You are on page 1of 18

REFERAT

ENDOFTALMITIS

Disusun oleh:
Ivan Laurentius
NIM: 112014309
Pembimbing:
Dr. Djoko Heru, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
PERIODE 4 APRIL 2016 7 MEI 2016
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatannya yang telah diberikan
kepada saya untuk membuat referat ini. Saya juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satunya adalah dr.
Djoko Heru, Sp.M sebagai pembimbing saya dan sebagai pemberi informasi, kritikan, dan
saran yang membangun saya untuk lebih baik lagi.
Saya sadar bahwa referat ini masih banyak kekurangannya. Tetapi saya telah berusaha
untuk membuat referat yang berguna bagi para pembaca. Karena itu, saya mengharapkan
adanya kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca demi perkembangan saya
ke depan.
Saya mengharapkan referat ini dapat digunakan untuk kepentingan para pembaca,
serta dapat menambah wawasan para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya dan selamat membaca.

Jakarta, 15 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1

Anatomi Bola Mata

2.2

Definisi Endoftalmitis

2.3

Klasifikasi Endoftalmitis

2.4

Epidemiologi

2.5

Etiologi

2.6

Patofisiologi

2.7

Manifestasi Klinis

2.8

Diagnosis

10

2.9

Diagnosis Banding

12

2.10

Penatalaksanaan

13

2.11

Pencegahan

16

2.12

Komplikasi

17

2.17

Prognosis

17

Bab III Kesimpulan

18

Daftar Pustaka

19

BAB I
3

PENDAHULUAN
Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi di bola mata. Penyebab
endoftalmitis dapat berupa jamur dan kuman yang masuk bersama trauma tembus (eksogen)
atau sistemik melalui peredaran darah (endogen). Endoftalmitis merupakan penyakit yang
memerlukan perhatian khusus akhir-akhir ini karna bisa mengakibatkan timbulnya penyulit
yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan intra okular.
Prognosis endoftalmitis dapat dilihat dari ada atau tidaknya hipopion. Apabila
hipopion telah terlihat maka itu artinya keadaan sudah lanjut dan prognosis lebih buruk.
Diagnosis dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah prognosis yang buruk bahkan hingga
kebutaan.
Penyulit endoftalmitis yaitu bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata
(retina, koroid dan sklera) serta badan kaca yang mengakibatkan panoftalmitis. Prognosis
endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama jika disebabkan oleh jamur atau
parasit.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4

2.1 Anatomi bola mata


Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi
akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang
supuratif didalam rongga mata dan struktur di dalamnya.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata dibagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan
2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus 3 lapisan jaringan, yaitu :
1. Tunika Fibrosa, pada bagian posterior disebut sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal yang memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian anterior disebut kornea
yang mempunyai 5 lapisan dan bersifat transparanyang memudahkan sinar masuk
kedalam bola mata. Dan diantara sklera dengan kornea terdapat perbatasan yang
disebut limbus.
2. Tunika Vaskulosa, atau dengan nama lain struktur uvea
Pada bagian anterior uvea terdapat iris yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk melalui pupil kedalam bola mata, yaitu otot dilatator, sfingter iris
dan otot siliar. Selain iris pada bagian anterior uvea juga terdapat badan siliar yang
terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera. Bagian posterior uvea disebut khoroid yang merupakan jaringan vaskular
berpigmen. Khoroid diperdarahi dari anyaman arteri ciliaris posterior brevis.
3. Tunika Nervosa
Lapisan terdalam bola mata ini disebut retina yang mempunyai susunan lapis
sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah
sinas menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Mata juga terdiri dari tiga ruangan, yaitu bilik mata depan / anterior, bilik mata
belakang / posterior dan ruangan vitreus:
1. Bilik mata anterior
Bilik mata anterior dibagian depan dibatasi oleh kornea dan bagian belakang oleh
permukaan depan iris dan lensa. Sedangkan dibagian tepinya dibatasi oleh sudut bilik
5

mata anterior. Bilik mata anterior memiliki kedalaman maksimal pada bagian tengah
yaitu 3 mm dan bagian terdangkalnya terletak pada insersi iris bagian perifer. Pada
manusia, volume bilik mata depan sekitar 0,20 ml.
2. Bilik mata posterior
Bilik mata posterior memiliki batas anterior, yaitu iris, batas pinggir yaitu processus
siliaris dan batas posterior capsula lensa serta zonula zinii. Volume bilik mata
posterior pada orang dewasa sekitar 0,06 ml. Aquos humor dihasilkan oleh epitel tak
berpigmen pada prosesus siliaris kebilik mata posterior yang kemudian akan mengalir
melalui pupil kebilik mata anterior.
3. Ruangan vitreus
Ruangan vitreus adalah ruangan terbesar pada mata. Ruangan ini disebelah anterior
dibatasi oleh lensa, zonula zinii dan badan siliar. Sedangkan dibagian posteriornya
dibatasi oleh retina dan syaraf optik.
Vitreus humor atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transfaran yang terdiri atas air (lebih kurang 99%). Sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreus mengandung sangat sedikit sel
yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan
sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreus disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan
sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreus sehingga memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskop.

