You are on page 1of 14

TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

I. PENDAHULUAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun
pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan
dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan
sejahtera serta berkelanjutan.

Perumahan sebagai salah satu

kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan


secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun
sewa kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat
pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di lain pihak,
kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai
persyaratan yang tidak setiap pihak dapat memperolehnya dengan
mudah

serta

suku

bunga

yang

tidak

murah.

(bappeda.grobogan.go.id)

Persoalan

perumahan

dan

permukiman

di

Indonesia

sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam


kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah di dalam
mengelola perumahan dan permukiman. Penyusunan arahan untuk
penyelenggaraan

perumahan

dan

permukiman,

sesungguhnya

secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam


bentuk Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun
penekanannya masih terbatas kepada aspek perumahan saja.
Dalam perjalanannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi
dengan berbagai perkembangan permasalahan yang semakin
kompleks,

sehingga

diperlukan

pengaturan

dan

penanganan

perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga


untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang
cakupannya dapat meliputi bidang perumahan dan permukiman
sebagai

satu

kesatuan

yang

tidak

terpisahkan.

(perencanaankota.blogspot.com,2009)
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980,
tercatat bahwa kira-kira 28 juta dari rumah yang ada, 5,8%
merupakan rumah-rumah yang belum memenuhi syarat, baik itu
yang ditinjau dari luasan rumahnya maupun kepadatan huniannya.
Kebutuhan akan hunian yang selalu meningkat dan juga disertai
oleh

faktor

keterbatasan

masyarakat

dalam

pemenuhannya,

sehingga hal ini telah menyebabkan kecenderungan sarana hunian


masyarakat menjadi pemukiman kumuh yang tidak mudah untuk

dikendalikan. Hal lain yang juga masih berhubungan dengan


permasalahan ini adalah faktor sebaran penduduk Indonesia yang
masih belum merata. (bappeda.grobogan.go.id)

II.

PEMBAHASAN
II.1. DEFINISI
1. Rumah
Rumah

adalah

tempat

berlindung

dari

segala

macam

gangguan yang dapat diisi oleh keluarga yang merupakan


unsur terkecil dari masyarakat.
2. Perumahan
Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni
3. Pemukiman
Menurut WHO :
Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut
termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperlukan,
perlengkapan yg berguna untuk kes jasmani dan rohani dan
keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan individu.
Menurut winslow dan aph
Suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi
sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan
tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yg memenuhi
persyaratan psikologis, physiologis, bebas dari penularan
penyakit dan kecelakaan.
(lokasitpa.blogspot.com)
II.2 Jenis-jenis Pemukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis
antara lain:
a.

Pemukiman Perkampungan Tradisional


Perkampungan

seperti

ini

biasa

masyarakatnya

masih

memegang

nya
teguh

penduduk
tradisi

atau
lama.

Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya


secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau
menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam
keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaankebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah
yang akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti

kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang


sampah dan air limbah di sembarang tempat sehingga terdapat
genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya
penyakit menular.
b.

Perkampungan Darurat
Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat)
dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam.
Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka
dibuatkan perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang
bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk
sementara

ditampatkan

dipernkampungan

ini

untuk

mendapatkan pertolongan baantuan dan makanan pakaian dan


obat obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya
gunung berapiyang meletus dan lain lain.
Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan
biasanya

kurang

fasilitas

sanitasi

lingkungan

sehingga

kemungkina penjalaran penyakit akan mudah terjadi.


c.

Perkampungan Kumuh (Slum Area)


Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi
yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota.
Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik, mereka
bekerja di toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan dan
lain lain. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak
pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak
diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota ummnya
sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena
tidak terjangkau oelh penghasilan (upah kerja) yang mereka
dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk
sementara (gubuk liar)

d.

Pemukiman Transmigrasi
Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah
yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan untuk tempat
penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan)
dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang
jarang/kurang penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah
garapan bertani bercocok tanam dan lain lain) disamping itu
jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang
-orang (penduduk) yang di transmigrasikan akibat di tempat
aslinya seiring dilanda banjir atau seirng mendapat gangguan
dari kegiatan gunung berapi.

Ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan


untuk bertani (bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan
mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika
dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya
e.

Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus


Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah
dan diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok
orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah
dirancanakan

Penghuninya

atau

orang

orang

yang

menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara,


selama yang bersangkutan masih bisa menjalan kan tugas.
setelah

cukup

selesai

maka

tempat/daerah

asal

masing

perkampungan

atlit

(peserta

nasional

Perkampungan

perkampungan

pekerja

pembangunan

bendungan,

mereka
masing.
olah

orang

akan

contohnya

raga

-orang

(pekerja

kembali

pekan
yang

proyek

adalah
olahraga

naik

besar,

perkampungan

ke

haji,

proyek

perkemahan

pramuka dan lain lain


f.

Perkampungan Baru (real estate)


Pemukiman semacam ini drencanakan pemerintah dan bekerja
sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman
ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman
(kawasan

pemukiman).

Ditempat

ini

biasanya

keadaan

kesehatan lingkunan cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber


air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau
pun air PAM/PDAM, sisetem pembuangan kotoran dan iari
kotornya

direncanakan

secara

baik,

begitu

pula

cara

pembuangan samphnya di koordinir dan diatur secara baik.


Selain itu ditempat ini biasanya dilengkapi dengan gedunggedung sekolah (SD, SMP, dan lain - lain) yang dibangun dekat
dengan

tempat

tempat

pelayanan

masyarakat

seperti

poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain


lain.
Jenis

pemukiman

seperti

ini

biasanya

dibangung

dan

diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan


menengah ketas. rumah rumah tersebut dapat dibali dengan
cara di cicil bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun
khusus untuk disewakan. contoh pemukiman sperit ini adalah
perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak
dibangun sampai ke daerah-daerah

Untuk di daerah daerah (kota kota ) yang sulit untuk


mendapatkan

tanah

yang

luas

untuk

perumahan,

tetapi

kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah


bekerja sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe
susun atau rumah susun (rumah bertingkat) seperti terdapat di
kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada
yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa secara bulanan.
(nareragan.blogspot.com)
II.3.

PERKEMBANGAN ISU DAN MASALAH PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN
Isu

strategis

permukiman

di

penyelenggaraan

Indonesia

perumahan

sesungguhnya

tidak

dan

terlepas

dari

dinamika yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat, dan


kondisi

kebijakan

pemerintah

di

dalam

mengelola

persoalan

perumahan dan permukiman yang ada, antara lain sebagai berikut:


a. Isu kesenjangan pelayanan
Isu

kesenjangan

pelayanan

muncul

karena

terbatasnya

peluang untuk memperoleh pelayanan dan kesempatan


berperan di bidang perumahan dan permukiman, khususnya
bagi

kelompok

masyarakat

miskin

dan

berpendapatan

rendah. Di samping itu juga dapat dikarenakan adanya konflik


kepentingan akibat implementasi kebijakan yang relatif masih
belum

sepenuhnya

keberpihakan

dapat

kepada

memberikan

kepentingan

perhatian

masyarakat

dan

secara

keseluruhan.
b. Isu lingkungan
Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman
umumnya muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan
industrialisasi
sumber

daya

yang
dan

tinggi,

serta

teknologi

dampak

yang

pemanfaatan

kurang

terkendali.

Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan


memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman yang
ada, dan masih rendahnya kualitas permukiman baik secara
fungsional, lingkungan, maupun visual wujud lingkungan,
merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan
permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan.
Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan
belum diterapkannya secara optimal pencapaian standar
pelayanan

minimal

perumahan

dan

permukiman

yang

berbasis indeks pembangunan berkelanjutan di masingmasing daerah.


c. Isu manajemen pembangunan
Isu manajemen pembangunan muncul umumnya karena
dipengaruhi oleh keterbatasan kinerja tata pemerintahan di
seluruh tingkatan, sehingga berdampak pada

lemahnya

implementasi kebijakan yang telah ditetapkan, inkonsistensi


di

dalam

pemanfaatan

permukiman,

dan

lahan

munculnya

untuk
dampak

perumahan
negatif

dan

terhadap

lingkungan.
Permasalahan

secara

umum

bidang

perumahan

dan

permukiman di Indonesia yang ada pada saat ini adalah sebagai


berikut:
1. Belum terlembaganya sistem penyelenggaraan perumahan
dan permukiman.
2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang
layak dan terjangkau.
3. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman
Berbagai perkembangan, isu strategis, dan permasalahan
perumahan dan permukiman tersebut tidak terlepas dari dinamika
dan kemajemukan perubahan-perubahan di dalam pembangunan
ekonomi, kesejahteraan sosial, dan pembangunan lingkungan, yang
tidak saja mengikuti perubahan berdimensi ruang dan waktu, tetapi
juga perubahan kondisi khususnya bidang ekonomi, sosial, dan
budaya. Kemampuan pengendalian pembangunan perumahan dan
permukiman yang masih relatif terbatas dan mulai bertumbuhkembangnya peran dan potensi masyarakat di dalam mengatur dan
melaksanakan
permukiman,

sendiri
juga

kebutuhannya

sangat

mendasari

akan

perumahan

kebijakan

dan

dan

strategi

penyelenggaraan perumahan dan permukiman.


