You are on page 1of 10

HAMBATAN KOMUNIKASI DENGAN PARA ANAK JALANAN

Problem Based Learning Blok 1 Modul 2 Komunikasi dan Empati

Gerry Batti
102015058
Kelompok C2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
gerry.2015fk058@civitas.ukrida.ac.id

PENDAHULUAN
Kegiatan seorang dokter, tidaklah hanya untuk merawat dan mengobati pasien tetapi
juga membuat perasaan nyaman dan aman pada seorang pasien. Semua kegiatan perawatan
terhadap pasien dibutuhkan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien, karena dengan
komunikasi pasien akan memiliki kepercayaann yang tinggi terhadap dokter yang
merawatnya. Dengan komunikasi, dokter dan pasien melakukan transfer informasi informasi
untuk mengetahui apa yang dialami pada pasien tersebut.
Disini akan dijelaskan mengenai komunikasi yang terkandung pada kasus yang
diberikan, yaitu mengenai komunikasi dan hambatan-hambatan penerapan komunikasi pada
masyarakat awam yang mempunyai tingkat pendidikan rendah. Sehingga dokter dan para
mahasiswa kedokteran mengetahui apa saja hambatan komunikasi terhadap masyarakat
dengan tingkat pendidikan rendah.
Rumusan Masalah

Seorang anak jalanan berusisa 10 tahun tidak mau diwawancarai karena takut akan
diserahkan kepolisi.
Hipotesis
Pendekatan yang dilakukan mahasiswa ini kurang tepat.

KOMUNIKASI
Pada dasarnya, setiap manusia hidup dengan komunikasi entah komunikasi verbal
maupun non verbal. Menurut KBBI komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat
dipahami. Dalam berkomunikasi ada dua pihak yang terlibat yaitu pengirim pesan dan
penerima pesan yang perannya saling bergantian. Inilah yang disebut komunikasi dua arah.
Bila tidak terjadi pergantian peran maka komunikasi tersebut bersifat satu arah. Dalam dunia
kedokteran juga sangat dibutuhkan komunikasi, karena seorang dokter

tidak dapat

menentukan penyakit pasien tanpa adanya komunikasi dengan pasien. Komunikasi yang baik
dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien mau dan dapat
menceritakan segala keluhan dengan jujur dan jelas.
Jenis-jenis Komunikasi
Pada dasarnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal sehingga kedua belah
pihak yang sedang berkomunikasi dapat mengerti satu dengan yang lain. Apabila tidak ada
komunikasi verbal yang dimengerti oleh kedua belah pihak, komunikasi dapat digunakan
dengan gerak-gerik badan, menujukan sikap tertentu seperti tersenyum, menggelenggelengkan kepala, mengangkat bahu, cara ini disebut dengan komunikasi non verbal. Berikut
ini adalah penjelasan tentang 2 jenis komunikasi tersebut.
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal disini adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata, disuarakan
maupun ditulis. Berikut ini adalah hal-hal yang terkandung dalam komunikasi berbal:

Mendengar Aktif

Disini mendengar aktif adalah pendengar yang sungguh ingin mengetahui dan mendengar
informasi yang sedang diterimanya dengan seksama. Pendengar benar-benar ingin

mengetahui pemikiran, perasaan, keinginan dari pembicara sebagai pemberi informasi dan
memberikan konfirmasi pemahamannya kepada pembicara sebelum memberikan tanggapan.

Komunikasi Satu Atau Dua Arah

Pada dua arah disini adanya dua pihak yang saling bergantian perannya, dimana pula
harus saling terbuka dan hindari menghakimi, menggurui, mengkritik dan lain-lain yang
berakibat buruk. Pada satu arah disini bersal dari salah satu sumber saja, tidak ada umpan
balik seperti pada komunikasi dua arah.

Refleksi

Dalam komunikasi, selain memberikan informasi dibutuhkan juga penerimaan informasi


atau ide dari lawan bicara. Pada refleksi, kita memberikan lawan bicara untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya.

Assertive

Assertive adalah kemampuan dimana seorang dokter dengan secara meyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.
Assertive sangat dibutuhkan karena selain saling bertukar informasi atau ide, komunikasi
juga diperlukan menghargai orang lain, dengan ini pelaku komunikasi tahu bagaimana cara
menyampaikan pikirannya tanpa harus menyinggung orang lain.

Persuasi

Persuasi atau dengan kata halus dan tegas mengajak seseorang melakukan sesuatu; hal
membujuk atau menanam kepercayaan. Dengan menggunakan persuasi dokter bisa mengajak
pasien untuk melakukan sesuatu tanpa harus dengan paksaan.

