau jika jumlah
CD4 =< 350 sel/mm3
Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4
Koinfeksi TBa
Koinfeksi Hepatitis B
dalam 2-8 minggu sejak mulai obat TB, tanpa menghentikan terapi TB. Pada
ODHA dengan CD4 kurang dari 50 sel/mm3, ARV harus dimulai dalam 2 minggu
setelah mulai pengobatan TB. Untuk ODHA dengan meningitis kriptokokus, ARV
dimulai setelah 5 minggu pengobatan kriptokokus.
b
Lini pertama, untuk ODHA yang tidak pernah mendapat terapi ARV
sebelumnya
Tabel 3. Terapi ARV Lini Pertama4
Panduan pilihan
Panduan alternatif
Jangan memulai TDF jika creatinin clerance test (CCT) hitung , 50 ml/menit,
atau pada kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal
b
Lini kedua, untuk pasien yang mengalami kegagalan terapi akibat resistensi
silang ARV.
Tabel 4. Terapi ARV Lini Kedua4
Populasi target
tahun)
LPV/r
Berbasis TDF
Berbasis TDF
Golongan/Nama Obat
Dosis
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
Abacavir (ABC)
300 mg/12 jam
Lamivudine (3TC)
150 mg/12 jam atau 300 mg/hari
Stavudine (d4T)
40 mg/12 jam (30 mg/12 jam jika BB<60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg/12 jam
Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor
Tenofovir (TDF)
300 mg/hari
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
Efavirenz (EFV)
600 mg/hari
Nevirapine (NVP)
200 mg/hari selama 14 hari, kemudian 200 mg/12 jam
Protease Inhibitors
Lopinavir/ritonavir (LPV/r)
400 mg/100 mg per 12 jam (533 mg/133 mg per 12
jam jika dikombinasi dengan EFV atau NVP)
Pemberian kotrimoksasol harus diberikan sebagai bagian dari pelayanan
HIV. Berbagai penelitian telah membuktikan efektivitas pengobatan pencegahan
kotrimoksasol dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan pada orang yang
terinfeksi HIV. Adapun pemberian kotrimoksasol pada dewasa dapat dilihat pada
tabel di bawah ini4
Dosis
Kriteria
Pemberhentian
960 mg
sekali
sel/mm3 setelah 6
sehari
3 bulan
Monitoring
tidak tersedia
Dilihat klinis
2, 3 atau 4
pemeriksaan CD4,
PPK diberhentikan
setelah 2 tahun ART.
Tuberkulosis aktif,
Sampai pengobatan
TB selesai apabila
CD4 > 200 sel/mm3
Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis,
imunologis, dan klinis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis, namun bila tidak
dapat dilakukan pemeriksaan maka digunakan kriteria imunologis. ODHA harus
menggunakan ARV minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal terapi dalam
keadaan kepatuhan yang baik. Kalau ODHA memiliki peatuhan yang tidak baik
atau berhenti minum obat, penilaian kegagalan dilakukan setelah minum obat
kembali secara teratur minimal 3-6 bulan.4
Tabel 7. Kriteria Kegagalan Terapi ARV4
Kegagalan
Definisi
Keterangan
Gagal Klinis
Munculnya infeksi
WHO 4)
berdasarkan 2x
pemeriksaan HIV RNA
dengan jarak 3-6 bulan
1.8. Komplikasi
Komplikasi akibat infeksi HIV baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Komplikasi HIV
System
Direct
effect
of
HIV
Common complications
infection
Neuropsychiatric
HIV-associated
neurocognitive
