Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan dan sekuelnya
yang terjadi akibat perbedaan tekanan udara di dalam ruang telinga
tengah dengan tekanan lingkungan. Dikenal dua bentuk barotrauma
telinga yaitu barotrauma telinga waktu turun (descent) dan barotrauma
telinga waktu naik (ascent). Barotrauma dibagi lagi menurut anatomi
telinga yaitu barotrauma telinga luar, tengah dan dalam, tergantung dari
bagian telinga yang terkena, yang dapat terjadi secara bersamaan.
1, 2, 3,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
A. Anatomi Telinga Luar
Telinga Luar
b.
Telinga Tengah
c.
Telinga Dalam
2) Cavum tympani
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas : 1
aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada
permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat
gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membran tektoria.
Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung
yang terletak di medial disebut sebagai limbus.1
1, 2, 3,
2.3 Epidemiologi
Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini
terutama karena rumitnya fungsi tuba eustakius. Barotrauma pada
telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang.
Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air
setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki
pertama di atas bumi. Dengan demikian, perubahan tekanan
lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan
dengan saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan realitf tingginya
insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam.
Barotrauma telinga tengah merupakan cedera terbanyak yang dialami
saat menyelam, terjadi sekitar 30% pada saat menyelam pertama kali
dan 10 % pada penyelam yang telah sering melakukan penyelaman. 2,3
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada
2,28 kasus per 10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada
kasus ringan tidak diketahui karena banyak penyelam tidak mencari
pengobatan. Resiko Barotrauma ini meningkat pada penyelam dengan
riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,5 kali pada pasien dengan
paten foramen ovale. Kematian akibat Barotrauma di pesawat militer
telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per juta jam penerbangan.
Tingkat insiden dekompresi untuk rata-rata penerbangan sipil sekitar 35
per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia dapat
ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada
barotrauma akibat menyelam tidak ada informasi yang tersedia di
seluruh dunia.9,10
2.4 Etiologi dan Klasifikasi
Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam
tubuh menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras
ventilasi yang normal. Kelainan ini terjadi pada keadaan-keadaan: 5
a. Saat menyelam
Saat seseorang menyelam, ada beberapa tekanan yang
berpengaruh yaitu tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan
atmosfer yaitu tekanan yang ada di atas air. Tekanan hidrostatik yaitu
tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di atas penyelam.
Barotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik.
Divers depth gauges digunakan hanya untuk mengetahui tekanan
hidrostatik (kedalaman air) dan berada pada angka nol pada
permukaan laut. Ini tidak dapat mengetahui 1 atmosfer (1 ATA)
diatasnya. Jadi, gauge pressure selalu 1 atmosfer lebih rendah dari
tekanan yang sebenarnya dan tekanan absolut.9
Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer yang ada di laut yaitu 1 atmosfer atau 1 bar. 1
Atmosfer diperkirakan mendekati dengan 10 meter kedalaman
laut, 33 kaki kedalaman air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1
kg/cm2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar, 101,3 kilopascals, 760 mmHg.9
Tabel 1. Tekanan atmosfer dan Tekanan Gauge di bawah laut 9
Tekanan Absolute
Tekanan Gauge
Kedalaman Laut
1 ATA
0 ATG
Permukaan
2 ATA
1 ATG
10 meter (33ft)
3 ATA
2 ATG
4 ATA
3 ATG
Tekanan Absolut
Tekanan absolut merupakan tekanan total yang dialami seorang
penyelam ketika berada di kedalaman laut yang merupakan
jumlah dari tekanan atmosfer yang berada di permukaan air
ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa air di atas
penyelam (tekanan hidrostatik). Tekanan total yang dialami
penyelam disebut tekanan absolut. Tekanan ini menggambarkan
keadaan atmosfer dan disebut sebagai absolut atmosfer atau
ATA.9
Tekanan Gauge
Seperti yang telah dijelaskan, tekanan hidrostatik pada pada
penyelam secara umum diukur dengan suatu tekanan atau
depth gauge. Seperti alat ukur yang telah dijelaskan tekanan
pada permukaan laut dan mengabaikan tekanan atmosfer (1
ATA). Tekanan gauge dapat diubah menjadi tekanan absolute
dengan menambahkan 1 tekanan atmosfer. 9
Tekanan Parsial
Pada campuran gas, proporsi tekanan total yang dimiliki oleh
masing-masing gas disebut sebagai tekanan parsial (bagian atas
10
11
12
13
tengah sangat tinggi. Akan tetapi, tekanan akan turun oleh tuba
eustakius ketika menelan, dan gejala menjadi tidak terlalu berat.
Sayangnya, mukosa tuba bertindak sebagai keran satu arah, dan
masalah yang sebenarnya terjadi ketika pesawat mendarat. Pada saat
pesawat hendak mendarat, tekanan atmosfer di lingkungan meningkat
secara cepat dan tuba eustakius yang bengkak pada nasofaring
mencegah aerasi telinga tengah. Hal ini menyebabkan kolapsnya
gendang telinga ke dalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah
dapat ruptur dan mengalami perdarahan kemudian menyebabkan
hemotimpanum. Hal ini dapat berlangsung hingga berhari-hari. 1
Hukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada cairan
secara langsung sebanding dengan tekanan pada udara dan cairan.
