Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Juvenille Rheumatoid Arthritis atau JRA adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi artritis kronis pada anak-anak yang mana memiliki
beberapa subgrup.1 Penyakit ini merupakan salah satu penyakit rheumatoid paling
sering pada anak dan merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan
kecacatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi
kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi. 2
Berdasarkan kriteria klasifikasi ACR, JRA bukanlah suatu penyakit tunggal
namun merupakan kategori penyakit dengan 3 tipe onset utama: 1) oligoarthritis
atau pauciarticular disease, 2) polyarthritis, dan 3) systemic-onset disease. Ada 9
subtipe yang diketahui.3
Aktivitas penyakit JRA akan menghilang secara bertahap bersamaan dengan
usia dan berhenti saat pubertas pada 85% pasien. Namun pada beberapa kasus,
gangguan ini berlanjut hingga dewasa. Masalah setelah pubertas ini berhubungan
dengan kerusakan sendi residual. Pasien dapat menjadi cacat secara permanen
karena synovitis yang terus menerus, keterlibatan panggul, atau tes rhematoid
factor positif.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
JRA adalah suatu kumpulan gangguan idiopatik heterogen, yang ditandai oleh
chronic synovitis yang terutama melibatkan sendi perifer, meskipun cervical spine
seringkali juga terlibat.5 Dikarakteristikan dengan synovitis sendi periferal dengan
manifestasi efusi dan pembengkakan sendi. 3 Seperti kebanyakan penyakit
rheumatic, JRA lebih sering terjadi pada wanita. 3 JRA adalah salah satu penyakit
rheumatoid yang paling sering pada anak, dan merupakan kelainan yang paling
sering menyebabkan kecacatan.2
The American College of Rheumatology membagi JRA menjadi 3 subtipe
utama : systemic onset, polyarticular dan pauciarticular(oligoarthritis) berdasarkan
perjalanan klinis penyakit 6 bulan setelah onset. 5
Kriteria untuk klasifikasi JRA3
Umur onset <16 tahun
Arthritis (bengkak atau efusi, atau adanya 2 atau lebih tanda berikut : rentang
pergerakan yang terbatas, nyeri saat bergerak dan semakin panas) pada 1 atau
o
o
o
beberapa sendi
Durasi penyakit 6 minggu atau lebih
Tipe onset ditentukan oleh gejala penyakit pada 6 bulan pertama :
Polyarthritis : 5 atau lebih sendi yang mengalami inflamasi
Oligoarthritis : <5 sendi yang mengalami inflamasi
Systemic
: arthritis dengan demam yang khas
2.2 Etiologi
2
Etiologi dari tipe arthritis kronis pada anak-anak ini masih tidak diketahui.
Setidaknya ada 2 teori yang dikemukakan: kerentanan immunogenik dan pemicu
eksternal seperti lingkungan. Subtipe-subtipe HLA tertentu memberikan kerentanan
yang bervariasi atau proteksi tergantung umur anak. Pemicu eksternal yang
mungkin adalah virus (parvovirus B19, rubella, EBV), hiperreaktivitas host terhadap
antigen spesifik (tipe II kolagen), dan peningkatan reaktivitas sel T terhadap protein
bakteri atau mikobakterial.3
2.3 Epidemiologi
Insiden JRA adalah sekitar 13.9/100000 anak per tahun pada anak-anak
berkulit putih 15 tahun, dengan prevalensinya sekitar 113/100000 anak.
