You are on page 1of 13

BAB IV

PROSES DESALINATION PLANT


DI PLTGU MUARA KARANG

1.1

Kandungan Air Laut

Perbedaan antara air laut dan air tawar darat adalah pada segi kuantitas dan kualitas
garamnya. Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium
(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari
1%)

terdiri

dari

bikarbonat,

bromida,

asam

borak,

strontium

dan

florida.

Air laut mempunyai berbagai macam kandungan elemen yang berbentuk ion-ion, dan air laut
mempunyai pH berkisar 7,5 8,4. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kandungan yang dimiliki
air laut.

Chemical ion

valence

concentration

part of salinity molecular

mmol/

ppm, mg/kg

kg

weight

Chloride Cl

-1

19345

55.03

35.453

546

Sodium Na

+1

10752

30.59

22.990

468

Sulfate SO4

-2

2701

7.68

96.062

28.1

Magnesium Mg

+2

1295

3.68

24.305

53.3

Calcium Ca

+2

416

1.18

40.078

10.4

Potassium K

+1

390

1.11

39.098

9.97

Bicarbonate HCO3

-1

145

0.41

61.016

2.34

Bromide Br

-1

66

0.19

79.904

0.83

Borate BO3

-3

27

0.08

58.808

0.46

Strontium Sr

+2

13

0.04

87.620

0.091

Fluoride F

-1

0.003

18.998

0.068

Tabel 4.1 Elemen-elemen yang dikandung air laut


(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Air yang digunakan dalam siklus PLTU/G ini disebut air demin, yakni air yang mempunyai
kadar conductivity (Kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0,2 s (mikro siemen).
Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai kadar conductivity
sekitar 100 200 s.

pH
Pengukuran pH diperlukan untuk mengontrol korosi atau kerak. Pada pH rendah akan
terjadi korosi dan pH tinggi akan terjadi kerak. Selain itu pH tinggi menimbulkan busa,
sehingga akan menyebabkan Carry Over.

Konduktiviti
Konduktiviti merupakan kesanggupan air untuk menghantarkan listrik. Dalam larutan
(cair), daya listrik ini disebabkan oleh adanya ion-ion, sehingga dengan mengukur
konduktiviti dapat diketahui jumlah zat padat terlarut didalamnya. Kemurnian uap
dapat dilihat dengan mengukur konduktiviti kondensat yang merupakan tapsiran zat
padat yang carry over sebagai hasil uap tidak murni.

1.2

Pengertian Desalination

Desalination Plant adalah plant yang digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar
atau air bahan baku produksi dengan sistem penguapan. Didalam unit PLTGU, peran
desalination sangat diperlukan sekali menyediakan kebutuhan air yang dipergunakan untuk
keperluan diantaranya:
1. HRSG
2. Pendingin mesin
3. Pemadam kebakaran
4. Air service, air yang digunakan sehari-hari.
Fungsi desalination plant adalah mengolah air laut menjadi air murni. Proses desalination
yang umum dilakukan adalah dengan cara menguapkan (evaporating) air laut.
Air laut dalam suatu chamber diberi tekanan kurang dari 1 atm, maka air laut tersebut akan
menguap walau temperatur masih dibawah temperatur penguapan. Uap yang dihasilkan ini
adalah uap murni tanpa mengandung zat-zat terlarut.
Bila air laut dipanaskan, maka airnya akan menjadi uap dan garam-garamnya akan
tertinggal. Selanjutnya bila uap tersebut didinginkan akan diperoleh air kondensat yang disebut air
desal atau fresh water.
Didalam sistem kerja desalination yang pertama diperhatikan adalah menurunnya tekanan
udara pada ruang pengolahan air / chamber / stage yang lebih dikenal sebutan vakum (vacuum).
Dengan menurunnya tekanan udara pada chamber / stage air laut tidak harus menunggu 100 C
untuk menguap dan mendidih.
Untuk membuat vakum pada ruang chamber dilakuan dengan cara menyeprot uap ruang
chamber, uap ini nantinya akan keluar bersama udara.

Gambar 4.1 Desalination Plant


Sumber : Foto Album Vatoni susilo
1.3

Proses Desalination Plant

Pemanasan
Proses menaikkan temperatur air laut terjadi di Brine Heater

Penguapan
Tebentuknya fase uap dari sebagian air laut terjadi di Evaporator

Pengkondensasian
Proses perubahan fase dari uap (vapor) ke air (liquid) terjadi di kondensor evaporator.

