You are on page 1of 23

Tinjauan pustaka

Skizofrenia Paranoid
Bernadina NS Lewowerang
102011303
Kelompok : 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
email : novindra16@gmail.com

Pendahuluan
Skizofrenia adalah suatu gangguan dengan etiologi tak diketahui, ditandai oleh gejala psikotik
yang secara berarti mengganggu fungsi dan menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir, dan
perilaku. Gangguan ini kronik dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi,
halusinasi, atau keduanya, dan suatu fase residual di mana gangguan itu mungkin dalam keadaan
remisi.1. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Diagnosis
terhadap skizofrenia mengalami perubahan-perubahan, ada bebrapa cara untuk menegakkan
diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostik and statistical
manual) dan PPDGJ-III/ICD-X. Dalam kasus skizofrenia diperlukan penegakkan diagnosis yang
tepat dan cepat serta pemberian terapi; baik berupa obat-obatan (terapi biologis), psikoterapi, dan
psikososial.2
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesa pada pasien dapat dilakukan secara autoanamnesis maupun alloanemnesis. Seperti
biasa, anamnesa selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap.
Seperti nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat dan pekerjaan, kemudian diikuti dengan
keluhan utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluhkannya
kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu dan riwayat kesehatan dan penyakit dalam
keluarga3. Semua itu sebenarnya sekaligus dalam pengambilan data riwayat psikiatri yang ada
dibahas selanjutnya.
1

Tinjauan pustaka
Pemeriksaan
Riwayat psikiatri
1. Data pribadi pasien2
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama/suku bangsa
2. Alasan merujuk2
Catat sesuai kata-kata pasien sendiri.
Catat telah berapa lama pasien mengalami keiuhan tersebut
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui keluhan saat ini.
Biarkan pasien bercerita tanpa terputus unfuk beberapa menit pertama sebelum
melanjutkan pertanyaan.
3. Riwayat keluhan saat ini2,3
Kapan keluhan dimulai?
Apakah kemudian keiuhan berubah? Jika ya, bagaimana perubahannya?
Apakah ada kejadian sebelumnya yang memicu timbulnya keiuhan, seperti kematian,

perceraian?
Apakah terdapat gejala psikologis lainnya, seperti rasa cemas, bersalah, keinginan bunuh
diri? Apakah terdapatgejala fisik, seperti gangguan tiduratau nafsu makan, variasi mood

diurnal?
Apakah terdapat pengobatan psikologis atau obatobatan yang digunakan untuk keiuhan saat

ini? Jika ya, apakah pengobatan tersebut membantu?


Lakukan penapisan keiuhan lainnya. Semua pasien harus ditanyakan tentang adanya

keinginan bunuh diri, depresi, perilaku obsesif dan psikosis.


Apakah terdapat gejala gangguan biologis, seperti tidur (insomnia pada awal tidur,
insomnia pada pertengahan tidur, terbangun pagi lebih awal), nafsu makan (meningkat atau

menurun), variasi diurnal dalam mood, energi, libido, konsentrasi, kesedihan?


4. Riwayat Psikiatri terdahulu2
Apakah terdapat masaiah psikiatri yang serupa atau yang lain sebelumnya?
Catat kunjungan ke dokter umum, penggunaan layanan psikiatri atau rawat inap.
Catat kapan keluhan terjadi, berapa lama berlangsungnya dan penatalak-sanaan yang
diberikan.
5. Latar belakang pribadi2,3
Bagian yang panjang dari riwayat psikiatri yang dibagi dalam subbagian-subbagian.

Tinjauan pustaka

Lakukan pendekatan pada bagian ini dengan menerangkan kepada pasien bahwa anda ingin
mengetahui lebih banyak tentang mereka agar dapat memahami masalah mereka dan
membantu mereka secara lebih baik.

