You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge)
1. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang, media massa, maupun
lingkungan (Notoadmodjo, 2007,hlm.139).
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan (Notoadmodjo, 2007, hlm.140) yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali
(recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

16
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehantion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat
menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan

dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Cara Mendapatkan Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2007) ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu:

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan


Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain
meliputi : 1) Cara coba-salah (Trial and Error) adalah cara coba-coba
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah,
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau
otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan
Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian
hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya
diambil kesimpulan umum.
B. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan kesiapan seseorang dalam melakukan tindakan. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek ( Syafruddin, 2009, hlm.126). Menurut Maramis (2006, hlm.

18
254) sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif
atau negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi.
2. Tingkatan Sikap
a) Menerima (Receiving) dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan
memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek). b) Merespon (Responding)
memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan hal yang
dimaksud. c) Menghargai (Valving) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. d) Bertanggung Jawab (responsible) atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Syafrudin, 2009, hal.126).
3. Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap
dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala
(Hidayat, 2007, hal.104). Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu
dari empat alternatif jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang
disediakan oleh likert adalah :
a. Sangat setuju (Strogly approve)

:4

b. Setuju (Approve)

:3

c. Tidak setuju (Disapprove)

:2

d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1

C. Neonatus
Neonatus yaitu bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari, disebut
juga bayi baru lahir. Pada masa neonatus, bayi rentan sekali terhadap penyakit yang
dapat berpengaruh untuk kelangsungan hidup ke depannya. Bayi baru lahir mudah sakit
dikarenakan fisiknya yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya.
Periode neonatal terdiri atas 28 hari pertama kehidupan. Dalam hal sehat dan sakit,
periode neonatal merupakan periode terpenting masa bayi dan kanak-kanak karena
selama waktu tersebut terdapat mortalitas paling tinggi. Kerusakan yang berefek seumur
hidup dari peristiwa perinatal juga sering ditemukan (Rudolf, 2006, hlm. 229).
Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik periode ini berbahaya karna sulitnya mengadakan penyesuaian
diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda.
Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian (Hurlock,1998, hlm. 53).

D. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini
untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda-tanda
bahaya baru lahir yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu: Pernafasan sulit
atau lebih dari 60 kali per menit, terlalu panas > 38C atau terlalu dingin < 36,5C.
Warna kulit atau bibir biru pucat, memar atau sangat kuning. Hisapan lemah, mengantuk
berlebihan, banyak muntah. Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah),
bau busuk, pernafasan sulit. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja. Aktivitas menggigil atau menangis tidak biasa,

20
sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus (Muslihatun, 2008, hlm. 46).

E.

Masalah-Masalah Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir Yang Merupakan


Tanda-tanda Bahaya

1. Hipotermi/Suhu Tubuh Dingin


a. Pengertian
Hipotermi yaitu dimana suhu tubuh bayi di bawah 36oC serta kedua tangan dan
kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,5oC - 37,5oC. Hipotermi pada bayi
baru lahir dapat berakhir dengan kematian karena dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah dan dapat berujung kematian. Hipotermi dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu: hipotermi sedang, dimana suhu badan bayi berkisar 32oC-36oC dan
hipotermi berat yaitu dimana suhu badan bayi mencapai dibawah 32oC.
Untuk dapat mengukur suhu pada hipotermi digunakan termometer yang dapat
mengukur sampai suhu 25oC yaitu termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) ( Syaifuddin, 2006, hlm.373)
b. Gejala Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat diketahui dari gejala-gejala sebagai berikut
yaitu bayi tidak mau minum/menyusu, tampak lesu dan mengantuk, tubuh bayi teraba
dingin, dan dalam keadaan berat denyut jantung bayi bisa menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras. Hipotermi dikategorikan menjadi 3 yaitu hipotermi sedang, hipotermi berat
dan stadium lanjut hipotermi. Hipotermi sedang ditandai dengan aktivitas berkurang,
tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata, kemampuan hisap lemah, kaki teraba dingin.
Hipotermi berat sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan

lambat dan tidak teratur, bunyi jantung lambat. Dan stadium lanjut hipotermi ditandai
dengan muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya
pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (Syafuddin, 2003,hlm. 373).
c. Penyebab Hipotermi
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena lingkungan,
udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah, dan sebagainya. Mekanisme kehilangan
panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Radiasi yaitu dari objek ke panas
bayi misalnya bayi ditimbang tanpa alas 2) Evaporasi yaitu penguapan cairan yang
melekat pada kulit misalnya pada air ketuban yang melekat pada tubuh bayi dan tidak
cepat dikeringkan. 3) Konduksi yaitu sesuatu yang melekat ditubuh bayi misalnya
pakaian bayi yang basah tidak langsung diganti. 4) Konveksi yaitu penguapan dari tubuh
ke udara contohnya angin disekitar tubuh bayi (Saifuddin, 2006, hlm. 373).
d. Penanganan Hipotermi
1) Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dan Bayi diletakkan telungkup di dada
ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan. 3) Bila tubuh bayi masih dingin dapat
juga menggunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh
bayi hangat (Saifuddin, 2006, hlm.373). 4) Selalu menjaga kehangatan bayi, bungkus
bayi dengan kain kering kemudian diselimuti dan pakaikan topi agar terhindar dari
kehilangan panas. 5) Beri ASI sesering mungkin, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan

22
ASI peras sebagai salah satu alternatif lainnya agar bayi tidak kekurangan cairan atau
dehidrasi. 6) Pantau terus suhu tubuh bayi setiap jam sampai normal. 7) Ibu harus selalu
mengamati tanda kegawatan pada bayi, bila terlihat bayi sakit berat segera bawa ke
tempat pelayan kesehatan (Syafuddin, 2002, hlm. M-122).
2.Hipertermi / Demam
a. Pengertian
Demam adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh terasa panas dan
suhunya naik sampai 38oC, sementara suhu normal berkisar 36,5oC-37,5oC. Menurut
Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal.
Dan menurut Rudolfh (2006, hlm. 592) Berdasarkan pengukuran suhu bayi normal, suhu
rektal sebesar 38C atau lebih harus digunakan sebagai defenisi batas bawah demam.
Demam pada suhu 37,8oC-40oC tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan
kerusakan otak, kecuali jika suhunya melebihi 41,7oC yang berlangsung dalam jangka
lama. Lebih lanjut, demam yang disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik dan suhu tidak
akan melebihi 41,2oC (Schwartz, 2005, hlm. 336).
b. Gejala
Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang sering terjadi.
Kalau demam tubuh teraba panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang. Gejala
/demam pada bayi baru lahir yaitu: suhu tubuh bayi

lebih dari 37,5C, Frekuensi

pernafasan bayi lebih dari 60/menit, terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan
menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih berkurang (Syafuddin, 2006, hlm.
375).

c. Penyebab Hipertermi/Demam
Sebenarnya demam merupakan proses mekanisme tubuh yang sehat ketika
melawan penyakit. Demam terjadi karena tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap
adanya gangguan, baik infeksi maupun gangguan yang lainnya. Semua bayi demam
berusia kurang dari 28 hari harus mendapatkan evaluasi lengkap untuk kemungkinan
sepsis. Berdasarkan pengalaman dengan lebih dari 1000 bayi demam berusia 60 hari
atau kurang, 436 bayi berada pada usia 30 hari atau kurang (142 berusia 14 hari atau
kurang) dan 227 memenuhi kriteria yang dipertimbangkan sehingga mengelompokkan
mereka sebagai beresiko rendah untuk mengalami infeksi bakteri serius. Hanya 1 dari
227 bayi berusia kurang dari 30 hari yang memenuhi kriteria resiko rendah yang
menderita infeksi bakteri serius (Rudolf, 2006, hlm. 585). Menurut Suriadi (2006, hlm.
63) demam sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada hipotalamus oleh karena
adanya infeksi, alergi, endotoxin, atau tumor.
c. Penanganan Hipertermi/Demam
Penanganan demam dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Bayi dipindahkan ke
ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26oC-28C. 2) Tanggalkan seluruh
pakaian dan jangan menggunakan selimut. 3) Kompres dengan cara mencelup handuk
kecil ke air hangat terlebih dahulu, tambahkan kehangatan air jika suhu tubuh bayi
semakin tinggi. Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak
terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan
pembuluh darah bayi akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi semakin
menggigil untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 4). Memberi ASI sebanyakbanyaknya dan sesering mungkin, masuknya cairan yang banyak kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk urine merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh.

24
Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera
mendapat dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa
gejala berikut: bernafas cepat secara tidak normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara,
mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak minuman, muntah terus
menerus, suhu tubuh di atas 39oC (Syaffudin, 2006, hlm.377) .
3. Kejang
a. Pengertian
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari.
Kejang pada bayi baru lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan
metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap
dikemudian hari (Hasan, 2005, hlm. 1137).
Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat
mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi
yang dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan
merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik (Ngastiah, 2005, hlm. 146).
b.Gejala Kejang
Kejang pada neonatus sering tidak dikenali karena bentuknya beda dengan kejang
pada anak dan dewasa. Karena gejala yang berbeda dan variasi, sering sekali kejang
tidak disadari terutama oleh orang yang belum berpengalaman.

Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,
tiba-tiba menangis melengking, tonus otot menghilang disertai atau tidak dengan
hilangnya kesadaran, gerakan tidak menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan mulut
seperti mengunyah dan menelan. Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dicurigai kemungkinan
merupakan bentuk dari kejang (Saifuddin, 2006, hlm. 391).
c.Penyebab Kejang
Kejang berasal dari setiap gangguan serebrum yang sesaat atau menetap, tetapi
hanya beberapa kausa yang secara teratur dijumpai. Pada sekitar 25% bayi dengan
kejang, penyebab tidak diketahui (Rudolfh, 2006, hlm. 2151). Sebesar 10%-30% kejang
tidak dapat ditemukan penyebabnya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari
satu penyebab kejang pada neonatus. Beberapa yang dapat menyebabkan kejang, yaitu:
1) Gangguan vaskular seperti perdarahan. 2) Gangguan metabolisme. 3) Infeksi seperti
meningitis dan sepsis (Hasan, 2005,hlm.1139).
d. Penanganan Kejang
Kejang pada neonatus suatu keadaan darurat dan memerlukan tindakan cepat untuk
mencegah bertambahnya kerusakan susunan saraf yang dapat menimbulkan gejala sisa
dikemudian hari. Untuk itu sebaiknya bayi harus segera dirawat di rumah sakit dengan
sarana yang lengkap (Hasan, 2000, hlm.1144).
Jika bayi kejang jangan tunggu lama, segera bawa ke dokter. Penanganan pertama
yang bisa dilakukan yaitu: 1) Buka seluruh pakaian untuk memudahkan sirkulasi panas
tubuh bayi. 2) Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak
lebih lanjut. 3) Orangtua sudah seharusnya perlu lebih mendapat informasi mengenai

26
kondisi bayinya ketika kejang dan sebaiknya segera dirawat di rumah sakit dengan
fasilitas yang lengkap (Maryunani,A dan Nurhayati, 2009, hlm. 205).
4. Ikterus/Bayi Kuning
a. Pengertian
Ikterus adalah kuning pada kulit atau pada bagian putih matanya yang disebabkan
oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah bayi (Simkin, 2008, hlm. 354). Pada bayi
baru lahir terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada
hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak ada potensi
menjadi kern ikterus.
Ikterus dianggap patologis jika terdapat salah satu keadaan berikut: Ikterus pada hari
pertama kehidupan, kadar bilirubin meningkat lebih cepat dari 5 mg/hari, pada bayi
cukup bulan ikterus memanjang hingga melebihi minggu pertama atau lebih dari dua
minggu pada bayi prematur (Schwartz, 2005, hlm. 475).
Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus fisiologis dengan
ikterus patologis. Tanda-tanda ikterus fisiologis, adalah timbul pada hari kedua dan
ketiga, kadar indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg%
untuk neonatus kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak melebihi 5
mg% perhari, kadar billirubin direk tidak melebihi 1 mg%, serta ikterus menghilang
pada hari kesepuluh dan tidak berhubungan dengan keadaan patologis (Hasan, 2005,
hlm. 1101).
b. Gejala
Gejala ikterus yaitu: kulit tubuh tampak kuning, bisa diamati dengan cahaya
matahari dan menekan sedikit kulit untuk menghilangkan warna karena pengaruh
sirkulasi darah. Gejala klinik kern ikterus pada permulaanya tidak jelas yaitu antara lain:

bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu, kejang, tonus
otot meninggi, dan leher kaku (Hasan, 2005, hlm. 1102).
Penyebab
Ikterus disebabkan oleh kadar billirubin yang tinggi dalam darah bayi. Bilirubin
berasal dari pemecahan sel-sel darah merah yang tidak diperlukan yang terjadi secara
normal pada bayi baru lahir, billirubin diekskresikan dari tubuh bayi melalui tinja. Jika
tidak dikeluarkan dapat menyebabkan ikterus.
Ikterus yang timbul pada hari pertama atau kedua dari kehidupan bahkan lebih serius
dan membutuhkan perawatan intensif. Ikterus ini disebabkan oleh infeksi atau
ketidakcocokan tertentu seperti ketidakcocokan Rh atau ketidakcocokan ABO.
Ketidakcocokan Rh dapat terjadi jika resus darah ibu negatif sementara resus darah bayi
positif. Ketidakcocokan ABO terjadi jika darah ibu O sementara ayah A, B, atau AB.
c. Penanganan
Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena proses alami (fisiologis), tidak
berbahaya dan akan hilang tanpa pengobatan. Prinsip pengobatan warna kekuningan
pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya. Cara lain untuk upaya
mencegah peningkatan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah, hal ini dapat
dilakukan dengan: 1) Susui sesering mungkin sesuai kebutuhannya, ini akan
membuatnya sering buang air kecil, membuang sisa kimia dan membersihkan dari
sistem tubuhnya. 2) Beri ASI eksklusif 3) Beri paparan sinar matahari pagi di bawah
pukul 09.00 sesering mungkin tanpa mengenakan pakaian maksimal 1 jam, ini dapat
membantu tubuh bayi mengurai bilirubin.
Ikterus yang muncul lebih dari satu minggu sesudah kelahiran bayi jarang
ditemukan. Jenis ikterus ini dapat dikaitkan dengan bayi yang disusui atau disebabkan