Air laut dipompa oleh Sea Water Feed Pump menuju tube stage terakhir sampai ke tube
stage pertama, selanjutkan masuk ke Brine Heater untuk dipanaskan dengan temperatur antara
96 C - 110 C. Kemudian masuk ke stage no 1 hingga stage terakir. Air laut yang tidak menguap
dipompa dengan brine blowdown pump dikembalikan atau dibuang ke laut.

Pada waktu proses tersebut terjadi penguapan karena adanya vakum, uap tersebut tertarik
ke atas lebih cepat dan menyentuh pipa-pipa diatasnya yang dialiri oleh air laut yang
tempraturnya lebih dingin sehingga terjadi kondensasi dinamakan air distilate.
Untuk menghindari carry over antara penampungan air kondensasi dengan air laut
dipasang demister, hasil air kondensasi tersebut ditampung dan mengalir ke chamber air distilate,
selanjutnya dipompa oleh distilate pump menuju ke Make Up Tank.
Steam yang mamanaskan brine heater diambilkan dari unit yang sedang beroperasi,
kondensasi steam di brine heater dinamakan air Condensate.

Gambar 4.2 Proses Desalination Plant

KUALITAS AIR DISTILATE : CL

= <1000 ppb

CONDUCTIVITY = < 20 s/cm


KUALITAS AIR CONDENSATE : CL
CONDUCYVITY

= <1000 ppb
= <1 s/cm

Air Condensate
Air condensate dari brain heater dipompa dengan condensate pump, ada yang masuk ke

evaporator/chamber untuk proses produksi dan ada juga yang di spray masuk ke brain heater
untuk menjaga temperatur.
1.4

Proses Kerja Desalination Plant di PLTGU


Sebelum menjalankan pompa Sea Water Feed Pump terlebih dahulu membuka steam

untuk menjalankan starting ejector guna menarik vakum dari stage. Setelah memenuhi syarat
vakumnya, sea water pump bekerja beserta pompa-pompa lainnya. Air laut sebelum masuk ke
tube stage di masukkan terlebih dahulu ke debris filter yang bertujuan untuk membuang sampah
dan kotoran yang terbawa air laut. Dari outlet filter dibagi 2 bagian:
1

Sebagai pendingin ejector .

Masuk ke proses untuk menjadi air tawar.


Air laut masuk melalui pipa menuju tube stage terakhir/chamber, belum melalui proses

pemanasan. Terjadinya perpindahan panas disini, air laut masuk terkena penguapan kemudian air
menjadi panas.
Dengan adanya pemanasan ini menambah efisiensi sehingga brine heater tidak diperlukan
panas terlalu tinggi. Temperatur dipertahankan antara 96 C - 110 C. Air laut masuk stage
pertama sampai stage terakhir dan menguap melalui air yang masih dingin dengan bantuan
vakum maka terjadilah kondensasi.
Air yang terkondensasi dari stage awal sampai terakir ditampung menjadi satu dinamakan
air distilate dan selanjutnya dipompa dengan pompa Distilate Pump masuk ke Raw/Make Up
Water Tank. Kemudian air yang tidak menguap dikembalikan kelaut dengan pompa Brine Blow
Down Pump.

1.5

Peralatan-Peralatan Utama Desalination Plant

Dolpin Screen
Dolpin screen merupakan saringan awal sebelum air laut masuk ke bar screen.

Bar Screen
Bar screen atau saringan kasar berfungsi untuk menyaring sampah atau kotoran yang

besar, terutama menyaring potongan-potongan kayu, daun-daun, plastik, dan kotoran


sejenis. Bar screen harus dibersihkan secara rutin, terutama bila kotorannya sudah banyak.
Pembersihan dilakukan secara manual, yaitu dengan diangkat dan dibersihkan
menggunakan tangan. Kotoran yang ada diangkat dan dibuang, kemudian bar screen-nya
dibuka dan dibersihkan menggunakan kain lap/katun. Apabila sudah bersih, bar screen
dapat dipasang kembali.
Proteksi yang dilakukan pada bar screen berupa sacrinficial anode, dengan
menggunakan Al anoda atau Zn anoda. Artinya Al atau Zn yang termakan sedangkan
material baja besi (Fe) tidak termakan.