Perbedaan ras dan etnis mengakibatkan variasi frekuensi kejadian subtipe JRA. 3
Stress, infeksi dan trauma dapat berperan dalam memicu onset terjadinya arthritis. 5
Pauciarticular JRA :
PaJRA adalah subtipe JRA yang paling sering terjadi, yaitu setengah dari
seluruh kasus JRA dan dapat dibagi lagi menjadi 2 grup : anak perempuan dengan
usia lebih muda (seringkali dengan ANA+) dan anak laki-laki dengan usia yang
lebih tua.5
Polyarticular JRA :
PoJRA terjadi pada 40% kasus JRA dan mengacu pada arthritis kronis yang
melibatkan 5 atau lebih sendi. Kondisi ini dapat dibagi menjadi 2 subgrup
tergantung ada atau tidaknya RF. ANA titer rendah juga sering tampak pada JRA
tipe ini. Pasien dengan RF negatif biasanya usia muda, dengan gejala yang lebih
bervariasi dan prognosis yang lebih baik, meskipun beberapa akan mengalami RF
positif dan arthritis yang progresif dikemudian hari. Pasien dengan RF positif
menunjukkan gejala early onset dari RA dewasa.5
Systemic-onset JRA :
SoJRA, atau Still Disease terjadi pada 10% kasus JRA, terjadi pada anak lakilaki maupun perempuan, dan sering muncul dengan onset yang mendadak. Anakanak seringkali tampak sangat sakit dan subgrup ini paling sering mengakibatkan
kematian.5
3
Polyarticular
Karakteristik
pasien
10-20
20-30
Manifestasi sistemik
Laki-laki agak lebih sering
RF dan ANA seronegatif
Arthritis parah pada 25% pasien
Polyarthritis simetris pada sendi kecil dan
5-10
besar
Lebih sering wanita
Onset pada childhood early atau late
ANA positif pada 25% pasien
Sering ada Nodul Rheumatoid
Arthritis parah pada 10-15% pasien
Polyarthritis simetris pada sendi kecil dan
30-40
10-15
besar
Lebih sering wanita
Onset pada childhood late
ANA positif pada 50-75% pasien
Sering ada Nodul Rheumatoid
Arthritis parah pada >50% pasien
Arthritis sedikit sendi
Panggul atau sacroiliaka tidak terlibat
Lebih sering wanita
Onset pada Childhood Early
ANA positif pada 60%, RF-negatif
Iridocyclitis kronis pada 30% pasien
Arthritis ringan
Arthritis sedikit sendi
Panggul atau sacroiliaka sering terlibat
Lebih sering laki-laki
Onset pada Childhood Late
ANA negatif, RF-negatif, HLA-B27 positif
-RF negatif
-RF positif
Pauciarticular
Early Childhood
onset
Late Childhood
onset
2.4 Patogenesis
Gambar 2.2 Synovitis JRA pada sendi lutut pada synovectomy. Synovial
membrannya sangat hipertrofi dengan adanya bentukan proyeksi seperti anggur
(villi) dan ekstensi jaringan pada permukaan artikula (pannus formation)
2.5 Patofisiologi
Dalam patofisiologi JRA, ada setidaknya 2 hal yang perlu diperhitungkan yaitu
hipereaktivitas yang berhubungan dengan HLA dan adanya pencetus lingkungan.
Penyebab gejala klinis JRA antara lain infeksi karena autoimun, trauma, stres,
serta faktor imunogenetik.2
Pada JRA, sistem imun tidak bisa membedakan antara antigen luar dan
antigen dari diri kita. Antigen yang diserang pada JRA adalah sinovia persendian.
Hal ini terjadi karena genetik, kelainan sel T supresor, reaksi silang antigen, atau
perubahan struktur antigen tubuh kita. Peranan sel T dimungkinkan karena adanya
HLA tertentu. HLA-DR4 menyebabkan terjadinya JRA tipe poliartikular. HLA-DR5
dan HLA-DR8, HLA-B27 menyebabkan pauciartikular. Virus dicurigai menjadi
6
penyebab terjadinya perubahan struktur antigen tubuh ini, dimana tampaknya ada
hubungan antara infeksi virus hepatitis B, EBV, imunisasi Rubella dan mikoplasma
dengan JRA.2
Pada fase awal, terjadi kerusakan mikrovaskuler serta proliferasi sinovia. Tahap
berikutnya, terjadi edema pada sinovia, dimana proliferasi sel sinovia mengisi
rongga sendi. Sel radang yang dominan pada tahap awal adalah netrofil, setelah
itu limfosit, makrofag dan sel plasma. Pada tahap ini sel plasma memproduksi
terutama IgG dan sedikit IgM, yang bertindak sebagai faktor rheumatoid yaitu IgM
anti IgG. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa anti IgG dapat juga berasal dari
IgG. Rekasi antigen-antibodi menimbulkan kompleks imun yang mengaktifkan
sistem komplemen dengan akibat, timbulnya bahan-bahan biologis aktif yang
menimbulkan reaksi inflamasi. Inflamasi juga ditimbulkan oleh sitokin, reaksi