6. Riwayat keluarga2
Kumpulkan informasi tentang orang tua, saudara kandung serta kerabat lainnya yang

berhubungan.
Tanyakan umur, pekerjaan, lingkungan sosial, gangguan psikiatri/masalah kesehatan

lainnya dan hubungan dengan pasien.


Buatlah genogram dari informasi tadi.
7. Riwayat pribadi2
Masa kanak-kanak: riwayat kelahiran, tahap perkembangan, khususnya keterlambatan;

deskripsi masa kanak-kanak awal; atrnosfer/suasana keluarga dan rumah.


Sekolah: umur lulus; suka membolos atau menolak untuk sekolah, suka mengganggu;
hubungan dengan teman-teman sebaya, guru-guru; ujian yang dikerjakan dan kecakapan,
pendidikan lebih lanjut. Pekerjaan: datalah semua pekerjaan dan lama bekerja, alasan

berhenti, dan periode menganggur.


Riwayat hubungan dan psikoseksual: hubungan saat ini bila ada, aktifitas seksual, orientasi
seksual, masaiah seksual, pengalaman seksual pertama, pengalaman seksual yang aneh/
kekerasan seksual. Untuk wanita catat usia menarke/meno-pause, hubungan masa lalu yang

penting, alasan hubungan tersebut berakhir.


Kebiasaan/ketergantungan: alkohol, rokokdan obat-obatan terlarang; catat jumlah,;
penggunaan saat ini dan sebelumnya; pola penggunaan; gejala/tanda ketergantungan dan

putus obat; masalah yang berkaitan, misalnya masaiah dalam pekerjaan.


Riwayat forensik: catat semua pelanggaran baik dihukum maupun tidak
Situasi sosial saat ini: tipe rumah, siapa saja yang tinggal di rumah; keadaan keuangan, dll.
8. Kepribadian sebelum sakit (premorbid)2
Sulit untuk dinilai melalui wawancarayang singkat. Titik berat pada pola perilaku yang
konsisten selama hidup. Bagian ini harus mencantumkan masukan dari oranq lain, karena

tidak ada individu yanq mampu menggambarkan kepribadiannya sendiri secara objektif.
Hal-hal yang mencakup: sikap kepada orang lain dalam hubungan; sikap pada diri sendiri,
misalnya menyukai diri sendiri, percaya diri; mood pre-dominan, misalnya ceria,
optimistik; menikmati aktivitas dan hal-hal yang diminati; reaksi terhadap stres, mekanisme

mengatasi masalah (coping mechanisms).


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan tanda vital dan fisik. Pemeriksaan fisik
tersebut digunakan untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda kelainan organik.
3

Tinjauan pustaka

Pemeriksaan status mental


Hindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan

merupakan suatu potret keadaan pasien saat itu juga.2 Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan status mental;
1. Penampilan dan perilaku
Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat
terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama
wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah
teralihkan. Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya.4,5
2. Bicara
Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapatdiinterupsi. Irama: normal,
intonasi datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-kata
yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata
(monosyllabic), spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia
maupun disartria.4,5
3. Mood
Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka:
(1) secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)depresi, elasi, eutimia, tumpul atau
datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan,
depresi, elasi
NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak
terdapat dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada aide untuk bunuh diri.5
4. Isi Pikiran
a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya pembicaraan
menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-tiba dari waktu ke
waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran
menjadi keluar jalur).
Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar-samar dan tampak campur
aduk.
Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.5
b. Tempo isi pikiran abnormal
Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan untuk bicara)
atau retordasi.
c. Kepemilikan isi pikiran abnormal
4