28
oleh beberapa kondisi tertentu. Orang tua menjadi orang pertama yang menemukan
adanya ikterus pada bayi, jika mengkhawatirkan segera hubungi dokter (Simkin, 2008,
hlm. 355).
Bayi ikterus dengan riwayat penyakit dalam keluarga atau bayi yang letargi atau
muntah atau bayi yang memiliki tangisan tinggi, urin berwarna gelap, atau tinja sedikit
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schwartz, 2005, hlm. 475).
5. Muntah
a. Pengertian
Muntah ada beberapa macam yaitu ada muntah karena kekenyangan susu atau di
masyarakat sering disebut gumoh, muntah seperti ini yang keluar hanya sejumlah kecil
cairan susu. Namun ada muntah yang cukup serius karena gangguan lambung. Muntah
adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot perut yang
dapat dibedakan yaitu, regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mulut
akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu pengeluaran makanan secara
sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali, sedang refluks esofagus merupakan
kembalinya isi lambung ke dalam esofagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan
oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esofagus
dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat (Mansjoer, 2003, hlm. 478).
Mengeluarkan susu yang telah diminum dalam jumlah kecil, merupakan hal yang
biasa pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Untuk
itu sudah seharusnya orang tua dapat mengenali antara mana muntah yang tidak
mengkhawatirkan dan muntah yang memerlukan perhatian serius. Menurut Mansjoer
(2003, hlm. 478) Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah yang
memerlukan bedah segera.

b. Gejala
Gejala pada muntah biasa atau gumoh yaitu bayi terlihat sehat, baru selesai
menyusui dan muntah hanya berupa cairan susu dalam jumlah kecil. Sebenarnya gumoh
adalah bukan muntah jadi tidak perlu dicemaskan pada bayi yang sehat, karena ini hanya
disebabkan kekenyangan dan udara yang menyebabkan bayi kembung. Bila bayi terus
muntah maka ini akan dapat mengancam kesehatannya, bayi dapat kekurangan cairan,
semua isi lambung keluar, kurang gizi, dan sebagainya. Komplikasi dari muntah yaitu
dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, aspirasi isi lambung, malnutrisi
dan gagal tumbuh, sindrom Mallory-Weiss (robekan pada epitel gastroesophageal
junction akibat muntah yang berulang), ruptur esofagus dan esofagus peptikum
(Mansjoer, 2003,hlm. 479).
c. Penyebab
Ada beberapa penyebab muntah pada bayi yaitu dapat disebabkan karena bayi
kekenyangan atau kembung. Penyebab ini hal yang biasa dan tidak perlu di khawatirkan.
Namun penyebab lain dari muntah yang mengkhawatirkan dan perlu penanganan segera
yaitu muntah yang penyebabnya adalah infeksi. Maka ketika bayi muntah identifikasi
dahulu penyebabnya. Muntah dapat merupakan manifestasi dari penyakit. Oleh karena
itu pendekatan untuk identifikasi masalah sangat penting, yaitu meliputi: usia dan jenis
kelamin, tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi, bagaimana keadaan gizi anak,
adakah faktor predisposisi, Apakah ada penyakit yang menyerang, bagaimana bentuk/isi
muntahan (apakah seperti susu/makanan asal atau merupakan susu yang menggumpal
atau mengandung empedu atau darah), Apakah saat muntah berhubungan dengan saat
makan/minum, apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah, bagaimana

30
teknik pemberian minum, dan bagaimana kondisi psikososial di rumah (Mansjoer, 2003,
hlm. 479).
Selain itu penyebab lazim muntah pada bayi disebabkan karena obstruksi
anatomik, gangguan metabolik, infeksi dan makan berlebihan (Schwartz, 2005, hlm.
747).
d. Penanganan
Penanganan muntah atau gumoh pada bayi yaitu: memperhatikan dalam pemberian
susu, kemudian bayi disendawakan setiap selesai menyusui dengan meletakkan
kepalanya di bahu atau di atas lutut, atau di pangkuan. Sedang penanganan muntah pada
bayi yang dicurigai karena infeksi saluran pencernaan atau adanya penyakit lain maka
segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Penatalaksanaan muntah yaitu
mencari dan mengatasi penyebab, menghentikan makanan per oral dibantu dengan
pemberian cairan sesuai kebutuhan baik secara oral seperti pemberian teh manis atau
oralit untuk sementara waktu ataupun pemberian secara parenteral, pemberian anti
muntah (Mansjoer, 2003, hlm. 479)

You might also like