You are on page 1of 24

Tugas Bahasa Indonesia

Analisa Kesalahan Diksi dan Ejaan Bahasa Indonesia pada


Artikel Ekonomi

Made Cahyani Prastuti (1506305144)

Universitas Udayana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2016

BAB I
KONSEP

1.1. Ejaan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan
adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasanmakna.
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :
a) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26
buah.
1. Huruf Abjad. Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas
huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.
2. Huruf Vokal. Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf a, i, u, e, dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata.
3. Huruf Konsonan. Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
adalah huruf yang selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
4. Huruf Diftong. Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.Contoh pemakaian dalam kata
5. Gabungan Huruf Konsonan. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan
huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan. Contoh pemakaian dalam kata

b) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu:
a) Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal,yaitu :
A. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
i.

Dia menulis surat di kamar

ii.

Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.

B. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya :
i.

Ayah bertanya, Apakah mahasiswa sudah libur?

ii.

Kemarin engkau terlambat, kata ketua tingkat.

C. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan

nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.


Misalnya :
i.

Allah Yang Mahakuasa lagi Maha Penyayang

ii.

Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

D. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan


yang diikuti nama orang. Misalnya :
i.

Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin

ii.

Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

E. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
i.

Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil

ii.

Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.

F. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya :


i.

Ibrahim Naki

ii.

Nofayanti

G. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
i.

bangsa Indonesia

ii.

suku Sunda

H. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah. Misalnya :
i.

tahun Hijriyah hari Jumat

ii.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

I. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
i.

Laut Jawa Jazirah Arab

ii.

Asia Tenggara Tanjung Harapan

J. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
i.

Republik Indonesia

ii.

Majelis Permusyawaratan Rakyat

K. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan


pengacuan. Misalnya :
i.

Surat Saudara sudah saya terima.

ii.

Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

L. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :


i.

Surat Anda telah saya balas

ii.

Sudahkah Anda sholat?

M. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan. Misalnya :
i.

Dr. Ibrahim Naki

ii.

Abdul Manaf Husain, S.H

N. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi. Misalnya:
i.

Perserikatan Bangsa-Bangsa

ii.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

O. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya :
i.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

ii.

Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata

b) Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk :
A. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
i.

Buku Negara kertagama karangan Prapanca.

ii.

Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.

B. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya:
i.

Huruf pertama kata abad adalah a.

ii.

Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

c) Penulisan kata
Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1) Kata Dasar. Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan
bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya, Dia teman baik saya.
2) Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam
penulisan kata turunan, yaitu :
A. Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya :
i.

Membaca

ii.

Menulis

B. Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung


mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya :
i.

Bertepuk tangan

ii.

Sebar luaskan.

C. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat


awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
i.

Menandatangani

ii.

Keanekaragaman.

D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
i.

Antarkota

ii.

Mahaadil

c) Kata Ulang. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis
jenis kata ulang yaitu :
i.

Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki

ii.

Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki :


Laki-laki

iii.

Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayurmayur

iv.

Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya =


Main : Bermain-main

d) Penulisan unsur serapan


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai
bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan,
situasi, dan kondisi yang ada. Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh,
baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang
tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem,
atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
e) Pemakaian tanda baca
1) Tanda Titik (.) Penulisan tanda titik di pakai pada :
A. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
B. Akhir singkatan nama orang.
C. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
D. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu
terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
E. Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
F. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

G. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
2) Tanda koma (,). Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
A. Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
B. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
C. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
D. Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
E. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
F. Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
G. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
H. Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, dll.
3) Tanda Titik Tanya ( ? ). Tanda tanya dipakai pada :
A. Akhir kalimat tanya.
B. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4) Tanda Seru ( ! ). Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang
berupa

seruan

atau

perintah

yang

menggambarkan

kesungguhan,

ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.


5) Tanda Titik Koma ( ; ). Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
6) Tanda Titik Dua ( : ). Tanda titik dua dipakai :
A. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
B. Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
C. Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan
D. Di antara jilid atau nomor dan halama.

E. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.

F. Di antara judul dan anak judul suatu karangan.


7) Tanda Elipsis (). Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputusputus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika
yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir
diberi jarak atau loncatan.
8) Tanda Garis Miring ( / ). Tanda garis miring ( / ) di pakai :
i.

Dalam penomoran kode surat.

ii.

Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

9) Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )


i.

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

ii.

Tanda Petik Tunggal ( )

iii.

Tanda petik tunggal dipakai :

iv.

Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

v.

Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

10) Tanda Petik ( ). Tanda petik dipakai :


i.

Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan
atau yang belum

ii.

Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.

iii.

Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau


bahan tertulis lain.

1.2. Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata
merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam
dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca
atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan
oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat
(sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti diksi yang lebih umum digambarkan dengan kata
seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas

dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada
pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi
adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di
dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras
dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karangmengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan
penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
a) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
1. Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata
pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2. Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita
biasanya

mengatakan hari

raya serta hari

besar,

tetapi

kita

tidak

pernah

mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa
agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa
tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim
dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja.
Contohnya :

Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat
pula

digantikan

dengan makanan

rohani.

Kedua

kata

ini

mungkin

tepat

pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakain-nya.
b) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
A. Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan).
Contoh :
Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu
sumber protein nabati.
Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit
bersalin
B. Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca
indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai
makna sebenarnya.
Contoh :
Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai
makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
Ibu kota : pusat pemerintahan
Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
Jamban : kamar kecil
C. Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh :
baik, indah, sedih, gembira
D. Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.

Misalnya:
Kata
Berlayar

Dulu
sekarang
Mengarungi laut dengan memakai Mengarungi lautan dengan alat

kapal layar
Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anak
2.

apa saja
Sebutan untuk semua anak

raja
laki-laki dan perempuan
Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata
Sekarang

Madrasah

Dulu
Sebutan untuk semua orang

Sekarang
Gelar untuk orang yang

cendikiawan

sudah lulus dari perguruan

Sekolah

tinggi
Sekolah yang mempelajari

ilmu agama Islam


E. Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru
dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru
dirasakan lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
Kata bini sekarang dirasakan kasar
F. Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
Tasya menyikat giginya sampai bersih
Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara
dua indra yang berbeda.
Contoh:
Sayur itu rasanya pedas sekali
Kata-katanya sangat pedas didengar.
G. Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan
pengucapan.
Contoh :
Bisa berarti ;
o Dapat, sanggup
o racun
Buku berarti ;
o Kitab

o antara ruas dengan ruas


2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan
tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan
pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
Bang dengan bank
Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh:
Pintar dengan pandai
Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab
itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya
ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu
menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

Pengaruh bahasa daerah


Contoh :
Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
Kata rindu bersinonim dengan kata kangen

Perbedaan dialek regional


Contoh :
Handuk bersinonim tuala ,
selop bersinonim seliper

Pengaruh bahasa asing


Contoh :
kolosal bersinonim besar,
aula bersinonim ruangan,
realita bersinonim kenyataan .

Perbedaan dialek sosial


Contohnya :
suami bersinonim laki,
istri bersinonim bini,
mati bersinonim wafat.

Perbedaan ragam bahasa


Contohnya :
membuat bersinonim menggubah,
assisten bersinonim pembantu,
tengah bersinonim madya.

Perbedaan dialek temporal


Contohnya :

hulubalang bersinonim komandan,


kempa bersinonim stempel,
peri bersinonim hantu .
5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
Tua- muda
Besar kecil
Luas sempit
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berartibanyak
dan tanda. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga
berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga
kaki meja yang menahan meja.
c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan membedakan
lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena.
Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
1.
Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh:
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat
tingkat sosialnya
2.
Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh:
Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan geografinya
3.
Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh:
Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.
4.
Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa
umum dan khusus.
i. Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh:
bunga, bulan, hewan, kendaraan
ii. Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau
terbatas.
Contoh:
Hipernim
Melihat
Bunga
Bulan
Hewan

Hiponim
Menengok,menatap, melirik,menjenguk,melotot
Melati, Anggrek, Sedap Malam
Januari,Februari, Maret
Ayam, Burung, kambing

d. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.

Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan
kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap,
pilihan kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya
melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan
kelompencir.
Pilihan Kata dan Penggunaanya
1. Kata dari dan daripada
Contoh :
Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)
2. Kata pada dan kepada
Contoh :
Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3. Kata di dan ke
Contoh :
Atik sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan waktu)
4. Kata dan dan dengan
Contoh :
-

Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin


Ibu memotong kue dengan pisau
5. Kata antar dan antara
Contoh :
Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu.
1.3. Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau

penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud
penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas,
lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,


maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
1. Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan
gagasan memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling
mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada
pegawai baru.
2. Keparalelan Atau Kesejajaran
Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama
derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Maksudnya jika bagian
kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun
harus menggunakan di- pula.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan
predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. Kehematan
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata
dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih
hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
- Menghilangkan pengulangan subyek.
Contoh : Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
Mestinya menggilangkan kata ia.
- Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh: Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.
Mestinya menggilangkan kata warna.
- Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh: Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya menghilangkan kata ke atas.
- Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.
Contoh : Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

4. Penekanan
Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang dipentingkan
harus diberi penekanan.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
- Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting
di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
- Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel lah,
-pun, dan kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
- Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua
dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap
saling memahami antara satu dan lainnya.
- Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5.Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat
yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
Subyek pada awal kalimat.
Dengan adanya subyek pada awal kalimat, maka kalimat-kalimat akan berubah
nadanya.
1) Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang,
kerapkali, dan sebagainya.
2) Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira,
rasanya, tampaknya, dan sebagainya.

3) Untuk

menyatakan

kesungguhan

digunakan:

sebenarnya,

sesungguhnya,

sebetulnya, benar, dan sebagainya.


b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat
panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan
yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang.
Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa
hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga
keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita.
Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang
sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan
kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi,
kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya
akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada
kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang
bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat
langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat
seseorang dari buku.
6.Kelogisan
Kelogisan maksudnya bahwa suatu kalimat harus mudah dipahami dan penulisannya
harus sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat diatas tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Penyebab Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif, yaitu

makna yang tidak logis, bentuk kata yang tidak sejajar, menggunakan subjek ganda, bentuk
jamak yang di ulang, penggunaan kata depan yang tidak perlu, salah nalar, pengaruh bahasa
daerah atau bahasa asing, dan kontaminasi atau keracunan. Berikut ini mari kita bahas satu
per satu mengenai penyebab kalimat menjadi tidak efektif :
1. Makna tidak logis
Contoh:
- Saya saling bertatapan (tidak efektif).
- Kami saling bertatapan (efektif).
2. Bentuk kata tidak sejajar
Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).
- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).
3. Menggunakan subjek ganda
Contoh:
- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca novel itu (efektif).
4. Bentuk jamak yang diulang
Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).
5. Penggunaan kata depan yang tidak perlu
Contoh:
- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).
- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).
6. Salah nalar
Contoh:
- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak efektif).
- Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium (efektif).
- Mobil Pak Ivan mau dijual (tidak efektif).
- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).
7. Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing
Contoh:
- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).
- Tamu undangan sudah hadir (efektif).
8. Kontaminasi/keracunan
Contoh:
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).

BAB II
PEMBAHASAN

Rencana Pertamina Caplok PGN, Dibalut Program Holding BUMN Energi


Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, menyebut PT
Pertamina (Persero) akan menjadi induk holding sektor energi. Selanjutnya, Pertamina akan
mencaplok atau mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).

Proses ini ditargetkan segera rampung, karena Kementerian BUMN telah menyelesaikan
penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai dasar hukum.

"PGN nantinya menjadi bagian dari Pertamina. Mau bagaimana caranya, pokoknya jadi
bagian Pertamina. Holdingnya Pertamina," kata Rini di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dalam konsep holding energi, lini bisnis akan disatukan. PGN yang memiliki lini usaha di
bidang perdagangan dan infrastruktur gas akan digabungkan dengan anak usaha Pertamina,
PT Pertagas. Syaratnya, PGN telah berada di bawah Pertamina atau payung holding BUMN
energi.

"Pertagas masuk ke PGN, sehingga PGN jadi lebih besar lagi itu, inbreng," ujar Rini.

Rencana akuisisi PGN oleh Pertamina sudah jauh hari muncul, sebelum pemerintahan Joko
Widodo (Jokowi). Saat Dahlan Iskan menjabat Menteri BUMN di era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, Pertamina melalui Pertagas diminta mengakuisisi PGN.

Alasannya, kedua BUMN ini kerap 'bentrok' dalam berbisnis, karena memiliki lini usaha
sejenis. Namun, rencana ini batal. Program akuisisi ini dibatalkan oleh Dahlan, dengan alasan
kedua BUMN tersebut telah harmonis, meskipun ada suara-suara penolakan, khususnya dari
parlemen.

Kini, rencana itu muncul lagi namun dengan 'seragam' berbeda yakni program holding sektor
energi. Rini, Menteri BUMN era Kabinet Kerja Jokowi, mengaku Peratura Pemerintah (PP)
pembentukan holding holding sektor energi segera terbit.

