You are on page 1of 24

BAB I

KONSEP DASR MEDIS


GASTROENTERITIS AKUT

A.

PENGERTIAN

Gastroenteritis akut adalah BAB dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung lama
dengan waktu < 2 minggu (14 hari). ( Dina Kartika Sari, Dkk. 2005).

Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan


yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair. ( Suriadi. 2006).

Berdasarkan dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa


gastroenteritis akut adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
sehari dengan bentuk tinja yang encer atau cair bersifat mendadak dan
berlangsung lama dengan waktu < 2 minggu (14 hari).

B.

PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor Presipitasi dan Faktor Predisposisi

Faktor Presipitasi

Menurut Ngastiyah. 1997, penyebab gastroenteritis akut dapat dibagi dalam


beberapa faktor:
1). Faktor infeksi

a). Infeksi internal yaitu pada saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
-

Infeksi

bakteri:

Vebrio,

E.

coli,

Salmonella,

Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.


-

Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)


Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)


Protozoa: ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis)

Jamur: (Candida albicans).

b). Infeksi parentral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : Otitis
Media Akut (OMA), tonsillitis / tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2). Faktor Malabsorbsi
-

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa). Monosakarida ( intoleransi glukosa, fluktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ( intoleransi laktosa).

Malabsorbsi lemak.

Malabsorbsi protein.

3). Faktor makanan


Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
4). Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas.

Faktor Predisposisi

Menurut Nursalam. 2005, penyebab gastroenteritis akut dapat dibagi dalam


beberapa faktor:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
2. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
3. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
atau sebelum memegang makanan.

b. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan gastroenteritis akut menurut Ngastiyah,
1997 adalah:
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.

c. Manifestasi klinik
Menurut Betz, Cecily L, 2002 manifestasi klinik dari gastroenteritis akut
adalah:
a) Konsistensi feses cair (diare ) dan frekuensi defekasi semakin sering .
b) Muntah ( umumnya ada, mungkin tidak ).
c) Demam ( mungkin ada mungkin tidak ).
d) Keram abdomen, tenesmus.
e) Membran mukosa kering.
f) Fontanel cekung ( bayi ).
g) Berat badan turun
Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala
muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena

lambung turut meradang bila penderita sudah banyak kehilangan cairan


dan elektrolit maka dapat timbul dehidrasi.
Tanda-tanda dehidrasi antara lain:
a. Berat badan turun.
b. Turgor kulit berkurang atau jelek.
c. Mata dan ubun-ubun menjadi cekung.
d. Bibir tampak kering.
e. Air kencing sedikit atau tidak ada.
Tahap diare menurut Suriadi, 2006:
-

Dehidrasi ringan: Berat badan menurun 3% - 5%, dengan volume


cairan yang hilang < 50 ml/kg.

Dehidrasi sedang : Berat badan menurun 6% - 9%, dengan volume


cairan yang hilang 50 90 ml/kg.

Dehidrasi berat : Berat badan menurun > 10%, dengan volume


cairan yang hilang sama dengan atau > 100 ml/kg.

Penilaian Derajat Dehidrasi menurut WHO tahun 2009


NO PENILAIAN
1. Keadaan umum

RINGAN
Baik, sadar

SEDANG
Gelisah dan
rewel

BERAT
Lesu lunglai atau
tidak sadar.

2.

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung
dan kering.

3.

Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada.

4.

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat kering.

5.

Rasa haus

Minum biasa,
tidak haus

Haus dan ingin


minum

Malas minum
atau tidak sadar.

6.

Turgor kulit

Kembali cepat

Kembali lambat

Kembali sangat
lambat.

7.

Hasil
pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan

Dehidrasi berat
bila ada 1 tanda
atau lebih.

8.

Terapi

Rencana terapi A

Rencana terapi B

Rencana terapi C

d. Penatalaksanaan Medis
Menurut Prof. Sudaryat Suraatmaja dr. SpAK, 2005 penatalaksanaan
medis dari gastroenteritis adalah:
a.