Gambar 4.2 Bar screen


Sumber : http://www.infobarscreens.com/

Travelling Screen

Travelling Screen atau saringan putar berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran


yang lolos dari bar screen. Saringan putar ini dapat dibersihkan secara otomatis dengan
menggunakan spray water, yang dihasilkan dari screen wash pump dan dikontrol dengan
timer. Perbedaan tinggi permukaan air sebelum dan setelah saringan, dapat diatur dengan
menggunakan timer, salah satu yang mana tercapai lebih dahulu.
Disini juga dilakukan proteksi katodik sama pada bar screen yaitu alumunium anode
yang dipasang pada bingkai (frame).

Gambar 4.3 Travelling Screen


Sumber : http://www.nslpg.com/

SEA WATER FEED PUMP


Berfungsi mensuply air laut yang diproses didalam desal plant dan juga sebagai
pendingin pada ejector.

EJECTOR
Berfungsi untuk menghisap udara atau membuang gas-gas yang ada didalam
chamber, tujuannya untuk mempercepat proses penguapan air laut.

CONDENSATE PUMP
Berfungsi untuk memompa air condensate dari brine heater

DISTILATE PUMP
Berfungsi untuk memompa air distilate hasil dari proses desalination plant dimasukan
ke raw/make up water tank.

BRINE BLOW DOWN PUMP


Pompa untuk membuang sisa air laut yang sudah tidak bisa diproses lagi.

LAYAR MONITOR
Berfungsi untuk mengatur jalannya operasinal baik start maupun stop.

CHEMICAL INJECTION PUMP


Berfungsi untuk menginjeksi bahan kimia Anti Scaling dan Anti Foam.

1.6

Masalah Yang Sering Dihadapi


Pengoperasian desalination banyak menghadapi masalah-masalah. Masalah yang
sering timbul diantaranya:
1. Berkembangnya biota laut diantaranya kerang dan tiram yang menempel
didinding pipa dan chamber dan bisa menutup tube-tube brine heater yang
mengakibatkan dapat mengurangi produksi.
2. Pengerakan dan korosi pada material yang ada.
3. Foaming pada air laut, pengerakan / scaling merupakan masalah yang paling banyak
menibulkan kerugian bila terjadi pada pipa-pipa brine heater .
Pengerakan dapat diatasi dengan cara menginjecsikan Anti Scaling kedalam air laut
sedang untuk menghilangkan buih / busa menggunakan Anti Foam.

Anti Scalling

Untuk mencegah terjadinya scalling pada heat exchanger di sisi air laut karena
kandungan calcium, natrium dan magnesium digunakan : Carboxylate Polymer

Anti Foam
Untuk mencegah carry over karena terjadinya gelembung-gelembung busa (foam) yang

mengakibatkan naiknya konduktivity distillate digunakan : Campuran Polyglycol & Propanol


Pada bagian ini mulai terjadi banyak permasalahan, karena air laut penuh dengan polutanpolutan. Masalah-masalah yang sering dijumpai pada pengoperasian desalination plant
diataranya berkembangnya biota laut atau kerang pada tube-tube, pengerakan (scaling), korosi,
dan foaming (pembusaan).
Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang paling banyak menimbulkan kerugian,
karena terjadi pada pipa-pipa brine heater. Akibatnya dapat terjadi penurunan produk, karena
menurunnya kapasitas pertukaran panas. Selain itu terjadinya proses korosi di bawah deposit
(kerak).
Pengerakan dapat terjadi karena adanya kandungan bahan kimia tertentu pada air laut, dan
adanya reaksi kimia selama proses penguapan (evaporasi). Proses pengerakan dapat diatasi
dengan membatasi temperatur brine, dan menambah bahan kimia inhibitor, yang berfungsi
mencegah terjadinya pengerakan. Kedua cara tersebut dapat dilakukan secara bersamaan.
Reaksi primer
2HCO3- CO2 + CO-3 + H2O
H2O + CO-3

2OH- + CO2

Reaksi sekunder
Mg+2 + 2OH- Mg (OH)2

(Brucite)

(pada temperatur dan pH tertinggi)

(mengedap)

Anhydrite biasanya tidak menimbulkan masalah dan kurang larut pada temperatur

tinggi, tapi memerlukan waktu yang lama mengendap atau membentuk kerak.

Hemydrate (CaSO4.x1/2H O) mengendap seketika begitu terbentuk, paling sering

ditemukan pada kerak evaporator.