seluler, yang menimbulkan proliferasi dan kerusakan sinovia. Sitokin yang paling
berperan adalah IL-18, bersama sitokinlain IL-12, IL-15 menyebabkan respon Th1
berlanjut terus menerus, akibatnya produksi monokin dan kerusakan karena
inflamasi berlanjut.2
Pada fase kronis, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjol disebabkan
respon imun seluler. Kelainan yang khas adalah kerusakan tulang rawan ligamen,
tendon, kemudian tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh produk enzim,
pembentukan jaringan granulasi. Sel limfosit, makrofag, dan sinovia dapat
mengeluarkan sitokin, kolagenase, prostaglandin dan plasminogen yang
mengaktifkan sistem kalokrein dan kinin-bradikinin. Prostaglandin E2 (PGE2)
merupakan mediator inflamasi dari derivat asam arakidonat, menyebabkan nyeri
dan kerusakan jaringan. Produk-produk ini akan menyebabkan kerusakan lebih
lanjut seperti yang terlihat pada arthritis reumatoid kronis. 2
biasanya lebih lamban muncul.5 30% anak dengan pauciarticular JRA memiliki
iridocyclitis asimtomatis yang tersembunyi, dimana dapat mengakibatkan kebutaan
jika tidak ditangani.4 Keterlibatan tunggal sendi besar ekstremitas atas bukan
merupakan karakteristik dari onset tipe ini. Keterlibatan panggul hampir bukan
merupakan tanda JRA. Penyakit panggul dapat terjadi nantinya, terlebih pada
PoJRA, dan seringkali adalah suatu komponen dari penurunan fungsi. 3
lensa. Telah terjadi katarak pada lensa dan ada deposisi garam kalsium pada
kornea (band keratopathy) tampak seperti suatu lapisan tipis sepanjang palpebra
fissure.
Gambar 2.7 Nodul Rheumatoid Subkutan pada remaja perempuan dengan RFpositif polyarthritis. Nodul reumatoid muncul pada jaringan subkutan, biasanya
diatas titik tekanan. Hampir selalu berhubungan dengan penyakit RF-positif
Penyakit systemic-onset dikarakteristikan dengan arthritis dan keterlibatan
organ visceral seperti hepatosplenomegali, lymphadenopathy, dan serositis, seperti
effusi pericardial. Penyakit ini juga dikarakteristikan dengan demam quotidian
bertemperatur 39c selama 2 minggu, yang seringkali diikuti oleh temperatur
hipotermik ringan untuk 2 minggu. Masing-masing episode febris ini seringkali
diikuti oleh rheumatoid rash (75% kasus) yaitu rash dengan makula berwarna
seperti salmon yang transient atau agak seperti papul, dengan erupsi pucat yang
terjadi ketika temperatur melonjak. Rash ini dapat liner atau sirkular, berukuran dari
2-5 mm, dan sering terdistribusi dalam grup dengan tersering pada tubuh dan
ekstremitas proksimal. Rash nya ini pruritik. Tanda diagnostiknya adalah sifat
transient nya, dimana lesinya bertahan selama <1 jam. Fenomenon koebner, yang
mana adalah hipersensitivitas kulit terhadap trauma superfisial akibat muncul
kembalinya rash, mengarah pada penyakit sistemik-onset, meskipun bukan
diagnostik. Panas, seperti mandi air panas, juga dapat memicu munculnya rash
kembali.3 Pada JRA sistemik, arthritisnya mungkin tidak terlihat selama bermingguminggu. Komplikasi yang dapat terjadi pada sistemik JRA adalah macrophage
activation syndrome, dimana dapat terjadi kapan pun namun paling sering terlihat
setelah paparan terhadap obat. Komplikasi ini penting untuk diwaspadai agar
11
segera diterapi jika terjadi karena tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Pada
pola ini jarang terjadi iridocyclitis. 5
Gambar 2.9 Rash Rheumatoid pada Systemic JRA. Karakteristik lesinya, kecil,
makula merah pucat, seringkali dengan central clearing, yang akan menghilang
dalam beberapa menit hingga berjam-jam
2.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit ini sangat dibantu oleh kriteria klasifikasi ACR dan
subklasifikasi perjalanan penyakitnya, dan oleh eksklusi klinis yang rumit dari
penyakit articular lain. Biasanya tidak ada temuan pathognomonic untuk gangguangangguan ini. Demam intermittent klasik yang berhubungan dengan rash dan
12
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dipakai sebagai penunjang diagnosis. Bila
ditemukan ANA, RF dan peningkatan C3 dan C4 maka diagnosis JRA menjadi
lebih pasti.