Pengobatan Cairan
Penggantian cairan per oral (ORS = Oral Rehidration Solution)

Penggantian cairan per oral untuk mencegah dehidrasi dan


mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi.
Ex : Oralit, Air tajin atau kuah sayur ( sayur sup, sayur bening dll).
Cairan Parenteral

Terapi cairan dan elektrolit mengandung 3 komponen :


1.

Fase rehidrasi

2.

Penggantian kehilangan lewat


feses.

3.

Fase rumatan

Pada umumnya cairan Ringer Laktat selalu tersedia di fasilitas


kesehatan, pemberian cairan diberikan tergantung dari berat
ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai umur dan berat badan.

b.

Terapi Dietetik
Rekomendasi dari WHO s Program for Control of Diarrheal Diseasis
tentang makanan selama diare:
1.

ASI

diteruskan

sejak

dehidrasi telah dicapai.


2.

Anak

yang

telah

disapih

hendaknya makan seperti biasanya, anak yang belum disapih <


9 bulan diberikan ASI atau susu formula pengenceran
serendah-rendahnya selama 1-2 hari atau susu formula rendah
laktosa selama 1-2 hari.
3.

Anak

umur

>

bulan

hendaknya diberikan makanan padat, bila energi yang didapat


dari ASI / susu formula belum terpenuhi.
4.

Anak

disarankan

untuk

menentukan sendiri jumlah makanan yang diinginkan.


5.

Dianjurkan

untuk

mendapatkan makanan ekstra bila diare telah membaik, untuk


memenuhi defisit energi yang disebabkan oleh penyakitnya.
c.

Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausal diare diberikan setelah kita
mengetahui penyebab yang pasti. Jika kausal diare ini penyakit
parentral diberikan antibiotik sistemik. Jika tidak terdapat infeksi

parenteral antibiotik baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan


labolatorium ditemukan bakteri patogen.
Antibiotik hanya boleh diberikan kalau:
a.

Ditemukan

bakteri

Patogen pada pemeriksaan makroskopik / mikroskopik.


b.

Pada

pemeriksaan

makroskopik / mikroskopik ditemukan darah dalam tinja.


c.

Secara

klinik

ditemukan tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi parenteral.


d.

Daerah endemi kolera

e.

Pada

neonatus

jika

diduga terjadi infeksi nosokomial.


d.

Pengobatan Simtomatis

Obat antidiare meliputi : Loperamid, kodein. Obat-obatan ini


mempunyai efek yang membahayakan, obat-obatan ini tidak boleh
diberikan pada anak < 5 tahun.

Antiemetik misalnya : Klorpromazin, Domperidon

Antipiretik misalnya : Asetosal, aspirin dalam dosis rendah.

Pengobatan yang khas pada anak diare:


- Diazink

: Adalah obat untuk mencegah diare 2-3 bulan kedepan,


mengurangi frekuensi dan lama diare, menambah nafsu
makan. Dosis 0-6 bulan tablet, > 6 bulan 1 Tablet. 1

tablet : 20 mg diberikan selama 10 hari meskipun sudah


tidak diare.
- Diare

: Untuk mencegah dehidrasi.

RENCANA PENGOBATAN A
Digunakan untuk:
1.

Mengatasi diare tanpa


dehidrasi

2.

Meneruskan terapi diare


dirumah

3.

Memberikan terapi awal bila


anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:


1) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi.
-

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit,


makanan cair (sup, air tajin) atau air matang.

ASI dan susu formula harus terus diberikan.

2) Lanjutkan pemberian makanan


-

Berikan makanan yang harus disiapkan. Manana yang harus


disiapkan bubur dengan daging atau ikan tambahkan dengan tetes
minyak.

Berikan pisang atau sari buah segar untuk menambahkan kalium

Berikan makanan stiap 3-4 jam (6 kali sehari). Pada anak yang
masih kecil berikan makanan lebih sering dengan porsi lebih sedikit.

Bujuk supaya anak makan sebanyak mungkin.

10

Masak dan hancurkan atau cincang makanan dengan baik agar


mudah dicerna.

Setiap diare berhenti, beri tambahan 1 porsi makanan selama


seminggu atau sampai berat badan sebelum sakit tercapai kembali.

3) Bawa anak anda ke petugas kesehatan bila:


-

Buang air besar cair sering kali.