Selain hal-hal diatas, komunikasi juga memerlukan aspek-aspek agar komunikasi verbal
tersebut berjalan lancar. Berikut ini adalah aspek-aspek yang diperlukan dan wajib
diperhatikan dalam komunikasi verbal

Vocabulary

Pada dasarnya komunikasi verbal merupakan komunikasi yang berupa lisan, sehingga
komunikasi verbal tidak akan menjadi efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang
sulit dimengerti, karena itu olah kata sangat penting dalam komunikasi.

Speed

Komunikasi akan berjalan lancar apabila kecepatan dalam berbicara dapat diatur dengan
baik, sehingga penerima informasi dapat mengerti informasi yang diberikan dengan baik.
Kecepatannya tidak terlalu lambat maupun terlalu cepat.

Intonasi Suara

Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.


Intonasi suara akan mempengaruhi pesan, secara dramatik sehingga pesan akan mempunyai
arti lain jika menggunakan intonasi suara yang tidak tepat.

Humor

Dalam berkomunikasi dibutuhkan suatu selingan yang dapat membuat komunikator


menjadi rileks dan santai, perlu diingat bahwa tertawa hubungan fisik dan psikis sehingga
dapat menghilangkan nyeri maupun stress.

Singkat dan Jelas

Komunikasi sangat diperlukan untuk dibungkus dengan singkat dan jelas dan langsung
pada pokok permasalahan sehingga komunikasi tersebut menjadi efektif dan mudah
dimengerti.

Timing

Berkomunikasi akan berarti bila dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga orang yang
diajak untuk berkomunikasi dapat menyediakan waktu yang tepat untuk mendengar dan
memperhatikan apa yang disampaikan.
Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal disini merupakan komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata.
Komunikasi ini berupa gerakan tubuh, ekspresi muka, kontak mata, pakaian, gaya rambut,

gaya tulisan/jarak/huruf/simbol emosi, symbol, paralinguistic (kualitas suara, emosi, gaya


bicara, ritme bicara dan intonasi). Hal-hal yang terkandung dalam komunikasi non verbal :

Gerak Isyarat Tubuh

Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi non verbal seperti gerakan
tubuh, gerakan mata (cara menatap), ekspresi wajah, menjadi cermin.

Posisi

Posisi juga merupakan hal yang penting dalam sebuah komunikasi non verbal, seperti
jarak terlalu dekat/jauh, berhadapan, menyamping, siku dan sebagainya.

Sikap tubuh

Sikap tubuh mencerminkan pembawaan kita pada komunikasi tersebut, seperti santai,
wibawa, dan sebagainya

Paralinguistik

Paralinguistik dapat berupa hembusan nafas, perubahan tinggi nada, perbuahan keras
suara, kelancangan suara, senyum dipaksakan. Dengan ini menunjukan kepada lawan bicara
apa yang sebenarnya dirasakan oleh pemberi informasi.
Hubungan verbal dan non verbal
Hubungan verbal dan non verbal terbagi atas 5 yaitu :
1. Pengulangan
Pesan non verbal memperkuat pesan verbal
2. Pertentangan
Pesan verbal dan non verbal yang saling bertentangan
3. Melengkapi
Pesan verbal dan non verbal saling melengkapi
4. Mengganti
Non verbal sebagai satu-satunya
5. Menekankan
Non verbal menekankan interpretasi pesan verbal

Hambatan Dalam Komunikasi

Tidak semua manusia mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain, setiap orang pasti
mempunyai beberapa hambatan untuk bisa berkomunikasi. Bahkan beberapa ahli komunikasi
menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenarbenarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal
yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau
ingin komunikasinya sukses. Berikut adalah beberapa hambatan dalam berkomunikasi :
Fisik
Hambatan komunikasi seperti ini, menyangkut bentuk fisik atau dari diri seseorang,
seperti tuna rungu atau orang yang tidak bisa mendengar.

Psikologis

Kepribadian

Beberapa orang memang sangat sulit untuk berkomunikasi, seperti orang yang malu
untuk berbicara kepada orang lain, tipe ini biasanya sangat sulit untuk berkomunikasi dengan
orang yang baru dikenalnya atau bahkan malu untuk berbicara didepan umum.

Prasangka

Prasangka merupakan rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh
karena orang yang diajak untuk berkomunikasi sudah mempunyai prasangka belum apa-apa
sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melakukan komunikasi.

Motivasi

Hambatan ini berhubungan dengan motivasi pendengar, maksudnya apakah pendengar


yang menerima pesan karena pesan itu penting bagi pendengar atau pendengar itu tidak
mempunyai motivasi untuk menerima pesan sehingga hanya terlihat mendengar saja namun
tidak menerima pesan yang disampaikan.
Sosio-ekonomi

Ekonomi

Hambatan ini berasal dari adanya perbedaan ekonomi setiap individu, sekarang ini
ekonomi menjadi jurang pemisah setiap orang. Orang yang ber ekonomi tinggi, sangat sukar
untuk berkomunikasi dengan orang ber ekonomi dibawahnya. Orang dengan ekonomi rendah
juga mendapat pandangan berbeda di masyarakat. Ini mengakibatkan semakin sulit terjadinya
komunikasi antar individu.