(bappeda.grobogan.go.id)
II.4. Agenda Global Perumahan dan Permukiman
Permasalahan perumahan dan permukiman sesungguhnya
tidak dapat dilepaskan dari berbagai perkembangan dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan, baik ditingkat lokal, nasional, regional
maupun global. Dalam rangka penanganan permukiman kumuh
diperkotaan, khususnya sebagai dampak urbanisasi dari desa ke
kota, telah dicanangkan pula Declaration on Cities Without Slums.
Berdasarkan Plan Of Implementation dari World Summit Sustainable

Development

di

Johanesburg

awal

September

2002,

telah

ditargetkan agar pada tahun 2015 sekitar 50% penduduk miskin di


dunia tertentaskan dari kemiskinanya, termasuk dapat terpenuhi
kebutuhan akan perumahan yang layak.
Misi yang harus dijalankan dalam rangka mewujudkan visi
penyelenggaraan perumahan dan permukiman:
1. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan para pelaku kunci
lainnya

di

dalam

penyelenggaraan

perumahan

dan

permukiman
2. Mamfasilitasi dan mendorong terciptanya iklim yang kondusif
didalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman
3. Mengoptimalkan pandayagunaan sumber daya pendukung
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
Dengan pernyataan misi tersebut jelas bahwa pemerintah harus
berperan

sebagai

fasilitator

dan

pendorong

dalam

upaya

pemberdayaan bagi berlangsungnya seluruh rangkaian proses


penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
(bojhezjanur.blogspot.com,2012)
II.5. Rumah Sehat dan Ekologis
Patokan yang dapat digunakan dalam membangun rumah
yang ekologis adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan

kawasan

penghijauan

di

antara

pembangunan sebagai paru-paru hijau.


2. Memilih tapak bangunan yang sebebas
gangguan/radiasi

geobiologis

dan

kawasan

mungkin

meminimalkan

dari

medan

elektromagnetik buatan.
3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan
bangunan alamiah.
4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam
bangunan.
5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi
bangunan dan memajukan sistem bangunan kering.
6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang
yang mampu mengalirkan uap air.
7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan
antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan
aturan harmonikal.
9. Menjamin bahwa

bangunan

yang

menimbulkan masalah lingkungan

direncanakan

tidak

dan membutuhkan

energi sedikit mungkin (mengutamakan energy terbarukan).

10.

Menciptakan

bangunan

bebas

hambatan

sehingga

gedung

dapat

dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak,


orang tua, maupun orang cacat tubuh).
Dengan adanya patokan rumah yang sehat dan ekologis,
maka perlu adanya suatu patokan atau satandar penilaian yang
dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan kondisi suatu
pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan khususnya
pada pemukiman kumuh di perkotaan. Standar penilaian tersebut
dapat dipergunakan untuk menentukan apakah pemukiman kumuh
yang biasa disebut kampung itu perlu diperbaiki atau tidak.
II.6.

Perumahan

dan

Permukiman

Ditinjau

dari

Aspek

Kesehatan
Ditinjau dari aspek kesehatan, maka perumahan dan
permukiman harus mendapat perhatian karena :
1. Perumahan/permukiman

dapat

menimbulkan

kemudahan

untuk terjadinya penularan penyakit baik antar keluarga


maupun anggota keluarga yang lain. Penularannya dapat
berupa penularan langsung (penyakit kulit, mata, cacar dan
lain-lain. Serta penyakit yang menular atau yang ditimbulkan
karena makanan yang dimakan secara bersama (penyakit
saluran pencernaan makanan, peracunan makanan dan lainlain). Dan penyakit yang ditularkan oleh vektor, karena
sanitasi rumah dan lingkungan yang tidak baik (pes, malaria,
dan lain-lain)
2. Pencemaran lingkungan, misalnya oleh limbah rumah tangga,
sampah, dsb
3. Gangguan kesehatan

yang

ditimbulkan

karena

masalah

lingkungan social, seperti stress, dan sebagainya.


Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat
mendukung

terjadinya

penularan

penyakit

dan

gangguan

kesehatan, seperti :
1. Infeksi saluran napas, contoh : TBC, influenza, campak, dsb.
2. Infeksi pada kulit, contoh : Skabies, impetigo, dan lepra.
3. Infeksi akibat infestasi tikus, contoh : pes dan leptospirosis
4. Arthropoda, contoh : infeksi saluran pencernaan dan dengue,
malaria, dsb
5. Kecelakaan, contoh : terpeleset, patah tulang, dan geger ptak.

6. Mental, contoh : neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis


dan ulkus peltikum.
II.7. PENDEKATAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus
dilaksanakan

sebagai

pelaksanaannya
pendekatan

satu

dapat

yang

kesatuan

dengan

relevan

sistem,

memanfaatkan

secara

efektif,

yang

berbagai

dan

yang

implementasinya agar dapat disesuaikan berdasarkan kondisi


lokal yang ada, yaitu:
A. Pembangunan Yang Berkelanjutan dan Konsep TRIDAYA
Penyelenggaraan perumahan dan permukiman dilaksanakan
dengan mengutamakan pencapaian tujuan pembangunan
lingkungan

yang

responsif

namun

secara

komprehensif

sekaligus dapat mengakomodasikan dalam satu kesatuan


sistem dengan pencapaian tujuan pembangunan sosial dan
pembangunan ekonomi. Secara praktis, konsep TRIDAYA, yang
sudah berkembang sebagai azas pelaksanaan pembangunan
perumahan dan permukiman, yaitu yang secara prinsip
bertujuan memberdayakan komponen sosial masyarakat,
usaha

dan

ekonomi,

ditumbuhkembangkan

serta

lingkungan,

sebagai

pendekatan

tetap

dapat

pembangunan

perumahan dan permukiman yang berkelanjutan di tingkat


lokal. Pendekatan ini dilakukan dengan memadukan kegiatankegiatan penyiapan dan pemberdayaan masyarakat, serta
kegiatan pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi komunitas
dengan kegiatan pendayagunaan prasarana dan sarana dasar
perumahan dan permukiman sebagai satu kesatuan sistem
yang tidak terpisahkan.
Pembangunan

perumahan

dan

permukiman,

yang

memanfaatkan ruang terbesar dari kawasan baik di perkotaan


maupun di perdesaan, merupakan kegiatan yang bersifat
menerus. Karenanya pengelolaan pembangunan perumahan
dan

permukiman

harus

senantiasa

memperhatikan

ketersediaan sumber daya pendukung serta dampak akibat


pembangunan

tersebut.

Dukungan

sumber

daya

yang

memadai, baik yang utama maupun penunjang diperlukan


agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan,
disamping

dampak

pembangunan

perumahan

dan

permukiman

terhadap

keseimbangan

daya

senantiasa
dimulai

kelestarian

dukung

dipertimbangkan.

sejak

pembangunan,

tahap

lingkungannya
Kesadaran

perencanaan

sampai

pengembangannya,

lingkungan

dengan

agar

arah

yang

harus

tersebut

harus

dan

tahap

serta

perancangan,

pengelolaan

perkembangannya

dan
tetap

selaras dengan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan


secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
B. Penyelenggaraan Secara Multisektoral dan Terdesentralisasi
Pembangunan

perumahan

dan

permukiman

mencakup

banyak kegiatan, antara lain pengalokasian ruang,penyediaan


lahan, kelembagaan,kegiatan teknisteknologis, pembiayaan,
dan

sistem

informasi.

penyelenggaraan

Disamping

perumahan

dan

secara

holistik,

permukiman

harus

dilakukan secara multisektoral karena memerlukan koordinasi


dengan berbagai bidang lain yang terkait dengan kegiatan
pembangunan perumahan dan permukiman dan tidak dapat
ditangani oleh satu sektor saja.
Persoalan

penyediaan

perumahan

sebenarnya

lebih

merupakan masalah lokal dan kebutuhan individual. Ini dapat


ditunjukkan dengan besarnya peran swadaya masyarakat di
dalam

pengadaan

perumahannya.

Karenanya

perlu

pembatasan campur tangan pemerintah dalam penanganan


persoalan lokal melalui penyelenggaraan perumahan dan
permukiman

yang

terdesentralisasi.