Abnormalitas hematologis seringkali mencerminkan derajat inflamasi articular atau
sistemik, dengan peningkatan sel darah putih dan platelet count dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dan mean corpuscular volume.
Biasanya ditemukan anemia ringan, Hb antara 7-10 g/dl disertai leukositosis yang
didominasi neutrofil.
Trombositopenia terdapat pada tipe polyarticular dan systemik, seringkali dipakai
sebagai petanda reaktivasi penyakit.
Peningkatan LED dan CRP, gammaglobulin dipakai sebagai tanda penyakit yang
aktif. LED biasanya tidak normal pada anak dengan arthritis kronis. Peningkatan
IgM merupakan karakteristik tersendiri untuk penyakit JRA. C3 dan C4 lebih tinggi
dibanding orang dewasa.
RF lebih sering pada orang dewasa daripada pada anak. Bila positif, seringkali pada
JRA polyarticular pasien anak dengan usia lebih tua, dengan nodul subkutan, erosi
tulang atau keadaan umum yang buruk. Tes faktor rhematoid positif pada sekitar
13
15% pasien, biasanya ketika onset penyakit polyarticular muncul setelah umur 8
tahun
ANA sering tampak pada JRA. Lebih sering tampak pada pasien anak perempuan
usia muda dengan oligoarthritis dan komplikasi uveitis. Peningkatan titer ANA
tampak pada setidaknya 40-85% anak dengan oligoarticular atau polyarticular JRA,
namun jarang pada anak dengan penyakit systemic-onset.
Kultur adanya bakteri gram positif adalah satu-satunya tes definitif untuk infeksi.
Peningkatan leukosit count melebihi 2000/L mengacu pada inflamasi, hal ini dapat
terjadi akibat infeksi, penyakit vaskular-kolagen, leukemia, atau reactive arthritis.
Konsentrasi glukosa yang sangat rendah (< 40 mg/dL) atau PMN leukosit count
yang sangat tinggi (> 60000/L) sangat mengacu pada bakterial arthritis pada
anak.2
Sel/L
Lebih banyak SDM
Glukosa
Normal
<2000
3000-10000 SDP,
Normal
Arthritis
JRA dan
kebanyakan sel MN
5000-60000 SDP,
arthritis inflamasi
kebanyakan neutrofil
lainnya
Septic Arthritis
agak rendah
Rendah hingga
normal
Radiologis
Radiografi pada onset JRA akan tampak normal atau menunjukkan
pembengkakan soft tissue sekitar sendi, pelebaran synovial cavity dan
osteoporosis. Perubahan stadium lanjut, akibat kerusakan membutuhkan beberapa
tahun, biasanya 2 tahun, untuk terlihat. Tanda utama perubahan radiografi adalah
pembengkakan soft tissue dan osteoporosis juxta-articular, diikuti oleh erosi tulang,
14
2.9 Terapi
Pengobatan utama adalah suportif. Tujuan utama adalah mengendalikan gejala
klinis, mencegah deformitas, dan meningkatkan kualitas hidup. 2
Garis besar pengobatan meliputi : 1) program dasar yaitu pemberian : acidum
acetylsalicylum; keseimbangan aktivitas dan istirahat; fisioterapi dan latihan;
pendidikan keluarga dan penderita; keterlibatan sekolah dan lingkungan; 2) obat
anti-inflamasi non steroid yang lain, yaitu Tolmetin dan Naproxen; 3) obat steroid
intra-articular; 4) perawatan Rumah Sakit dan 5) pembedahan profilaksis dan
rekontruksi.2
Acidum acetylsalicylum (Aspirin)
Obat NSAID terpenting untuk JRA, bekerja menekan inflamasi, aman untuk
penggunaan jangka panjang.dosis yang efektif adalah 75-90mg/kgBB/hari dibagi 34 dosis, diberikan 1-2 tahun setelah gejala klinis hilang. 2
Analgesik lain
Asetaminofen bermanfaat untuk mengontrol nyeri atau demam terutama pada
tipe sistemik, tidak boleh digunakan dalam jangka waktu lama karena akan
menimbulkan kelainan ginjal.2
NSAID lain
Sebagian besar NSAID yang baru tidak boleh diberikan pada anak,
penggunaannya hanya untuk mengontrol nyeri, kekakuan, dan inflamasi pada anak
yang tidak responsif terhadap aspirin atau sebagai pengobatan awal. 2
Obat yang dapat memodifikasi perjalanan penyakit (Disease Modifying Anti
Rheumatic Drugs = DMARDs)
Pengobatan JRA kadang memerlukan waktu cukup lama sehingga
menimbulkan keputusasaan dan ketidakpercayaan pada penderita maupun orang
tuanya. DMARDs akan memperpendek perjalanan penyakit dan masa rawat inap.