"Sudah tahap final, PP-nya sedang diproses di Kemenkum HAM, dalam waktu 1 bulan bisa
masuk," sebutnya

Lantas bagaimana dengan restu dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)?


Rini menyebutkan, pihaknya perlu melaporkan ini kepada DPR. Namun Rini di lain sisi
sedang memiliki hubungan kurang harmonis dengan parlemen pasca putusan Panja Pelindo
II.

"Nanti kita juga harus melaporkan ini tentunya ke DPR. Tapi prosesnya sedang berjalan
semua. Pada dasarnya itu tadi, kajiannya sudah selesai sudah di Menkeu. Kemarin bicara ke
Kemenkeu yang akan selesai Pertamina dan ada beberapa yang selesai lagi. Nantinya
tentunya akan kita laporkan," jelas Rini.

Dalam draft Rancangan PP tentang Holding BUMN Energi yang diperoleh detikFinance,
terlihat langkah yang akan ditempuh Pertamina sebagai calon induk BUMN energi.

Namun, RPP tersebut justru berbunyi menyatakan soal Penyertaan Modal Negara (PMN) ke
dalam modal perusahaan Pertamina, bukan program holding energi.

"Bahwa untuk memperkuat struktur pemodalan dan meningkatkan kapasitas usaha


Perusahaan Perseroan PT Pertamina, perlu dilakukan penambahan PMN Republik Indonesia
ke dalam modal saham Perusahaan Perseroan PT Pertamina yang berasal dari pengalihan
saham Seri B milik Negara Republik Indonesia pada Perusahaan Perseroan PT Perusahaan
Gas Negara Tbk," tulis RPP yang tinggal ditandatangani Presiden Jokowi itu.

Sumber

http://finance.detik.com/read/2016/05/26/074513/3218009/1034/rencana-

pertamina-caplok-pgn-dibalut-program-holding-bumn-energi
No. Kesalahan
Perbaikan
1.
Menteri Badan Usaha Menteri Badan
Milik Negara (BUMN), Milik
Rini

Negara

(BUMN), bahasa

adalah

asing

yang

Soemarno, Rini Soemarno, menyebut sebaiknya ditulis miring.

menyebut PT Pertamina PT

Pertamina

(Persero) akan menjadi akan


induk

Analisis
Usaha Kata holding

holding

energi.

menjadi

sektor holding

Pertamina

akan akan

mencaplok

atau mengakuisisi

energi. menguasai

karena

Pertamina mencaplok kurang tepat

menguasai

PT Perusahaan

mencaplok

induk sebaiknya diganti menjadi

sektor

Selanjutnya, Selanjutnya,

mengakuisisi

(Persero) Kata

atau untuk

subjek

sebuah

PT instansi pemerintah.
Gas

Negara

Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).


2.

Tbk (PGN).
Proses ini ditargetkan Proses

ini

segera rampung, karena segera

rampung

Kementerian
telah

diperkirakan Kata ditargetkan tidak

menyelesaikan menyelesaikan penyusunan Tanda

Peraturan

3.

sehinnga

diganti

BUMN Kementerian BUMN telah menjadi diperkirakan.

penyusunan Rancangan Rancangan


(RPP)

karena baku,

Peraturan rampung

Pemerintah Pemerintah (RPP) sebagai agar

sebagai

koma

dasar dasar hukum

setelah

dihilangkan

menjadi

kalimat

jauh

hari

padu.

hukum
Rencana akuisisi PGN Rencana akuisisi PGN oleh Kata

oleh Pertamina sudah Pertamina sudah muncul dihilangkan karena tidak


jauh
sebelum

hari

muncul, sebelum

pemerintahan Joko

pemerintahan hemat.

Widodo

(Jokowi). setelah

Tanda
kata

koma
muncul

Joko Widodo (Jokowi). Saat


Saat

Dahlan

Dahlan

Iskan dihapus

Menteri BUMN

di

era

BUMN di era Presiden pemerintahan

Presiden

Bambang Susilo

Bambang

Yudhoyono, Pertamina Yudhoyono,


melalui

mengakuisisi mengakuisisi PGN.