lymphoma
disorders,neuropathy,
radiculopathy, myelopathy
Head and neck
Cardiovascular
HIV-associated
Cardiovascular
cardiomyopathy
disease,
endocarditis
Atherosclerosis
Pulmonary
Emphysema*
sarcoma
and
lymphoma)
Gastrointestinal
HIV-induced enteropathy
Nonalcoholic
disease*
fatty
Viral
hepatitis,
lymphoma,
kidney
by
disease
not
HIV-associated
nephropathy,
Endocrine
Musculoskeletal
Myopathy, myositis
Osteopenia,
osteoporosis,
osteonecrosis
Hematologic or
oncologic
Dermatologic
Coagulation disorders*
Eosinophilic folliculitis*
molluscum
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
: Charles Purba
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
: PNS
Suku
: Batak
Agama
: Kristen
Alamat
ANAMNESIS
Autoanamnese
Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama
Demam
Deskripsi
RPT
: Tidak ada
RPO
: Tidak ada
Jantung
Sesak Napas
:+
Edema
:-
Angina Pectoris
:-
Palpitasi
:-
Lain-lain
:-
:+
Asma, bronchitis
:-
:-
Lain-lain
:-
: menurun
Penurunan BB
:+
Keluhan Menelan
:-
Keluhan Defekasi
: mencret
Keluhan Perut
Lain-lain
:-
:-
Saluran Urogenital
tersendat
Mengandung Batu
:-
Keadaan Urin
:normal
Haid
:-
Lain-lain
:-
Sakit pinggang
:-
Keterbatasan
:-
Gerak
Endokrin
Saraf Pusat
Darah dan
Keluhan Persendian
:-
Lain-lain
:-
Haus/Polidipsi
:-
Gugup
:-
Poliuri
:-
Perubahan Suara
:-
Polifagi
:-
Lain-lain
:-
Sakit Kepala
:-
Hoyong
:-
Lain-lain
:-
Pucat
:-
Perdarahan
:-
Petechiae
:-
Purpura
:-
Pembuluh darah
Sirkulasi Perifer
Claudicatio
:-
Lain-lain
:-
Lain-lain
:-
Intermitten
Keadaaan Penyakit
Sensorium
: CM
Pancaran wajah
: Lemah
Tekanan darah
: 110/75 mmHg
Sikap Paksa
:-
Nadi
Reflek fisiologis
:+
Pernapasan
: 26 x/i
Reflek patologis
:-
Temperatur
: 39,2 (axila)
Anemia
(-/-)
Ikterus
(-/-)
Dispnu
(+)
Sianosis
(-)
Edema
(-)
Purpura
(-)
58
x 100 %
TB : 167 cm
BB : 58 kg
167-100
BW = 86,5%
KEPALA :
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Lidah
: pseudomembran
Gigi geligi
Tonsil/faring
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (+)
Posisi trakea: medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris fusiformis
Pergerakan
Nyeri tekan
:-
Fremitus suara
Iktus
Palpasi
Peranjakan
: 2 cm
Jantung
Batas atas jantung
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan
: bronkial
Suara tambahan
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 >A1, desah sistolis (-), desah
diastolis (-), HR : 104x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Bentuk
: Simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SP = bronkial
kiri
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris
Gerakan lambung/usus
: tidak terlihat
Vena kolateral
: (-)
Caput medusae
: (-)
Striae
: (-)
Dinding Abdomen
: soepel
Palpasi
Hati
:
Pembesaran
:-
Permukaan
:-
Pinggir
:-
Nyeri tekan
:-
Pembesaran
:-
Ballotement
:-
Limfa:
Ginjal
Uterus/ Ovarium
Tumor
:-
Perkusi
Pekak hati
: (+)
Pekak beralih
: (-)
Auskultasi
Peristaltik usus
: (+) Normoperistaltik
Lain-lain
:-
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri/kanan (-)