Sangat haus.

Muntah berulang-ulang.

Mata menjadi cekung.

Tidak mau makan atau minum seperti biasa.

Pada tinja terdapat darah.

4) Perlihatkan kepada ibu bagaimana cara mencampurkan dan memberikan


oralit, tunjukkan pada ibu, berapa oralit harus diberikan.
Kebutuhan oralit tergantung kelompok umur
No

Umur

Jumlah cairan yang

Jumlah cairan yang


disediakan dirumah
400 ml / hari (2 bungkus)

1.

< 12 bulan

diberikan tiap BAB


50-100 ml

2.

1-4 tahun

100-200 ml

600-800 ml/ hari (3-4 bungkus)

3.

> 5 tahun

200-300 ml

800-1.000 ml/hari (4-5 bungkus)

4.

Dewasa

300-400 ml

1.200-2.800 ml/ hari

Cara memberikan oralit:


-

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2
tahun.

11

Bila anak muntah, tunggulah 10 menit , kemudian berikan cairan


lebih sedikit, misalnya sesendok tiap 2-3 menit.

RENCANA PENGOBATAN B
Dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/kg BB atau bila BB naik tidak diketahui dan
atau memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel 51.3
Tabel 51.3 Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama.
Umur
< 1 tahun
Jumlah oralit 300 ml

1-5 tahun
600 ml

> 5 tahun
1.200 ml

Dewasa
2.400 ml

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

Dorong ibu untuk meneruskan ASI.

Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200
ml air masak selama masa ini.

Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit.

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan:

Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh 1-2 menit untuk anak


dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua.

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.

Bila anak muntah tunggu 10 menit kemudian teruskan pemberian oralit


tetapi lebih lambat misalnya sesendok tiap 2-3 menit.

12

Bila kelopak anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air
masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian
pilih rencana A, B atau c untuk melanjutkan pengobatan.

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan / sedang, ulangi rencana B, tetapi


tawarkan makanan, susu dan sari buah sesuai rencana A.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana C.

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam


dirumah.

Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam rencana A.

Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.


-

Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti.

Memberi makan anak

Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

13

PETUNJUK PENGOBATAN REHIDRASI INTRAVENA PADA


PENDERITA DEHIDRASI BERAT
Kelompok
Umur
Bayi <12 tahun

Jenis cairan/cara
RL

Pemberian
Intervena

Jumlah cairan per

Waktu Pemberian

kg.bb
30 ml

1 jam

40 ml

2 jam berikutnya

dilanjutkan
dengan

RL

intervena

(bila sudah

dilanjutkan
dengan

memungkinkan)
oralit

40 ml

3 jam berikutnya

peroral atau per


Anak Lebih Besar

sonde
RL intervena

100 ml

jam

pasien

dengan

renjatan

berikan

secepat

mungkin

sampai

nadi terasa cukup


kuat.
Catatan;
Jumlah cairan/kecepatan tetesan pada table diatas ditetapkan berdasarkan
kebutuhan rata-rata. Jumlah ini harus ditambah bila belum mencukupi, dikurangi
bila hidrasi telah mencapai lebih cepat dari yang diharapkan (overhidrasi).
Bagi petugas kesehatan yang sudah mempunyai pengalaman dalam pengobatan
rehidrasi, tidak perlu mengikuti aturan ini dengan tepat.

14

RENCANA PENGOBATAN C
Pengobatan dehidrasi berat
Mulai dari sini

1. Berikan cairan intervena

Apakah anda dapat


memberikan cairan

Ya

2. Setelah 1-3 jam periksa kembali dan


pilih pengobatan yang cocok

intravena

1. Mulai berikan larutan oralit sesuai


Apakah penderita
dapat minum

dengan rencana B
Ya

2. Rujuklah untuk mendapat cairan


inetervena
20-25% cairan tersebut harus diberikan pada 1

Apakah anda terlatih

jam pertama

memasang sonde
1. Mulailah rehidrasi ringan

lambung
Tidak

mempergunakan sonde lambung


2. Jika pengobatan intervena dapat
dilakukan dekat anda bertugas rujuklah

Segera dirujuk untuk


pengobatan intervena

Ya

Tidak
Dosis pemberian cairan
intervena : 1 jam pertama :
30ml/kg bb. 2 jam berikutnya :
40ml/kg bb
Dosis pemberian cairan per
sonde lambung : 20ml/kg
bb/jam
15

C.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan gastroenteritis menurut Donna L. Wong, 2003 adalah:


1.

Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan


GI berlebihan melalui feses atau emesis.

2.

Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang


tidak adekuat.
3.

Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

mikroorganisme yang menembus saluran GI.


4.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi


karena diare.

5.

Cemas / takut berhubungan dengan perpisahan dengan


orang tua, lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

Diagnosa keperawatan gastroenteritis menurut Suriadi. 2006 adalah:


1.

Kurang volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air


besar dan encer.

2.

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya


buang air besar.

3.

Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi


kuman diare atau kurangya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran
penyakit.

16

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi
makanan dan cairan.

5.
6.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.


Cemas / takut pada anak / orang tua berhubungan dengan
hospitalisasi atau kondisi sakit.

Dari kedua pendapat diatas, diagnosa keperawatan gastroenteritis adalah:


1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan
melalui feses atau emesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran GI.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
5. Cemas / takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.

17

D.

FOKUS INTERVENSI

Intervensi keperawatan gastroenteritis menurut Donna L. Wong, 2003 adalah:


1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan
melalui feses atau emesis.
Tujuan: Pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi
Pasien mampu mempertahankan hidrasi adekuat.
Kriteria: Pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi

Minum kuat

Mukosa bibir lembab

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

NO
1.

Beri

Ubun-ubun dan mata cekung

Turgor kulit jelek

Tidak keluar air mata

INTERVENSI
Larutan Rehidrasi

Oral Untuk

(LRO)
2.

RASIONAL
rehidrasi dan penggantian

kehilangan cairan melalui feses.

Beri LRO, sedikit tapi sering, Karena muntah, kecuali jika muntah
khususnya bila anak muntah.

itu hebat bukanlah kontraindikasi


untuk penggunaan LRO

3.

Berikan dan pantau cairan IV Untuk dehidrasi debat dan muntah


sesuai ketentuan.

4.

Beri agens antimikroba sesuai Untuk mengobati pathogen khusus


ketentuan.

yang menyebabkan kehilangan cairan


yang berlebihan

18

5.

Setelah

rehidrasi,

berikan

diit Pemberian ulang diet normal secara

regular pada anak sesuai toleransi.

dini bersifat menguntungkan untuk


menurunkan jumlah defektasi dan
serta pemendekan durasi penyakit

6.

Ganti LRO dengan cairan rendah Untuk mempertahankan terapi cairan


natrium seperti: air, ASI, susu
formula

bebas

laktosa

atau

formula yang mengandung rendah


laktosa.
7.

Pertahankan pencatatan yang tepat Untuk


terhadap masukan dan keluaran.

8.

mengevaluasi

keefektifan

intervensi.

Pantau pengeluaran urine setiap 8 Mengkaji hidrasi.


jam atau sesuai indikasi

9.

Timbang berat badan anak.

Mengkaji dehidrasi.

10.

Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, Mengkaji hidrasi.


membrane mukosa tiap jam.

11.

Hindari masukan cairan seperti: Mempunyai osmolalitas tinggi


jus buah, minuman bergas, dan
minuman beralkohol.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

19

Tujuan:

Pasien

mengkonsumsi

nutrisi

yang

adekuat

untuk

mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia.


Kriteria:

- Anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan


- Menunjukkan berat badan yang stabil dan tidak terjadi
penuruan berat badan.

NO
1.

INTERVENSI
RASIONAL
Setelah rehidrasi, instruksikan ibu Membantu mengurangi kehebatan dan
menyusui

untuk

melanjutkan durasi penyakit.

pemberian ASI.
2.

Hindari pemberian diet dengan Karena diet ini rendah dalam energi
pisang, beras, apel, dan anggur dan protein, terlalu tinggi dalam
atau teh kental.

3.

Observasi

karbohidrat dan rendah elektrolit.

dan

catat

respons Mengkaji

terhadap pemberian makanan.