Gambar 1. Anatomi bola mata


2.2 Definisi Endoftalmitis
6

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang


meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan
kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan
kaca.
Endoftalmitis dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu endoftalmitis endogen dan
endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis endogen disebabkan oleh penyebaran hematogen
organisme sumber infeksi yang jauh di dalam tubuh (contohnya endokarditis). Endoftalmitis
eksogen merupakan endoftalmitis yang disebabkan oleh inokulasi langsung organisme dari
luar tubuh sebagai komplikasi dari tindakan operasi mata, benda asing, atau trauma tembus
pada mata.1
2.3 Klasifikasi Endoftalmitis
Secara garis besar, endoftalmitis dibagi menjadi endoftalmitis eksogen dan endogen.
Dikatakan eksogen bila port dentre-nya ekstrinsik, dikatakan endogen bila infeksinya
berasal dari penyebaran hematogen karena bakteremia.1
Endoftalmitis dapat diklasifikasikan berdasarkan cara masuk mikroorganisme ke
dalam mata yaitu:
1. Endoftalmitis

eksogen

yaitu

endoftalmitis

yang

terjadi

akibat

masuknya

mikroorganisme dari luar. Jenis ini sering terjadi. Terbagi lagi menjadi beberapa
kategori, yaitu :
a. Endoftalmitis post operatif
b. Endoftalmitis post traumatic
c. Endoftalmitis yang berhubungan dengan bleb (setelah operasi glaucoma
dengan bleb filter konjungtiva)
2. Endoftalmitis endogen yaitu endoftalmitis yang terjadi akibat menyebarnya bakteri
atau jamur melalui darah (septicemia). Sumbernya bisa saja bukan berasal dari mata,
misalnya pada endokarditis, kelainan gastrointestinal, pielonefritis, meningitis, atau
osteomielitis. Endoftalmitis endogen dibagi berdasarkan etiologinya yaitu :
a. Endoftalmitis endogen bacterial
b. Endoftalmitis endogen jamur
2.4 Epidemiologi

Angka kejadian endoftalmitis di Amerika Serikat akibat operasi terbuka bola mata
sebesar 5-14%, sedangkan yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30% dan akibat oleh
reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh
sebesar7-31%.2
Banyak hal yang dapat menyebabkan endoftalmitis, namun penyebab tersering adalah
post operasi intraokular (62%), cedera karna benda tajam (20%), komplikasi setelah operasi
glaukoma (10%), serta setelah melakukan operasi lain berupa keratoplasti, vitrectomi,
ataupun implantasi intraokular lensa, dan akibat bakteri dan jamur terjadi sekitar 2-8%.2
2.5 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dapat dibedakan menjadi endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto imun
(non infeksi).
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat dibagi menjadi endoftalmitis
endogen dan endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma
tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membua bola mata.
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari focus
infeksi di dalam tubuh.
Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah stafilokok, streptokok, pneumokok,
pseudomonas, bacillus spesies. Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif
adalah aktinomises, aspergillus, phitomikosis sporothrix dan kokidioides. Endoftalmitis yang
disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi
dengan gejala mata merah dan sakit.1
Endoftalmitis fakoanafilatik adalah endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang
merupakan akibat reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang ruptur. Endoftalmitis jenis
ini merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh sendiri yang diakibatkan
jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak didalam kapsul. Terbentuk
antibodi didalam tubuh terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan
menimbulkan endoftalmitis fakoanafilatik.2

2.6 Patofisiologi

Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan okular.


Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan eksogen pada mata. Setelah
bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi akan berlangsung dengan
cepat. 1,3
Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri
yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus,
pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing, memicu suatu respons
inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada
rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel inflamasi.3
Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang melepaskan
enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri. Kerusakan
terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel inflamasi dan racun-racun.4

2.7 Manifestasi klinis


Endoftalmitis mengakibatkan peradangan dimana pada gambaran kliniknya terdapat
rasa sakit, kelopak mata merah dan bengkak, kelopak mata sukar dibuka,

kaburnya

pandangan, fotofobia, kehilangan proyeksi cahaya, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik
mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion. Hipopion adalah
terdapatnya nanah dalam bilik mata depan bagian bawah atau nanah dalam gelembung di
bagian terendah. Hipopion ini terbentuk pada penyakit radang kornea, iris dan badan siliar
akibat dari sel radang yang masuk ke dalam bilik mata depan. Bila sudah terlihat hipopion
berarti keadaan sudah lanjut sehingga prognosisnya buruk.4
Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan : palpebra
udem dan eritem, injeksi konjungtiva dan silier, hipopion, vitreitis, kemosis, red reflek
berkurang atau hilang, proptosis, papilitis, leukokoria, udem kornea, keratitis, gambaran flare
pada COA, dan uveitis.5
Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan etiologi dari
endoftalmitis, yaitu :
1. Bakteri

Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)

Nyeri, mata merah dan kemosis

Edem palpebra dan spasme otot palpebra


9

Visus menurun dengan cepat

Hipopion

Diffuse Glaukoma

2. Fungi

Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)

Sedikit nyeri dan merah

Transient hipopion

Lesi satelit

Puff ball opacities pada vitreus

Visus tidak begitu menurun

2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
Pada anamnesis, dapat ditemukan gejala sebagai berikut:

Endoftalmitis bakteri biasanya menimbulkan gejala berupa nyeri yang akut,


kemerahan pada mata, pembengkakan, dan penurunan visus. Pada beberapa bakteri
(misalnya, Propionibacterium acnes) dapat menyebabkan radang kronis dengan gejala
ringan. Organisme ini adalah flora kulit yang khas dan biasanya masuk pada saat
operasi intraokular.

Endophthalmitis jamur akan menimbulkan gejala selama beberapa hari sampai


minggu. Gejala sering penglihatan kabur, rasa nyeri, dan penurunan visus. Riwayat
trauma tembus dengan tanaman atau benda asing yang terkontaminasi dengan tanah
mungkin sering diperoleh. Individu dengan infeksi Candida akan timbul demam
tinggi, disusul beberapa hari kemudian dengan gejala okular. Demam persistent yang
tidak diketahui dapat dikaitkan dengan infeksi jamur.

Riwayat operasi mata, trauma mata, atau bekerja dalam industri sering ditemukan.
Dalam kasus endophthalmitis pascaoperasi, infeksi paling sering terjadi setelah
pembedahan (misalnya, pada minggu pertama), tetapi mungkin terjadi bulan atau
tahun kemudian seperti dalam kasus P.acnes.6,7

2.8.2 Pemeriksaan fisik


10

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dari pemeriksaan visus, inspeksi struktur luar
mata, ophthalmoscope, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan fisk
yang dapat ditemukan pada pasien dengan endoftalmitis diantaranya adalah :

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di camera oculi anterior)

Iris odem dan keruh

Pupil tampak yellow reflex akibat eksudat purulent pada corpus vitreum

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun.TIO meningkat pada fase awal, namun pada kasus yang
berat, prosesus siliaris mungkin dapat mengalami kerusakan dan mengakibatkan
penurunan tekanan intraokuler.

Tepi luka menjadi berwarna kuning atau nekrosis.7

2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium terpenting adalah pewarnaan Gram dan kultur aqueus dan
vitreus humor. Kultur darah dan kultur intraokular dari kedua rongga mata sebelum memulai
terapi antibiotik kemungkinan besar akan membantu menemukan patogen penyebab.
Spesimen kultur juga dapat diambil dari dari tempat lain, seperti urin. Ada juga pendapat
yang menyatakan pewarnaan Gram cairan intraokular kurang membantu.
Untuk endoftalmitis endogen, pemeriksaan lain yang perlu dilakukan meliputi:

Darah perifer lengkap dan hitung jenis untuk mengevaluasi tanda-tanda infeksi berupa
leukositosis dan shift to the left;

Laju endap darah untuk mencari penyebab reumatik, infeksi kronis, atau keganasan;

Blood urea nitrogen dan kreatinin untuk melihat kemungkinan diagnosis atau
peningkatan risiko gagal ginjal.8
Selain pemeriksaan laboratorium diagnostik awal, pemeriksaan terhadap infeksi HIV

sebaiknya dipertimbangkan pada orang sehat yang menderita endoftalmitis. Foto polos dada
mungkin memperlihatkan gambaran sumber infeksi di paru. Ekokardiografi dapat digunakan
untuk menyingkirkan kemungkinan endokarditis. CT scan atau MRI orbita dapat dilakukan
11

untuk menyingkirkan diagnosis diferensial. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai manifestasi


