Professional Documents
Culture Documents
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drugrelated problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat
yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi
ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh
kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi.1 Interaksi obat akan meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu. Prevalensi
interaksi obat meningkat secara linear seiring dengan peningkatan jumlah obat
yang diresepkan, jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin dan usia pasien.2
Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat jarang dan seringkali lolos dari pengamatan karena
kurangnya pengetahuan pada dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya
interaksi obat sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali
dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi
berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan
penyakit. Selain itu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk
diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu dan
faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).2,3.
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Di Indonesia sekarang berada
pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Menurut WHO
tahun 2010 estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan
estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian
akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Salah satu masalah terapi
obat OAT yang cukup penting adalah interaksi obat. Interaksi obat dianggap
penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi
efektivitas obat yang berinteraksi.2,3.
1
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drugrelated problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat
yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi
ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh
kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi.1 Dua atau lebih obat yang
diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya secara tidak langsung
atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek satu
obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya.4
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya.5 Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi
terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi
yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik.6
Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan satu
dari dua mekanisme berikut:3
Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B
sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan
jumlah
farmakologisnya.
obat
yang
tersedia
untuk
menghasilkan
efek
obat-obatan.
Sebagai
contoh,
antibakteri
tetrasiklin
dapat
membentuk khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen, seperti
kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang kurang
diserap dan mengurangi efek antibakteri.
-
Karena kebanyakan obat sebagian besar diserap di bagian atas usus kecil,
obat-obatan
yang
mengubah
laju
pengosongan
lambung
dapat
ikatan protein
Distribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi oleh
aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara aktif
membawa obat keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif. Obat
yang termasuk inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan
substrat obat ke dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping CNS.
Induksi Enzim
Inhibisi enzim
Perubahan pH urin
Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang bersifat asam lemah (pKa 3-7,5)
sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang tidak
dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan tetap dalam urin
dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa lemah dengan nilai pKa 7,5
sampai 10.5. Dengan demikian, perubahan pH yang meningkatkan jumlah
obat dalam bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat.
-
ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi. Sebagai contoh,
probenesid mengurangi ekskresi penisilin dan obat lainnya. Dengan
meningkatnya pemahaman terhadap protein transporter obat pada ginjal,
sekarang diketahui bahwa probenesid menghambat sekresi ginjal banyak
obat anionik lain dengan transporter anion organik (OATs).
-
Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi.4
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP,
jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat
(misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk
berlebihan. Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif
ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan interval
QT).5
yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu
pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika
asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan waktu
protrombin dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat terapi
pengobatan antikoagulan.5
Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya
potensial
intervensi/monitor
mungkin
terjadi
sering diperlukan.
pada
pasien,
Efek
interaksi
dan
beberapa
moderate
tipe
mungkin
major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari interaksi
antara obat dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko interaksi obat
akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh
individu. Hal ini juga menyiratkan risiko yang lebih besar pada orang tua dan
mengalami penyakit kronis, karena mereka akan menggunakan obat-obatan lebih
banyak daripada populasi umum. Risiko juga meningkat bila rejimen pasien
berasal dari beberapa resep. Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada pasien
rawat inap yang diresepkan banyak pengobatan. Prevalensi interaksi obat
meningkat secara linear seiring dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan,
jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan. Obat lini pertama (utama) adalah isonoazid
(H), etambutol (E), pirazinamid (Z), rifampisin (R), sedangkan yang termasuk
obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin, amikasin, kanamisin kapreomisin,
klofazimin dan lain-lain yang hanya dipakai pada pasien HIV yang terinfeksi dan
mengalami multidrug resistant (MDR).
Interaksi isoniazid ( H )
Manajemen
Dianjurkan
Monitor
Monitor
asetaminofen
membatasi
Hepatotoksisitas
ditingkatkan oleh
pemakaian
isoniazid. Kasus
asetaminofen,
hepatoksisitas
dapat dipakai
pernah terjadi
aspirin atau
akibat interaksi
NSAID lain
antara
asetaminofen dan
isoniazid
Antasida
Beberapa
Monitor INH
Minum INH 2 jam yang
antasida
sebelum atau 6
Menurun
menurunkan
jam sesudah
Responsnya
antasida
karena antasida.
plasma
10
As. Valproat
Pernah terjadi
Monitor
kadar as.valproat
Perubahan
meningkat setelah
Respons
dikombinasikan
as.valproat bila
dengan INH,
memulai INH.
sehingga terjadi
(mual, sedasi)
simtom toxisitas
asam valproat.
Dihentikan
Penderita dengan
(berkurangnya
slow acetylators
Pengendalian
lebih berisiko
kejang-kejang)
INH akan
Monitor toksisitas
meningkatkan
konsentrasi
nystagmus,
fenitoin dalam
serum.
dihentikan ,
Kemungkinan
monitor respons
terjadi toksisitas
terhadap fenitoin
fenitoin. Slow
metabolizers INH
fenitoin dinaikkan
risikonya lebih
sesuai kebutuhan
besar.