Tinjauan pustaka
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luarpenarikan isi pikiran,
insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
d. Isi pikiran abnormal
Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak selalu tidak
logis atau tidak layak secara budaya). Obsesi, kompulsi, ruminasi. Trias kognitif Beck,
pandangan negatif terhadap diri, dunia dan masa depan.5
5. Waham-waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem
kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.3,5 Tipe-tipe waham:
Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus.
Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantos

dihukum.
Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarfi afau tidak ada.
Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan mereka.
Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-lah/televisi.
Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak ada

buktinya.
Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka.
Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit.
Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu, atau merasakan
emosi-emosi, atau dikendalikan dari iuar; somatic passivitymerasa seolah-olah mereka
dipindahkan dari luar.3
Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan
dalam moodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah, dan nihilistic dalam mood

depresi. Waham dapatdiklasifikasikan menjadi primer dan sekunder:


Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi.
Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan
kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha
memahami kejadian penyakit primernya.3,5
6. Persepsi5
Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkdt.
Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal dari
luar dirinya.

Tinjauan pustaka

Pendengaran:

suara-suara

orang

kedua

langsung

diarahkan

kepada

pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua, misalnya

suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna".


Penglihatan
Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap
Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini diinterpretasikan

sebagai akibat peracunan.


Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan sendi-sendi

Pemeriksaan penunjang
1. Brain imaging
a. CT-scan -- atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada
10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak. Mungkin
ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal, afek datar, withdrawal
sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropsikiatrik, naiknya frekuensi
gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET) -- pada sebagian penderita dapat ditemukan turunnya
metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan lateralitas
abnormal.
c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow) -- pada sebagian penderita, dapat
ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran darah
otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan, disfungsi
lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder terhadap
patologi tempat lain di otak.6
2. EEG
Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi sebagian menunjukkan turunnya
aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan naiknya
kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.6
3. Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium karakteristik ditemukan dalam skizofrenia. Seperti pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan untuk menyingkirkan
dugaan-dugaan kelainan yang berhubungan dengan sistem tubuh pasien sendiri. Pemeriksaan
rutin berikut yang harus dilakukan pada semua pasien, pada awal penyakit dan secara berkala
setelah itu, pemeriksaan itu antara lain;
- Hitung darah lengkap
- Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
6

Tinjauan pustaka
-

Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium.


Jika sejarah pasien memberikan alasan untuk mencurigai, memeriksa HIV; RPR,
ceruloplasmin, ANA, urin untuk kultur dan sensitivitas dan / atau obat-obatan dari

penyiksaan; am kortisol, dan koleksi urin 24 jam untuk porfirin, tembaga, atau logam berat.
Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.
Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal tertentu dapat membantu.6,7

Diagnosis
Diagnosis Kerja : skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan
sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran
dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran
yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.8
Pedoman Diagnostik :

Harus ada sedikitnya satu dari gejala ini yang amat jelas:
a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda.
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya atau pikirannya diambil keluar oleh suatu dari luar dirinya.
- Throught broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.8,9
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan
tertentu dari luar
- delusion of influence = waham tentang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan tertentu dari luar
- delusional of perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.8,9
c halusinasi auditorik:
7

Tinjauan pustaka
-

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien
Mendiskusi perihal pasien diantara mereka sendiri
Jenis suara yang berasal dari salah satu bagian tubuh.9

d. Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan suatu yang mustahil.9

Atau paling sedikit dua jenis gejala di bawah ini harus selalu ada:
e. halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan efektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.8
f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau
berbicara yang tidak relevan atau neologis.8
g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibelitas
cerea, negativisme, mutisme dan strupor.8
h. gejala-gejala negatif. Seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas semua hal tidak disebabkan oleh depresi

atau medikasi neuroleptika.8


Adanya gejala khas diatas telah berlangsung kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku

untuk fase nonpsikotik prodormal).