Pendidikan

Hambatan ini salah satu yang paling sering terjadi dalam masyarakat, dimana jika
seseorang berkomunikasi dengan orang yang berpendidikan dibawahnya dan menggunakan
bahasa yang tidak dimengerti oleh seseorang yang diajak berkomunikasi itu, akan menjadi
masalah karena penerima informasi itu tidak mengerti apa yang dibicarakan.
Empati

Definisi empati menurut KBBI adalah keadaan mental yang membuat seseorang
merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yg sama dengan
orang atau kelompok lain.
Keterampilan Empati
Keterampilan empati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut
kepada pasien, melainkan

Mendengarkan secara aktif.


Responsif pada kebutuhan orang.
Responsif pada kepentingan orang.
Usaha memberikan pertolongan pada orang.
Empati harus mulai dari diri sendiri.
Empati tidak sama dengan selera pribadi.

Kemampuan dalam Empati


Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai saat berempati
Kemampuan Kognitif : Mengerti kebutuhan individu.
Kemampuan Afektif : Peka akan perasaan individu.
Kemampuan Perilaku : Memperlihatkan / menyampaikan empati kepada individu.

Level Empati
Berdasarkan tingkat atau level empati seseorang dalam komunikasi, level empati
dibagi menjadi 5 tingkat, yaitu :
Level 0

: Dokter menolak sudut pandang pasien.

Level 1

: Dokter mengenal secara sambil lalu.

Level 2

: Dokter mengenal sudut pandang pasien secara implisit.

Level 3

: Dokter menghargai pendapat pasien.

Level 4

: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien.

Level 5

: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien.

Level 3-5

: Pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya


secara eksplisit

Contoh Kasus
Pada waktu mengamati kegiatan para anak jalanan, seorang mahasiswa berupaya melakukan
komunikasi dan empati kepada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang tidak
bersekolah, perkerjaanya mengemis di lampu merah, sering kucing-kucingan dengan polisi.
Anak tersebut tidak mau diwawancara karena takut diserahkan ke pihak yang berwajib
(polisi, dinas sosial).
Pembahasan Kasus
Sesuai dengan penjelasan tentang komunikasi dan hambatan komunikasi juga skenario, dapat
diketahui bahwa mahasiswa ini mencoba untuk melakukan komunikasi dengan anak jalanan,
namun terjadi penolakan dari anak jalanan tersebut.
Pendidikan merupakan faktor pertama dalam kasus tersebut, dijelaskan bahwa anak itu tidak
bersekolah, perbedaan latar belakang pendidikan membuat pandangan seseorang pun
berbeda-beda. Sehingga anak ini dan mahasiswa akan sulit berkomunikasi saat terjadi
komunikasi.
Kepribadian dari anak ini yang takut akan adanya orang baru juga menjadi faktor
menghambat komunikasi. Anak ini merasa takut jika ada orang baru yang melakukan
komunikasi dengan dia, sehingga dia tidak mau melakukan komunikasi dengan mahasiswa
ini.
Faktor prasangka adalah faktor yang paling menonjol dari kasus ini, karena anak ini
berprasangka buruk kepada mahasiswa yang sebenarnya bermaksud melakukan komunikasi.

Anak ini berprasangka jika dia melakukan komunikasi dia akan diserahkan kepada pihak
berwajib (dinas sosial, kepolisian) sehingga dia menolak adanya komunikasi. Selain itu dia
juga baru mengenal mahasiswa sehingga prasangka anak ini akan lebih besar.

Kesimpulan
Komunikasi merupakan cara paling ampuh bagi seorang dokter berhubungan dengan pasien,
entah itu komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi tidak selalu berjalan secara
efektif, komunikasi pasti mempunyai hambatan-hambatannya masing-masing, sehingga bagi
seorang dokter ataupun mahasiswa kedokteran kita diwajibkan untuk mengetahui komunikasi
yang baik dan apa saja hambatannya. Sehingga kedepannya kita dapat meminimalisir kesalah
pahaman dengan pasien, maupun dengan orang lain.

Daftar Pustaka
1. Alwi H. 2003. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
2. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Hal 2-7
3. Djauzi, S and Supartondo. 2004. Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan DokterPasien. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
4. Sumartono. 2004. Komunikasi kasih sayang. Jakarta : Gramedia. Hal. 118-123.
5. Effendy Onong Uchjana. 2003.Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
6. Hasuria Che Omar, Rokiah Awang, Syed Zainal Ariff Syed Jamaluddin, Noriah
Mohamed. 2009. Bahasa verbal dan bukan verbal. Malaysia : Institut Terjemahan
Negara Malaysia Berhad.
7. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
8. Ardianto, E. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. 2004. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.

You might also like