You are on page 1of 11

TUGAS HEMATOLOGI

KELAINAN INTRASELULER ERITROSIT

Oleh :
Lia Cahya Sari
14.131.0612
VIII OFF B / IV
D3 Analis Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali


2016

Kelainan Intraseluler Eritrosit


1. Basophilic Stippling

(Sumber: Sugiyanto, 2012)


Basophilic Stippling atau titik basofil adalah kelainan pada eritrosit
dengan terdapatnya titik biru yang difus dalam eritrosit yang dikenal sebagai titik
basofil. Kelainan ini salah satunya disebakan oleh keracunan Plumbum (Pb), yaitu
dalam darah pada kadar tertentu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kesehatan di berbagai organ tubuh manusia, salah satunya sistem hematopeotik
(Sukma, 2016).
Ciri-ciri Basophilic Stippling adalah granula sitoplasma halus yang
tersebar rata. Distribusi dalam darah <0,1% dari eritrosit dalam darah normal.
Eritrosit dengan granula biru hitam, granula ini dari kondensasi atau presipitasi
RNA Ribosom akibat defective hemoglobin sintesis (Juniawati, 2011).
Mekanisme terjadinya Basoplilic stippling pada keracunan Pb diawali
dengan masuknya Pb dalam kadar toksik tertentu menyebabkan defisiensi enzim
G-6PD dan penghambatan enzim pirimidin-5-nukleotidase sehingga terjadi
akumulasi RNA serta ribosom, kemudian terjadi kondensasi atau presipitasi RNA
ribosom dan menyebabkan

adanya eritrosit yang di dalam sitoplasmanya

terbentuk titik atau granula berwarna biru halus yang tersebar rata. Granula yang
terbentuk ini berasal dari devective hemoglobig sintesis (Sukma, 2016).

Adanya basofilik pada sel darah menandakan pasien tersebut mengalamai


beberapa keadaan seperti :

Myelodysplastic Syndrome

Sideroblastic anemia

Lead poisoning (normocytic anemia)

Arsenic poisoning

Beta thalassemia

Alpha-thalassemia, HbH Disease

Hereditary Pyrimidine 5'-Nucleotidase Deficiency

Thrombotic thrombocytopenic purpura (Wikipedia, 2016).

2. Benda Pappenheimer

(Sumber: Sukma, 2016)


Benda pappenheimer atau Pappenheimer bodies adalah keadaan
eritrosit dengan granula kasar pada sitoplasmanya, memiliki diameter 2
mikron yang mengandung Fe, feritin, granula tersebut berwarna biru oleh
karena memberikan reaksi Prusian blue positif. Eritrosit yang mengandung
benda inklusi disebut siderosit dan bila ditemukan > 10% dalam sediaan
hapus, petanda adanya gangguan sintesa hemoglobin. Inklusi ini ditemukan
pada anemia sideroblastik, Pasca splenektomi, serta beberapa anemia
hemolitik (Monda, 2014).

Benda Pappenheimer merupakan granula yang abnormal ditemukan di


dalam sel darah merah yang dapat diidentifikasi pada pewarnaan darah rutin.
Benda pappenheimer termasuk jenis tubuh inklusi yang dibentuk oleh
phagosomes yang mengandung senyawa besi yang berlebihan. Inklusi jenis
ini muncul berbentuk padat, butiran biru-ungu dalam sel darah merah dan
biasanya hanya ada satu atau dua, yang terletak di pinggiran sel dan biasanya
terlihat dalam penyakit seperti anemia sideroblastik, anemia hemolitik, dan
penyakit sel sabit. Adanya benda pappenheimer dapat mempengaruhi
perhitungan jumlah platelet ketika analisis dilakukan dengan counter elektrooptik. Benda pappenheimer terlihat dengan pewarnaan Wright dan atau
Giemsa serta warna biru pada granulanya akan terlihat dengan cat Perls'
Prussian blue (Wikipedia, 2015).
3. Benda Howll Jolly

(Sumber: Whiteedelweis, 2015)


Benda Howll Jolly adalah temuan histopatologi dari sisa-sisa inti
basofilik (cluster DNA) dalam sirkulasi eritrosit. Selama pematangan dalam
sumsum tulang, eritrosit biasanya mengeluarkan inti, tetapi dalam beberapa kasus
sebagian kecil dari DNA masih tersisa hingga meninggalkan berupa pecahanpecahan ungu kehitaman (Sukma, 2016).
Benda Howll Jolly merupakan sisa pecahan inti eritrosit (DNA) yaitu
bagian kromosom yang dilepaskan oleh sel saat membelah diri, diameter pecahan
rata-rata 1 , berwarna ungu kehitaman, biasanya tunggal. Dalam keadaan normal
butir-butir ini dipecahkan oleh limpa. Ditemukan pada :

Pasca splenektomi
Anemia hemolitik
Anemia megaloblastik
Kelainan metabolisme hemoglobin
Steatorrhoe
Osteomyelodisplasia
Talasemia
Atrofi limpa
Anemia defisiensi asam folat (Ponce, 2013).