Harus ada suatu perubahan yang konsisten yang bermakna dalam mutu dari beberapa aspek
prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat

sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.8
Klasifikasi Skizofrenia
Semua pasien skizofren sebaiknya digolongkan ke dalam salah satu subtipe yang
ditegakkan berdasarakan manifestasi perilaku yang menonjol.
1. Skizofrenia paranoid
Tipe ini yang paling sering, gejalanya sangat konsisten, sering paranoid, asien dapat atau
tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien ini sering tidak kooperatif dan sulit untuk
mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah, atau ketakutan dan paling sering pasien
memperlihatkan inkoherensi/disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek
dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang paling
sering di temukan yaitu:
8

Tinjauan pustaka
Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi dan cemburu.
Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah atau menghina.3
2. Skizofrenia disorganisasi
Gejala-gejalanya:
Afek tumpul, ketolol-tololan atau tidak serasi
Sering inkoheren
Waham tidak sistematis
Perilaku disoranisasi seperti menyeringai
3. Skizofrenia katatonik
Beberapa bentuk katatonik:
Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak merespon terhadap lingkungan atau

orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung disekitarnya.


Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-

usaha untuk menggerakkan fisiknya.


Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku.
Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan postur yang tidak biasa.
Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira yang mungkin dapat

membahayakan jiwanya karena kelelahan.3,8


4. Skizofrenia tak terinci
Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang sangat menonjol
(misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi criteria skizofrenia tetapi tidak dapat di
golongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual dan depresi pasca skizofrenia.3

5. Skizofrenia residual
Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala
residual (penarikan diri secara social, efek datar atau tak serasi, perilaku esentrik, asosiasi
melonggar, atau pikiran tidak logis).3
6. Depresi pasca skizofrenia
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu penyakit
skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih ada dan menetap tetapi tidak mendominasi
gambaran klinisnya. Gejala yang menetap dapat berupa gejala positif atau negative. Pedoman
diasnotiknya:

Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan.


Beberapa skizofrenia masih tetap ada

Tinjauan pustaka

Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya criteria untuk

episode depresif dan telah ada paling sedikit 2 minggu.3


7. Skizofrenia simpleks
Tipe ini adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang khas
dari skizofrenia residual tanpa adanya halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang
adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai dengan perubahan-perubahan yang
berkmakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social.3
8. Skizofrenia lainnya
Termasuk: Skizofrenia senestopatik, gangguan skizofrenia YTT, skizofrenia siklik,
skizofrenia laten, gangguan lir skizofrenia akut.3
9. Skozofrenia yang tak tergolongkan (YTT)
Perjalan penyakit skizofrenia dapat di klasifikasikan sebagai penyakit berlangsung terusmenerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual diantara episode, atau episode tunggal
dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala-gejala cenderung tumpang tindih dan diagnosis
dapat berpindah-pindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu.3

Diagnosis Banding

Psikotik Akut

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara
yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).
10

Tinjauan pustaka
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok
sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima
pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar).
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi).
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan
status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.8,9

Gangguan waham

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan Penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya.
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.9
Manifestasi klinis
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam
kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual
yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual,
pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka

11

Tinjauan pustaka
samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai
keyakinan yang salah dan tidak dapat dikoreksi.
Gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan
teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang
aneh. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka terlihat
tumpul. Meskipun dapat mempertahankan intelegensi yang mendekati nomal, sebagian besar
performa uji kognitifnya buruk.3
Selain itu juga dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmapuan merasakan rasa senang. Pasien
juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur angsur.
Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran
eksentrik pada fase prodormal. Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada pasien dengan
ditandai oleh penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat pemalu, dan sering mengalami
kesulitan disekolah meskipun IQ nya normal.
Suatu pola yang sering ditemui yaitu keterlibatan dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu
sampai dua tahun sebelum episode psikotik.3
Skozofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala dibawah ini: 3
A. Gangguan pikiran
1. Gangguan proses pikir
Pemikiran pasien sering tidak dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tandatandanya adalah:
Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak nyambung yaitu seolah dapat melompat
dari satu topik ke topik lainnya yang tidak berhubungan sehingga membingungkan

pendengar.
Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien terus-menerus mengalami gangguan

karena pikiran sering dimasuki informasi yang tidak relevan.


Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru.
Terhambat : pembicaraan tiba-tiba terhenti dan disambung kembali beberapa saat
yang biasanya topik lain. Ini menunjukan adanya interupsi yang dimana pikiran

pasien dimasuki ide-ide lain dan perhatian pasein lebih mudah teralih.
Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja

terucap bukan dari pikiran mereka.


Ekolali : pasien mengulang kata/kalimat yang baru saja diucapkan orang lain.
Konkritisasi : pasien dengan IQ normal/tinggi sangat buruk kemampuan abstraknya.

12

Tinjauan pustaka

Alogia : pasein berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh resistensi yang
disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi

sangat sedikit ide yang disampaikan ( miskin isi pembicaraan).


2. Gangguan isi pikir
Waham : suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan fakta
dan kepercayaan dan kepercayaan tersebut mungkin aneh. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan
pada skizofrenia. Waham yang sering ditemukan yaitu:
o Waham kejar
o Waham kebesaran
o Waham rujukan : pasien meyakinkan ada arti dibalik peristiwa-peristiwa dan
meyakini bahwa peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut diarahkan
kepadanya.
o Waham penyinaran pikiran
o Waham penyisipan pikiran

Tilikan :

Pasien mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakit serta
kebutuhan terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada dirinya dapat dilihat
oleh orang lain.
B. Gangguan persepsi
Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga

berbentuk penglihatan, penciuman dan perabaan.


Ilusi dan depersonalisasi
Ilusi adalah misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap

lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.


C. Gangguan emosional
Pasien Skozofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan berpindah dari satu emosi ke
emosi lain, ada 3 afek dasar yaitu:
Afek tumpul/datar : ekspresi/emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut

seharusnya di ekspresikan.
Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tapi tidak sesuai dengan
pikiran dan pembicaraan pasien.
13

Tinjauan pustaka
Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.
D. Gangguan perilaku
Berbagai perilaku yang tidak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh
yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan dan agresif dan
perilaku seksual yang tidak pantas. Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan dalam
bentuk episode aktif, secara periodik, dalam kehidupannya secara khas dengan jarak
beberapa bulan atau tahun. Sebagian besar pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi
dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal pasien skizofrenia
mengalami remisi yaitu peningkatan kegelisahan, ketegangan, penurunan nafsu makan,
depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa tidur dan konsentrasi terganggu.3
Etiologi
Belum ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yaitu3:
1) Faktor biologis: kemaknaan penemuan-penemuan di bawah ini belum diketahui pasti,
bagaimanapun, ini menunjukkan adanya dasar biologik dan heterogenitas skizofrenia.
Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik pada penderita
skizofrenia.
Ditemukan beberapa gangguan organik seperti pelebaran ventrikel III dan lateral yang
stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit.
Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaiti girus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala
Disorientasi spasial sel pyramid hipokampus
Penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral
Komplikasi persalinan (premature, berat badan lahir rendah, lahir pada masa epidemic
influenza) lebih besar kecenderungan pada yang lahir pada akhir musim dingin atau awal
musim panas dan terdapat gangguan neurologi minor.
2) Biokomia3
Dapat berupa gangguan neurotransmitter (penyampai pesan secara kimiawi) dimana
terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine, apabila kadar dopamine
berlebihan atau kurang, penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif. Gejala
14