Dehydrate (CaSO42H2O) kelarutannya relatif lebih baik dibandingkan lainnya.

Komponen pembentuk kerak lainnya adalah Mg6Fe(CO3)3.x4H2O,SO2,CaSiO3

atau MgSiO3
Tahapan pembentukan kerak adalah pertama pembentukan CO3 dan OH, kemudian
akan mencapai titik jenuhnya apada temperatur yang tinggi. Kedua, pembentukan inti
Kristal (nucleation). Dan ketiga, pertumbuhan Kristal. Pada tahap ketiga ini anion dan
kation bergerak secara diffuse menuju inti Kristal dan bergabung ke dalam Iattice atau
terjadi pertumbuhan Kristal.
Untuk mencegah terjadinya pergerakan (scale inhibition) dengan cara menambahkan
scale inhibitor (antiscale agent) ke dalam air laut. Selama ini dikenalkan beberapa scale
inhibitor yang biasanya digunakan, yaitu H2SO4 dan inhibitor ambang batas (threshold
inhibitor).
Ada tiga jenis threshold inhibitor,

yaitu

polyphosphate, phosphate, dan

polycarboxylic. Cara kerjanya dengan berfungsi sebagai growth inhibitor (pembatasan


pertumbuhan), dengan menghambat dan menghentikan pertumbuhan yang terjadi pada
Kristal. Hasilnya pertumbuhan pertumbuhan Kristal di luar kebiasaanya, sehingga
dihasilkan Kristal yang bulat dan tidak mudah menempel sebagai kerak. Selain itu
berfungsi pula sebagai dispersant, yaitu partikel padat seperti lumpur, debu dan Kristal

CaCO3 dipertahankan dalam bentuk suspense, sehingga dengan demikian mencegah


terbentuknya endapan yang mengerak.
Kriteria pemilihan bahan kimia sabagai antiscale adalah :
a.

Bahan

kimia

yang

mempunyai

kemampuan

untuk

mendistorsi

Kristal.

Mekanismenya dengan meningkatkan daya kelarutan dari Kristal tersebut, dan


mengubah bentuk struktur pertumbuhan Kristal. Proses tersebut terjadi karena
adanya bahan polimer yang mempunyai bentuk tidak teratur dan masuk kedalam
kisi-kisi Kristal, yang dapat menahan terjadinya endapan yang mempunyai sifat
struktur kimia yang getas dan keras.
b.

Bahan kimia harus mempunyai sifat dispersant. Mekanismenya dapat mengabsorbsi


atau menyerap pada permukaan Kristal dan memberikan muatan-muatan sejenis
terhadap kristal tersebut, akibatnya pertikel tetap tinggal diam sebagai suspense.

c.

Bahan kimia harus mempunyai sifat sequestren. Mekanismenya dengan mencegah


ion dari keadaan normal dengan membentuk senyawa ion komplek
Bahan anti scale yang digunakan di PLTU/PLTG adalah bahan kimia yang

mengandung polyphosphate dan polycarboxylic. Selain berfungsi sebagai anti scale, bahan
kimia tersebut juga berfungsi threshold inhibitor. Sehingga dapat berfungsi mencegah
terjadinya kerak dan dapat memecahkan kerak yang sudah terbentuk.
Air destilasi yang diperoleh dari proses desalination plant yang ditampung dengan
raw water tank belum memenuhi syarat untuk pengisian boiler. Sehingga perlu diolah
kembali melalui peralatan water treatment.
Dari raw water tank, air dipompa ke water treatment. Selanjutnya air tersebut melalui
pre-filter air dan juga diberi mix bed polisher yang terdapat bahan kimia anion resin yang

dapat mengikat ion negatif dan kation resin yang dapat mengikat ion positif. Ion-ion yang
terdapat pada water tank adalah ion positif Na+ dan ion negatif Cl-.
Dengan banyaknya ion yang menempel pada mix bed polisher, maka kemungkinan
besar air menjadi jenuh sehingga mempengaruhi proses penyaringan. Untuk itu perlu
dihilangkan dengan menggunakan hydrolic acid, cautic sods dan dibantu panas uap dari
boiler. Air yang telah dihilangkan mineralnya (demineralized water) ditampung dalam
tangki penambah (make up water tank) yang selanjutnya akan digunakan dalam proses
berikutnya untuk air penambah atau pengisi di boiler.

You might also like