Sehingga, ketika tutup botol soda dibuka, terbentuk gelembung pada
saat udara dilepaskan dari cairan. Sebagai tambahan, ketika nitrogen
pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak atau cairan
sinovial penyelam saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari
jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju lingkungan dengan
tekanan yang lebih rendah. Hal ini akan terjadi secara perlahan dan
bertahap jika penyelam naik secara perlahan dan bertahap, dan
nitrogen akan memasuki pembuluh darah dan menuju ke paru-paru dan
dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika penyelam naik secara
cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk
gelembung udara. Gelembung yang terbentuk akan mempengaruhi
jaringan dalam banyak cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi
pada pembuluh darah yang dapat mengarah ke cedera iskemik. Hal ini
dapat berakibat fatal bila terjadi pada area tertentu pada otak.
Kehilangan pendengaran (tuli mendadak) dapat terjadi bila gelembung
udara membentuk oklusi pada pembuluh darah arteri labirin yang
kemudian meyebabkan iskemik pada koklea. Gelembung juga dapat
membentuk suatu permukaan dimana protein dari pembuluh darah
dapat melekat, terurai, dan membentuk gumpalan atau sel-sel radang.
14
15
16
17
18
19
20
21
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus disesuaikan dengan riwayat pasien.
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan dengan menekankan
pada telinga, sinus, dan leher serta paru-paru, kardiovaskular, dan
sistem neurologi. Inspeksi dan palpasi ekstremitas, dan pergerakan
sendi. Pada sinus, inspeksi mukosa nasal untuk polip, perdarahan atau
lesi. Palpasi dan transluminasi sinus untuk memeriksa adanya
perdarahan. Perkusi gigi atas dengan spatel untuk melihat adanya nyeri
tekan pada sinus. Pada telinga inspeksi secara hati-hati membran
timpani, lihat apakah ada tanda-tanda : kongesti di sekitar umbo,
berapa persen membran timpani yang rusak, jumlah perdarahan di
belakang gendang telinga, bukti ruptur membran timpani. Pemeriksaan
fisik dapat ditemukan retraksi, eritema, dan injeksi atau perdarahan
pada membran timpani. Gejala yang lebih berat berupa otitis,
hemotimpanum, dan perforasi membran timpani. Selama inspeksi pada
telinga, dapat ditemukan penonjolan ringan ke arah luar atau ke dalam
dari gendang telinga. Jika kondisi memberat, mungkin didapatkan
darah atau memar di belakang gendang telinga. Palpasi untuk mencari
nyeri tekan pada tuba eustakius.
3,19,20
22
23
Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele
Timpanometri
Timpanometri dilakukan untuk melihat apakah ada cairan di
25
26
27
28
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal. 10-13, 65
2. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
EGC. 1997. Hal. 90-2.
3. Kaplan J. Barotrauma.
http://www.emedicine.medscape.com/article/768618.htm (diakses
tanggal 16 januari 2014).
4. Safer, D. Barotrauma. Spain: EBSCO Publishing. 2011.
5. Aly, Rusly, dr. Barotrauma. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala. 2010;35-8.
6. Cummings, Charles W. Cummings Otolaryngology Head and Neck
Surgery Fourth Edition. Maryland: Elsevier.2005.
7. Netter, F. Interactive Atlas Of Human Anatomy. England : Novahte.
2004. P. 215-26
8. Dosen Bagian Ilmu Penyakit THT. Anatomi Sinus Paranasalis.
Medan: Bagian Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. 2012;1-13.
9. Edmonds, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving
Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of
Australia. 2013; 11-28.
10. Direction of Commander, Naval Sea Systems of Command. Mixed
Gas Surface Supplied Diving Operations in US Navy Diving Manual
Revision 6. 2011; 180-199.
11. Ajeng, Darmafindi dan Indriawati Ratna. Pengaruh Frekuensi
Penggunaan Pesawat Terbang dengan Kejadian Barotrauma.
Yogyakarta: Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. 2011.;1-6.
12. Ballenger, JJ. Etc. Ballengers Otorhinolaryngology: Head and Neck
Surgery. USA: PMPH-USA. 2009. P. 215-6
30
13. Edmonds, Carl MD, et al. Ear Barotrauma Chapter 9 dalam Diving
Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of
Australia. 2013; 90-107.
14. Bentz, BG. Barotrauma. American Hearing Research Foundation.
2012
15. Becker, G. Medical Aspect of Scuba Diving. Current concepts in
otolaryngology. P. 40-54
16. Bailey, BT. Head & Neck Surgery Otolaryngology. Londong :
Lippincott Williams & Wilkins . 2006. P.4-5
17. Edmonds, Carl MD, et al. Sinus Barotrauma Chapter 10 dalam
Diving Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National
Library of Australia. 2013; 108-112.
18. Mirza, S. etc. Otic Barotrauma from Air Travel. UK : The Journal of
Laryngology & Otology. 2005.
19. Lalwani, AK. Current Diagnosis & Treatment : Otolaryngology Head
and Neck Surgery. 2nd Edition. NY: The McGraw Hill Companies.
2007. P. 57
20. MedlinePlus. Ear Barotrauma.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001064.htm
(diakses tanggal 16 Janurai 2014)
21. Metin, TO. Diagnosis in Othorhinolaryngology- An Illustrated Guide.
Turkey : Springer. 2009. P. 33
22. Andrianto P. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1993. Hal. 114-5
23. Zhang, JH.Oxygen Therapy in Ischemic Stroke.American Heart
Association Journal. 2003
24. Menner, AL. A Pocket Guide to The Ear. New York : Thieme
Stuttgart. 2003. P. 85
31