Tinjauan pustaka
positif adalah gejala yang berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal
manakala gejala negative adalah berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal.
Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu
terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral. Hipotesisi ini dibuat berdasarkan
penemuan bahwa pemberian obat-obat neuroleptika yang efektif pada pasien skizofrenia
karena ia bekerja menghambat reseptor dopamine pasca sinaps (tipe 2) dan penemuan
peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatum, nucleus akumben dan putamen
pada skizofrenia.
Teori lain adalah peningkatan serotonin di susunan saraf pusat dan kelebihan norepinefrin
(NE) di forebrain limbik (hanya terjadi pada beberapa penderita skizofrenia).
3) Genetika3
Mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks dan poligen
Skozofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin dekat hubungan
kekerabatan semakin tinggi risiko
Kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering dibandingkan dengan kembar
dizigot
Anak yang mempunyai orang tua skizofrenia diadopsi sewaktu lahir oleh keluarga yang
normal mempunyai peningkatan angka sakitnya sama dengan apabila anak tersebut
diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia.
Epidemiologi
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia
menderita skizofrenia selama hidup mereka. Skizofrenia adalah salah satu kondisi kesehatan
mental serius yang paling umum. National Survey of Psychiatric Morbidity 2000 di Inggris
menemukan bahwa 5 di 1000 orang mengalami gangguan psikotik (termasuk skizofrenia dan
depresi manik). Pria dan wanita sama-sama dipengaruhi oleh kondisi tersebut. Pada pria,
skizofrenia biasanya dimulai antara usia 15 dan 30. Pada wanita, skizofrenia biasanya terjadi
kemudian, dimulai antara usia 25 dan 30. Prevalensi, morbiditas dan keparahan presentasi adalah
lebih besar pada area urban daripada rural, area industrialisasi dari nonindustrialisasi. Naiknya
prevalensi di golongan sosioekonomi rendah.9
Patofisiologi
15

Tinjauan pustaka
Tak ada defek struktural konsisten; perubahan yang ditemui termasuk turunnya jumlah neuron,
naiknya gliosis, dan disorganisasi arsitektur neuron. Degenerasi pada sistem limbik, khususnya
amigdala, hipokampus, dan korteks singulat, serta di ganglia basal, khususnya substansia nigra
dan korteks prefrontal dorsolateral.3,8
Namun pada penderita skizofrenia, dapat ditemukan beberapa gejala yang khas. Gejala tersebut

dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu gejala primer dan gejala sekunder.
Gejala Primer
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama
ialah asosiasi. jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal
ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah
inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga mempunyai kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,
umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada di
sampingnya juga dimarahi dan dipukuli. Kadang-kadang pikiran seakan-akan berhenti, tidak
timbul idea lagi. Keadaan ini dinamakan "blocking", biasanya berlangsung beberapa detik saja,
tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari. Bila suatu idea berulang-ulang timbul dan
diutarakan olehnya dinamakan perseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang ("flight of ideas") lebih sering terdapat pada mania, pada skizofrenia lebih
sering. inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada
pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti
sama sekali, pada pikiran melayang idea timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih
bertujuan.3,8
2. Gangguan afek emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
Kedangkalan afek dan emosi ("emotional blunting"), misalnya penderita menjadi acuh-takacuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan

masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.


Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita

timbul rasa sedih atau marah.


Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan
paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggerfs dinamakan "incongruity of affect", dalam

bahasa Belanda hal ini dinamakan "inadequaat".


Kadang-kadang emosi dan afek serta expresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya
sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa.
16

Tinjauan pustaka

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita sedang

bermain sandiwara.
Yang penting juga pada skizofrenia ialah hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik ("emotional rapport"). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan

penderita.
Karena terpecah-belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat
bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama; atau menangis
dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauan

Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat
mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan
alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat. Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari
lamanya, bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor
katatonik.
Penderita skizofrenia juga memiliki sikap negativism, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif
atau berlawanan terhadap suatu permintaan. Kemudian sikap ambivalensi kemauan: yaitu
menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya tangan diulurkan
untuk berjabatan tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali. Jadi sebelum
suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan. Pasien shizofren juga memiliki
otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau oleh tenaga
dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Gejala psikomotor juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Sebetulnya
gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja,
maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam
keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali.
Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia berbicara. Mungkin juga
oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah
hilang sama sekali sehingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Sebaliknya tidak jarang
penderita dalam keadaan katatoni menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak saja dan sangat
gelisah. Bila penderita terus menerus berbicara saja, maka keadaan ini dinamakan logorea.
Kadang-kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru : neologisme.
Penderita juga dapat berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap yang disebut stereotipi,
umpamanya menarik-narik rambutnya. Stereotipi pernbicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau
17