INGUINAL
GENITALIA LUAR
Deformitas Sendi
:-
Lokasi
:-
Jari tabuh
:-
:-
:-
Sianosis
:-
Eritema Palmaris
:-
Lain-lain
Darah
:-
Tinja
Hb
: 9.1 g%
Warna
: kuning jernih
Warna
: kuning
Eritrosit
: 3.46 x 106/mm3
Protein
: ++
Konsistensi
: encer
Leukosit
: 10.32 x 103/mm3
Reduksi
: -
Eritrosit
:-
Bilirubin
: -
Leukosit
:-
Ht
Urobilinogen : +
: 26.6 %
Amoeba/Kista : -
Hitung jenis :
Sedimen
Telur Cacing
Eosinofil
: 3.90 %
Eritrosit : 0/lpb
Ascaris
Basofil
: 0.00 %
Leukosit : 5-7/lpb
Ankylostoma : -
Neutrofil : 92.4 %
Silinder : -
T. trichiura
:-
Limfosit : 3.50%
Epitel
Kremi
:-
: 0/lpb
:-
Monosit : 3.90 %
ANAMNESIS
STATUS PRESENS
Keadaan Umum
: Buruk
: Baik
Thorax
Palpasi : Stem fremitus mengeras di lapangan paru kiri
PEMERIKSAAN FISIK
Kemih
Hb
LABORATORIUM
RUTIN
: 9.1 gr%
Warna : kuning
Protein
: ++
x Reduksi : -
10.32
Bilirubin : -
Trombosit
x103/mm
46.0 Urobilinogen + :
3. Limfadenopati ec limfadenitis TB
4. Bisitopenia ec. dd/ viral infection
anemia aplastik
MDS
DIAGNOSA
SEMENTARA
: Diet M II
Rencana Penjajakan
AGD
Foto thorax
Elektrolit darah
RFT, LFT
Albumin
Sputum BTA DS 3x
FNAB
Viral marker
BAB III
FOLLOW UP RUANGAN
Tgl
Leher: TVJ -
P
Terapi
Anjuran
Sepsis ec
- Tirah baring - IVFD RL
Pneumonia
Transfus
20gtt/i
dd/ TB
i PRC 3
- Inj.
paru
bag @
Ceftazidime
dd/ mikosis
175cc
1gr/8jam/IV
paru
- Transfusi
HIV Std
(H11)
trombo
- Cotrimoxaz
IV
sit 3
Limfadeno
ole
bag @
pati ec
2x960mg
50cc
- Kandistatin
limfadeniti
drop 3x2 CI
s TB
- Drip
Bisitopenia
fluconazole
ec viral
1Fls/hari
infection
- Otopraf drop
Oral
2x5gtt
candidiasis
- Tab KSR
Tuli
1x300mg
konduktif
Hipokalem
16-
Mencr
Sens: CM
11/20
et (+),
TD:
15
muntah 110/70mm
R-2cm
ia
(+),
Hg
demam
HR: 100x/i
(+),
RR: 24x/i
batuk
T:38,0C
darah
Kepala:
(+),
Mata:
mimisa
conj.palp.i
n (+)
nf. pucat
(-/-), sclera
ikterik (-/-)
T/H/M:
pendengara
n
/dbn/dbn
Loperamide
3x1 K/P
Tab
H2O, KGB
membesar
(+)
domperidon
Thorax:
3x1
Tab PCT
Sp:
bronkial
St: ronki
basah
kedua
3x500 mg
lapangan
paru atas
Abdomen:
soepel,
nyeri
epigastriu
m (-)
Ekstremita
s: oedema
(-/-), akral
hangat (+/
+)
Tirah baring
IVFD RL
20gtt/i
Inj.
Mencr
Sens: CM
11/20
et (+),
TD:
15
muntah 100/60mm
dd/ TB
(+),
Hg
demam
HR: 110x/i
paru
dd/ mikosis
(+),
RR: 28x/i
batuk
T:38,6C
darah
Kepala:
(+),
Mata:
pati ec
mimisa
conj.palp.i
limfadeniti
n (+)
nf. pucat
s TB
Bisitopenia
(-/-), sclera
Sepsis ec
17-
Pneumonia
Ceftazidime
1gr/8jam/IV
paru
HIV Std
IV
Limfadeno
ole
-
ec viral
T/H/M:
infection
Oral
candidiasis
Tuli
Leher: TVJ -
konduktif
Hipokalem
R-2cm
ia
n
/dbn/dbn
H2O, KGB
Thorax:
Sp:
bronkial
St: ronki
basah
kedua
lapangan
paru atas
Abdomen:
soepel,
drop 3x2 CI
Drip
1Fls/hari
Otopraf drop
2x5gtt
Tab KSR
1x300mg
Loperamide
3x1 K/P
Tab
domperidon
membesar
(+)
2x960mg
Kandistatin
fluconazole
ikterik (-/-)
pendengara
(H11)
Cotrimoxaz
3x1
Tab PCT
3x500 mg
Ambroxol
syr 3x CI
- LDH
- Transfus
e 3 bag
trombo
sit & 3
bag
PRC
nyeri
epigastriu
m (-)
Ekstremita
s: oedema
(-/-), akral
hangat (+/
+)
Tirah baring
IVFD RL
20gtt/i
Inj.