klinis, antara lain kultur dari cairan serebrospinal, tenggorok, feces, catheter tip, atau benda
tajam penyebab trauma.8
2.9 Diagnosis Banding
2.9.1 Panoftalmitis
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul
Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat melalui
peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata dan akibat tukak kornea perforasi
(eksogen).
Umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang-kadang
muntah, rasa nyeri, mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan
tajam penglihatan. Pada pemeriksaan fisik dapata ditemukan injeksi konjungtiva dan siliar
yang hebat, chemosis konjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Pupil mengecil
permanen, pada COA sering terdapat hipopion dan adanya peningkatan tekanan intraokuler.
Oleh karena adanya radang pada kapsul tenon akan mengakibatkan terbatasnya gerakan bola
mata. Bila panoftalmitis akibat bakteri maka perjalanan penyakit cepat dan berat, sedang bila
akibat jamur perjalanan penyakit perlahan-lahan dan gejala terlihat beberapa minggu setelah
infeksi.
Pengobatan panoftalmitis ialah dengan antibiotic dosis tinggi dan bila gejala radang
sangat berat dilakukan segera eviserasi isi bola mata. Penyulit panoftalmitis dapat
membentuk jaringan granulasi disertai vaskularisasi dari koroid. Panoftalmitis dapat berakhir
dengan terbentuknya jaringan fibrosis yang akan mengakibatkan ftisis bulbi.1
2.9.2 Oftalmika simpatika
Merupakan uveitis granulomatosa bilateral dengan penglihatan menurun dengan mata
merah.
Penyebabnya akibat trauma tembus atau bedah mata intraocular, terjadi 5 hari sampai
60 tahun dan 90% terjadi dalam 1 tahun. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berhubungan
dengan sel-sel berpigmen di uvea.
Gejala dini adalah gangguan binovaskular akomodasi atau tanda radang ringan uvea
anterior ataupun posterior, disertai sakit, fotofobia pada kedua mata.

12

Pada bilik mata terdapat reaksi intraocular berupa mutton fat deposit pada dataran
belakang kornea, nodul kecil berpigmen pad lapisan epitel pigmen retina, dan uvea menipis.
Iris terdapat nodul infiltrasi, sinekia anterior perifer, neovaskularisasi iris, oklusi pupil,
katarak, ablasi retina eksudatif, dan papilitis.
Pengobatan dengan enukleasi mata yang buta sebelum mata tersebut menimbulkan
reaksi simpatis. Biasanya dilakukan antara 7-14 hari setelah trauma. Enukleasi dilakukan
pada mata dengan visus nol walaupun oftalmia simpatika telah terjadi, tetapi masih
kontroversi.
Pengobatan dengan steroid topical, periokular steroid injeksi, steroid sistemik,
siklopegik, bila steroid tidak efektif diberi obat anti supresi. Kontrol perlu dilakukan dengan
steroid selama 3-6 bulan setelah keadaan tenang.1
2.10Penatalaksanaan
Pengobatan bukan untuk menolong visusnya, karena visus tak dapat diperbaiki lagi.
1. Penderita harus dirawat
2. Antibiotika spektrum luas dan mempunyai daya penetrasi yang baik kedalam mata
seperti penisilin dan kloramfenikol sistemik. Antibiotika juga diberikan secara lokal
yaitu tetes mata, salep mata, maupun suntikan subkonjungtiva, juga sebagai suntikan
kedalam badan kaca. Untuk yang terakhir ini antibiotikanya harus yang tidak menjadi
toksis bagi retina seperti gentamisin. Gentamisin dapat diberikan sebagai tetes mata
setiap 1 jam tetes, pada malam hari diberikan sebagai salep mata. Dapat pula
diberikan 20mg gentamisin subkonjungtiva, sebagai suntikan ke dalam badan kaca
dapat diberikan 0,4mg. Jika endoftalmitis tersebut disebabkan oleh jamur, maka
setelah dilakukan vitrektomi disuntikkan gentamisin 0,4mg dengan Amfoterisin B
0,05mg sampai 0,01mg kedalam mata.
3. Analgetik, sedatif, roboransia
4. Terapi seri demam (fever therapy), kalau perlu
5. Kortikosteroid, diberikan bila telah diketahui kuman penyebabnya dan obatnya yang
sensitif, juga bila terdapat daya tahan tubuh yang baik dari penderita.9
Untuk penyuntikan antibiotika kedalam badan kaca, yang dipakai antibiotika yang
sesuai dan tidak toksik untuk jaringan intraokuler, terutama jaringan retina. Yang dikenal
masa kini adalah gentamisin yang diberikan dengan dosis 0,4 mg. Suntikan dilakukan melalui
13

pars plana dengan memakai jarum Mantoux dan sebelum obat dimasukkan, dilakukan
aspirasi cairan dari kamera okuli anterior, sehingga tekanan di dalam bola mata tidak menjadi
tinggi sesudah penyuntikan kedalam badan kaca.
Bila semua pengobatan telah dilakukan akan tetapi gagal dan visus 0 dengan
pemeriksaan ditempat gelap, berarti tak ada harapan untuk memperbaiki fungsi mata. Untuk
mempercepat penghentian proses peradangan, dilakukan eviserasi bulbi.