PGN.
Alasannya,
BUMN

Pertamina

Pertagas melalui Pertagas diminta

diminta
4.

kedua Hal
ini

ini

dalam dalam

berbisnis,

karena bidang

memiliki

karena,

kedua Kata alasannya diganti

kerap BUMN ini kerap berselisih menjadi hal ini karena,

'bentrok'
lini

berbisnis
yang

pada agar menjadi padu.


sejenis. Kata

akuisisi

ini

oleh

batal.

bentrok

diganti

usaha Namun, rencana ini batal. berselisih.

sejenis. Namun, rencana Program


Program dibatalkan

ini karena

memiliki

Dahlan usaha

sejenis

akuisisi ini dibatalkan Iskan karena menganggap pada


oleh

menjadi

Iskan menjabat sebagai Menteri kalimat yang padu.

menjabat
Susilo

agar

Dahlan,

dengan kedua

BUMN

lini

menjadi

bidang

yang

tersebut sejenis agar hemat.

alasan kedua BUMN telah harmonis. meskipun Nama

Dahlan

Iskan

tersebut telah harmonis, ada suara-suara penolakan, sebaiknya dilengkapi.


meskipun
suara

ada

penolakan,

khususnya
5.

suara- khususnya dari parlemen.

muncul

lagi

dengan

dengan

diganti

dari

parlemen.
Kini,
rencana

Kata

alasan
karena

menganggap

sehingga

menjadi padu.
itu Kini, rencana itu muncul Kata seragam diganti
namun lagi

namun

'seragam' tampilan

berbeda yakni program yakni

dengan menjadi tampilan.

yang

program

berbeda Kata

holding

ditulis

holding miring.

holding sektor energi. sektor energi. Rini, Menteri Kata mengaku diganti
Rini, Menteri BUMN BUMN era Kabinet Kerja menjadi
era

Kabinet

Jokowi,
Peratura
(PP)

Kerja Jokowi,

menyatakan agar lebih padu.

mengaku Peratura Pemerintah (PP)


Pemerintah pembentukan

menyatakan

holding

pembentukan sektor energi segera terbit.

holding holding sektor


6.

energi segera terbit.


Rini
menyebutkan, Rini
pihaknya

menyebutkan, Kata

Rini

sebaiknya

perlu pihaknya perlu melaporkan diganti menjadi kata ganti

melaporkan ini kepada ini kepada DPR. Namun di ia untuk menghemat kata.
DPR. Namun Rini di lain sisi ia sedang memiliki Perlu ditambahkan kata
lain

sisi

sedang hubungan

yang

kurang yang sebelum kurang

memiliki

hubungan harmonis dengan parlemen harmonis untuk membuat

kurang

harmonis pasca

putusan

Panja kalimat menjadi padu.

dengan parlemen pasca Pelindo II.


putusan Panja Pelindo
7.

II.
Dalam draft Rancangan Dalam
PP

tentang

BUMN

Rancangan

PP Kata draft adalah istilah

Holding tentang Holding BUMN asing yang artinya bagan

Energi

yang Energi

yang atau rancangan, sebaiknya

diperoleh detikFinance, diperoleh detikFinance,

dihilangkan

terlihat langkah yang terlihat langkah yang akan menghemat


akan

ditempuh ditempuh

Pertamina sebagai calon sebagai


8.

dan

calon

induk sama

dengan

rancangan.
tersebut Kata

kata

berbunyi

berbunyi justru menyatakan tentang dihilangkan karena tidak

menyatakan
Penyertaan
Negara

kata

Pertamina memiliki arti yang hamper

induk BUMN energi.


BUMN energi.
Namun, RPP tersebut Namun,
RPP
justru

untuk

soal Penyertaan Modal Negara hemat. Pada kalimat sudah


Modal (PMN) ke dalam modal terdapat

(PMN)

dalam
perusahaan

ke perusahaan
modal bukan

Pertamina, energi

Pertamina, menyatakan

program

holding bersinonim

kata
yang
dengan

berbunyi .

bukan program holding

Kata soal tidak baku,

energi

sebaiknya diganti menjadi


tentang. Kesalahan pada
diksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://finance.detik.com/read/2016/05/26/074513/3218009/1034/rencana-pertamina-caplokpgn-dibalut-program-holding-bumn-energi
http://meitadwicipta.blogspot.co.id/2014/10/penggunaan-ejaan-yang-disempurnakaneyd.html
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/kalimat-efektif.html
http://meitadwicipta.blogspot.co.id/2014/10/penggunaan-ejaan-yang-disempurnakaneyd.html
http://rezkiiqkye.blogspot.co.id/2013/01/makalah-diksi-pemilihan-kata.html

You might also like