4.

5.

Instruksikan

keluarga

toleransi

pemberian

makanan.

dalam Meningkatkan

kepatuhan

pemberian diet.

program terapeutik.

Jaga kebersihan mulut.

Merangsang

terhadap

meningkatkan

nafsu

makan.
6.

Anjurkan

memberikan

makan, Mencegah mual dan muntah.

sedikit tapi sering dalam keadaan


hangat.
7.

Timbang berat badan anak setiap Mengetahui keefektifan terapi.


hari.

8.

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

20

pemberian terapi nutrisi pasien.


3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menembus saluran GI.
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Kriteria: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
(rubor, color, dolor, tumor, fungsiolaesa)
NO
1.

INTERVENSI
RASIONAL
Isolasi substanti tubuh atau praktik Mencegah penyebaran infeksi.
pengendali infeksi rumah sakit,
termasuk pembuangan feses dan
pencucian yang tepat.

3.

Mempertahankan

pencucian Mengurangi

resiko

penyebaran

tangan yang benar.

infeksi.

Ukur suhu tiap 6 jam sekali.

Mengetahui kondisi/keadaan umum


pasien.

4.

Kolaborasi dengan dokter dalam Membunuh


pemberian antibiotic.

mikroorganisme

21

pertumbuhan

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.


Tujuan: Integritas kulit tetap utuh.
Kriteria: Tidak terdapat tanda-tanda iritasi kulit (kemerahan dan Gatalgatal)
NO
1.

INTERVENSI
Ganti popok/celana bila basah.

RASIONAL
Menjaga agar kulit tetap bersih dan
kering.

2.

Bersihkan

bokong

perlahan Karena

diare

fesesnya

sangat

dengan sabun lunak dan air atau mengiritasi kulit.


celupkan anak dalam bak untuk
pembersihan yang lembut.
3.

Beri salep pelindung pada kulit Melindungi kulit dari iritasi dan
yang sangat teriritasi.

4.

memudahkan penyembuhan.

Hindari penggunaan tisu basah Menyebabkan rasa menyengat pada


yang

dijual

bebas

yang kulit yang teriritasi.

mengandung alcohol.
5.

Observasi bokong dan perineum Terapi yang tepat dapat dimulai.


akan

adanya

infeksi,

seperti

kandida.
6.

Berikan obat anti jamur yang tepat

22

Mengobati efek jamur kulit.

5. Cemas / takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,


lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.
Tujuan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan.
Kriteria: -Pasien tenang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyenyak.
- Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak
mungkin.
NO
1.

INTERVENSI
RASIONAL
Dorong kunjungan dan partisipasi Mencegah stress yang berhubungan
keluarga

dalam

perawatan dengan perpisahan.

sebanyak yang mampu dilakukan


keluarga.
2.

Sentuh, dorong, dan bicara pada Menghilangkan


anak sebanyak mungkin.

3.

Beri

stimulasi

sensoris

stress

dan

memberikan rasa nyaman.


dan Meningkatkan

pertumbuhan

dan

pengelihatan yang sesuai dengan perkembangan optimal.


tingkat perkembangan anak dan
kondisinya.
4.

Sediakan waktu tiap jam untuk Memantapkan


kontak fisik dan verbal.

5.

mekanisme

kepada

anak

Libatkan keluarga pasien dalam


berkomunikasi dengan pasien dan Meningkatkan peran aktif keluarga.
asuhan keperawatan.

23

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.


Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua
NO
1.

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat pemahaman orang tua. Mencegah stress yang berhubungan
dengan perpisahan.

2.

Ajarkan tentang prinsif diit dan Menghilangkan


control diare.

3.

dan

memberikan rasa nyaman.

Ajarkan pada orang tua tentang Meningkatkan


pentingnya

stress

cuci

tangan

pertumbuhan

dan

untuk perkembangan optimal.

menghindari kontaminasi.
4.

5.

Jelaskan

tentang

penyakit, Memantapkan

mekanisme

kepada

perawatan dan pengobatan.

anak

Jelaskan pentingnya kebersihan.

Meningkatkan peran aktif keluarga.

24

You might also like