You are on page 1of 3

TESTIMONI MENGIKUTI DOGMIT INDONESIA

Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan


pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut
sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar: di mana
saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di
rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang
sore atau malam; dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga
atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah,
koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya.
Ciri-ciri pembelajaran pada abad pengetahuan, yaitu: guru sebagai fasilitator,
pembimbing dan konsultan, guru sebagai kawan belajar, belajar diarahkan oleh
orang yang belajar, belajar secara terbuka, fleksibel sesuai keperluan, belajar
terutama berdasarkan proyek dan masalah, berorientasi pada dunia empirik
dengan tindakan nyata, metode penyelidikan dan perancangan, menemukan dan
menciptakan, kolaboratif, berfokus pada masyarakat, hasilnya terbuka,
keanekaragaman yang kreatif, komputer sebagai peralatan semua jenis belajar,
interaksi multimedia yang dinamis, serta komunikasi yang tidak terbatas.
Untuk merekayasa sistem pembelajaran pada abad pengetahuan ini, perlu pula
dipahami hakikat, terminologi atau pengertian tentang pembelajaran. Kata
pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak digunakan untuk mengganti kata
pengajaran. Padahal, pembelajaran memiliki makna yang berbeda dibandingkan
dengan pengajaran. Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan
pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai
sumber belajar utama). Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata
lingkungan di luar diri pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar
(faktor internal). Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses
mengajar-belajar dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi
dengan media sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya. Orang yang belajar
disebut pebelajar (learner). Siapa saja orang yang belajar, disebut pebelajar,
entah itu siswa, mahasiswa, taruna AKABRI, dosen, manajer, atau siapa saja.
Sumber belajar merupakan sumber utama untuk menstimulasi terjadinya proses
belajar sedangkan proses agar terjadi belajar disebut pembelajaran. Sasaran
utama pembelajaran adalah merekayasa faktor-faktor eksternal dan lingkungan
sebagai sumber belajar agar mendorong prakarsa belajar.
Dengan demikian, pembelajaran adalah upaya menata lingkungan sebagai
sumber belajar agar terjadi proses belajar pada diri si pebelajar. Upaya menata
lingkungan dilakukan dengan menyediakan sumber-sumber belajar, misalnya:
guru, buku teks, bahan pembelajaran, orang sumber, televisi, VCD, radio-kaset,
majalah, koran, internet, CD ROM, lingkungan dan bahkan juga temannya

sendiri. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi


antara pebelajar yang belajar dengan pembelajar. Bukan terletak pada pengajar
yang menyampaikan informasi (mengajar?). Dengan demikian, rekayasa
pembelajaran yang utama adalah penyediaan sumber-sumber belajar. Guru
bukan satu-satunya sumber belajar, ia hanya salah satu bagian dari sumber
belajar. Semua sumber-sumber belajar dirancang agar dapat mendorong
prakarsa dan proses belajar menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik, agar
pebelajar tetap betah untuk terus belajar. Oleh karena itu, fungsi guru akan
berubah ke arah guru sebagai pengelola pembelajaran. Fungsi guru yaitu
merancang penyediaan sumber-sumber belajar agar belajar menjadi lebih
mudah, lebih cepat, lebih menarik, dan lebih menyenangkan.
Dalam merekayasa sistem pembelajaran yang optimal, ada delapan faktor yang
saling berinteraksi, yaitu: (1) pebelajar (siswa, mahasiswa, santri, karyawan,
masyarakat?), (2) isi (apa isi yang diajarkan: fakta, konsep, prinsip, pemecahan
masalah dsb?), (3) tujuan (pengetahuan, sikap, perilaku?), (4) lingkungan belajar
(di kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan?), (5) pembelajar (siapa
pembelajaranya?), (6) sumber belajar (buku, majalah, koran, VCD, komputer,
radio?), (7) strategi (pengelolaan, penyampaian, organisasi), dan (8) evaluasi (tes
lisan, tes tertulis, menyusun karya tulis, porto folio, dan memecahkan masalah?).
Pada setiap peristiwa pembelajaran baik yang di lakukan di sekolah maupun di
luar sekolah, kedelapan faktor ini harus menjadi pertimbangan utama.
Dalam berbagai kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan
indikator kejayaan bangsa, demikian pula guru memegang peran penting dalam
membelajarkan para peserta didik (learner). Oleh karena itu, pembelajaran yang
dilakukan guru menjadi indikator kunci keberhasilan pendidikan. Memasuki abad
dua puluh satu ini, guru sebagai sumber belajar utama dirasa tidak memadai lagi,
sumber belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber
belajar cetak, audia, audio visual, dan komputer. Bahkan perlu juga
memanfaatkan handphone sebagai mobile learning.
Guru masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman
(artist) dan ilmuwan (scientist) dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang dan
dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
guru dalam merancang pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan
masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pembelajaran mata pelajaran
agar kualitas pembelajaran meningkat yang sensitif terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kenal dengan Pembelajaran Berbasis
Blended Learning (PPBL). Dengan PBPL maka pembelajaran bukan hanya berbasis
pada tatap muka, tetapi dikombinasikan dengan sumber yang bersifat Offline
maupun Online.

Upaya penerapan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi


dibidang Pendidikan salah satunya ditandai dengan hadirnya situs Dogmit.
Dogmit dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.Dogmit merupakan penyampaian informasi,komukasi,pendidikan,pelatihan
secara online.
b.Dogmit menyajikan seperangka alat,teknologi yang dapat memperkaya nilai
belajar sehingga dapat memperkaya nilai belajar sehingga dapat menjawab
tantangan era globalisasi
c.Dogmit idak berarti menggantikan model konvensional belajar didalam
kelas,tetapi memper kuat model belajar tersebut melalui pengembangan
teknologi pendidikan.
d.Dogmit memungkinkan proses pembelajaran yang fleksibel tanpa terbatas oleh
waktu,tempat dan jarak.
Sebagai peserta Dogmit angkatan 4,7,13,19.25 dan angkatan 1 Di tahun
2016,peserta dogmit diharapakan terus mengikuti kegiatan diklat ini karena
dogmit ini sesui dengan kebutuhan guru,siswa dalam proses KBM di kelas.Bagi
peserta diklat yang baru jelas tidak mendapatkan materi diklat sebelumnya.
Mudah mudahan diklat kedepan, materi diklat yang sebelumnya tetap ada pada
materi diklat,contohnya membuat email,google drive dll. HIDUP DOGMIT
INDONESIA !!!

You might also like