Mencr
Sens: CM
11/20
et (+),
TD:
15
muntah 120/80mm
dd/ TB
(+),
Hg
demam
HR: 100x/i
paru
dd/ mikosis
(+),
RR: 32x/i
batuk
T:38,8C
berdah
Kepala:
ak (+),
Mata:
pati ec
batuk
conj.palp.i
limfadeniti
darah
nf. pucat
(+),
(-/-), sclera
s TB
Bisitopenia
mimisa
ikterik (-/-)
ec viral
n (+)
T/H/M:
infection
Oral
candidiasis
Tuli
Leher: TVJ -
konduktif
Hipokalem
R-2cm
ia
pendengara
n
Sepsis ec
18-
Pneumonia
paru
HIV Std
IV
Limfadeno
/dbn/dbn
Ceftazidime
1gr/8jam/IV
-
ole
-
Sp:
bronkial
St: ronki
basah
kedua
lapangan
paru atas
Abdomen:
soepel,
drop 3x2 CI
Drip
1Fls/hari
Otopraf drop
2x5gtt
Tab KSR
1x300mg
Loperamide
3x1 K/P
Tab
domperidon
membesar
Thorax:
2x960mg
Kandistatin
fluconazole
H2O, KGB
(+)
(H11)
Cotrimoxaz
3x1
Tab PCT
3x500 mg
Ambroxol
syr 3x CI
- LDH
- Transfus
e 3 bag
trombo
sit @
50cc
nyeri
epigastriu
m (-)
Ekstremita
s: oedema
(-/-), akral
hangat (+/
+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
N
o
1
Tanggal Jenis
09-
pemeriksaan
Imunologi
Hasil
Keterangan
HIV (+)
11/2015
09-
SGPT: 44,00
direct bilirubin
Alkaline phosphatase:
meningkat
290,00 U/L
hipoalbuminemia
Liver
09-
Thorax
11/2015 AP/PA
Pneumonia
10-
Imunologi
CD4: 55c/ L
11/2015
14Natrium,
Natrium: 124,000
Gangguan elektrolit
11/2015 kalium,
mmol/dl (136-155
(hiponatremia,
mmol/dl)
hipokalemia)
chlorida
14-
Darah rutin
Anemia
WBC: 4.540,00 10*3/L
RBC: 2,11 10*6/ L
hipokromik
mikrositer
Trombositopenia
APTT memanjang
BAB IV
DISKUSI
Teori
Faktor Risiko
Pasien
Manifestasi Klinis
Umumnya pasien datang dengan Os mempunyai gejala sebagai berikut:
keluhan yang berbeda-beda, antara lain -Demam, mual dan muntah, serta sesak
demam
atau
diare
(kontiniu
atau napas
intermitten) yang berlangsung selama - Diare kronis (lebih dari satu bulan )
lebih
dari
sebulan.
Keluhan
berulang
Infeksi virus, seperti herpes zoster
herpes genitalis
Gangguan
pernapasan,
seperti
berikut :
antibodi,
tes
enzyme
HBsAg: negatif
BAB V
KESIMPULAN
Os, laki-laki bernama Charles Purba berumur 40 tahun didiagnosa dengan HIV
Std IV dengan sepsis ec pneumonia + limfadenopati ec limfadenitis TB + bisitopenia
ec viral infection + oral candidiasis dan diberi tatalaksana awal dengan injeksi
cefotaxime 1 gr/8 jam/ IV + Loperamide 3x1 K/P + PCT 3x500mg + Kandistatin
drop 3x2 CI.
DAFTAR PUSTAKA