Dalam

kerangka

desentralisasi, penyelenggaraan perumahan dan permukiman


tidak

dapat

pemerintahan

terlepas
yang

dari

baik

di

agenda

pelaksanaan

tingkat

lokal,

yaitu

tata
yang

menjunjung tinggi prinsip-prinsip partisipasi, transparansi,


akuntabilitas, profesionalisme, kesetaraan, daya tanggap,
wawasan kedepan, pengawasan, penegakan hukum, serta
efisiensi dan efektivitas.
C. Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan
Sebagaimana disadari bahwa persoalan kesehatan lingkungan
perumahan dan permukiman sangat mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat yang menghuninya. Selain secara fisik
perumahan harus memenuhi syarat rumah sehat (kesehatan),
perilaku hidup sehat dari masyarakat sangat penting dan
strategis untuk terus didorong dan ditumbuhkembangkan
dalam

penyelenggaraan

perumahan

dan

permukiman.

Disamping itu aktualisasi pembangunan yang berwawasan


kesehatan

sangat

diperlukan

dalam

upaya

penanganan

permukiman kumuh, dan pencegahan terjadinya lingkungan


yang tidak sehat serta menghambat penciptaan lingkungan
permukiman yang responsif. Aktualisasi tersebut tetap dalam
kerangka pelaksanaan program lingkungan sehat sebagai
bagian

dari

program

pembangunan

yang

berwawasan

kesehatan, yang bertujuan khususnya untuk mewujudkan


mutu lingkungan hidup yang sehat mendukung tumbuh
kembangnya anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar
untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta
melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal
dari lingkungan, sehingga dapat tercapai derajat kesehatan
baik individu, keluarga maupun masyarakat yang optimal.
D. Penyelenggaraan Dengan Pengembangan Sistem Insentif
Persoalan perumahan dan permukiman merupakan persoalan
strategis yang masih belum mendapatkan cukup perhatian
dari berbagai kalangan. Karenanya untuk memacu laju
pembangunan perumahan dan permukiman, perlu di dalam
penyelenggaraannya dikembangkan sistem insentif, yang
diharapkan

mampu

mendorong

berbagai

pelaku

pembangunan baik lembaga formal maupun informal untuk


terlibat secara aktif. Upaya yang dikembangkan antara lain
melalui kegiatan program stimulan, perintisan, dukungan
pembiayaan dan bantuan teknis bagi pelaku pembangunan
yang responsif di dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman,

termasuk

kegiatan

pendampingan

dalam

penyiapan dan pemberdayaan masyarakat.


(perencanaankota.blogspot.com)
III.

KESIMPULAN
Persoalan

perumahan

dan

permukiman

di

Indonesia

sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi


dalam

kehidupan

pemerintah

di

masyarakat

dalam

maupun

mengelola

kebijakan

perumahan

dan

permukiman.
Permasalahan perumahan dan permukiman sesungguhnya
tidak

dapat dilepaskan dari berbagai perkembangan

dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, baik ditingkat

lokal, nasional, regional maupun global.


Misi yang harus dijalankan dalam rangka mewujudkan visi
penyelenggaraan

perumahan

dan

permukiman

Melakukan pemberdayaan masyarakat , memfasilitasi dan


mendorong

terciptanya

iklim

yang

penyelenggaraan

perumahan

mengoptimalkan

pandayagunaan

kondusif

dan

didalam

permukiman,

sumber

pendukung

penyelenggaraan perumahan dan permukiman.


Dengan adanya patokan rumah yang sehat dan ekologis,
maka perlu adanya suatu patokan atau satandar penilaian
yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan
kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas
lingkungan

perkotaan.
Kebijakan

khususnya

pada

Pemerintah

penyelenggaraan

perumahan

pemukiman
berupa
dan

kumuh

di

pendekatan

pemukiman

yaitu

dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang relevan


secara efektif serta implementasinya

dapat disesuaikan

berdasarkan kondisi lokal yang ada.

IV.DAFTAR PUSTAKA
1. http://bappeda.grobogan.go.id/info-pembangunan/89-isudan-permasalahan-pembangunan-perumahan-danpemukiman.html
2. http://nareragan.blogspot.com/2012/06/normal-0-falsefalse-false-en-us-x-none.html
3. http://lokasitpa.blogspot.com/2011/06/definisi-definisiyang-berhubungan.html
4. http://sapola.wordpress.com/2013/04/03/peranpemerintah-daerah-dalam-penanganan-permukimankumuh/
5. http://bojhezjanur.blogspot.com/2012/02/kebijakanpemerintah-tentang-lingkungan.htm
6. http://perencanaankota.blogspot.com/2009/04/kebijakandan-strategi-nasional.html

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun Oleh Kelompok 6 :


ADE TRISNAWATI
DEWI DWI HARYANI
MARTIN PRATIWI
RAFIE RESTIANI
LISTE ZULHIJWATI WULAN

PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
TAHUN 2013

You might also like