Makanan
Makanan akan
Monitor reaksi
menurunkan
perut kosong
akibat keju:
konsentrasi INH,
flushing, chills,
dan beberapa
tachycardia, sakit
kepala, hipertensi.
menyebabkan
reaksi .
11
Interaksi
Amiodaron Rifampisin
Manajemen
Pakai antiaritmik
menurunkan
alternatif.
konsentarsi
Rifampin juga
amiodaron dalam
menginduksi
plasma, dapat
metabolisme
menurunkan
quinidin,
efikasi terapi
disopiramid,
Monitor
Monitor
amiodaron
propafenon,
verapamil
Buspiron
Rifampisin
Pakai antianxiety
Monitor efikasi
menurunkan
alternatif yang
buspiron.
dengan jelas
tidak
konsentrasi
dimetabolisme
buspiron dalam
oleh CYP3A4
serum , dapat
misalnya:
menurunkan
lorazepam,
efikasi terapi.
temazepam
Khloramfen
Rifampisin
ikol
Hindari kombinasi
Monitor
menurunkan
Rifampisin dan
Konsentrasi
konsentrasi
khloramfenikol
Khloramfenikol
khloramfenikol,
mengurangi
efikasi antibakteri
12
Obat KB
Rifampisin dapat
Harus diterapkan
Monitor adanya
menyebabkan
efek turunnya
ketidakaturan
tambahan metoda
estrogen seperti
menstruasi,
lain selama
Ketidakaturan
ovulasi, dan
pengobatan
Menstruasi
kadang kegagalan
rifampisin dan 1
obat KB oral
siklus setelah
rifampisin selesai.
Hindarkan kecuali
Monitor
menurunkan
kegunaannya
Konsentrasi
konsentrasi
melebihi risiko
siklosporin dalam
siklosporin dan
darah. Kombinasi
dapat
dengan
Rifampisin
menyebabkan
Membutuhkan
kegagalan terapi
Peningkatan
Konsentrasi
siklosporin 2-4 x
untuk menjaga
Konsentrasi
terapinya.
Berhentinya
rifampisin akan
Menyebabkan
Peningkatan
siklosporin dalam
5-10 hari.
13
Diazepam
Rifampisin ternyata
Monitor penderita
menurunkan kadardiazepam
akan menurunnya
efek
benzodiazepam
Rifampisin menurunkan
Digitoksin
Harus ada
penyesuaian dosis
untuk glikosida
digitalis (terutama
Monitor
menurunnya
efikasi glikosida
digitalis
digitoxin.)
Rifampisin menurunkan
Diltiazem
Dicari alternatif
Monitor efek Ca
Channel blocker
Fluvastatin
lainnya)
lebih besar.
rifampisin.
Cari anti
Monitor serum
kolesterol yang
kolesterol
Rifampisin menurunkan
konsentrasi fluvastatin
dalam plasma. Menurunkan
efikasi fluvastatin
tidak dipengaruhi
oleh CYP3A4
atau CYP2C9
Gliburid
Rifampisin menurunkan
kadar gliburid.
Kemungkinan turunnya
efek hipoglikemik.
Kemungkinan dapat terjadi
pada Sulfonylurea lain.
Perhatikan
turunnya efek
hipoglikemik.
Penghentian
rifampisin dapat
mengakibatkan
hipoglikemi.
14
Isoniazid
Monitor
meningkatkan
hepatotoksisitas
hepatotoksisitas INH ,
terutama bagi
penderita
menyebabkan
hepatotoksitas pada
slow acetylator of
INH
Rifampisin
Monitor
Itrakonazol menurunkankonsentras i
itrakanazol dalam plasma.
penurunan efikasi
itrakonazol
Menurunkan efikasi
itrakonazol
Ketokonazol
Rifampisin menurunkan
konsentrasi ketokonazol,
Pemisahan dosis
dan ketokonazol
ketokonazol dan
menurunkan konsentrasi
rifampisin 12 jam
puncak rifampisin
dapat mencegah
depresi
konsentrasi
Monitor
kegagalan terapi
untuk
ketokonazol atau
sebaliknya
rifampisin.
rifampisin
Cari alternatif
Losartan
Rifampisin menurunkan
obat hipotensif
Monitor
lain, misalnya
penurunan efikasi
ACE inhibitor.
hipotensif
aktifnya Kemungkinan
menurunnya efikasi
hipotensif
15
Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450
isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang
dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu
ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah
Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya : protease
inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin , noretindron, warfarin, siklosporin,
fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, teofilin, nortriptilin, alprazolam,
diazepam, midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
./ .
17