4. Cincin Cabot (cabot ring)

(Sumber: Holly S., 2013)


Cincin cabot merupakan keadaan eritrosit yang sitoplasmanya berisi sisa
dari membrane inti, dengan bentuk khas seperti cincin atau seperti angka 8.
Cincin cabot berwarna biru keunguan dalam sitoplasma eritrosit. Ditemukan pada
Talasemia, Anemia pernisiosa, Anemia hemolitik, Keracunan timah, Pasca
splenektomi, dan Anemia megaloblastik (Sukma, 2016).
5. Benda Heinz

(Sumber:
Sukma, 2016)
Benda Heinz merupakan inklusi bulat kecil dalam sitoplasma sel darah
merah, dimana inklusi ini tidak terlihat ketika diwarnai dengan pewarna
Romanowsky dan tampak lebih jelas ketika diwarnai dengan pewarnaan
supravital (Sukma, 2016).
Ciri-ciri dari Benda Heinz adalah hasil denaturasi hemoglobin yang
berubah sifat. Tidak jelas terlihat dengan pewarnaan Wrights, tetapi dengan
pengecatan kristal violet seperti benda-benda kecil tidak teratur berwarna
dalam eritrosit. Ditemukan pada G-6-PD defesiensi, Anemia hemolitik karena
obat, Pasca splenektomi, Talasemia, Panyakit Hb Kohn Hamme (Kennedy,
2013).
Badan Heinz dibentuk oleh kerusakan pada komponen hemoglobin,
biasanya melalui kerusakan oksidan, atau dari mutasi yang diwariskan (dari
perubahan dari residu asam amino internal). Akibatnya, elektron dari
hemoglobin ditransfer ke molekul oksigen, yang menciptakan spesies oksigen
reaktif (ROS) yang

dapat

menyebabkan

kerusakan

sel

yang

parah

menyebabkan lisis sel dini. Sel yang rusak mengakibatkan terbentuknya badan
Heinz (Sukma, 2016).
Ada beberapa jalur yang mengarah ke kerusakan hemoglobin sehingga
menyebabkan terbentuknya Badan Heinz. Beberapa kondisi tersebut antara
lain :

Kekurangan NADPH yang dapat menyebabkan disfungsi dalam glutation


peroksidase

yang

merupakan

enzim

yang

mengubah hidrogen

peroksida ( spesies oksigen reaktif ) ke dalam air.


Kekurangan G6PD ( dehidrogenase glukosa-6-fosfat ) disertain dengan
pemberian obat oksidan (misalnya, primakuin , dapson ,quinidine ) juga dapat
mengakibatkan badan Heinz. G6PD Badan Heinz juga dapat ditemukan

dalam penyakit hati kronis.


Kehadiran badan Heinz juga dapat mengidentifikasi adanya hiposplenisme
atau asplenia (Sukma, 2016).

6. Nucleated Red Cell

(Sumber: Sukma, 2016)


Nucleated Red Cell atau yang disebut dengan normoblas merupakan
sel darah merah yang memiliki inti di dalam sitoplasmanya. Inti yang
terbentuk berwarna kebiruan. Inti terlihat besar seperti rubriblas, berwarna
keunguan, kromatin lebih tebal dan kasar dari rubriblas, dan anak inti kadang
masih dapat terlihat (Sukma, 2016).
Keadaan dimana terdapat Nucleated Red Cell merupakan keadaan
dimana eritrosit yang belum matang yang dalam hal ini masih dalam tahap
normoblas terdistribusi terjadi anemia, myelofibrosis, thalassemia, miliary
tuberculosis, kanker sumsum tulang belakang, dan pada hypoxemia kronis
(Wikipedia, 2016).
7. Polikromatofilik / Retikulosit

(Sumber: Sukma, 2016)


Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya
dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan matang di
sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam pembuluh darah sebelum
matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit, retikulosit tidak memiliki inti sel
(nukleus) (Sukma, 2016).
Retikulosit adalah sel darah merah muda yang biasanya tetap di
sumsum tulang dan hanya sejumlah kecil yang merambah ke sirkulasi darah
(kurang dari 1 persen). Jumlah retikulosit dalam darah meningkat ketika
produksi sel darah merah luar biasa besar, seperti setelah episode pendarahan
besar atau setelah sumsum tulang tertekan dan regenerasi (Sukma, 2016).
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti
atau kromatin (RNA, organela, dan mitokondria) yang terbentuk seperti jala
(Sukma, 2016).
Mekansime terbentuknya retikulosit dimulai pada proses maturasi
eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan penglepasan inti sel, masih
diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian
proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah
tepi. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai
retikulosit selama 1-2 hari (Sukma, 2016).

Keadaan dimana terdapat retikulosit lebih dari 0,5 % 1,5 % dalam


darah menunjukkan adanya kelainan intra seluler berupa respon sumsum
tulang terhadap kondisi tubuh yang memerlukan lebih banyak sel darah merah
seperti yang terjadi pada kondisi anemia (Sukma, 2016).
8. Rouleaux Formation

(Sumber: Sukma, 2016)


Rouleaux

formation

merupakan

kondisi

yang

menyebabkan

pembentukan rouleaux termasuk infeksi, multiple myeloma, inflamasi


gangguan jaringan ikat dan, dan kanker. Hal ini juga terjadi pada diabetes
mellitus dan merupakan salah satu faktor penyebab untuk oklusi
mikrovaskuler di retinopati diabetes. Protein fase akut, terutama fibrinogen
berinteraksi dengan asam sialat pada permukaan sel darah merah untuk
memfasilitasi pembentukan rouleaux. Peningkatan rasio sel darah merah
untuk plasma volume, seperti yang terlihat dalam pengaturan anemia dan
hipovolemia, meningkatkan pembentukan rouleaux dan mempercepat
sedimentasi (Sukma, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Holly

S.
2013.
RBC
Morphology.
Terdapat
https://www.studyblue.com/notes/note/n/rbc-morphology/deck/8038831.
Diakses pada: 23 April 2016.

di:

Juniawati, Ni Komang. 2011. Laporang Hematologi Semester III. Terdapat di:


http://junikomang.blogspot.co.id/2011/01/laporan-hematologi-semesteriii.html. Diakses pada 19 April 2016.
Kennedy, Nita Prabawati.
2013.
Hematologi
Klinik. Terdapat di:
http://nitaprabawatikennedy.blogspot.co.id/2013/02/hematologi-klinik.html.
Diakses pada: 24 April 2016.
Monda,
Hartati.
2014.
Kelainan
Sel
Darah.
Terdapat
di:
http://hartatimonda.blogspot.co.id/2014/07/kelainan-sel-darah.html. Diakses
pada: 19 April 2016.
Ponce,

Fredirikus.
2013.
BAB
I
PENDAHULUAN.
Terdapat
https://plus.google.com/111182275438355707982/posts/Xyyd7EmdiA4.
Diakses pada: 23 April 2016.

di:

Sugiyanto, Silviana. 2012. Kelainan Sediaan Apus Darah. Terdapat di:


http://silviaquerida.blogspot.co.id/2012/04/kelainan-sediaan-apus-darah.html.
Diakses pada: 19 April 2016.
Sukma,
Ika.
2016.
KELAINAN
ERITROSIT.
Terdapat
http://documents.tips/documents/kelainan-eritrosit-56c4a39ce239c.html.
Diakses pada: 23 April 2016.

di:

Whiteedelweis. 2015. Badan atau Benda Inklusi Eritrosit. Terdapat di:


https://whiteedelweis.wordpress.com/2015/10/31/badan-atau-benda-inklusieritrosit/. Diakses pada: 23 April 2016.
Wikipedia.
2015.
PappenheimerBodies.
Terdapat
di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Pappenheimer_bodies. Diakses pada: 19 April
2016.
Wikipedia.
2016.
Basophilic
Stippling.
Terdapat
di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Basophilic_stippling. Diakses pada: 19 April
2016.

Wikipedia.
2016.
Nucleated
Red
Blood
Cell.
Terdapat
di:
http://en.wikipedia.org/wiki/Nucleated_red_blood_cell. Diakses pada: 24
April 2016.

You might also like