Tinjauan pustaka
kalimat diulang-ulangi. Hal ini sering juga terdapat pada gangguan otak organik. Manerisme
adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Flexibilitas
cerea : bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin. Negativisme :
menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh. Penderita juga
mengalami otomatisme komando (command automatism) yang di dalamnya termasuk echolalia

dan ekhopraxia.3,8
Gejala sekunder
1. Waham
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali. Penderita menganggap pahamnya
merupakan

fakta

dan

tidak

dapat

diubah

oleh

siapapun.

Sebaliknya

ia

tidak

mengubah sikapnya yang bertentangan. Misalnya penderita berwaham bahwa ia adalah raja,
namun ia mau melakukan pekerjaan kasar jika diperintah. Mayer-gross membagi waham dalam 2
kelompok, yaitu waham primer dan waham sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis
sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya;
dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia
lain.8
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu
gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada skizofrenia ialah
halusinasi pendengaran (oditif atau akustik). Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman
(olfaktorik), halusinasi citarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Halusinasi
penglihatan agak jarang pada skizofrenia, lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan
dengan sindroma otak organik.8
Pada penderita shizofren juga didapatkan gejala positif dan gejala negatif.

Gejala positif

(positive symptom) berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal. Gejala negatif
berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal.8
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Terapi biologik 3,10
18

Tinjauan pustaka
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam 2 golongan yaitu antipsikotik
generasi I (APG I) atau dopamine reseptor antagonis (DRA) dan anti psikotik generasi II
(APG II) atau serotonin dopamine antagonis (SDA) atau Pada awalnya pikirkan obat APG II
yakni klorpromazine yang dapat diberikan pada kisaran dosis ekuivalen 300-600 mg per hari.
Pemeliharaan dosis rendah antipsikotik diperlukan, setelah kekambuhan pertama. Dosis
pemeliharaan sebaiknya dipertahankan selama beberapa tahun.2
Obat APG I berguna terutama untuk mengontrol gejala positif sedangkan untuk gejala
negative tidak bermanfaat. Obat APG II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun
negative. Standart emas adalah APG II.10
Klozapin dipakai pada kasus resisten. Pada umumnya obat potensi tinggi maupun rendah
sama efektifnya, tapi salah satunya mungkin lebih manjur pada kasus individual. Gunakan
klorpromazin sebagai rujukan untuk potensi relative. Haloperidol dipakai untuk penangan
cepat (1-10mg peroral atau IM selama 30-60 menit); dosis harian dapat setinggi 100 mg.
Beberapa contoh obat APG I, antara lain:3,10

Fenotiazine ( chlorpromazine, thioridazine, perphenazine, trifluoperazine)

Tioxantine

Butirofenon (haloperidol)

Dibenzixazepine

Dihidronidol

Difenilbutil piperidine (pimozid)

Beberapa contoh obat APG II, antara lain:

Clozapine

Risperidone

Olanzapine

Quetiapine

Ziprasidone

Pemeliharaan: sesudah tanda dan gejala reda dan pasien stabil (biasanya sesudah 4 minggu),
dosis dapat diturunkan ke tingkat rendah untuk menjaga pasien bebas gejala. Sesudah 6 bulan
remisi, obat dapat distop sementara masa percobaan apakah timbul relaps, jika kambuh obat

19

Tinjauan pustaka
diberikan lagi. Sebagian pasien mungkin memerlukan terapi pemeliharaan seumur hidup
untuk mencegah relaps.
b. Terapi kejang listrik(TKL) 3
Bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Beberapa pasien
skizofrenia yang tidak berespons dengan obat dapat membaik dengan TKL.