Obat ini hanya boleh diberikan pada poliarthritis progresif yang tidak responsif
terhadap aspirin.2
16
Mekanisme
Supresi IL-1 dan
Efek Samping
Retinopati
TNF-, menginduksi
Prednisone
Gold Salt
Penicillamine
pertumbuhan,
immunosupresan
Tidak diketahui
Menurunkan jumlah
limfosit T
Suphasalazine
Gangguan
tulang
Lupus Eritematous
medikamentosa,
sindroma nefrotik
Nausea vomiting,
TNF-, menginduksi
Methotrexate
sumsum tulang
Supresi sumsum
Cyclofosphamide
purin
Menginduksi
tulang, hepatotoksik
Supresi sumsum
Azathioprine
apoptosis sel
Inhibitor sintesis
tulang
Supresi sumsum
purin
tulang, hepatotoksik
Obat-Obat JRA
Naproxen 10-20 mg/kgBB/hari 2x sehari
Tolmetin 25 mg/kgBB/hari 4x sehari
Ibuprofen 35 mg/kgBB/hari 4x sehari. 2
Evaluasi pengobatan
Setelah 2-4 bulan, pemeriksaan laboratorium yang tetap menunjukkan aktivasi
penyakit merupakan tanda untuk pemberian DMARDs lain. 2
17
Oligoarthritis persisten
18
Medikasi Anti-TNF
Petimbangkan penggunaan steroid oral untuk
mempersiapkan medikasi lain atau saat penyakit kambuh
yang parah
Untuk pasien dengan systemic onset JRA, pertimbangkan
penggunaan IL-1 receptor antagonist
19
Komplikasi
Penyakit inflamasi mata pada JRA memiliki riwayat 10% resiko gangguan
hilang penglihatan parah atau bahkan kebutaan. Semua anak dengan JRA
membutuhkan pemeriksaan yang rutin untuk mendeteksi penyakit mata, yang
mana asimptomatis pada stage awal dan hanya terdeteksi pada pemeriksaan slitlamp.5
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi yang
serius pada JRA. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang sering terjadi
pada tulang dagu, metakarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat
pula terjadi, yang tersering adalah ankilosis, luksasio, dan fraktur. Komplikasikomplikasi ini dapat terjadi tergantung berat, lama penyakit dan akibat pengobatan
dengan steroid. Komplikasi yang lain adalah vaskulitis, ensefalitis. Amiloidosis
sekunder dapat terjadi walaupun jarang dan dapat fatal karena gagal ginjal. 2
20
2.11
Prognosis
22
Daftar Pustaka
1. Schaller JG. 1997. Juvenile Rheumatoid Arthritis. Pediatrics in Review. Vol 18.
No 10. P 337-49.
2. Harsono A, Endaryanto A. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu
Kesehatan Anak: Arthritis Rheumatoid Juvenil. Ed III, Surabaya: Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo.
3. Miller ML, Cassidy JT. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics. Ed 18.
Philadelphia: Saunders.
4. Hollister JR. 2007. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. Ed 18. USA:
McGraw-Hill.
5. Rudolph AM, Kamei RK, Overby KJ. 2002. Rudolphs Fundamentals of
Pediatrics. Ed 3. USA: McGraw-Hill
6. Wikipedia. 2013. Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs. Viewed on 29
Desember 2013.
<http://en.wikipedia.org/wiki/Disease-modifying_antirheumatic_drug>
23