14

Intervensi bedah disarankan terutama untuk pasien yang terinfeksi organisme virulen,
visus 20/400 atau kurang, atau keterlibatan vitreus berat. Kadang endoftalmitis posterior difus
atau panoftalmitis menyebabkan kebutaan meski telah ditatalaksana dengan baik, namun
vitrektomi dan antibiotik intravitreal mencegah atrofi okular atau keharusan enukleasi.
Beberapa kerusakan berhubungan dengan mediator inflamasi. Steroid seperti
deksametason diberikan intravitreal, meskipun perannya belum jelas. Secara empiris, steroid
topikal diberikan pada pasien dengan endoftalmitis fokal anterior atau difus untuk mencegah
komplikasi seperti glaukoma dan sinekiae.
Pada kasus-kasus yang sudah berat biasanya diperlukan penatalaksanaan secara
operatif seperti:

Vitrectomy
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen

rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya
untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat
menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis
vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi
postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran
penting

dalam

pengelolaan

endoftalmitis

yang

tidak

responsif

terhadap

terapi

medikamentosa.10,11

Enukleasi
Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata dengan

melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga orbita. Jaringan yang
dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik dan melepaskan conjungtiva dari
bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan pada keganasan intraokular, mata yang dapat
15

menimbulkan oftalmia simpatika, mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa
sakit, endophthalmitis supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi
mata palsu atau protesis.
2.11 Pencegahan

Pencegahan endoftalmitis meliputi kebiasaan hidup yang baik sehingga terhindar dari
mikroorganisme yang pathogen.

Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan
cara mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga
kontrol yang teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata
setelah operasi.

Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan


pelindung mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau
helm dapat melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.9

2.12 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan sehingga
mengenai ketigalapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca sehingga terjadilah
panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat berupa vitreous hemoragik, endoftalmitis
rekuren, ablasio retina, dan glaukoma sekunder.9
2.13 Prognosis
Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan
parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik. Kasus yang
parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilang
seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan
diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Prognosis
endoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit. Faktor prognosis
terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis
endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan
endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.6
BAB III
KESIMPULAN
16

Endoftalmitis adalah peradangan berat pada rongga intraokular yaitu humor aqueus
atau vitreus akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Peradangan
supuratif di dalam rongga intraokular akan memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab
endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus
(eksogen) atau sistemik melalui peredarah darah (endogen).
Etiologi dari endoftalmitis dapat diketahui berdasarkan hasil kultur aqueus humor dan
vitreus humor. Hasil kultur menentukan jenis penyebab dan antibiotika yang tepat untuk
mengatasinya. Pada kasus endoftalmitis ringan pasca operatif dapat dilakukan tanpa tindakan
vitrektomi. Toksin yang ditimbulkan organisme penyebab endoftalmitis merusak jaringan dan
menimbulkan reaksi radang yang berakhir pada hilangnya penglihatan.
Penatalaksanaan endoftalmitis terdiri dari medikamentosa dan pembedahan. Terapi
medikamentosa berupa antibiotik dan anti inflamasi yang dapat diberikan secara intravitreal,
subkonjungtiva, topical dan sistemik. Terapi pembedahan berupa vitrektomi berperan sebagai
tindakan diagnostik dan tatalaksana.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta. FKUI. 2011. Halaman 175-8.
17

2. Zorab Z.A. et all. Intraocular Inflammation and Uveitis. 2009. San Francisco:American
Academy of Ophthalmology.p.293-320.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-2, CV. Segung Seto, Jakarta, 2002, hal 167- 171,
188.
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
5. Bobrow JC, et al.. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of Ophtalmology;
2008.
6. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following
cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.
7. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.346-52.
8. Romero CF, Rai MK, Lowder CY, Adal KA. Endogenous endophthalmitis. J Am Fam
Physician 1999;60(2).
9. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 6. Jakarta, Binarupa Aksara: 1996; 145-61.
10. Isiantoro, H., Gan, V. Amnioglikosid. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007.h.705-17.
11. Suherman, S., Ascobat, P. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid, analog-sintetik dan
antagonisnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Indonesia; 2007.h.496-516.

18

You might also like