Non- medika mentosa:

Psikososial

Terapi kelompok: focus pada dukungan dan pengembangan keterampilan sosial


(aktivitas sehari- hari). Kelompok khususnya berguna mengurangi isolasi sosial dan
menambah uji realita.

Terapi keluarga: dapat secara berarti mengurangi angka relaps untuk anggota keluarga
skizofrenik. Interaksi keluarga berekspresi emosi tinggi dapat dikurangi dengan terapi
keluarga.

Terapi seni: Terapi seni dirancang untuk mempromosikan ekspresi kreatif. Bekerja
dengan terapis seni dalam sebuah kelompok kecil atau individu dapat memungkinkan
Anda untuk mengekspresikan pengalaman Anda dengan skizofrenia. Beberapa orang
menemukan bahwa mengekspresikan hal-hal dalam cara non-verbal melalui seni
dapat

memberikan

pengalaman

baru

skizofrenia

dan

membantu

mereka

mengembangkan cara-cara baru berhubungan dengan orang lain. Terapi seni telah
ditunjukkan untuk mengurangi gejala negatif dari skizofrenia pada beberapa orang.3
Pencegahan
Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah terjadinya skizofrenia. Mengurangi stress
dapat juga mengurangi risiko terkenanya skizofrenia.Timbulnya gejala dapat dicegah dengan
minum obat secara teratur.3
Komplikasi
Skizofrenia meningkatkan risiko terjadinya hal berikut, antara lain:
-

Penyalahgunaan alcohol atau obat obatan (nikotin)

Penyakit fisik seperti HIV karena gaya hidup yang berantakan.

Depresi dan bunuh diri


20

Tinjauan pustaka

Prognosis 3
A) Prognosis ke arah baik berkaitan dengan:

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas seperti stress

Onset akut

Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Afek terpelihara dengan baik

B) Prognosis ke arah buruk berkaitan dengan :

Onset muda (timbul sebelum usia 20 tahun)

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas umumnya timbul perlahan

Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang buruk

Perilaku menarik diri atau autistic

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan
21

Tinjauan pustaka

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dijabarkan diatas, maka saya dapat menyimpulkan
bahwa pasien yang ada dalam skenario kasus tersebut dapat didiagnosis menderita skizofrenia
dengan tipe paranoid. Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang cukup mengganggu. Perlunya
pengobatan pada pasien skizofrenia agar dapat mengurangi angka resiko, seperti bunuh diri,
depresi, penyakit medis lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman akan penyakit ini
sangat penting dalam membantu diagnosis dan penatalaksanaannya.
Daftar pustaka
1. Harold I Kaplan, Benjamin J.S. Buku Saku Psikiatri Klinik. Jakarta: Binapura
Aksara;2002.h.85-101.
2. Hibber Aison, Godwin Alice, Dear Frances. Rujukan Cepat Psikiatri. Dalam: Husny
Muttagin. Jakarta: EGC; 2008. h.3-9;94-101.
3. Nurmiati A.

Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK

UI;2010.h.170-196.
4. Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:2003.h.46-52.
5. Frankenburg

FD.

Schizophrenia.

2011.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview. 07 agustus 2015.


6. Stuart CY, Robert EH. Psychotic disorders. In clinical manual of neuropsychiatry. Virginia:
American Psychiatric Publishing; 2011. p.136-9.
7. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2010. h.152-3.
8. Kaplan HI, Sadock BJ. Skizofrenia. Dalam: Wiguna IM. Buku Saku Psikiatri Klinik.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1994. h.112-25.
9. Maharatih A, Nuhriwangsa I, Sudiyanto A. Psikiatri komprehensif. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran ECG; 2008. hal. 13-4, 47-53
22

Tinjauan pustaka
10. John L, Stefano P. Basic science underlying schizophrenia. In clinical manual of treatment

for schizophrenia. Virginia: American Psychiatric Publishing; 2011.p.25-71.

23

You might also like